Nee-chan wa Chuunibyou Vol.1 Chapter 07 Bahasa Indonesia




Selamat Datang di Klub Bertahan Hidup!
“Sakaki! Kau dengar? Ada penjahat di sekolah!”
“Huh?” Sehari setelah kekacauan dengan pembunuh, Yuichi datang ke sekolah, ia mendengar Shota menyapanya.
Di atas kepalanya tertulis “Babu”.
“Memang cocok banget.” Yuichi refleks berkomentar.
“Huh?” Shota bingung.
“Maaf. Aku cuma ingin mengatakannya saja.” Yuichi meminta maaf. Saat SMP Shota mungkin saja seorang striker andalan, namun tampaknya ia harus memulai kembali saat SMA.
“Jadi, siapa penjahatnya?” Tanya Yuichi, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Yuichi tahu, kalau Shota mudah teralihkan… Karena seperti itulah Shota.
“Dia sudah merusak jendela dan pintu! Lihat! Pintunya berlubang! Ya ampun, tak kusangka seseorang akan melakukan perbuatan semacam itu.”
Yuichi menegang. Ia ingat semua yang terjadi kemarin. Lalu melihat ke pintu kelas. Terdapat dua lubang di sana.
“Oh iya. Seperti yang dikatakan penyanyi Ozaki. Berbicara tentang retro, kau tahu?” Yuichi merespon dengan aneh. Karena sadar bahwa dirinya adalah dalang dibalik semua ini.
“Bahkan ada shuriken tertancap di dinding.”
“Y-Yah. Mungkin seorang ninja. Terdengar langka, ya!” Yuichi lupa untuk membereskannya. Dan lalu, meskipun Yuichi ingat untuk membersihkan shurikennya, belum tentu ia bisa memperbaiki jendela dan pintunya. Yuichi pasrah, hanya bisa berdoa agar seseorang tidak tahu kalau dirinyalah pelakunya.
“Ngomong-ngomong, apa itu tasmu? Aku melihatnya di atas mejamu.”
“Huh? Ya, kemarin aku lupa untuk membawanya pulang.” Seperti biasanya, Shota menerima saja alasan yang Yuichi berikan, dan tidak berusaha mengoreknya lebih jauh.
“Sulit dipercaya seseorang di sekolah ini akan melakukan hal semacam itu…” Shota melihat sekeliling kelas. Tidak ada diantara mereka, setidaknya, yang terlihat seperti “penjahat”.
“Terkadang orang yang terlihat sangat biasa-biasa saja justru memiliki stress yang berat. Orang semacam itu mungkin yang harusnya kau curigai,” Yuichi setengah mengaku, namun itu tidak mengurangi rasa bersalah yang ia rasakan. Kegelisahannya karena meninggalkan bocah pembunuh berantai itu begitu saja semakin tumbuh setiap hari. Setelah kelas berakhir, dia dan Aiko segera pergi ke ruang klub bertahan hidup.
“Semua kejadian kemarin membuatku pusing. Aku sangat takut. Bagaimana denganmu, Sakaki?”
“Huh? Aku sih setelah tiba di rumah, langsung tidur. Lalu bangun, sarapan, dan tidur lagi. Dan tau-tau, sudah pagi.”
“Kau tidak kepikiran apapun? Seperti apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” Tanya Aiko terkejut.
Yuichi sadar itu membuat dirinya terdengar seperti orang yang cuek banget, namun ia sudah sangat mengantuk, dan tidak bisa menahannya lagi. Selain itu, Yuichi merasa jauh lebih baikan setelah tidur malam yang nyeyak. Efek samping karena memakai furukami hampir sepenuhnya telah lenyap.
“Untuk sekarang, yang bisa kita lakukan hanyalah membicarakan ini dengannya.” Yuichi mengibaskan tangannya.
Dia telah mempersiapkan dirinya sepanjang hari untuk berbicara dengan Natsuki Takeuchi. Yuichi mengakui, dirinya sedikit lega karena gadis itu tidak datang waktu itu. Satu-satunya pertanyaan yang tersisa adalah, apa yang harus mereka lakukan terhadap pembunuh yang mereka kunci di ruang klub.
Mereka berjalan menuju bangunan sekolah tua, struktur bangunannya terbuat dari kayu dan sering menimbulkan suara deritan. Terdapat berbagai ruangan dan gudang. Karena bangunannya sudah dalam kondisi lumayan rusak, pernah dijadwalkan akan dibongkar, tetapi tertunda, karena terkendala biaya pembongkarannya.
Yuichi dan Aiko naik ke lantai dua dan berjalan menyusuri lorong. Yuichi melihat ada sesuatu yang aneh. Ada seorang siswi berdiri di depan pintu. Dia tampak gelisah, rambutnya bergelombang dan bewarna coklat, dia tampak seperti tipe gadis yang bertutur kata lembut.
Di atas kepalanya terdapat label “Fanatik Isekai. ”
Cewek tersebut melihat sekitar dengan gelisah, lalu dia melihat Yuichi dan Aiko sedang berjalan ke arahnya.
“Oh! Adiknya Sakaki!”
“Um… Orihara, kan?”
Kanako Orihara, dia adalah temannya Mutsuko. Yuichi pernah bertemu dengannya saat dia bertamu ke rumahnya, tapi Yuichi tidak tahu banyak tentang cewek itu.
“Lihat, tertulis ‘Bom serangga sedang berlangsung ‘ Apa yang harus kita lakukan? Aku diberitahu Sakaki untuk tidak melakukan apapun… ”
“Um, sebenarnya… ” Kata Yuichi sambil melihat ke arah pintu.
Bom serangga sedang berlangsung!
Yuichi mencoba membuka pintu.
Ternyata masih terkunci, berarti Mutsuko belum datang.
“Berhenti! Nanti serangganya akan keluar! Kau tahu… Sesuatu yang berwarna hitam ! ”
“Maksudmu keco— “
“Hussstt !” Dia menyela sambil menatap Yuichi hingga terdiam.
“Sakaki… Siapa dia?” Aiko memiringkan badan dan bertanya.
“Dia adalah temannya kakakku, dan salah satu anggota klub bertahan hidup. Namanya Orihara… ”
“Nggak masalah kalau dia melihat seorang bocah di dalam sana?”
“Masalahnya, dia ini tuh anggota klub, jadi… ” Yuichi melihat ke arah Orihara dengan gugup.
Kalau dia sudah ketakutan saat melihat kecoa terbang keluar, bagaimana jadinya jika dia melihat bocah sedang terikat di dalam?
“Orihara, apa kau punya kunci ruangannya?”
“Kita tidak boleh masuk ke dalam!” Kata Orihara.
“Dengar, kakakku itu cuma bercanda. Tidak ada yang namanya bom serangga. Nggak akan keluar apapun kok. ”
“Serius?”
“Duarius.”
Orihara lantas meletakkan tangan ke dada, menunjukkan perasaan leganya.
“Aku tidak membawa kuncinya. Aku meninggalkannya di rumah.”
“Terus, siapa yang punya kunci selain kau? ”
“Hanya ketua dan wakil ketua. Sakaki dan aku.”
“Jadi kita harus menunggu sampai Mutsuko datang? Kita berdiri di sini terlihat kayak orang bodoh saja… ”
Yuichi lalu mengeluarkan kotak perkakas dari dalam tas.
Membukanya, dan terlihat berbagai macam benda metalik. Yuichi mengambil benda menyerupai obeng dengan ujungnya yang lancip.
“Sakaki… Benda apa itu?” Tanya Aiko dengan ekspresi bingung.
Yuichi lantas menjawabnya.
“Ini lockpick, digunakan untuk membuka pintu. Dengan kunci pintu berbentuk silinder seperti ini, pasti akan cukup mudah untuk membukanya… ”
“Kamu seorang pencuri!” Seru Aiko.
“Bukan! ”
“T-Tapi lihatlah yang kamu pegang… ”
Kata Aiko sambil melihat ke arah lockpick.
“Ini bukan berarti aku sering menggunakannya untuk mencuri atau hal lainnya. Kita kan ingin masuk kedalam. Bukankah akan lebih cepat?”
“Atau kita bisa menunggu sampai kakakmu datang… ”
“Baiklah. Aku mengerti.” Yuichi menerima saran Orihara, dan menutup kotak perkakasnya dengan patuh.
“Sakaki, kamu terlalu mengatai kakakmu, padahal kamu sendiri juga aneh. Apa kamu tidak menyadarinya?”
“Kau bilang apa tadi?”
“Tidak, bukan apa-apa.” Jawab Aiko.
Dengan sabar mereka menunggu Mitsuko datang.
“Kak, kau lama sekali. Apa yang kau lakukan sih?”
“Ya, Sakaki, apa yang kamu lakukan?”
Yuichi tahu, Mitsuko dan Kanako berada di kelas yang sama, kelas 2-A.
Terus kenapa mereka nggak ke sini bareng ?
“Kalian tahu, aku tadi dengar kalau ada penjahat di sekolah! Dia merusak beberapa jendela di kelas! Aku berpikir, ‘ Whoah, di sekolah yang tenang dan damai seperti ini?’ Jadi aku pun pergi memeriksanya! Penasaran siapa yang melakukannya! Mungkin orang ini punya masalah kejiwaan!”
“U-Um, uh, s-soal itu… ” Yuichi berbicara gagap. Karena tidak ingin membeberkannya.
“Oh, aku jadi kepikiran tentang bom serangga! Kukira ini tidak berhasil, jadi aku menyiapkan tanda yang baru!”
“Lupakan soal tanda itu! Kita tidak membutuhkan satupun! ”
“Aku kira seseorang mungkin akan tertipu.”
“… Yah, kita sudah melihat seseorang yang ada di sini tertipu dibuatnya, kan?”
“Kurasa ini terlihat bohongan. Jadi aku menulis ini!”
Ucap Mitsuko sembari merobek tanda bom serangga dan memasang tanda yang baru.
Istana Iblis Goddamn.
“Mustahil! Ini klub bertahan hidup, sangat jelas ini kebohongan!”
“Benarkah? Kupikir siapapun akan ragu untuk datang, karena mereka pasti berpikir kalau Raja Freed sedang berkeliaran di sekitar sini. Dan aku menamai ruangan ini sebagai Istana Iblis Goddamn, jadi ini bukanlah sebuah kebohongan!”
“Bagaimana semua orang bisa menerimanya?!”
“… Kata yang bagus. Bagaimana kalau begini?”
Mutsuko mengeluarkan polpen dan memperbaiki tulisannya. Sekarang tertuliskan : Istana Iblis Goddaclub.
“Apa-apaan klub ini sebenarnya sih?!”
Mutsuko membuka pintu.
Hal pertama yang Yuichi rasakan adalah bau tidak sedap. Bocah itu masih terikat dan kelihatannya tidak berpindah sejak kemarin. Lakban masih menempel di mulutnya.
Bocah itu tampaknya tersadar, matanya berkaca-kaca, dan masih terus terdiam. Genangan air di lantai tampaknya adalah sumber dari bau tidak sedap itu.
“Aku tahu dia yang menyerangku, tapi aku merasa kasihan padanya.”
“Ah-ha ! Aku tahu apa yang harus dilakukan untuk ini! Noro, bisa ambilkan ember dan pel? Yu, berikan dia sebuah baju ganti!”
“Aku punya seragam yang kupakai untuk olahraga… Agak berkeringat sih, tapi itu lebih baik daripada yang dia pakai sekarang. ”
Aiko dengan patuh pergi mengambil ember dan pel, sementara Mutsuko melepas ikatan bocah tersebut. Yuichi melihatnya dengan gugup.
Yuichi takut kalau dia mungkin berpura-pura, tapi setelah dilepaskan, bocah pembunuh tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menyerang.
Yuichi mengecek kondisinya, lalu melepaskan pakaian kotornya dan memakaikan seragam berlengan pendek dan celana yang diambil dari dalam tas.
Yuichi berpikir beberapa menit, apa yang akan dilakukan dengan baju bocah ini, akhirnya Ia memutuskan untuk membuangnya ke tempat sampah.
Sebelum melakukannya, Ia menggeledah bajunya, menemukan beberapa kunai, makibishi, dan sebuah hp, lalu semuanya diletakkan di atas meja.
Apa dia seorang ninja ?
Kanako berjalan terhuyung-huyung di dalam ruangan, membuka jendela dan melihat ke langit. Dia tampaknya seperti ingin lari dari kenyataan.
Yuichi mendudukkan bocah tersebut ke kursi, dan mengikatnya kembali. Genangan tadi dipel, setelah beberapa menit, baunya pun menghilang.
“Baiklah, sebagai ketua, aku ucapkan. Noro, Yu! Selamat datang di klub bertahan hidup!”
Yuichi dan Aiko melihat sekeliling ruangan sekali lagi. Ini pernah menjadi ruangan kelas, jadi lumayan luas, tetapi dengan kekacauan tadi membuatnya jadi tampak suram.
Paling menonjol di sini adalah rak buku, semuanya tertata rapi seperti di perpustakaan, yang sebagian besarnya memenuhi ruangan.
Yang memenuhi ruangan selanjutnya adalah sebuah kotak kardus — yang bertumpuk-tumpuk. Yuichi tidak dapat menebak apa yang ada di dalamnya.
Di sekitarnya terdapat tumpukan topeng, kendi, boneka, serta barang yang tidak berguna lainnya.
Di dinding tidak ada hal aneh selain batu berwarna yang tertempel dalam jumlah banyak, tersusun tidak karuan, dari lantai sampai ke langit-langit.
“Apa itu?” Aiko menunjuk ke arah batu yang ada di dinding.
“Hmm? Oh, itu Bouldering. Kami menggunakannya untuk latihan panjat tebing. ”
Bouldering adalah jenis batu untuk panjat tebing. Untuk berlatih, dapat menempelkan batu ke dinding dan menggunakannya sebagai pegangan.
“Kenapa kalian mempunyainya?”
“Karena panjat tebing adalah kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam bertahan hidup! Kamu tahu… ”
Mutsuko tampaknya akan memulai penjelasan dengan bersemangat, tetapi Yuichi segera menyelanya. Yuichi khawatir karena membiarkan pembunuh itu tanpa pengawasan.
“Kak, kau bisa menjelaskannya lain kali. Sekarang kita harus berpikir apa yang akan kita lakukan padanya.” Kata Yuichi sambil menunjuk ke arah pembunuh tersebut.
“Ide bagus ! Kita tidak boleh meninggalkan dia selamanya seperti itu.” Mutsuko berjalan ke arah bocah itu dan melepas lakban dari mulutnya.
“Bisakah kau berbicara?”
“Apa-apaan… Kalian ini?” Kata bocah itu dengan suara serak.
“Kalian jahat… Lebih jahat daripada iblis… ” Suaranya yang serak. Dia belum makan dan minum sepanjang hari.
Dia tidak seperti manusia pada umumnya, tetapi terlihat seperti oni.
“Maaf, tapi kaulah yang menyerangku. Noro! Ambilkan minum.”
“Padahal kamu sudah menyuruhku terus.” Gerutu Aiko, tetapi dia tetap menurutinya, dan kembali membawa segelas air.
Gelas tersebut dari ruang klub, itu terlihat seperti gelas untuk minum wine dan terbuat dari perak. Pasti ada cerita dibalik benda itu.
Yuichi meraihnya dan meminumkannya ke bocah itu. Sempat tersedak, tapi bocah itu meminumnya sampai habis.
“Aku tahu kenapa kau menyerangku. Natsuki Takeuchi kan?” Tak ada yang perlu disembunyikan sekarang. Mutsuko sudah mengetahui tentang keberadaan pembunuh berantai, kecuali Kanako yang belum mengetahuinya.
“Huh? Siapa itu Takeuchi?” Tanya bocah tersebut.
“Apa ? ”
Berpikir sejenak, itu sepertinya bukan sebuah kebohongan. Bocah ini benar-benar tak mengenali nama itu.
“… Oh itu. Dia cewek yang memanggilku ke sini. Aku membuat perjanjian dengannya. Kalau aku membunuhmu, maka aku bisa memakai tempat perburuannya.”
“Perjanjiannya dibatalkan, jadi kau tidak mendapatkan apapun dengan membunuhku.” Ucap Yuichi.
“Tidak mendapatkan apapun?”
Bocah itu tertawa. “Apa yang sedang kau pikirkan, huh? Dasar goblog! Akan kubunuh kalian! ”
“Yu. ” Setelah diam beberapa saat, Mutsuko akhirnya berbicara.
“Apa?” Tanya Yuichi. Berbalik ke arah Mutsuko.
Kakaknya sedang memegang sebuah gelas yang berisi kedelai.
“Apa kau tak keberatan jika aku mencoba sesuatu?” Kata Mutsuko sambil tersenyum, lalu mengambil kedelai, dan mengangkatnya ke atas.
“Bukannya itu kedelai? Tentu, lakukan saja sesukamu.” Yuichi ragu kalau sesuatu yang simpel seperti melempar kedelai akan membuat sebuah perbedaan hanya karena dia adalah seorang oni.
Oni tertawa lagi, lalu mengejek, “Kau pikir itu akan mempan terhadapku, hah?!”
“Oni pergilah!” Mitsuko melempar kedelai ke arahnya, sambil mengucapkan Setsubun.
Kedelai itu menghantam lengan bocah itu layaknya sebuah peluru.
Yuichi mendengar teriakan Aiko diikuti bocah itu. Ia khawatir dengan suara mereka, kalau nanti seseorang akan datang untuk memeriksanya. Bagaimanapun juga, klub berita mungkin sedang melakukan aktifitas di ruang sebelah.
Yuichi lalu mengecek keadaan Kanako, sudah terlambat, dia benar-benar sudah kalap. Kanako berbincang dengan burung-burung dari luar jendela.
“Ap-Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bisa berbuat hal seperti ini?” Seru Bocah oni.
“Aku belum pernah bertemu oni yang asli sebelumnya, jadi kedelai benar-benar bekerja huh?!” Mutsuko mengangguk tanda mengerti.
Yuichi lantas mengambil kedelai dari lantai dan melemparkannya ke bocah itu.
“Ow! ” Teriak kesal bocah itu. Akibat dari lemparan kedelai membuat kakinya mendapat bekas merah.
“Woi ! Berhentilah bermain-main!”
“Bagaimana lemparanmu begitu kuat?” Tanya Yuichi, mengabaikan ocehan bocah itu dan berbalik ke arah Mutsuko.
“Mungkin soal keyakinan ? Ya. Keyakinan memberikan kekuatan ke dalamnya!” Kata Mutsuko dengan semangat.
Mutsuko membuatnya terdengar sungguhan, dan kelihatannya cukup menyakinkan. Yuichi tak mampu bersaing dengan Mutsuko soal keyakinan.
“Ngomong-ngomong, dia berkata akan membunuh kita semua. Aku tak ingin merasakannya, jadi kita harus membunuhnya terlebih dahulu!”
Mutsuko mengangkat dua kedelai untuk dilempar. Dia membidik tepat ke wajahnya.
Jika itu mengenainya dengan keras seperti sebelumnya, itu pasti bisa membunuhnya.
“Woi! Hentikan dia!” Teriak bocah itu dengan panik.
Yuichi mengangkat tangannya untuk menghentikan Mutsuko. Mutsuko menurunkan tangannya, tetapi dia tetap memegang kedelai, bersiap untuk melemparkannya kapan saja.
“Baiklah. Gimana kalau kita membuat sebuah kesepakatan? Pertama, berhentilah mencoba membunuh kami. ”
“Baiklah. Tapi, bagaimana caramu untuk membuatku agar tidak ingkar pada kesepakatan ini? ” Responnya begitu mengejutkan.
Sudah pasti karena dia di bawah ancaman peluru kacang kedelai, bocah itu pasti akan mengatakan apa saja.
“Aku tidak bisa menjawabnya, tetapi aku harap kau tidak akan membunuh kami. Lain kali, aku takkan pernah memberi belas kasihan. Kakakku akan selalu memburumu, Si Pendek akan menghisap semua darahmu.”
“Aku tidak menghisap darah dan aku tidak pendek!” Teriak Aiko dengan kesal. Dia kelihatannya tidak suka jika seseorang menyinggung tinggi badannya.
“Aku akan menjauh darimu selamanya.” Janji bocah itu.
“Bagus. Itu kesepakatan yang pertama. Sekarang yang kedua. Aku ingin kau memberitahukan semua hal tentang Natsuki Takeuchi. Siapa cewek itu sebenarnya? Apa dia seperti dirimu? Apa dia kuat? ”
“… Mirip, dia sering menyerang manusia, tetapi dia tak seperti oni pada umumnya. Dia merupakan spesies langka.”
“Terus, kenapa kau menyerang manusia? ”
“Untuk makan. Aku begitu menikmatinya, tetapi beberapa dari kami, ada yang berbeda.”
“Kau makan manusia?!”
“Begitulah. Karena kami adalah oni.”
Yuichi melihat ke arah Mutsuko.
“Ya. Ada banyak sih jenis oni, tetapi di Jepang umumnya percaya kalau mereka memakan manusia. ” Kata Mutsuko.
“Ya, bisa dibilang bahwa itu adalah kutukan kami.” Kata bocah oni.
“Kebanyakan makhluk hidup hanya membutuhkan sejumlah nutrisi dan kalori, tetapi kami membutuhkannya dari memakan manusia. Itu seakan adalah karma untuk kami. ”
“… Kita bisa berasumsi kalau Takeuchi itu sama?” Tanya Yuichi dengan gelisah.
Karena salah satu teman sekelasnya adalah pemakan manusia. Ini sudah di luar imajinasinya, tetapi Yuichi masih penasaran.
“Kupikir dia agak berbeda. Dia membunuh hanya untuk kepuasan hasratnya sendiri atau sesuatu seperti itu. Untuk kami sih, membunuh manusia hanya untuk dimakan. Kami juga bisa memakan orang yang sudah mati. Tetapi kami lebih suka berburu dengan tangan kami sendiri.”
Yuichi sedikit lega setelah mendengarnya. Meskipun Takeuchi masih membunuh manusia, ada perbedaan besar dalam persepsinya kalau dia tidak memakannya.
“Mengenai seberapa kuatnya dia… Aku tidak tahu, karena masih belum melihat dia bertarung, tetapi dia mungkin lebih kuat daripada aku.” Lanjut bocah itu.
“Kenapa kau berpikir begitu?”
“Kakakku Shuten pernah mencoba untuk merebut tempat berburunya dan akhirnya dia kesusahan setengah mati. Shuten lebih kuat dariku, jadi dia pasti lebih kuat dariku.”
“Aku paham.” Sangat disayangkan, meskipun hanya mengetahui dia begitu kuat dibandingkan bocah ini, itu tidak merubah banyak hal.
Hal yang dapat mereka lakukan hanyalah tetap waspada.
“Itu saja dariku. Noro, apa kau punya pertanyaan?”
“Huh? Aku? Aku tidak memikirkannya, tunggu bentar… ” Aiko belum bersiap.
“Kak, Kalau kau?”
“Tidak ada. Aku pikir ini hanya masalahmu saja, Yu. Tentu saja. Aku akan membantumu, tapi kakak harus memberikan kebebasan pada adiknya!”
“Ya, baiklah. Jadi, apa yang akan kita lakukan dengan bocah ini?“
“Jika kamu tidak membutuhkannya lagi, kenapa tidak melepaskannya saja?“
Mutsuko lantas melepaskannya tanpa berpikir panjang.
“Kau dengar. Kau bisa pergi.“ Kata Yuichi.
Bocah itu berdiri dan mengecek bekas ikatan di tangannya. Tangan kanannya, yang terkena lemparan kacang kedelai, tampaknya tidak bisa bergerak.
“Siapa sih kalian ini?“
“Kami adalah Klub Bertahan Hidup SMA Seishin ! Kami belajar pengetahuan dan kemampuan bertahan hidup di dunia yang kejam ini! Itu bisa menolongmu dari bencana, serangan teroris, serta serangan oni dan yokai!”
“Tunggu… Ini teknik bertahan hidup juga?” Keluh bocah itu, setengah kesal.
“Kalian pasti bercanda… ” Bocah itu terkejut melihat tali kuil dan ikan sarden yang berserakan di lantai.
Lalu duduk kembali.
“Huh?” Kata Yuichi heran.
“Jadi ini klub semacam itu?” Lanjut bocah itu. “Bagaimana kalau kalian menunjukkan padaku, apa yang kalian punya?”
“Bodo amat! Cepatlah keluar! Tidak ada pertanyaan untukmu!” Teriak Yuichi.
“Baiklah! Kami akan menunjukkannya padamu, apa yang kami punya ! ” Sahut Mutsuko.
“Woi!” Teriak Yuichi, kesal.
Interograsi sudah selesai dan bocah ini sudah tidak punya alasan untuk berada di sini.
“Maaf. Ketua klub sudah bilang, jadi… ”
Bocah itu tersenyum dengan penuh kemenangan.
Yuichi menatap Mutsuko dengan jengkel. Ia tahu bahwa setelah kakaknya memutuskan sesuatu, itu mustahil untuk merubah keputusannya.
“Klub bertahan hidup tidak pernah mengecewakan siapapun!“ Teriak Mutsuko.
“Apa yang kau pikirkan, Orihara ? Kamu sepanjang waktu melihat ke arah luar. ” Kata Yuichi.
“Ada apa Sakaki? Hmm? Aku tidak melihat apa-apa kok ! ”
“Kalau kau sedang tidak melihat apa-apa. Kesinilah, kita akan memulai kegiatan klub.“
“Oh, tetapi… ” Kata Kanako sambil melihat ke arah luar. Dia bahkan tidak tertarik melihat ke dalam ruangan.
“Tidak apa-apa. Kamu mungkin berpikir ada seorang bocah sedang terikat dan mengompol di sini, tetapi itu cuma imajinasimu saja. ”
“Bener? Apa itu bener?” Kanako pun berbalik.
“Ya, bener kok. Kemarilah dan lihat!”
“Eek!” Dia terkejut saat melihat bocah itu.
“Jangan cemas, dia cuma kenalannya Yu. Kamu mungkin tadi melihatnya terikat, tetapi itu cuma imajinasimu saja. ”
“Apa? Apa bener hanya imajinasiku saja?”
“Suwer deh. Orihara, kau terlalu memikirkannya. Kamu akan dalam masalah besar, jika beneran terlempar ke isekai. ”
“Y-Ya, kamu benar. Aku takkan pernah bisa bertahan hidup di isekai kalau seperti ini. Aku harus lebih berani.”
Begitukah caramu menyakinkan dia ?!
Pikir Yuichi sambil membenturkan wajahnya ke atas meja.
Terdapat dua meja klub dengan ukuran panjang, meja lipat yang bisa disatukan. Aiko, Yuichi, dan bocah itu duduk bersama dalam satu sisi.
Di seberang mereka ada Mutsuko, dan — Selepas dibawa kembali ke dunia nyata — Kanako.
“Baik! Kegiatan klub dimulai!”
“Tungu bentar!” Yuichi menyela pembicaraan, dan mengangkat tangannya.
“Aku tidak pernah bilang akan bergabung dengan klub bertahan hidup. Aiko juga. ”
Yuichi berpikir ini tidak ada gunanya, tetapi Ia mencoba untuk melawan.
“Oh, benarkah? Karena kamu belum mengisi lembaran formulir… Jadi, mari kita lakukan sekarang!” Mutsuko berlari keluar dan kembali sambil membawa lembaran formulir, dan meletakkannya di depan mereka berdua.
Seperti yang diharapkan, mereka sudah tidak bisa keluar dari sini kecuali bergabung ke dalam klub.
“… Baiklah, aku akan bergabung… Tetapi, bisakah aku berada di dua klub?”
“Hmmm? Jadi kamu bertanya… Yu, kamu mau bergabung dengan klub lain?”
“Klub Paduan Suara.”
“Huh? Kenapa?” Tanya Aiko, terkejut.
Dia sepertinya tidak pernah membayangkan kalau klub paduan suara akan menjadi pilihan pertamanya.
“Huh? Apa itu terdengar aneh? Aku hanya ingin memainkan piano saja.”
“Sakaki, Kamu bisa memainkan piano?”
Tanya Aiko dengan kagum.
“Ya, itu hanyalah hobi. Apa ada masalah? Kami hanya punya keyboard listrik di rumah, jadi kupikir akan sangat bagus kalau mencoba yang asli… ”
Sejak SD Yuichi sudah belajar bermain keyboard listrik, dan Ia selalu menikmatinya. Kedua saudaranya pernah belajar, tetapi tak lama mereka pun menyerah.
“Noro, apa kamu bergabung dengan klub lain juga ? ”
“Aku belum ada rencana… ”
“Kamu bisa bergabung ke klub bertahan hidup! Partisipasi dalam kegiatan klub semua dilakukan secara sukarela! Setiap hari kamu akan merasa bahagia! Orihara dan aku cuma satu-satunya yang datang setiap hari!”
“Kenapa bisa begitu? Bagaimana kalian melakukan kegiatan jika hanya ada ketua dan wakilnya?”
“Yu, kalau kamu mau gabung dengan klub paduan suara, kamu boleh gabung di klub ini juga kok!”
“Baiklah. Aku tidak keberatan kalau berada di daftar. Apa sudah cukup?”
“Aku juga… ” Kata Aiko.
Mereka lantas mengisi data formulir, dan menyerahkannya ke Mutsuko.
“Baiklah, mari kita merresmikannya. Sepertinya aku merasa dejavu… Lupakanlah… Selamat datang di klub bertahan hidup!”
“Ya, terima kasih.” Kata Yuichi.
“Senang berada di sini.” Tambah Aiko.
Respon Yuichi begitu cuek, sedangkan Aiko tampak begitu senang.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita memulainya dengan perkenalan diri?” Usul Mutsuko.
“Yang benar saja… ” Keluh Yuichi. Ia sudah kenal semuanya, jadi itu tampak seperti membuang-buang waktu.
“Oke, akan aku awali.” Kata Mutsuko.
“Mutsuko Sakaki! Aku seorang ketua klub! Keahlianku adalah bela diri! Orihara, kamu selanjutnya!” Kata Mutsuko.
Kanako berdiri dan memberi salam pendek.
“Namaku Kanako Orihara. Aku seorang wakil ketua klub. Keahlianku adalah isekai.”
“Bagus! Yu, kau selanjutnya.”
“Yuichi Sakaki. ” Kata Yuichi sambil menggerutu.
“Cuma segitu? ” Mutsuko cemberut.
“Aku tidak punya keahlian.”
“Oke. Selanjutnya, Noro.”
“Baik. Namaku Aiko Noro. Aku tidak tahu keahlianku, tetapi aku mempunyai hobi membuat permen. Senang berada di sini.”
“Bagus. Jempol untukmu! Sekarang kamu, bocah oni!” Mutsuko menunjuk ke arah bocah oni.
“Huh? Kau ingin aku melakukannya juga?” Dia terkejut.
“Tepat sekali. Akan sangat menyedihkan jika kamu hanya berdiam diri saja dan kami tidak tahu namamu!”
“Baiklah… Namaku Kyoushiro Ibaraki. Umurku limas belas tahun. Jika aku di SMA, maka aku berada di kelas satu. ”
“Jika? Tetapi kamu mengenakan seragam sekolah.”
“Ini hanya untuk berkamuflase agar bisa berbaur dengan manusia. Orang seperti kami normalnya tidak bersekolah. Tapi cewek itu… Takeuchi, kau memangilnya begitu kan ? Cewek itu… Cuma dialah yang benar-benar pergi bersekolah.”
Yuichi memerhatikan bocah itu — Namanya Ibaraki. Di kepalanya berlabel “Ibaraki-doji ”. Itu berbeda dengan sebelumnya.
Mungkin karena Yuichi tahu kalau dia dan Natsuki merupakan jenis yang berbeda… atau mungkin suatu saat Ia akan mengetahui Natsuki lebih jelas lagi. Karena sekarang Yuichi masih belum yakin.
“Baiklah. Perkenalan sudah selesai. Mari kita mulai!” Mutsuko berdiri dan manarik papan tulis.
Mutsuko mengeluarkan spidol hitam dan menulis
“Cara Bertahan Hidup di Isekai ”.
“Apa itu?” Tanya Aiko.
“Hmm? Kita akan bertukar pendapat tentang bagimana caranya bertahan hidup jika kamu terlempar ke isekai. Isekai! Itu lho, seperti perjalanan waktu atau terlempar ke dimensi lain!”
“Memangnya ada? Aku sih cuma tahu caranya bertahan hidup dari gempa, atau perang nuklir, tetapi terlempar ke dimensi lain?”
“Kamu belum mengalamainya, tapi itu benar-benar ada!” Kata Mutsuko terdengar menyakinkan..
Yuichi juga tidak mempunyai bukti, kalau tidak ada orang terlempar ke dimensi lain.
“Kita punya banyak pemula hari ini, jadi kita mulai yang sederhana. Maksudku, mencari tahu bagaimana cara kalian, jika kalian hidup di dunia yang penuh silikon, mungkin akan ada sedikit kemajuan.”
“Apakah topik ini benar-benar bisa membuat perspektifmu maju?”
“Mari pertimbangkan sebuah isekai, istilah Jepang dan akal sehat Jepang berlaku. Katakan saja… Jika kalian terlempar ke Zaman Peperangan! Orihara, tolong pimpin diskusi ini. Noro, tolong catat.”
“Huh? Aku? Tapi aku belum pernah melakukan ini sebelumnya… ”
“Tidak masalah. Tulis sebisamu. Kami akan membantumu mengisi apa saja yang kamu lewatkan.” Mutsuko menyerahkan pulpen dan buku catatan.
“Baiklah. Sekarang aku akan memimpin diskusi ini. Terima kasih untuk kalian semua yang sudah datang. Langsung ke intinya. Ada beberapa contoh yang berkaitan dengan terlempar ke Zaman Peperangan.” Kanako mulai menulis di papan tulis.
“Ryo Hanmura’s G.I. Samurai. Ini adalah novel terkenal yang mendapat adaptasi acara TV dan movie. Bercerita tentang seorang pemuda yang terlempar ke Zaman Peperangan. Nobunaga no Yabou. Ini merupakan light novel yang mendapat adaptasi anime. Di mana tokoh utama terlempar ke Zaman Peperangan, di mana jenderal yang terkenal semuanya adalah seorang cewek. Nobunaga no Chef, ditulis oleh Mitsuru Nishimura dan digambar oleh Takuro Kajikawa. Manga ini mendapat adaptasi acara TV. Menceritakan tentang seorang koki Jepang dari jaman modern yang terlempar ke Zaman Peperangan dan akhirnya menjadi pelayan Nobunaga. Ini hanya beberapa contoh saja, tapi kalian bisa mendapatkannya dengan membeli, kalian juga bisa mendapatkannya dari web novel, masih banyak lagi yang bisa diperoleh. Novel berjenis Nobunaga lumayan populer akhir-akhir ini. Jadi, kita akan berdiskusi dari sudut pandang itu sekarang. Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba berada di pasukan Nobunaga?”
Kanako tampak lembut dan sangat sederhana. Yuichi merasa takjub dengan mudahnya kalimat itu keluar dari mulutnya.
Mata Aiko terbelalak. Dia tampaknya merasakan hal yang sama. Bagaimana pun aku melihatnya, dia memanglah temannya kakakku…


Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama