The Result when I Time Leaped Chapter 40 Bahasa Indonesia




Sepulang  Sekolah di Ruangan Upacara Minum Teh

[Sepulang sekolah, datanglah ke ruangan klub upacara minum teh ♪]
Begitulah catatan yang diberikan Hiiragi-chan padaku ketika mengajar pelajaran sejarah dunia. Ngomong-ngomong tentang ruang upacara minum teh, bukannya tempat itu baru saja ditutup? Itu berarti, ruangan tersebut tidak bisa digunakan. Sebenarnya, apa yang dia rencanakan di sana ...?
Kebetulan saja klub ekonomi rumah tidak memiliki kegiatan sepulang sekolah, jadi aku punya waktu luang. Sambil mewaspadai area sekelilingku, aku berjalan ke belakang sekolah dan menuju ke sebuah bangunan tua. Saat aku sampai di dalam, Hiiragi-chan menyambutku di pintu masuk.
"Ah, selamat datang."
"Selamat datang? Lebih penting lagi, kenapa tempat ini bisa terbuka? ”
“Kenapa? Bukannya itu sudah jelas? Aku menggunakan kunci duplikat yang aku buat sendiri. "
“Jangan seenaknya membuat kunci duplikat!? Kau tak pernah tahu apa yang akan terjadi jika seseorang mengetahuinya. ”
"Ya ampun, kamu selalu serius seperti biasanya, Seiji-kun."
Di sini, di sini, aku didesak untuk duduk di atas bantal. Ruangan bergaya Jepang ini dulunya digunakan oleh klub. Oleh karena itu, masih ada beberapa grafiti dari mantan anggota klub.
“Tunggu sebentar, oke? Teh akan segera disiapkan. "
"Apa?"
Sudah lama aku tidak melakukannya, ujarnya sembari menggunakan alat yang baru saja dia cuci untuk menyiapkan teh.
"Teh itu, apa itu matcha?" (TN : Teh Hijau)
"Seperti yang kamu lihat."
Dia menggunakan satu set teh tradisional.
Selain itu, dia tampak sangat terbiasa menggunakannya.
"Biasanya, kita menggunakan alat seperti kompor gas, atau ketel air untuk membuat teh, jadi aku berpikir sesekali melakukan seperti ini takkan masalah."
"Jika kau tak keberatan dengan hal itu, kurasa tidak apa-apa ...”
Sekarang, Hiiragi-chan sedang mengenakan pakaian biasa jadi rasanya kurang benar, meski dia duduk bersimpuh dan melakukan gerakan-gerakan yang biasa dipraktikkan oleh anggota klub upacara minum teh. Namun, jika aku membayangkan Hiiragi-chan dengan pakaian kimono.
... Menakjubkan sekali. Rasanya jadi sempurna.
"Ini, silakan dicoba."
Ujarnya seraya menyajikan secangkir teh.
"Ah, ummm, kau cukup ahli juga ..."
"Ahaha. Seharusnya kamu mengatakan itu setelah selesai meminumnya. Aku tak berpikir kamu akan merespon dengan normal. "
"Be-Begitu ya?"
“Tidak perlu menahan diri. Manner dan semacamnya rasanya membosankan, iya ‘kan? ”
Kalau memang begitu, aku memutuskan untuk meminum dengan bebas. Ya. Rasanya pahit, seperti yang diharapkan.
"Ini silahkan, cemilan untuk menemani minum teh."
Apa yang Hiiragi-chan suguhkan berikutnya adalah beberapa donat kecil dari dalam tasnya.
"Teh dan donat ...rasanya tidak seimbang."
"Tak masalah selama rasanya enak."
Hiiragi-chan yang menegakkan punggungnya saat dia duduk bersimpuh entah bagaimana terlihat sangat pantas. Oh ya, aku tahu banyak tentang Hiiragi Haruka sebagai guru dan pacarku, tapi aku tidak tahu hal lain tentang dirinya.
"... Haruka-san?"
"Hmmm? Ada apa?"
Dengan gula yang menempel di bibirnya, Hiiragi-chan memiringkan kepalanya. Mogu mogu, dia sedang dalam proses memakan dua atau tiga donat sekaligus. Kelihatannya terasa enak ketika orang ini memakannya.
"———Ah! Ruangan klub upacara minum teh terbuka! "
Terdengar suara seorang gadis dari luar, yang mana membuat kami berdua terkejut.
"Itu benar. Rasanya aneh. Mungkinkah seseorang lupa menguncinya? "
Kali ini suara anak laki-laki.
"Mau coba masuk?"
"Yeah."
Dari suaranya, sepertinya ada dua orang. Kemungkinan besar, mereka adalah pasangan yang mencari ruangan di mana mereka bisa berduaan. Menunjukkan kelincahan yang tidak biasa baginya, Hiiragi-chan dengan cepat membersihkan teh yang disajikan dan sampah dari makanan ringan juga.
Sepatu kami yang kami baringkan di pintu masuk mungkin akan menjadi masalah. Namun, sepatu tersebut sudah tidak terlihat.
"Seiji-kun, sebelah sini."
Hiiragi-chan menarikku dengan tangannya, dia menyeretku ke ruang the lain yang ada di sebelah.
“Ini bagus! Ini tempat terbaik! Tutup pintunya, kunci saja. ”
Berbarengan dengan suara anak laki-laki, pintu masuk kemudian dikunci dengan suara klik.
“Uuuuu! Meski aku mengambil risiko untuk membuat kunci duplikat …... mereka seenaknya saja menerobos masuk ke tempat ini! "
Hiiragi-chan cemberut marah dengan menggembungkan pipinya.
Aku tidak bisa memutuskan siapa yang salah. Entah itu yang membuat kunci duplikat, atau yang mengganggu waktu kita berdua. Oleh karena itu, aku hanya bisa diam tanpa berkomentar.
"Hmm? Barusan, apa kau tidak mendengar suara dari sana? ”
"Hei, hei, jangan nakut-nakutin ah."
“Tidak, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya berpikir, kalau mungkin saja ada seseorang di sini sebelum kita. "
Keheningan yang canggung. Setelah itu, suara langkah kaki di tatami bisa terdengar.
"" - !? ""
Kami berdua panik dan langsung melompat ke lemari kecil. Terdengar bunyi pintu digeser, setelah itu, pasangan itu terdengar saling berinteraksi.
"Tidak ada siapapun disini."
"Hhmmm…Mungkin itu hanya imajinasiku saja."
Hiiragi-chan dan diriku, dengan jantung yang berdebar kencang, mendesah lega pada saat yang sama.
"Hmmmm? Kunci…? Dimana kuncinya ...! "
"Ada apa?"
"Seiji-kun, apa kamu tahu di mana kunci ruangan ini?"
"Tidak, aku-"
Jawaban Hiiragi-chan langsung terjawab orang lain saat aku hendak membalasnya.
"Ini …... Bukannya ini kunci tempat ini? Beruntung sekali! Sepertinya seseorang menjatuhkannya. ”
Dengan membuka sedikit pintu lemari, seorang gadis yang tampaknya anak kelas 3 sedang memegang kunci. Tak diragukan lagi kunci yang dia pegang adalah kuncinya Hiiragi-chan, kunci untuk ruangan upacara minum teh.
"Bikin kesel saja ...! Aku sudah susah-susah memikirkan hal ini, dan menemukan tempat untuk bermesraan ...! Aku bahkan menyiapkan kunci duplikat dan camilannya, aku sudah melakukan persiapan yang sempurna ...! ”
"Shh—!"
Aku mencoba menenangkan Hiiragi-chan, yang sedang marah.
Di saat aku menepuk kepalanya, suara ciuman bisa terdengar. Suara tersebut bukan dari kami berdua, tapi pasangan yang ada di dalam ruang teh.
Wahwahwah. Ciuman mereka cukup erotis ...
"Se-Seiji-kun, kamu tidak boleh lihat."
"Ke-Kenapa?"
Ketika kami diam-diam bercakap-cakap, gairah dan intensitas di dalam ruangan meningkat.
"Fuu .... Nnnn .... "
I-ini, ini dimulai begitu cepat ———! Dari belakang, mataku tiba-tiba tertutup.
"Dibilang jangan, mu—"
Kuh. Hiiragi-chan ...! Apa dia berniat melarangku melihat bagian yang lebih erotis dari ini ... !?
"Ka-Kamu harus berusia dua puluh tahun untuk menonton sesuatu di luar ini, oke ...? Walau itu dari video sekalipun. ”
Aturanmu terlalu ketat!? Ini sama dengan pada tingkat minum dan merokok*. Namun, aku masih bisa mendengar gemerisik pakaian dan suara kulit mereka yang saat bersentuhan. (TN: Usia minimum untuk diperbolehkan merokok dan minum di jepang itu 20 tahun)
“Pa-Padahal mereka masih anak kelas 3 SMA, tapi, tapi, mereka sudah melakukan hal seperti itu…. Eh, di dalam rok ... Aauuuuu ... Tu-Tunggu ... "
Dengan suara yang malu-malu, Hiiragi-chan mengomentari situasi saat ini. Bukannya kau sendiri merasa tertarik?
"Eeh—! Fueeeh ... Melakukan sesuatu seperti itu ...!? "
Apa yang sebenarnya terjadi,? aku malah jadi sangat penasaran tentang hal itu. Lebih penting lagi, Sensei. Dadamu menekan punggungku. Setelah suara nafas berat dan terengah-engah keluar, Hiiragi-chan mulai pingsan.
"A-aku tidak bisa ... aku tidak bisa melihatnya lagi ..."
Hiiragi-chan jatuh pingsan dan berbaring miring. Matanya berputar-putar saat dia jatuh pingsan. Seberapa mudahnya kau jatuh pingsan?
… Sekarang. Bagiku, aku hanya pernah melihatnya di AV dan tidak pernah melihat langsung di kehidupan nyata. Ayo lihat…
Tunggu, mereka sudah pakai baju lagi !? Eh, Sudah selesai !? Ini jauh lebih cepat daripada yang aku kira !! Apa memang begitu cara kerjanya, Senpai!?!? Sekarang, aku hanya bisa menonton pasangan siswa kelas 3 yang saling bermesraan.
Setelah itu, pasangan tersebut meninggalkan ruangan, dan keluar dari gedung upacara minum teh. Dan tentu saja, pintu itu dikunci dari luar. Kemungkinan besar, keduanya akan sekali lagi menggunakan kunci duplikat untuk datang ke sini lagi. Apa yang kupikirkan tampaknya sama dengan Hiiragi-chan.
“Sensei? Sepertinya sudah aman sekarang? ”
Usai keluar dari pintu lemari, aku mengguncang bahu Hiiragi-chan yang tidak sadarkan diri.
"Nnn .... Uuuun ... Hah? Apa aku ketiduran?"
"Hmm yah…. Banyak hal yang terjadi. "
"Begitu ya. Maaf. Aku akhirnya ketiduran. Aku juga memiliki mimpi yang mengerikan ... Me-Mengapa hal itu bisa terjadi ..... mengapa aku melihat mimpi yang mesum seperti itu ....? ”
Hiiragi-chan bergerak dengan malu-malu sambil meletakkan pangkuannya. Ah, orang ini, dia menganggap semua yang baru saja terjadi sebagai mimpi. Nah, kejadian itu cukup mengejutkannya sampai membuatnya pingsan, jadi jangan dibahas lagi.
"Setelah selesai bersih-bersih, mau pulang bareng? Aku akan memberimu tumpangan ♪ "
"Ah, ya. Terima kasih."
Dalam suasana hati yang baik, Hiiragi-chan memasukkan peralatan dan piring ke wastafel dapur untuk mencuci mereka. Lalu, dia mencari-cari tempat sampah.
"Haruka-san, tempat sampahnya ada di rak belakang."
“Ah, kamu benar. Terima kasih. …? Hmmm…..ada sesuatu di dalam tempat sampah — Fu-Funyaaaaaaah. ”
Mendengar jeritan seperti kucing, aku segera pergi ke tempat Hiiragi-chan.
"Apa yang terjadi?"
"Tempat sampah ... di dalam tempat sampah ..."
Hiiragi-chan menempel padaku, seolah-olah dia melihat semacam monster. Memangnya ada apa di dalam? Aku mengintip ke tempat sampah yang dia tunjuk.
... Ada banyak tisu yang sepertinya digunakan untuk sesuatu.
"Ah ... pasti yang tadi ..."
“Ta-Tadi !? I-Itu artinya, itu bukan mimpi ...? In-ini, ini adalah sekolah, tahu? Bahkan ruang upacara minum teh — mereka cuma siswa SMA….... ti-tidak senonoh— ”
Aku menopangnya karena dia terlihat akan pingsan lagi. Ah, Ups ini gawat. Aku tak sengaja menyentuh payudaranya. Sekali lagi, mata Hiiragi-chan berputar saat dia jatuh pingsan. Dia terlalu tak berdaya untuk ini. Bagaimana dia dibesarkan menjadi seperti ini? Beberapa saat kemudian, Hiiragi-chan tersadar, dan kami meninggalkan ruangan setelah membuka pintu dari dalam.
Di dalam mobil saat perjalanan pulang.
"De-Dengar ...  yang seperti itu masih terlalu cepat untuk kita, oke? Ki-Kita punya urutannya sendiri untuk melakukan sesuatu, oke? ”
Dia tidak bilang topik apa yang dia bicarakan, tapi wajah Hiiragi-chan benar-benar merah padam.
"Tapi, kita bermesraan selama perjalanan sekolah."
“I-itu! Itu karena suasananya saja dan alcohol juga! Aku sangat menyesal! Lupakan saja? Aku sudah bertobat ... sesuatu seperti itu, biasanya tidak aman. "
Jadi, ciuman itu aman, tapi yang lebih dari itu bukan kategori aman.
"Itu sebabnya. Ki-Kita ini masih tahap berpacaran …... lain lagi ceritanya kalau kita sudah menikah.  Itulah urutan yang tepat. ”
"Kalau begitu sih tak masalah, tapi ... Haruka-san, apa kau bisa menahan diri?"
“……… Bi-Bi-Bisa, kok?”
Tidak peduli bagaimana aku memikirkannya, aku masih penasaran.
“Kok jawabannya ragu-ragu. Ah, jangan-jangan .....? "
“Ka-Ka-Kamu salah! A-Aku tidak memikirkan sesuatu yang mesum! ”
"Tapi aku belum mengatakan apa-apa?"
"Seiji-kun,  kamu jahat ~~!"
Poko poko, kedua tangan Hiiragi-chan mulai memukuliku dengan gaya lucu.
“Uwaaah !? Jangan lepasakan stir-nya !. ”
Setelah susah payah mengendalikan mobil, kami entah bagaimana bisa melanjutkan perjanan pulang tanpa kecelakaan.




close

3 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama