Tada, Sore Dake de Yokattan desu Chapter 05 Bahasa Indonesia




Penerjemah : Kaito
Editor : Utsugi
Chapter 05 - Kebahagiaan Terbesar



"Aku pernah bertemu dengan anak itu sebelumnya."

Anak laki-laki itu menangis karena pernyataan cintanya ditolak, dan hanya itulah yang diketahui Sayo. Dia kebetulan bertemu Sugawara ketika dia pergi ke kampung halamannya.

Jika ingatannya benar, sepertinya itu sebulan setengah sebelum Masaya bunuh diri. Pada titik ini, aku belum memahami apa yang harus kulakukan tentang ini?

Frustrasi karena penolakan? Bagaimana itu mungkin? Jika itu masalahnya, seharusnya ada investigasi yang tepat. Pertama-tama, jangka waktu tidak sesuai.

Bagaimana bisa satu orang dapat mendominasi empat siswa SMP, termasuk Masaya?

Tanpa ada yang memperhatikan pembullyan?

Taku Sugawara diawasi.

Surat wasiat, rincian pencarian, kekerasan, dipaksa berlutut, artikel di internet, ada banyak misteri yang beredar.

Dan kemudian, sistem pendidikan yang sangat aneh yang disebut Tes Kekuatan Manusia.

"Tapi hanya ada satu hal yang bisa aku lakukan sekarang."

Aku mendengar dari ibuku, Akane Kishitani.

Dia adalah orang yang paling tahu tentang apa yang terjadi setelah pembullyan, dan orang yang telah mengawasi Taku Sugawara.

Hanya sedikit yang aku ketahui tentang Akane Kishitani.

Setelah Dia lulus dari sekolah SMA, Dia bekerja sebagai manajer di sebuah UKM, bertemu dengan seorang pria yang lebih tua selama masa kerjanya, dan menikah pada usia dua puluh tiga tahun. Pada ulang tahunnya yang ke dua puluh enam, dia membeli rumah impiannya, melahirkan putri sulungnya, dan menjalani kehidupan yang bahagia. Bisa dikatakan Dia hidup dalam mimpi. Namun, ketika putranya berumur enam tahun, suaminya meninggal karena kecelakaan.

Dengan bantuan dari orang tuanya, dia bekerja dan membesarkan Masaya dan diriku. Warisan dari suaminya sudah lebih dari cukup bagi kita untuk belajar sampai kuliah, tapi sepertinya dia terus bekerja untuk mengisi kekosongan dalam hatinya. Setelah itu, aku memiliki kenangan tentang tipikal seorang ibu yang khas, terkadang bersifat ketat, dan terkadang bersifat baik hati.

Dan setelah sepuluh tahun, Aku, sebagai putri sulungnya, mulai hidup mandiri. Tiga tahun berlalu, dan aku hanya pulang pada akhir tahun atau liburan festival O-bon, jadi aku tidak tahu tentang perubahan yang terjadi padanya.

Menurut Kouta Katou, sepertinya dia menjadi orang tua monster, selalu mencari masalah dengan sekolah.

Aku akan bilang, daripada rasa cemas tentang hal ini, aku lebih merasakan ketakutan.

Ya, itu gambaran paling tepat untuk dirinya saat ini. Sejak aku mulai menyelidiki, aku punya perasaan ini beberapa kali, tetapi kali ini, itu berbeda.

Karena, mungkin…

Tapi, bagaimana itu mungkin? Aku menghapus kegelisahanku dengan senyuman. Ini demi Masaya; bagaimana bisa aku mundur sekarang?

"Hai Ibu."

Aku mulai menggiling biji kopi, dan dengan hati-hati menuangkan ke dalam dua cangkir. 
Keharuman kopi masih ada di ruangan, dan dengan perasaan hangat, aku berbicara dengan Ibuku, yang tengah duduk di depan komputer. Dia kembali menatapku, tersenyum.

"Oh, ada apa?"

“Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, Bu; katakan saja kebenarannya. Kesampingkan dulu harga diri, jangan terlalu memikirkannya, dan katakan padaku. Apa yang Taku Sugawara lakukan padamu, Bu? ”

Ekspresi Ibu langsung membeku. Melihat hal ini, tubuhku langsung menggigil karena merasa ngeri. Namun, aku memaksakan diri untuk berhenti berpikir, dan menyerah untuk memikirkannya.

Ibu menggeser kursi sedikit, dan berbalik ke arahku. Aku melihat tulisan di monitor, dan seperti yang aku duga, ini adalah proposal untuk pertemuan PTA, bahwa ada kebutuhan hukuman berat untuk menghindari korban seperti Masaya.

“Apa kamu benar-benar ingin tahu?” Dengan suara yang ramah, ibu berkata, “Aku tahu kamu telah menyelidiki ini. Kebenaran mungkin tidak berguna bagimu, Sanae, dan itu mungkin menyebabkan lebih banyak rasa sakit. Apa ini baik-baik saja? ”

“Ya, itu tidak masalah. Katakan saja apa pun yang Ibu dengar; Aku akan mendengar sampai akhir. ”

Ucapku, dan dia menunjukkan senyum yang tulus.

"Baik. Aku akan memberitahumu, sebuah kegagalan, proses penyiksaan iblis pada bocah jenius Masaya. ”


****

Aku sudah siap secara mental, tetapi begitu aku mendengar kata-kata ini secara pribadi, kejutan yang aku rasakan sudah cukup untuk menghancurkan tekadku.

Masaya adalah anak yang seratus kali lebih berbakat daripada diriku. Dibandingkan denganku, ibu menaruh lebih banyak harapan padanya.

Aku tahu tentang ini.

Aku tahu aku tidak sempurna.

Lalu, Ibu mulai berbicara.

“Sebenarnya, ini adalah tugas orang tua untuk membicarakan hal ini, tapi kurasa ini sudah cukup, karena Ia sudah pergi. Kau tahu bahwa Masaya berbeda dari dirimu, bahwa ia pandai dalam segala hal, memiliki nilai yang luar biasa, menjadi ketua klub olahraga, dan sering membantu tugas rumah tangga selama SMP. Hidangan yang dimasaknya benar-benar lezat. Dia juga berwajah tampan, dan bibi tetangga kita adalah penggemarnya. ”

Ibu terus menceritakan, seolah-olah mencoba melampiaskan rasa frustrasi yang dia miliki untuk waktu yang lama.

“Sejak suamiku meninggal, Masaya yang mendukungku, dan kau selalu membuatku kecewa. Kau tidak memiliki kelebihan khusus, belajar di perguruan tinggi yang tidak terkenal, tertipu oleh orang aneh, dan dicampakkan. Masaya memiliki bakat sejak kecil jika dibandingkan dirimu, dan mampu menyerap dua kali lipat dari apa yang dapat kau pelajari hanya dengan setengah upaya. Tidak diragukan lagi Ia anak yang jenius. ”

"Yah begitulah. Masaya memang hebat dalam segala hal, ”aku menimpali.“ Seperti bagaimana Ia menggandakan nilaiku di ujian matematika ... ”

"Astaga. Bagi seorang janda yang kehilangan suaminya, anak-anaknya lebih penting daripada dirinya. Namun, aku tidak memiliki harapan untuk masa depanmu. Masaya pada dasarnya adalah segalanya bagiku. ”

"Jadi itu sebabnya Ibu terus mengeluh ke sekolah?"

“Jadi apa salahnya mengeluh ? Lihatlah nilainya; bahkan tanpa memandangnya sebagai orang tua, Ia dianggap sebagai salah satu genius langka di Jepang, di seluruh dunia. Bukan hanya tugas orang tua untuk melindungi permata langka ini; itu juga peran seorang pendidik. ”

Ibu sendiri tidak pernah memiliki perasaan seperti itu untukku sama sekali.
Aku memiliki pemikiran seperti itu, tapi tentu saja, aku menyimpannya di dalam diriku, dan menggigit bibirku.

Apa ibuku memang orang seperti itu? Dia benar-benar berbeda dari sebelumnya. Benar, sebelum Masaya masuk sekolah dasar, dia tidak pernah membuat banyak keluhan, paling banyak dua atau tiga kali setahun.

“Aku tidak mengatakan ini bukan karena tanpa alasan.” Sekali lagi, Dia mulai berbicara, “Sampai Masaya memasuki SMP, aku benar-benar tidak nyaman. Aku khawatir bahwa Ia takkan mampu menangani rasa cemburu karena terlalu luar biasa. Jika Ia terlalu pintar, dia mungkin tidak bisa bergaul dengan lingkungannya, dan ada banyak hal yang perlu dikhawatirkan. Tapi keraguanku langsung menghilang. ”

"…Mengapa?"

“Itu karena Tes Kekuatan Manusia. Ketika Masaya mendapat peringkat ketiga di tahun itu, aku benar-benar percaya Ia adalah permata Umat Manusia yang langka. Ini tes yang benar-benar luar biasa. Tidak hanya secara mental, tetapi secara sosial, hasil tes membuktikan bahwa Masaya benar-benar luar biasa. ”

Akane Kishitani dengan bangga melanjutkan, wajahnya penuh dengan kegembiraan saat dia tersenyum.

“Lalu, apa yang aku bicarakan selanjutnya? Ah, ya, iblis itu. Aku ingin membicarakan tentang kekerasan. Ketika sekolah menelepon dan memberitahuku 'Masaya dipukuli oleh teman sekelas dengan botol air', aku hampir pingsan. Aku bergegas ke ruang guru, mendengar dan menyadari apa yang terjadi. Pertama, dua hari sebelum kejadian, ada insiden pembullyan yang menimbulkan topik di internet. Seorang bocah SMP menindas empat bocah SMP lainnya dengan metode yang sangat kejam. "Apa ini ditulis oleh salah satu dari kalian?" Aku bertanya pada Masaya, dan, dengan memar yang tersisa di kepalanya, diam-diam setuju,  Takayoshi yang mengetiknya di komputer," Ia berkata begitu. "

Pada titik ini, aku bertanya dengan ragu, "Dan Ibu mempercayainya?"

Ibu tiba-tiba tenang, berkata, “Bagaimana  mungkin?” Dengan pandangan yang tidak peduli, lalu dia berkata, “Aku tak pernah berpikir kalau Masaya akan di bully. Pasti ada yang salah, satu orang membully empat orang? ”

Namun, dia segera beralih ke tampilan yang suram.

"Tapi aku segera menghilangkan pemikiran itu."

"Kenapa?"

“Apa aku tidak memberitahumu? Pakaian olahraga Masaya robek. Dan yang paling penting, ketika aku bertemu Taku Sugawara di ruang kelas, Ia akan tersenyum dan berkata, “Aku membully mereka berempat. Jadi apa? "Itu benar-benar ekspresi yang sangat menjengkelkan yang ia tunjukkan di wajahnya."

"Taku Sugawara mengakuinya?"

"Ya. Bocah itu tak pernah menunjukkan penyesalan. Juga, Ia dengan gembira menggambarkan apa yang sudah Ia lakukan, pada dasarnya menceritakan beberapa kenangan berharga, seperti bagaimana dia memaksa Masaya memakan beberapa siput, dan memeras uang dari tiga lainnya. “Ini adalah revolusi. Revolusi akan datang dengan pengorbanan. " Ucapnya sembari tersenyum."

Deskripsi itu berbeda dari apa yang digambarkan Katou tentang Taku Sugawara. Taku Sugawara yang Ia sebutkan adalah seseorang yang tidak menarik. Satu-satunya hal yang cocok adalah bagaimana Ia tidak pernah mengganggu orang lain.

Jadi, apa ini kuncinya?

Apa dia memilih untuk hidup — sebagai sampah?

Aku sembarangan membuat catatan di sudut buku catatanku, dan terus bertanya,

“Apa Ibu yang mengusulkan agar Ia berlutut di depan semua orang ? Setiap hari, saat istirahat siang, di setiap kelas. ”

“Eh? Ah, itu. "

Untuk pertama kalinya, Ibu tergagap.

“Lalu, siapa yang mengusulkannya? Aku lupa? Para wali lainnya, Kepala Sekolah dan Masaya sendiri setuju. Pada awalnya, Sugawara tidak mau, tapi pada akhirnya Ia sendiri setuju. Semua orang saat itu ingin membalas dendam untuk tujuan bersama, untuk menghukum iblis itu. ”

“Tidak ada yang keberatan? Hei, Bu, Taku Sugawara mungkin iblis, tapi secara obyektif, cara hukuman seperti ini sedikit berlebihan. ”

“Suasana saat itu adalah pengaruhnya. Jika kamu sendiri ada di sana dan melihat Sugawara yang arogan, Masaya dengan memar di wajahnya, dan mengungkapkannya di internet, Kamu akan setuju. ”

Ibu sepertinya tidak menyembunyikan sesuatu saat dia mengatakan ini.

Tapi ini membuatku sedikit bingung. Sepertinya ada beberapa paksaan yang menggiringi kejadian ini.

“Setelah itu, sebagian besar penyelidikan dilakukan oleh sekolah. Dikatakan bahwa Taku Sugawara dipaksa berlutut, dan banyak rumor negatif tentang dirinya muncul. ”

"Sekolah menyadari bahwa Sugawara terisolasi, ‘kan ..."

"Ya. Bagaimanapun juga, Taku Sugawara akhirnya dipaksa untuk menyerah. Dia datang ke rumah kita untuk meminta maaf beberapa kali, dan bukan hanya rumah kita, dia pergi mengunjungi korban lainnya. Dia datang sendiri; orang tuanya selalu bekerja, tidak peduli dengan putra mereka sama sekali. Dia adalah sampah yang dibuat dari rumah tangganya. Kemudian, Ia memohon kepada kami, “Tolong jangan membuat aku berlutut lagi.” Aku tahu pada pandangan pertama bahwa itu cuman akting, dan dia menjadi sedikit memaksa. Ia berceletuk, dan berkata, "Terus menghukumku, dan aku akan membully sampah ini dengan cara yang lebih ganas." Harus ada batasan seberapa banyak Ia meremehkan orang dewasa di sini. Aku mencatat semuanya, mengeluh ke sekolah, dan meminta mereka untuk meningkatkan hukuman. Sampah seperti itu harus diberi hukuman mati. ”

Begitu selesai menjelaskan, Ibu menggebrak meja.

"Tapi seperti yang Ia bilang, Masaya akhirnya tidak bisa menahannya, dan bunuh diri."

Dan dia terus berteriak, seolah menggila,

“AKU SANGAT KHAWATIR TENTANGNYA! AKU SANGAT PEDULI! MASAYA TERUS BERSIKAP ANEH! IA TIDAK NAFSU MAKAN, DAN BAHKAN MEMUKUL DAN  MENENDANG, BERTERIAK DI KAMAR! MASAYA TIDAK PERNAH MENCERITAKANNYA! DIA SELALU MENAHAN PENDERITAANNYA SENDIRIAN! AKU TIDAK TAHU MENGAPA! BAGAIMANA AKU BISA MEMBANTUNYA? AKU MEMBERITAHUNYA UNTUK MENDATANGI KONSELOR'. AKU SUDAH MELAKUKAN SEMUA YANG  AKU BISA! ”

Ibu meraih rambutnya, dan berteriak,

“IBLIS ITU PASTI MELAKUKAN SESUATU! DIA DATANG KE RUMAH KITA BEBERAPA KALI, DAN HANYA MEMINTA MAAF! DIA PASTI MELAKUKAN SESUATU PADA MASAYA! IA PASTI MENDORONG PACAR MASAYA! DIA TENGAH SEKARAT, DAN MEMBUAT MASAYA TERKEJUT! TAK DIRAGUKAN INI ULAH TAKU SUGAWARA YANG MEMBUATNYA PUTUS ASA! TAK BISA DIMAAFKAN! MASAYA TAK DIRAGUKAN SEORANG MALAIKAT YANG MENDAPATKAN NILAI TINGGI DALAM TES KEKUATAN MANUSIA, SEORANG JENIUS YANG BERKEPRIBADIAN! AKU TAKKAN MEMAAFKAN IBLIS ITU! ”

Dia mulai batuk, dan jatuh dari kursinya.

"Ibu!"

Aku bergegas menghampirinya, dan menepuk punggungnya. Tapi Ibu menahan tanganku.

Dia berdiri tanpa kata, pada dasarnya melihatku sebagai halangan, dan pergi dari hadapanku, ke dapur, menuangkan segelas air, dan meneguknya. Aku melihat tetesan air jatuh dari bibirnya. Dengan pandangan kosong, "Oh, benar." Dia menghela napas.

“Kau sedang menyelidiki masalah Masaya sendirian, kan? Begitu kebenarannya terkuak, tolong ingat untuk memberitahuku yang sebenarnya. Itu termasuk apa yang dilakukan Taku Sugawara, apa yang mengganggu Masaya; selidiki semuanya. ”

"…Baik. Tapi Bu, tenanglah sedikit. ”

"Tenang? Hah! Bagaimana aku bisa tenang sekarang? Iblis itu masih hidup; Ia mencoba membuat orang lain jatuh ke dalam kesialan. ”

Sebelum aku dapat memahami arti dari kata-kata itu, dia mengeluarkan sebuah tas yang ditinggalkannya di atas meja, mengaduk-aduk amplop, dan melemparkannya padaku.

"Itu ditempatkan di kotak surat hari ini, bersama dengan bangkai kucing di dalam tas."

Mengapa seseorang mengirim bangkai kucing?

Aku membuka amplop itu, dan menemukan sebuah surat, dengan sederetan kata yang tercetak dengan jelas,

"Revolusi akan terus berjalan."

Itulah kalimat yang tercatat.

"'Revolusi' ... tanpa diragukan lagi itu adalah Taku Sugawara," kata Ibu. "Iblis itu masih ada di kota ini, Ia tengah merencanakan sesuatu ... mengapa mengirim bangkai kucing ... !? Dia sudah mengutuk Masaya sampai mati! Apa Ia masih belum puas ...? "

Setelah mengatakan itu, dia mencengkeram pakaiannya.

Dan kemudian, dia tampak hampir menangis, memelototi surat itu dengan tatapan kebencian ..

Aku mungkin takkan pernah bisa memahami rasa sakit orang tua yang kehilangan anaknya, tetapi ekspresi ibu membuatku tak tertahankan. 

“Tahun lalu, Masaya pernah mengucapkan,” dia bergumam, “'Aku punya teman, Namanya Taku Sugawara, tak diragukan lagi seorang teman yang baik.'” Aku ingat betapa bahagianya diriku dengannya. ”

"Eh?"

"Mereka berdua adalah teman baik."

Ibu memohon,

"Tolonglah, buat dirimu berguna ... kamu ini pecundang bila dibandingkan dengan Masaya, jadi setidaknya kamu harus melakukan sesuatu untukku, membalas dendam pada iblis yang membunuh temannya ..."

Aku tidak bisa berkata apa-apa, dan langsung keluar rumah.


****


Aku tengah berada di dalam warnet yang terletak di sebrang jalan, tergeletak di sana seperti zombie. Di ruang sempit itu, aku menutup mataku, menutupi tubuhku dengan handuk. Aku sepertinya telah meninggalkan dunia ini dengan melakukan ini, dan jiwaku memperoleh kedamaian.

Setelah beberapa saat, ponselku berbunyi.

Rupanya dari Sayo.

Aku mengambilnya, dan suara kasar yang biasa dengan lembut menghibur jiwaku.

“Yo, kamu bebas sekarang? Aku punya sesuatu untuk dilaporkan. ”

"Katakan saja ..." aku berbisik.

Reaksiku mungkin terlalu berbeda dari sebelumnya, dan Sayo tampak terkejut di sisi telepon, tetapi dia tak bertanya kenapa, dan melanjutkan,

“Eh, selain Masaya, ada tiga orang lain yang di-bully, ‘kan? Ninomiya, Komuro, Watabe; Aku pergi mencari mereka. ”

“… Apa mereka bersedia untuk bertemu? Jika kita bisa mendapatkan tiga orang untuk berbicara, itu akan menjadi cara tercepat untuk melakukan hal ini. ”

"Tidak, cuma lewat telepon."

"Ah?"

Aku tak bisa membantu tetapi menaikkan suaraku.
Karena liputan massal di media, Shunsuke Ninomiya, Kouji Watabe, dan Takayoshi Komuro pindah dari kota, dan ibu mereka tetap diam tentang masalah ini.

Aku pikir Sayo mungkin memiliki sesuatu, tetapi aku tak pernah mengira dia mendapatkannya secepat ini. Seperti yang diharapkan dari senjata rahasia.

“Eh, tapi mereka tidak pernah mengungkapkan apa pun sekarang. Aku mencoba berbagai metode untuk memanggil Takayoshi Komuro. ”

"Jadi bagaimana?"

"Eh, aku gagal."

Sayo dengan dingin menyatakan,

“Ia takkan mengatakan apa-apa. Cuma bersikeras bahwa Ia dibully oleh Taku Sugawara, dan mendorong Masaya ke jurang keputusasaan. Ia tidak mau mengungkapkan alasannya, dan bagaimana mereka berempat didominasi. Sampai akhir, Ia selalu membuat jawaban yang tidak jelas. "

“Setelah insiden itu, Taku Sugawara diawasi. Bagaimana dia memaksa Masaya? "

"Ia bilang tidak tahu."

"Begitu ya…"

“Jadi aku tidak bisa terus bertanya. Ia sepertinya menyembunyikan sesuatu, tapi aku bukan polisi, dan aku tidak bisa menginterogasinya. Ada sesuatu dalam jawabannya yang membuatku penasaran. ”

"Apa?"

“Eh, aku bertanya apa hubungan dirinya dengan Masaya, dan dia serius dengan itu.”
Ucap Sayo,

"Persahabatan yang tak tergoyahkan."

"Apa maksudmu?"

“Anak-anak SMP suka memperindah hubungan mereka dengan orang lain, aku kira. Hanya saja sepertinya ada sesuatu yang lain pada perkataannya, rasanya sangat aneh.”

Itu akhir dari laporan Sayo. Dia tak pernah sampai ke inti masalah, tapi dia berhasil berhubungan dengan mereka.

Tapi kata-kata mereka membuatku sedikit bingung.

"Bukannya teman Masaya adalah Taku Sugawara ...?"

“Hm? Apa maksudmu?"

“Itu yang dibilang ibuku. Dia bilang Masaya sendiri yang memberitahunya dengan penuh semangat tahun lalu. ”

"Ah? Tidak, tapi Kouta Katou tak pernah mengatakan apapun tentang Masaya dan Sugawara sebagai teman, dan media masa tidak pernah mempublisnya, kan? ”

Memang seharusnya begitu. Aku tertegun untuk mengetahui fakta ini.

Apa hubungan antara Masaya dan Taku Sugawara? Persahabatan yang orang lain tidak ketahui?

Aku merenungkan hubungan antara Masaya, Sugawara, dan ketiga lainnya. "Hei," Sayo memanggil.

"Jadi? Apa yang ibumu katakan, Sanae? ”

Perkataannya mengarah langsung pada pokok masalah, meskipun begitu sangat ramah.

“Kamu bertanya kepadanya tentang kejadian itu, bukan? Apa yang beliau katakan?"

"..."

Tentu saja, aku tidak bisa merahasiakannya dari Sayo, yang sudah membantuku selama ini, jadi aku memutuskan untuk menjelaskan kepadanya. Aku tidak mengurutkannya, dan tanpa ada dasarnya, tapi Sayo mendengarkan semuanya dengan tenang.

Ibu merasa kecewa padaku, dan menaruh semua harapannya pada Masaya, tapi dia tidak pernah melindungi Masaya, hancur, dan memiliki dendam yang mendalam terhadap Taku Sugawara — aku mengungkapkan banyak perasaanku.

Saat aku terus berbicara, aku menggenggam handuk dengan erat.

Begitu Sayo mendengar semuanya, dia menghela nafas,

"Pasti ada yang salah dengan itu."

Itu adalah hal pertama yang dia katakan.

“Aku tidak ingin mengatakan terlalu banyak tentang orang tua lain, tapi ada hal yang benar-benar aneh di sini. Dia benar-benar mengatakan hal seperti itu kepada putrinya sendiri? ”

“Jangan salahkan ibuku. Aku tahu bagaimana dia bekerja keras sampai detik ini saat aku masih kecil. ”

"Tapi tetap saja…"

"Tidak apa-apa. Aku masih mencintai ibuku. "

Pada saat itu, aku merasakan mataku mulai memanas. "Ah, sialan." Meski aku sudah memikirkannya, aku tidak bisa membendung air mataku. Aku mengambil handuk yang aku pinjam, dan menutupi bagian wajahku. Air mata terserap, tetapi aku masih tidak bisa berhenti menangis.

Sayo berseru cemas. Dia tidak bisa melihatku, dan aku terus menggelengkan kepala, berkata,

“Tapi aku kira itu agak sulit untuk menerimanya. Semakin aku menyelidiki, semakin banyak yang aku lihat. Aku melihat betapa hebatnya Masaya, bahkan Kepala Sekolah memuji dirinya, dan teman sekelasnya juga, dan itulah mengapa kepribadian Ibu sangat berubah. Bagiku, pada dasarnya aku bukanlah siapa-siapa. ”

“Kenapa menyalahkan dirimu sendiri? Secara logis, bagian yang aneh seharusnya adalah keluargamu. ”

"Ya. Mungkin karena Masaya terlalu menakjubkan, dan aku terlalu tidak berguna. ”

"Tidak, masalah terbesar terletak pada Ibumu."

Meskipun kita adalah teman dekat, bahkan jika itu dari Sayo, ada beberapa kata yang tidak ingin kudengar.

Sayo berhenti bicara, dan aku bisa mendengar desahannya. Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia menyerah.

Bahkan teman baikku telah menyerah padaku.

"Maaf," ucapku. “Aku sedikit lelah. Aku tidak ingin mengatakan apapun. ”

"Tunggu," kata Sayo. "Untuk alasan apa kamu memulai penyelidikan ini?"

"Untuk Ibu dan Masaya."

"Jika ibumu memberitahumu 'Bunuh Taku Sugawara', apa yang akan kau lakukan?"

"... Kau terlalu protektif terhadap Taku Sugawara."

Aku mengatakan sesuatu yang lebih dingin dari yang aku duga.

"Untuk saat ini, jangan telepon aku."

Lalu aku menutup telepon, ditelan dalam diam. Aku duduk sendirian di salah satu ruangan warnet.

Aku berbaring di ruangan yang besar, tidak bergerak sama sekali. Aku tidak memiliki drive untuk membaca manga, dan tidak ingin menghidupkan komputer. Aku mencoba untuk tidur di kantung tidur berwarna coklat kayu. Namun, otakku terus bekerja, dan aku berulang kali berpikir tentang kebenaran yang dikatakan Ibu kepadaku.

Aku bertengkar dengan Sayo.

Aku tahu aku belum dewasa. Bahkan di usiaku yang ke dua puluh satu, aku masih belum dewasa.

Aku mematikan lampu, dan memejamkan mata, "Bu," gumamku.

"Aku ... bukan kakak yang baik."

Sanae Kishitani tidak memiliki kasih sayang. Kapan aku memiliki pemikiran seperti itu? Kapan aku menyadari perbedaan dalam perlakuan antara Masaya dan diriku? Ibu tidak mencintaiku, tapi Masaya tumbuh di lingkungan yang penuh kasih sayang. Kapan aku mulai mengabaikan kenyataan, bahwa untuk mendapatkan cinta dari ibuku, aku mulai berpura-pura menjadi kakak yang baik untuk Masaya? Kapan aku menjadi kakak perempuan yang sangat kurang akan kasih sayang — seorang kakak perempuan yang tidak berbakti?

Aku meringkuk di salah satu kamar warnet layaknya hewan kecil. Aku tidak punya tempat untuk melampiaskan rasa frustrasiku, dan memukul tembok, tetapi tidak ada yang terjadi kecuali rasa sakit di tanganku. Aku membayangkan ketika membuka mata aku berada di sepuluh tahun yang lalu, tetapi itu tidak terjadi.

Tragedi yang aku derita terus berlipat ganda tanpa akhir.

Ahh, aku benci ini.

Tetapi hal yang buruk terus berlanjut satu demi satu.

Dan kemudian, aku diserang oleh 'kebahagiaan terbesar'.

Pada pukul delapan malam, aku meninggalkan warnet, dan diserang oleh seseorang.
Aku seharusnya tidak memilih untuk meninggalkan jalanan yang ramai. Namun, aku tidak pernah menduga akan dicekik dari belakang, dan dipukul dengan pemecah es. Aku mencoba meminta bantuan, tetapi tidak ada seorang pun.

“Jangan bergerak. Jangan bersuara. Jangan menolak. "

Kedengarannya seperti seorang pria, tidak, ini Cuma anak laki-laki yang sedang mengalami pubertas. Terdengar seperti anak  SMP, dengan syal melilitnya, terdengar samar.

Dia mengaitkan leherku dengan tangan kanannya, menekan pemecah es dengan tangan kirinya, dan menarikku ke sudut. Aku hanya bisa pasrah.

Ada jarum perak yang bersinar di leherku, dan rasa takut itu menyebabkan pikiran rasionalku hancur.

Berhenti, apa aku akan mati?

Seperti bagaimana Masaya mati di tangan orang lain.

“Jangan ikut campur. Menjauhlah dari masalah ini. "

Si penyerang berkata di telingaku.

Dia mendorong ujung pemecah es ke bola mataku, dan mengancamku.

“Jangan Melawan, atau aku akan membunuhmu. Dasar perusak pemandangan. "
Menyerah pada penyelidikan.

Bocah ini mengisyaratkan padaku. Jadi, aku secara naluriah berkata tanpa berpikir,

"Apa kamu ... Taku Sugawara?"

Di belakangku, Ia gemetaran, dan sepertinya dia gemetar. Mungkin aku benar.

Orang yang di belakangku adalah Taku Sugawara?

Sang Iblis yang membuat Masaya putus asa?

"Aku ... bukan." Namun, Ia menyangkal dengan suara yang samar, "Aku bukan sampah itu. Aku adalah kebahagiaan terbesar. Aku adalah kebahagiaan terbesar. Aku adalah orang yang percaya akan kebahagiaan yang mewakili Jepang, sekolah, kelas. Kau ini perusak pemandangan. "

"Kebahagiaan terbesar ...?"

"Jangan banyak tanya, atau aku akan benar-benar membunuhmu."

Dia meraih leherku, dan aku jatuh ke belakang, kehilangan keseimbanganku. Dia mengayunkan tangan kanannya ke perutku.

Tepat di bagian tengah perut.

Rasa sakit yang teramat sangat menyebabkanku kehilangan kesadaran.

Aku berbaring di tanah, mengerang, dan Ia mulai menendang lenganku, lutut, leher, pinggang, bahu, dan paha, menyiksaku lagi dan lagi.

Ini menyakitkan! Menakutkan! Seseorang tolong aku!

Tidak peduli bagaimana aku berdoa untuk meminta bantuan, tidak ada yang menyelamatkan diriku. Selama aku ingin menangis dengan keras, si penyerang akan menggunakan senjata itu, jadi aku hanya bisa membiarkannya menyerangku.

Begitu Ia melihat bahwa aku sudah dipenuhi memar, “Selamat tinggal, Social Cancer.” Ia pun pergi.

Apa yang sedang terjadi?

Ada dalang lain selain Taku Sugawara?

Aku tidak tahu situasinya sama sekali.

Semakin aku mendekati kebenaran, aku mulai terluka, aku menerima bangkai kucing di rumah, aku bertengkar, menangis dalam kesedihan, dan diserang. Apa aku masih ingin terus mencari tahu kebenaran dari insiden ini?

Aku tidak tahu sama sekali.

Apa yang Ia takutkan? Kebahagiaan terbesar? Social Cancer?

“Aku ingin lari ... aku tidak mengerti sama sekali. Apa yang harus aku lakukan, Masaya? ”

Aku tidak dapat bangun karena rasa sakit yang berlebihan, dan berbaring di jalan, memikirkan mengenai hal ini.

Tiba-tiba, aku menerima pemberitahuan SNS dari ponselku.

Siapa ini? Aku bertanya-tanya ketika aku memeriksa SNS, dan menemukan seseorang yang tidak terduga.

“Aku tahu siapa pelaku sebenarnya. Dari Kotomi Ishikawa. "

Pesan itu dari teman sekelas yang jatuh dari tangga tiga hari sebelum Masaya bunuh diri.
Dan juga, gadis ini adalah pacar Masaya.





close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama