The Result when I Time Leaped Chapter 49 Bahasa Indonesia




Tugas Piket

“Sanada, maaf, aku serahkan sisanya padamu!"
“Maaf, aku nggak bisa terlambat ke klub!"
Dan begitu seterusnya, anak-anak yang punya tugas piket, membuat berbagai alasan saat mereka langsung cabut usai bel pulang sekolah berdering. Sepertinya mereka semua ingin bolos tugas piket, dan meski seharusnya ada enam orang, orang terakhir sudah tidak ada. Yah, palingan juga dia sudah pulang duluan.
Tetap saja, rasanya sulit membersihkan ruang kelas sendirian. Apa boleh buat, Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat dan pulang.
“Sanada-kun, kamu sendirian?"
Hiiragi-chan masuk ke ruang kelas dengan suara cerianya.
“Yeah, seperti yang bisa Anda lihat sendiri."
“Kamu benar-benar rajin."
“... Jam pelajaran sudah selesai, bukannya Anda biasa bekerja di ruang guru?"
“Jangan cuek begitu. Kebetulan, aku melihat Sanada-kun sendirian, jadi aku penasaran apa kamu merasa kesepian. ”
Aku tidak ingin bekerja keras dalam hal ini, bahkan sebelum aku bisa menindaklanjuti rencana itu, aku sudah dihentikan dulu. Meski aku ingin membolos piket,sekarang sudah terlambat. Jadi, apa boleh buat, Aku hanya bisa bersih-bersih dengan serius.
Sepertinya Hiiragi-chan tidak bermaksud membantu, karena dia membawa laptopnya ke meja guru, dan mulai bekerja.
“Maaf, aku masih ada sedikit kerjaan. Padahal, Aku benar-benar ingin membantumu, sih... "
“Tidak apa-apa, terima kasih atas perhatian Anda."
Setelah menggeser meja, aku mulai menggunakan sapu untuk menyapu lantai. Hiiragi-chan anehnya luar biasa diam, saat dia melirikku, dan mengetik laptopnya untuk mengerjakan sesuatu. Rasanya seperti dia benar-benar sedang melakukan pekerjaan. Sesekali, dia akan bergumam “hmmmm” atau “mmmm” saat dia membuat wajah yang sedikit bermasalah dan melanjutkan pekerjaannya.
“Apa suara sapunya sedikit mengganggu Anda, Sensei?”
“Tidak juga kok. Jangan khawatir. Tidak apa-apa kalau sedikit bising juga. ”
Begitulah katanya.
“Di ruang guru, selalu ada suara orang-orang berbicara dan siswa yang bolak-balik di ruang guru, jadi di sana lumayan berisik."
Sambil berbicara, tangannya tidak pernah berhenti mengetik. Rasanya sangat sepi sekali usai sepulang sekolah. Dari jauh, suara musik dari band yang sedang berlatih bisa terdengar. Ditambah pula dengan suara ketikan laptop. Pancaran cahaya matahari terbenam merangsek masuk dari lorong, mewarnai seisi ruangan kelas dengan warna oranye.
Saat Hiiragi-chan berkonsentrasi pada pekerjaannya, dia membuat ekspresi yang tak kuketahui saat dia menatap layar. Bagiku, aku hanya mengenal Hiiragi-chan saat dia mengajar di kelas, atau sebagai pacarku, tapi melihat sisi baru dirinya terasa menyegarkan.
“Ada apa? Sei — Sanada-kun, kamu terus melihat ke arahku. ”
“Tidak apa-apa. Hanya saja, aku pikir rasanya bagus sekali. ”
“Apanya?"
“Sensei yang bekerja keras."
“... Ja-Jangan mencoba merayuku."
Hiiragi-chan langsung menutupi mukanya dengan laptop.
Aturan yang aku buat dengan Hiiragi-chan pada dasarnya ialah kami boleh dalam mode kekasih apabila berada di ruang tertutup. Selain dari itu, kami akan berada dalam mode guru dan siswa. Karena kami tak pernah tahu kapan atau di mana ada orang yang mendengar atau menguping pembicaraan kami. Ruang kelasku terletak di lantai dua, tapi kelas ini masih bisa terlihat dari ruang guru. Karena itu, saat ini kami dalam mode guru dan siswa.
“... A-Apa kamu jatuh cinta padaku?"
Ujar Hiiragi-chan dengan posisi mengintip dan setelah mata kami saling menatap, dia langsung mengangkat layar laptop untuk digunakan sebagai perisai.
“Jika itu masalahnya, apa yang akan Sensei lakukan?"
“…. Aku juga ... aku akan ... tidak, aku ini adalah Sensei-mu. "
Dengan suara yang lantang, Hiiragi-chan memarahiku.
“Kenapa?"
“Maksudku, karena aku sudah punya pacar."
Dia menatapku dengan mata menengadah.
“Begitu ya, sayang sekali. ”
Memahami apa yang sedang terjadi, aku berakting menurunkan bahuku dengan lesu.
“Yeah. Maaf. Kamu harus benar-benar menyerah …….. Karena aku benar-benar menyukainya."
Suara keyboard yang ditekan berhenti, sepertinya dia sedang menunggu jawabanku.
“Apa yang Anda sukai dari dirinya?"
“Kalau hal itu…. aku akan memberitahumu setelah kamu selesai piket."
Setelah membersihkan bagian belakang, aku mulai membersihkan bagian depan ruangan kelas. Hiiragi-chan, yang wajahnya sedikit merah, sekali lagi mulai berkonsentrasi pada pekerjaan. Karena rasanya ngga enak untuk mengganggunya, aku menggerakkan tanganku untuk menyelesaikan piket lebih cepat.
“Sanada-kun, tipe orang seperti apa yang kamu suka?”
“Aku? ... Menanyaiku hal itu sedikit sulit ... "
“Sulit?”
Sepertinya Hiiragi-chan tidak mendapat jawaban yang dia inginkan saat dia mengerutkan bibirnya.
“Seseorang yang pandai memasak."
"Yeah, yeah, dan?"
“Seseorang yang melakukan yang terbaik, tapi kadang-kadang bertingkah bodoh. Aku pikir seseorang seperti itu terlihat lucu dan imut. "
“Aku tidak benar-benar bodoh tahu ....."
“Aku sedang membicarakan tipe orang yang kusuka, ingat? Sensei. ”
“It-Itu benar."
Dia benar-benar tidak sadar kalau dia itu agak bodoh.
“Lalu tipe orang seperti apa yang Anda suka, Sensei?"
“Aku akan memberitahumu setelah kamu selesai piket."
Aku tidak terlalu rajin untuk membersihkan sampai ke sudut ruangan. Jadi begitu selesai menyapu, aku mengembalikan meja dan kursi ke posisi semula.
“Sensei, aku sudah selesai piket. Apa Anda bersedia memberitahuku sekarang? ”
“Hhmmmm….. jika kamu menutup tirai dan pintu kelas, mungkin aku mau memberitahumu?"
Mengerti akan maksudnya, secara tak sadar aku mendecak lidah.
“Apa ada yang aneh?"
Aku menggelengkan kepalaku atas pertanyaannya.
Bagian terakhir dari tugas piket hanyalah menutup pintu, mengunci jendela, dan menutup tirai. Kami masih berada di dalam kelas, tapi kami mengunci pintu yang mengarah ke lorong. Karena satu-satunya pencahayaan yang ada hanyalah cahaya dari matahari terbenam yang menerobos melalui jendela kecil pintu, ruang kelas menjadi jauh lebih redup.
Hiiragi-chan, yang sedari tadi di meja guru, perlahan-lahan berjalan mendekatiku, dan melingkarkan tangannya di leherku. (TN : Anjirrrrrrr malah mesra-mesraan sama guru yang hot, bikin iri aja :v riajuuuu bakuhatsu sirooooooo!!!!)
“Bagaimana dengan pekerjaanmu?"
“Sebenarnya sih, sudah selesai, dan dari awal memang nggak ada kerjaan hehehe.”
“Tapi, apa yang kau ketik di laptop selama ini ..."
“Gim mengetik.”
“Terus, untuk apa kau datang ke kelasku?"
“Aku melihat Seiji-kun dari ruang guru, jadi aku datang untuk mengintip. Dan, karena kamu sendirian, jadi itu berakhir seperti ini. ”
"Jadi, kau menunggu aku menyelasaikan tugas piket?"
“Benar sekali ♪"
Dengan mata menggoda, Hiiragi-chan melanjutkan pembicaraan.
“Lalu ... melanjutkan dari topik yang, apa kamu masih ingin mengetahuinya?"
“Ya. Tentu saja."
Hiiragi-chan berusaha berdiri berjinjit dengan menaruh tangannya dipundakku. Saat sudut pandang kami mencapai ketinggian yang sama, bibir kami saling mendekat dan menyentuh satu sama lain. Sembari memeluk pinggangku, kami berciuman sampai tiga kali.
Dari jarak dekat di mana pantulan wajah satu sama lain bisa terlihat di mata, dia membuat senyum tersipu.
“... Aku benar-benar mencintaimu.”
Sebelum aku bisa membalasnya, dia melanjutkan dengan permintaan berikutnya. Sambil mengangkat dagunya, dia mejulurkan bibir, dan menutup matanya. Kali ini dia menunggu. …... Entah kenapa, itu terlihat sangat lucu, jadi aku terus memperhatikan wajahnya.
“…….??”
Tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Hiiragi-chan perlahan membuka matanya.
“Tunggu, kenapa kamu cuma melihat saja? Apa kamu tidak mengerti, apa yang seharusnya terjadi sekarang !? Padahal suasananya sedang bagus-bagusnya. ”
Ucapnya sambil memukul dadaku..
Mouuuuu, kamu selalu saja bertingkah seperti ini, Seiji-kun. Bertingkah seperti kamu tidak bisa membaca suasana untuk sedikit menggodaku. ”
Saat dia menatapku dengan ekspresi marah, aku menatapnya dengan lembut.
“Itu sebabnya …... kamu seharusnya jangan buat aku menunggu ...hmmp…?"
Ahh….pujaan hatiku terlalu manis, jadi kali ini, aku menciumnya atas inisiatifku sendiri. Ciuman kedua, ketiga dan saat kami ingin terus melanjutkan, aku menjauhkan diri dari Hiiragi-chan.
“Kenapa? Apa ada yang salah?”
“Kerja. Kau masih punya pekerjaan, ‘kan? ”
“Bagaimana kamu bisa tahu…?"
“Jika itu cuma gim mengetik, kau tak akan membuat wajah bermasalah seperti itu."
Bleeeh, dia menjulurkan lidahnya sedikit.
"Aku ketahuan juga akhirnya ….. Memang, aku datang untuk menyegarkan diri dengan Seiji-kun."
“Semoga berhasil di pekerjaanmu.”
“Ya.”
Pada akhirnya, aku mencium pipinya untuk salam perpisahan. Hiiragi-chan berbalik dengan senang dan mengambil laptopnya. Dia membuka kunci pintu lalu berjalan keluar. Kami berdua kembali menjadi guru dan murid yang biasa.
"Sensei, sampai jumpa besok."
"Ya, sampai jumpa besok."
Yah, menyelesaikan tugas piket sendirian pun tak terlalu buruk juga, pikirku sembari berjalan menyusuri lorong sekolah yang sepi.


close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama