Mary-san Comes on Foot Chapter 04 Bahasa Indonesia




Hari 10: Bertanding dengan Mary-san

“Aku menggunakan bidak ratu untuk mengambil pion itu.”
“Jadi kau akan meng-skak diriku untuk langkah berikutnya ... hmm, manisnya, manis sekali! Kau lebih manis dari teh hitam yang dicampur dengan madu, Mary! Jangan meremehkan diriku, aku sudah membaca strategimu ...! Castling!”
“Begitu ya, lalu aku menggunakan pion yang sudah kupromosikan untuk menyudutkanmu, skak.”
“Hah? Oh, lalu aku ... oy, tak ada yang bisa aku lakukan lagi di sini.”
“Ya, aku menang. Skakmat.”
Nah, penggunaan secara bebas clairvoyance milik Mary membuat permainan catur lintas telepon ini menjadi mungkin, tapi ... sekarang, aku sudah mengalami  3 kali menang dan 9 kali kalah. Permainan Mary cukup mengejutkanku.
“Sialan!, mengapa aku tidak bisa menang. Kau yakin hal ini tidak rusak?”
“ Rusak maupun tidak, itu takkan mengubah hasilnya.”
“... Cih, jika memang seperti itu, apa boleh buat. Mary, aku akan langsung bertanya padamu, apa penyebab dari kekalahanku?”
Aku hanya bisa bertanya. Saat kami mulai bermain, aku dengan mudah memenangkan tiga permainan pertama. Tapi sejak saat itu, bintang kemenangan menolak untuk bersinar kepadaku, dan begitulah. Aku tidak bisa menemukan alasannya.
“... Tidak, um, apa kau serius?”
“Aku serius. Dari nadamu itu, sepertinya kau tahu apa yang terjadi.”
Saat aku mendesaknya dengan nada sok penting, aku mendapat suara lelah sebagai respon darinya.
“Maksudku Akira, setiap kali, apalagi, selalu di akhir permainan, Kau selalu menggunakan Castling. Bahkan jika terlihat seperti kau akan menang, Kau membuat benteng raja menjadi sia-sia. Jika kau akan kalah, mengapa bukan benteng? Oleh karena itu, Kau selalu tertinggal satu langkah dibelakang, taktikmu mudah sekali terbaca, dan gerakan pion benteng dan rajamu sangat terbatas ... um, mengapa kau tidak berhenti menggunakan Castling?'
"Apa? ... Apa !?”
“Taktik yang disebut castling tak diragukan lagi taktik yang bagus. Tapi, Kau tahu, jika kau melakukannya terlalu sering, itu bukan lagi namanya taktik, melainkan hanya rutinitas.”
Mary terus mengkritik taktik milikku.  Aku menghela napas dengan lelah, sayang sekali, aku mengangkat bahuku.
“Mary, oh, Mary yang menyedihkan. Kau tidak mengerti satu hal.”
“Um, tentang apa?”
“Dalam dunia catur, Kau tahu, tidak ada strategi yang lebih keren dari Castling.”
“Oh?”
“Dengar baik-baik, Mary. Dalam taktik castling, benteng yang bersumpah kesetiaan kepada sang Raja, pada saat-saat terakhir, untuk melindungi Raja yang sudah berada di ujung tanduk, akan mengerahkan kekuatan terakhir miliknya untuk memberikan satu rute pelarian akhir.”
“Sebuah kastil yang bersumpah loyalitas!? Apa itu tsukumogami[1] atau semacamnya !?”
“Apa yang ada di dalamnya ialah pengabdian yang tinggi dan mulia untuk melindungi sang Raja, bahkan jika itu berarti mengorbankan tubuhnya. Sejak saat Rook memastikan dirinya untuk kemusnahannya sendiri untuk melindungi Hadlar-sama, Castling menjadi taktik yang paling keren di dunia untukku.”
“Ah ... Aku kira Kamu bisa menyebutnya tsukumogami juga...”
Sama seperti saat aku menjelaskan bagaimana- dengan kesengajaanku sendiri- bermain game tanpa menggunakan Castling adalah hal yang mustahil, Mary mulai berceloteh mengenai hal yang sulit kupahami, 'Lalu kau seharusnya tidak menggunakan taktik itu jika kamu ingin menang, ‘kan…?’ tapi itu tak ada hubungannya sama sekali. Karena itu strategi yang keren, maka aku ingin melakukannya.
“Tapi, yah, sekarang aku tahu penyebabnya. Lain kali, aku akan menggunakannya untuk menang melawanmu ....... pada pertandingan selanjutnya. Aku takkan membiarkanmu selalu menang.”
“Aku tak terlalu keberatan, tapi apa kau lupa hukumanmu?”
“Kau akhirnya sadar juga ...”
“Aku yakin memiliki ingatan yang baik…...”
Sembari mendecakkan lidahku, aku memasukkan tanganku ke dalam kotak tisu kosong dan mengambil secarik kertas diantara kumpulan kertas yang ada di dalam kotak.
Di dalam kotak itu berisi kertas mengenai berbagai macam hukuman. Orang yang kalah harus mengambil satu dan melaksanakannya.
Tentu saja, tidak ada sesuatu yang berisi pelecehan. Tidak seperti diriku, Mary sedang berada di luar. Hukuman yang ada takkan bermasalah untuk dilakukan selama kau membuang rasa malu milikmu.
... Tapi, yah, ada beberapa hal dimana orang tidak ingin melakukannya.
Pengalaman pahit diriku adalah saat aku mendapatkan hukuman 'Bertingkah seperti bayi selama 5 menit'. Aku ingin memukul habis-habisan diriku yang dulu saat masih memegang gagasan naif bahwa Mary akan mampu membangkitkan naluri keibuannya pada diriku. Pertimbangkan apa yang akan terjadi jika kau sendiri yang menjadi bayinya.
Apa yang sangat buruk tentang hal itu? Fakta bahwa Mary samar-samar menikmati itu hanya membuat semuanya menjadi lebih sulit. Aku harus melihat situasiku sendiri secara obyektif, hal itu membuatku ingin menangis. Aku tidak ingin melakukannya lagi.
Tak peduli apapun, manusia adalah makhluk yang akan menjadi dewasa setelah mengatasi pengalaman keras.
Memikirkan hal semacam itu dengan pandangan kosong, aku membuka kertas yang tertulis didalamnya adalah, 'Menari dengan riang gembira sambil menceritakan omong kosong’.
“ Tidak ada yang senang dengan melihat itu…....”
“Siapa sih yang menulis saran bodoh ini?”
“Bukannya kamu sendiri yang menulisnya.”
Yeah, yeah. karena aku terlalu pusing untuk memikirkan hukuman baru, jadi aku hanya asal menulis saja.
Karena sudah diputuskan, jadi aku segera berdiri, dan mulai berdansa waltz dengan langkah-langkah yang elegan, sembari mengungkapkan beberapa pengetahuan sepele.
Tepat sebelum aku membuka mulut, mataku menangkap siluetku sendiri di dinding. Apa yang diproyeksikan adalah seorang idiot, yang dengan segenap hati dan jiwa menari tanpa musik atau penonton. Sejujurnya, aku merasa ingin mati sekarang.
“... Lalu ijinkan aku memberitahumu informasi sepele yang tidak ada manfaatnya. Itu bidang keahlianku.”
“Jika itu keahlianmu, aku sedikit cemas tentang masa depanmu ......tapi silahkan saja.”
Baja…! Hatiku terbuat dari baja ...!
Untuk saat ini, aku hanya bisa menari seolah hidupku sangat bergantung pada hal itu ...!
Aku mengepalkan tangan sambil mengungkapkan kekayaan pengetahuanku.
“Mary, apa kau tahu tentang pakaian yang dikenal sebagai bloomer? Salah satu pakaian yang pernah digunakan sebagai pakaian olahraga di Jepang?”
“Ya, aku pernah mendengar hal itu sebelumnya ...”
“Kalau begitu, baguslah. Sebagai pakaian yang berguna untuk olahraga, bloomer menerapkan maksud yang sangat sehat,tapi bloomer dipandang secara seksual yang mana hal itu mencetuskan pasar  'penjualan bloomer bekas'. Apa kau tahu mengapa?”
“Um, bagaimana bilangnya ya ... bukanya karena terlalu pendek?”
Mendengar jawaban Mary, aku melonggarkan kepalanku sambil mengangguk.
"Betul. Tentu saja, itu adalah satu elemennya. Bentuknya dibutuhkan dengan kain yang lebih rendah benar-benar dipotong- seolah-olah bermain-main dengan Dewa dan Iblis- baik disengaja maupun tidak, bloomer tidak punya pilihan selain memaparkan paha dengan ... seksualitas yang terungkap oleh desain murni, setipis mungkin, tidak layak dipuji, tapi itu bukanlah sesuatu yang cenderung salah juga.”
“Um, Akira? Jangan bilang kalau kamu hanya ingin membicarakan tentang bloomer?”
Demi merespon pertanyaan Mary, aku terus menari dengan indah sambil menggelengkan kepala.
“Hilangkan pemikiran itu, Mary. Hal sepele yang tidak berguna baru dimulai sekarang. Mengenai bloomer tadi, Mary. Apa kau tahu asal usul dari pakaian?”
“... Itu bukan baju olahraga?”
“Sayangnya, Kau salah ... sebenarnya, apa yang kita sebut bloomer tadi awalnya adalah pakaian.”
“Jadi begitu ya ….... tunggu dulu, apa?”
“Pada saat bloomer diciptakan, pakaian wanita itu sulit sekali dipakai. Kupikir kau akan mengerti jika kau membayangkan gaun Victoria dan korset, tapi untuk celana sangatlah kaku dan berat, pasti bukan jenis pakaian yang bisa digunakan untuk berjalan-jalan. Tak peduli mereka menyukainya atau tidak, wanita dituntut untuk menghabiskan keseharian mereka dengan berdiam diri. Hal tersebut tidak boleh begitu, dan sebagai gantinya, sebuah pakaian yang dikenal sebagai bloomer dibuat.”
“A-apa itu benar?”
"Tentu saja. Yah, meski aku bilang begitu, bloomer di zaman itu tidak pendek dan ketat seperti yang sekarang, sepertinya bloomer di zaman itu memanjang sampai ke lutut, dan dibuat sedikit lebih longgar. Jadi aku merasa ada yang tidak benar jika bloomer modern  memiliki asal-usul dari pakaian. Bagaimana pun juga, bagian dari kisah penciptaan mereka pasti tertanam dalam pakaian ... maknanya, Mary, apa kau mengerti apa yang aku katakan?”
“... sedikit mengerti, tapi aku tidak ingin mengatakan itu.”
“Apa boleh buat. Aku sendiri yang akan mengatakannya.”
Aku membungkukkan badan saat menyimpulkan penjelasanku.
Bloomer awalnya adalah pakaian. Jika begitu, wajar-wajar saja jika bloomer terlihat sedikit seksi ... itu saja. Selamat malam.”
“Wuuaaaah. Ini memang tidak ada gunanya sama sekali.”
“Bukannya kau ada untuk mendengarkannya?”
“Kamu ada benarnya. Tapi Akira, apa ini bidang keahliamu ...?”
Mengabaikan kata-kata Mary yang gemetar, aku menghadapi papan catur.
“Sekarang, ayo tanding lagi. Masih ada banyak hukuman yang menanti. Sudah waktunya untuk membalas dendam.”
“Aku merasa kamu pernah bilang begitu terakhir kali, tapi ...  baiklah.”
Aku mencoba bertanya pada Mary sambil membereskan pion-pion catur ke posisi awal.
“... Oh ,iya, Mary.”
“Apa?”
“Sudah berapa hari sejak kau berangkat dari Nagasaki?”
Aku sudah sering berbicara dengan Mary melalui telepon, dan aku sendiri sudah kehilangan rasa waktu, aku merasa beberapa waktu telah berlalu.
Dari sisi lain, aku mendengar Mary sedang menghitung, 'Satu, dua, tiga ...' dan menyampaikan hasilnya.
“Kurasa sudah hari kesepuluh.”
"Benarkah? Apa memang sudah selama itu?”
Sepuluh hari. Seminggu dan tiga hari. Sepertiga dari satu bulan.
Maksudku, tentu saja, dilihat dari waktu hidup secara keseluruhan, jangka waktu tersebut tidak terlalu berarti, tapi saat kau mengalaminya, jangka waktu tersebut lumayan banyak.
Khususnya bagi Mary  yang sudah berjalan setiap hari sejak kita saling mengenal.
Aku terkejut dia punya banyak waktu luang untuk melakukan percakapan yang penuh semangat denganku.
“Jadi, kau ada di mana sekarang?”
“Sekarang? Coba aku lihat-lihat dulu…”
Aku berhenti memainkan catur, lalu melakukan beberapa perhitungan yang asal-asalan.
Jika kecepatan berjalan Mary sekitar 3 km/jam, dan misal dia berjalan sepuluh jam perhari, maka jarak yang sudah dia tempuh selama sepuluh hari kira-kira sekitar 300 km. Mengetahui hasil tersebut, membuatku terkagum. Aku ragu kalau ada gadis yang mau berjalan dalam jarak sejauh it.
“... Sekitar daerah Yamaguchi, mungkin?”
Bagaimana cara dia melewati Selat Kanmon* ?
“Tidak, tunggu dulu, jika tidak salah, Kau seharusnya bisa berjalan melewati ...?”
Yah lagian, menurut perkiraanku juga sekitaran daerah situ.
'Tidak juga. Kurasa sebentar lagi aku akan mencapai Stasiun Koube.”
“Haah !?”
... perkiraanku benar-benar melenceng. Itu sungguh mengejutkan. Pion-pion catur yang sudah kutata di papan mulai jatuh berserakan karena kekagetanku.
"Apa? Kau, ada di Koube?”
“Ya, aku di Koube ... apa ada yang salah? Ah, aku bisa melihat Menara Pelabuhan Koube! Apa kamu ingin aku untuk mengirimkan foto peringatan?”
“Bo-Boleh...”
“Oke! Aku akan segera mengirimkannya ~.”
Beberapa menit kemudian, apa yang dikirim ke ponselku adalah foto Mary dengan Menara Pelabuhan Koube sebagai latar belakangnya.
Seperti yang kuduga, Dia menutupi matanya, tapi tidak salah lagi kalau itu memang dirinya. Rasanya seolah-olah aku telah terpesona oleh Iblis.
“Apa itu terkirim dengan baik juga?”
“Y-Ya. Itu terkirim ... Eh? Kenapa? Kenapa Kau ada di Koube?”
Aku menyerukan kekagetanku melalui saluran telepon yang terhubung sekali lagi.
Maksudku, tak peduli bagaimana aku melihatnya, ini aneh sekali. Ini dua kali lebih banyak dari perkiraanku. Dari nada Mary saat dia membicarakan tentang turbo baba dan sejenisnya, kecepatan berjalan Mary seharunya tidak terlalu berbeda dari perkiraanku ...
“Hhmmmm?, seharusnya tidak ada yang salah. Maksudku, aku bisa berjalan sejauh tujuh puluh kilometer per hari.”
“Oy, aku tidak ingin membayangkan ini, tapi ….. apa kau berjalan sepanjang hari?”
“Ya, itu benar. Kami melakukan bisnis 24 jam tiap minggu , setiap hari selama setahun ... a-apa ada yang salah?”
Tercengang dan hampa menjadi satu, aku membuka mulut seperti orang idiot.
Sepanjang hari? 24 jam? 1440 menit? 86.400 detik?
“Du-Dua puluh empat jam, Kau ... Apa kau tidak tidur !?”
“Wah! Ja-jangan mendadak berteriak ...!”
“Ah, aku minta maaf ...”
“Umm, tidur, apa itu? Aku tidak membutuhkannya. Meski aku begini, aku ini seorang makhluk gaib,tahu.”
... Astaga, Ya ampun.
Aku pikir aku sangat memahami fakta bahwa Mary adalah seorang legenda urban. Tapi karena kami berbicara normal, dan sering bermain bersama, aku melupakan identitas sejatinya. Mengerti dan mengalami adalah dua hal yang berbeda, atau lebih tepatnya, jadi begitu, dia benar. Dia adalah anomali, suatu keberadaan yang biasanya tidak ada di masyarakat ...
Mungkin Dia menyadari kalau aku tengah menatap ke kejauhan, Mary berbicara dengan nada gugup.
“... Um ... apa aku menyeramkan?”
... Menyeramkan, kah. Hmm.
Saat dia mengajukan pertanyaan itu... Aku benar-benar tidak merasakannya.
“Tidak, bukan itu. Aku hanya merasa terkejut.”
“Benarkah ...?”
"Ya. Untuk meringkasnya, ini seperti yang itu. Mirip seperti lumba-lumba dan ikan tuna yang bisa terus berenang setengah tertidur, ‘kan? Jika aku mengubah cara berpikirku kalau Mary-san adalah makhluk laut, apa yang kau bilang tadi terdengar tidak terlalu gila.”
“Makhluk laut !? Bukannya itu cara perpikir yang terlalu gila !?'
“Lagian juga, namamu seperti nama  ikan.”
“Kesan M-Mary-san ...!”
... Tapi, aku paham.
Seorang manusia normal seperti diriku yang menghabiskan waktu delapan jam, sekitar sepertiga dari satu hari untuk tidur.
Meski begitu, ada saat dimana aku merasa bosan, hingga Mary yang menghabiskan waktunya lebih lama dariku pasti merasa lebih bosan. Alasan Mary ingin memiliki percakapan yang panjang denganku mungkin untuk mengalihkan perhatian diri dari kebosanan.
Tiba-tiba, aku memikirkan sesuatu, jadi aku memanggil Mary yang sedang bergumam, 'nama ikan ...'.
“... Kalau dipikir-pikir, foto ini ...”
Eep! … Ya ada apa?”
“Kulitmu tidak menyoklat, ya.”
Jika tidak salah, sama seperti pada foto yang aku dapatkan pertama kalinya saat Mary meneleponku, kulitnya masih terlihat putih pucat. Bahkan ketika dia sudah berjalan sepuluh hari di bawah terik matahari.
“Ah iya. Makhluk gaib yang dipanggil Mary-san memiliki dasar pada boneka, jadi dia tidak bisa kecoklatan ... tidak, bahkan tanpa itu, aku sendiri seorang makhluk gaib, jadi setiap luka fisik langsung sembuh.”
“Eh? Jadi serangan fisik tidak berpengaruh pada makhluk gaib? Lalu bagaimana kau memurnikan mereka?”  (TN: hhmmm agak bingung di bagian ini, bagusnya memurnikan atau menyucikan? Intinya mau menghilangkan makhluk gaib/excorcisme)
“Kamu ingin menyingkirkanku !? Apa aku akan dimurnikan !?”
“Ah, tidak, bukan begitu maksudku. Hanya ingin tahu untuk referensi.”
Ketika aku bertanya, Mary menjawab asal.
“Aku pikir garam mungkin bekerja. Mungkin. Dua ratus yen per kilogram [4] .'
“Oy, kau Cuma asal ngomong iya ‘kan?”
“Maksudku, aku sendiri tidak tahu. Kesampingkan dulu tentang mengusir, namun saat inti dari sebuah legenda urban ini terhapus adalah saat dilupakan oleh umat manusia.”
“Ah, begitu ya. Dalam arti, Kau ini adalah makhluk supranatural.”
Aku tidak terlalu mengerti apa yang membuat mereka kuat atau tidak.
… Jika begitu…
“Bagaimana dengan Cermin Ungu[5] ? Bukannya inti dari legenda urban itu adalah salah satu yang terletak dilupakan, ‘kan?”
“Ah, Tuan Cermin Ungu, bukan? Terluka oleh kontradiksi-diri, aku dengar Ia mengembangkan bisul perut saat mendekati upacara setiap tahun.”
“Kelihatannya repot sekali ...”
Di mana tepatnya perut cermin?
Mungkin ada sejumlah legenda urban memendam masalaj mereka sendiri.
“Yah apa pun itu. Sekarang aku tahu kalau kedatanganmu di tempatku takkan lama lagi ... itu berarti ...”
“ Iya?”
“Saat kau sampai ke tempatku, sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?”
Betul. Kalau dipikir-pikir, aku tidak pernah bertanya pada Mary mengenai apa yang akan dia lakukan setelah tiba di sini ... karena, bermain bersamanya setiap hari sangatlah menyenangkan.
“Apa yang kamu maksud dengan “apa”?”
“Tidak, legenda Mary-san pada umumnya akan berakhir di kalimat, 'Aku tepat di belakangmu'. Lalu, apa yang terjadi setelah itu? ... Kau takkan membunuhku, ‘kan?”
“Tidak, tidak, tentu saja tidak! Apa yang kamu bicarakan!? Itu tidak mungkin!”
“Lalu apa yang akan kau lakukan?”
“I-itu ...”
Mary bergumam.
Aku bisa merasakan butiran keringat dingin mengalir di belakang punggungku. Oy oy, kalau kau diam terus, jangan-jangan ...?
“O-oy, Mary. Jangan bilang ...”
'Tidak, um ...... Aku juga tidak tahu.”
"… Apa?"
Mulutku terbuka kaget karena mendengar jawaban Mary.
“Ma-Mau bagaimana lagi! Maksudku, aku ini masih Mary-san dalam pelatihan!”
“... Tidak, itu bahkan tidak logis. Walau kau masih dalam pelatihan, setidaknya kau harus tahu peekerjaan apa yang sedang kau latih.”
“Kamu salah sangka. Ketika mengenai legenda Mary-san, dia adalah anomali yang berakhir saat kamu berbalik.”
"… Apa maksudmu?"
Aku memiringkan kepalaku.
Maksudku, dia benar. Aku tahu bahwa Mary-san adalah sebuah legenda urban yang berakhir tepat setelah Kau berbalik, terus apa? Dia tidak tahu apa yang terjadi setelah Kau berbalik?
“Apa kamu tidak mengerti? Dalam legenda Mary-san, justru karena kamu tidak tahu apa yang terjadi saat kamu berbalik, itu sebabnya legenda urban ini terus memegang popularitasnya.'
“... Hmm?”
“Misalnya, ini cuma misalnya saja, oke? Jika Mary-san adalah sejenis anomali yang segera membunuh target setelah targetnya berpaling. Pada saat itu juga, dia sudah gagal.”
“Kenapa?”
“Maksudku, nanti siapa yang akan meneruskan ceritanya?”
“... Ah.”
“Mary-san adalah legenda urban tanpa kesimpulan yang pasti. Justru karena hasilnya tidak diketahui legenda urban ini masih bisa bertahan ... jadi semua kasus ditangani oleh kasus.”
“Apa begitu cara kerjanya?”
“Memang begitu cara kerjanya. Jika kamu ingin membandingkannya dengan bisnis, bagi makhluk sejenis kami, manusia adalah pelanggan. Kuchisake-Onna terkenal sebagai makhluk berbahaya, tapi sebagai gantinya, cara untuk melawan dirinya juga terkenal, ‘kan? Tidak ada manfaat nyata untuk  meletakkan tangan pada pelanggan jika tidak meningkatkan penjualan, jadi tidak banyak legenda urban yang hanya mencelakai orang, tak perlu ditanya lagi.”
Berarti saat target berbalik, narasi pun berakhir. Apapun yang terjadi berikutnya nanti tergantung dengan keputusan Mary-san. Nah, dalam arti, aku kira Kau bisa menyebutnya jelas, tapi ...
Tapi, juga. Itu sedikit melegakan.
Aku mencoba mengusulkan sesuatu.
“... Lalu mengapa tidak mencoba bertanya pada Senpai-mu?”
“Senpai?”
"Ya. Kenyataan bahwa kau dalam pe;atihan itu berarti ada yang sudah menjadi Mary-san, kan? Aku sedikit tertarik, jadi kenapa tidak bertanya mengenai bagaimana dia menangani hal itu?”
Mary tampaknya menunjukkan minat dalam saranku.
“Ooh! Ide bagus! Aku akan mengirimkan email padanya!”
“Ah, jadi Mary-san yang aktif menggunakan e-mail.”
Apa Mary ini menggunakan adalah aplikasi pesan gratis. Apa ini kesenjangan generasi?
Beberapa menit kemudian, Mary meneleponku lagi.
“Mary, Kau sudah dapat balasannya? Cepat sekali.”
'Telepon adalah alat perdagangan kami. Jika kamu menyebut dirimu Mary-san, Kau tidak pernah lalai untuk memeriksa ... um, aku akan membacanya perlahan-lahan, oke?'
“Oke, boleh saja.”
Ada sebuah suara yang kedengarannya seperti Mary tengah menggeser  ke bawah layar saat Dia berbicara.
“Umm ... [Mary, untuk dirimu yang memiliki minat dalam hal seperti itu, tampaknya hari dimana kamu akan lulus dari status pelatihan tidak lama lagi] ... Ehehe. Yay, dia memujiku!'
“Ya, ya, kau menakjubkan. Cepat lanjutkan.”
“Kamu bisa sedikit memberiku selamat kek ... kalau begitu aku akan mulai membaca ... [Pada akhirnya, kita hanya berbicara tentang pengalaman hidupku, jangan jadi patokan tentang apa yang akan kuberitahu. Sekarang akan aku beberkan, pilihan pertama. Ambil dompet mereka dan kabur.]”
“Itu namanya pencopetan!”
Saat aku berpikir kalau dia mengatakan sesuatu yang terhormat, namun itu hanya angan angan belaka.
Lupakan tidak berusaha keras untuk mematuhi, aku tidak ingin Mary menggunakan orang ini sebagai acuan.
“U-um! Aku yakin dia punya alasan tersendiri! Umm, lanjut ...! ... [Pilihan kedua, tendang selangkangan mereka dan kabur].”
“Sudah diputuskan! Senpai-mu itu memang penjahat!”
“U-umm, umm! ... [Pilihan kesatu dan kedua digunakan untuk orang-orang yang membuatmu kesal. Sangat mungkin juga mendapatkan combo setelah pukulan awal. Ini adalah serangan mendadak dari belakang, tingkat keberhasilan 100%.]”
“Ya Tuhan!Kejam sekali!”
Dia cuma preman yang nongkrong di pasar-pasar tradisional.
Mungkin Mary merasakan itu juga, Dia terus membaca dengan panik.
“Pa-Pasti bukan cuma itu saja! ... [Pilihan ketiga. Hapus hawa kehadiranmu dan kabur. Jika targetmu adalah yakuza atau seseorang yang super menakutkan, aku sangat menyarankan untuk mengambil pilihan ini.] “
“Senpai-mu ini benar benar penjahat yang pengecut!”
Langsung kabur jika targetnya menakutkan? Apa gunanya kemampuan yang tidak mempan terkena serangan fisik?
Kesanku tentang Mary-san sudah hancur berkeping-keping.
“… Ah! Yang satu ini kelihatannya terlihat bagus! [Pilihan keempat, jika kamu berhadapan dengan seorang anak kecil, beri mereka permen dan menepuk kepala mereka sebelum kamu pergi.]”
“Dia terang-terangan mencoba membuat dirinya terlihat seperti orang baik ...”
... Tapi. Hal itu, kurasa tidak buruk juga.
Itu tidak membuatku terkesan, tapi bersikap baik terhadap anak-anak adalah nilai tambah yang besar. Bukan berarti Mary-san adalah 100% sampah, jika dia adalah seorang berandal, dia pasti tipe berandal yang memungut seekor anjing di hari yang hujan.
Artinya, aku yakin, ini adalah sesuatu seperti itu ...
“... [Pilihan kelima. Jika si target jatuh cinta denganmu, buat mereka mentraktirmu makan dan membayari taksimu sebelum kamu pergi. (Awas hati-hati, pastikan mereka tidak memiliki cara untuk menghubungimu lagi setelah itu)]”
“Seperti yang kupikirkan! Ini sungguh melegakan!”
Gayanya untuk menjatuhkan kesan sampai  kedalaman bumi, aku sama sekali tidak membencinya. Setelah satu putaran lagi, sifat sampah-nya terlihat menyegarkan.
Suara Mary mulai mengecil.
“Ke-Kelihatannya ini yang terakhir ... [Pilihan keenam, jika target adalah tipe yang kamu suka, kembali ke tempatnya dan bers-] ... !?”
Suara Mary terputus. Dari sisi lain, aku bisa mendengar , 'wawawawawa ...!' dan, 'A-apa yang harus aku ... !?' di kejauhan.
Setelah tiga menit kemudian, Mary berbicara.
“Pi-pilihan ke enam. Jika kamu menyukai si target, tampaknya kamu bisa terlibat dalam beberapa olahraga malam hari ...”
“Sudah sejauh ini, langsung katakan saja dengan jelas!’
Apa-apaan dengan kalimat yang berbelit-belit itu? Sebaliknya, ini lumayan erotis!
“Untuk saat ini, Mary. ganti dengan Mary-san yang aktif.”
“A-Akira !? A-Aku pikir kamu tidak boleh melakukan hal semacam itu! Lagian, mana mungkin dia akan terus menemanimu!Ja-Jadi, um, kamu ha-ha-harusnya  dengan a--ak...
“Kembalilah sepuluh tahun lagi. Aku tak punya minat pada gadis kecil.”
“Akira bodoh!”
Setelah bunyi klik, panggilan pun terputus. Keesokan harinya, Mary sedikit marah.




Catatan kaki
[1] Tsukumogami: Sebuah benda mati yang mendapatkan jiwa setelah melayani tuannya selama seratus tahun. Sejenis dari yokai.
[2] Ini adalah referensi Dragon Quest: The Great Adventure of Dai, di mana  Prajurit Blok beralih tempat dengan rajanya, Mantan Raja Iblis Hadlar dalam rangka untuk menyelamatkan dia dan membawanya ke tempat yang aman.
[3] Selat Kanmon adalah selat yang menghubungkan Honshu dan Kyushu
[4] Dua ratus yen sekitar Rp.26.000.-
[5] Cermin Ungu, sejenis legenda urban yang popular di Jepang

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama