The Result when I Time Leaped Chapter 62


Tugas Musim Panas

“Bagaimana? Lancar?"
“Umm ... yah, lumayan ..."
“Begitu ya! Teruslah berjuang!”
“… Ya terima kasih…”
Sambil membalas dengan setengah hati, aku mengerjakan soal-soal yang diberikan untuk tugas musim panas.
“Mau kopi? Atau kamu lebih suka minum teh?”
“Untuk saat ini, tidak. Terima kasih.”
Situasi ini bermula kemarin, saat aku bilang kepadanya kalau aku pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugasku karena di rumah terlalu panas. Usai mendengar itu, Hiiragi-chan menawariku untuk mengerjakan tugas di rumahnya.
Tapi, apa dia tidak berangkat kerja ...?
“Ah. Seiji-kun, barusan kamu mungkin memikirkan sesuatu seperti, Haruka-san kelihatannya punya banyak waktu luang. Tapi sayang sekali, aku lagi sibuk. ”
Dengan ekspresi sombong, Hiiragi-chan mengeluarkan laptopnya dari tas kerja dan membukanya di depanku.
“Seiji-kun, jangan-jangan kamu lupa ya kalau sekarang adalah hari Minggu?” 
“Aaah ... jadi begitu ya.”
Sambil mengisi jawaban yang tidak antusias, aku terus menyelesailan tugas sastra klasik.
“Reaksimu barusan agak lemah ... Itu membuatku cukup sedih!"
“Jangan ribut.”
“Baik…”
Pachi pachi, dia mulai mengetik tombol, sebelum melompat ke penjelasan tentang pekerjaan yang dia miliki sebagai guru.
“Membawa informasi sekolah tidak diperbolehkan, tapi jika itu menilai, membuat soal, atau menyiapkan bahan dan semacamnya, maka melakukannya di rumah akan tak jadi masalah.”
“…”
“Ak-Aku diabaikan ... rasanya cukup menyedihkan ..."
Tugas  yang diberikan terdiri dari 4 mata pelajaran yang berbeda. Yang terdiri dari Matematika, sastra klasik, bahasa Inggris, dan biologi. Tak ada tugas yang sangat merepotkan seperti saat di SD di mana ada tugas seperti penelitian mandiri, menggambar, atau membuat buku laporan. Namun, jumlah soal yang dikerjakan lumayan banyak.
Ada banyak penyimpangan antara skor di sekolah kami. Dengan demikian, tepat setelah liburan akan ada wawancara tentang karier masa depan dan juga ada tes pada kemampuan akademik. Pada titik ini, aku berpikir kalau tidak ada banyak hal hebat untuk kembali ke kelas 2 SMA.
Karena dia terus menatapku, aku tanpa sadar menghentikan tanganku.
“Apa ada yang salah?”
“Tidak. Aku cuma berpikir kalau tatapan serius di matamu terlihat keren.”
“Be-Benarkah ...?"
“Itu benar.”
Omong-omong, ada kalanya di mana aku juga merasakan hal yang sama tentangnya. Misalnya, selama jam pelajaran sejarah dunia, saat aku melihatnya bekerja keras dari tempat dudukku.
“Ngomong-ngomong, Seiji-kun, apa kamu pandai dengan laptop?”
“Aku tak berani bilang kalau aku ahli dalam bidang itu, tapi kemampuanku berada pada tingkat yang lumayan.”
Hiiragi-chan memutar laptopnya ke hadapanku.
“Tapi ini tentang program Excel ... Aku ingin melakukan ini sedikit lebih baik ...”
Mendengar penjelasannya, dia ingin memasukkan data dengan cara tertentu dalam mempersiapkan bahan-bahan unruk mata pelajarannya.
“Aah. Jika itu ... “
Aku memutar kembali layar laptop ke Hiiragi-chan dan duduk di sebelahnya. Kemudian, aku mulai menunjuk ke layar untuk memberikan instruksi.
“Ah. Akhirnya selesai juga! Seiji-kun, kamu hebat banget !!”
“Tidak, aku sama sekali tidak hebat. Program Excel yang hebat. ”
“Ah jangan merendah begitu.”
Hiiragi-chan mulai menggoda pipiku dengan mencolek-coleknya.
“Hentikan itu.”
Saat melihat ketidaksukaanku, dia menjadi depresi.
“Ah… maaf.”
Ah. Ini buruk. Aku mungkin mengatakan hal semacam itu dengan kasar …... Tidak, tapi, pada awalnya aku bermaksud pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugasku hari ini ….. Aku datang ke sini hari ini karena kupikir HIiragi-chan akan bekerja di sekolah. Aku juga kepikiran kalau dia bisa bekerja di rumah. Tapi, Aku lupa kalau ini hari Minggu.
Hiiragi-chan mulai memegangiku, layaknya anjing yang cari perhatian. Jika ini di dalam kelas, aku akan benar-benar marah.
“……”
“……”
Rasanya canggung…
Sebenarnya, aku akan mengundangnya jalan-jalan di malam hari setelah menyelesaikan tugasku. Tidak, tapi, Hiiragi-chan terlalu menggangguku selama belajar. Dia juga selalu ribut sendiri. Untuk sejenak ….... Aku harus membuatnya menyesal. Cuma sedikit saja.
Setiap kali aku meliriknya, Hiiragi-chan yang depresi tampaknya semakin layu.
“…”
“…”
Rasanya canggung…
Tapi, kupikir rasanya akan aneh kalau meminta maaf duluan ... Eh, apa aku cuma keras kepala? Tidak, itu tidak benar. Tentu saja tidak. Bukannya aku tidak mau meminta maaf.
Aku meliriknya sekali lagi, dan membuat wajahku bertambah cemberut.
Tetap saja, caraku dalam mengatakan sesuatu mungkin agak ketus. Sialan. Apa-apaan ini? Aku tidak bisa berkonsentrasi pada tugasku!
“... Aku akan ke kamar tidur dulu.... Jika butuh sesuatu, panggil saja aku. ”
Dengan tingkat mood yang sangat lesu dan suram, Hiiragi-chan mengambil laptopnya dan menuju ke kamar tidurnya.
Ugugugugu ... Perasaan bersalah ini ...! Di saat seperti ini, satu-satunya orang yang bisa kuandalkan adalah Natsumi-chan. Tapi, aku tidak tahu bagaimana cara menghubunginya ...
[Dalam situasi seperti ini, apa kenalanku yang salah?]
Menjelaskan situasi dari awal, aku mengirim pesan ke Fujimoto seolah-olah aku hanyalah kenalan dari orang yang terlibat.
20 detik kemudian, balasan datang.
Cepat juga ternyata.
Sepertinya Fujimoto punya banyak waktu luang.
[Aaah, itu rumit! Sebaliknya, pergi ke rumah pacar saat liburan untuk mengerjakan tugasmu? orang itu seharusnya mati saja!]
Ah. Ini buruk. Fujimoto mungkin sekali lagi jatuh ke sisi gelap. Aku sangat memahami itu ... bagi orang yang tidak punya pacar, situasi seperti ini akan menjadi kekhawatiran mewah ...
Saat liburan kelas 2 SMA dulu sebelum melompati waktu, aku cuma mengerjakan tugasku, dan kemudian memainkan game RPG sepanjang hari. Tanpa melakukan kegiatan apapun yang menggambarkan ala liburan musim panas, aku mengurung diri di kamar dan mengisi hari-hariku dengan permainan. Dalam arti tertentu, Kau bisa mengatakan itu sangat mirip liburan musim panas. Yah, liburan musim panas non-normies biasanya memang seperti itu. Kalau dipikir-pikir lagi, waktu liburan kali ini sudah cukup memuaskan.
[Kudengar, pacarnya adalah Onee-san yang cantik.]
[Mampus saja sana ...]
Ayo kita tuang lagi sedikit bensin ke dalam api kecemburuan.
[Dia punya Oppai besar, paha mulus, dan tubuh semok yang patut dibanggakan.]
[Mati kesambar petir saja sana, sialan …... Lagian, siapa cowok kenalanmu itu ...]
Maaf, itu aku.
[Ia main ke dalam apartemen pacarnya yang tinggal sendirian.]
[Liburan musim panas yang penuh dengan seks ……. Aku bersumpah akan membunuhnya ...]
Kami belum punya hubungan sejauh itu, sih.
Aku menunggu sejenak Fujimoto, yang tampaknya telah mencapai titik hampir rusak.
[Lain kali aku melihat seseorang, aku akan langsung membunuh mereka ...]
Semua orang yang ada di sekeliling Fujimoto. Cepat melarikan diri.
Sekarang aku merasa puas setelah menjahilinya. Seperti yang diharapkan dari siswa kelas 2 SMA yang normal, wajar saja iri dengan situasi seperti ini. Itu sudah cukup untuk mendinginkan kepalaku.
[Kau tahu, jika kau akan mengatakan sesuatu seperti, “oh, aku sebenarnya sedang membicarakan diriku sendiri” kau harus menghentikannya.]
……………………………..
……………………….
……………….
………
“Ya enggaklah bro, mana mungkin bisa begitu."
[Tentu saja. lolololol. Mana mungkin cowok sepertimu bisa punya pacar. Lololol.]
[Ini adalah peringatan terakhir yang akan kukirimkan padamu ... saat kau berjalan di malam hari, kau harus waspada bagian belakangmu.]
[Ayo! Siapa takut!]
Aku berjalan menuju kamar tidur Hiragi-chan, suara sekecil pun tak bisa terdengar. Mungkin, dia menangis sambil bersembunyi di tempat tidurnya ...? Yah, mana mungkin wanita dewasa seperti dirinya melakukan itu, ‘kan?
Tok tok tok, aku mengetuk pintu kamar.
“Haruka-san?”
“…….”
Aku mendengar sesuatu dari sisi lain pintu.
“Caraku mengatakan yang tadi mungkin agak kasar ….... Tentang itu, maaf ..."
Pintu terbuka sedikit ketika Hiiragi-chan menjulurkan kepalanya.
“Tidak ... Aku juga yang salah, aku minta maaf. Aku mungkin sedikit menyebalkan ... Lagipula kamu lagi mengerjakan tugas ...”
Matanya agak memerah.
“Apa kau menangis?”
“Ak-Aku tidak menangis, kok ...”
“Dan aslinya?”
“Cuma sedikit.”
Seperti yang sudah kuduga, dia menangis.
Saat di sekolah, Hiiragi-chan terlihat seperti wanita dewasa yang punya tekad yang teguh. Namun, saat ada di dekatku, mentalitasnya menjadi tidak dewasa.
“Saat berada di dekat Seiji-kun, entah kenapa aku ingin berbicara denganmu, atau aku ingin  kamu lebih perhatian denganku...”
“Kau seperti bocah SD yang baru menemukan seseorang yang disukai.”
“Muu ~ aku tidak bisa membantah itu ...”
Sambil cemberut sedikit, Hiiragi-chan menunduk ke bawah.
“Tapi, ini baru pertama kalinya aku menyukai seseorang …….. bertingkah seperti anak SD seperti itu, tolong maafkan diriku yang seperti ini, ya ...?”
Kuuuhhhh. Lucunyaaaaaaaa ...
Jika dia membuka pintu kamarnya sekarang, tak diragukan lagi kita langsung berciuman. Aku harus menanggungnya. Bertahanlah, diriku.
“Sebenarnya, aku ingin pergi ke suatu tempat bersama Haruka-san ….. Tapi sebelum itu, aku ingin menyelesaikan tugasku dulu.”
“Eh? Kemana?”
“Ke atas gunung. Selama musim panas, Kau bisa melihat bintang-bintang dengan sangat jelas. ”
“Romantis sekali! Aku ingin pergi!”
“Lalu, kita harus menyelesaikan urusan kita masing-masing, oke?”
“Ya, aku akan melakukan yang terbaik! Jika seperti ini, aku akan mengerahkan seluruh tenagaku!”
Hiiragi-chan selalu jujur ​​saat mau berjalan-jalan denganku.
Tetap saja, karena aku akan terganggu, Hiiragi-chan melakukan perkerjaannya di kamar, sementara aku berada di ruang belajar. Saat aku menyelesaikan semua tugasku, ada perasaan bebas setelah mengerjakan hal merepotkan seperti ini, dan akhirnya kami bermesraan seperti biasa.
“Kamu benar-benar melakukan yang terbaik, Seiji-kun. Sekarang aku harus memberi hadiah. ”
“Tak peduli bagaimana kau mengatakannya, rasanya aku yang berada di sisi memberi.”
“Lagi-lagi ucapanmu itu sangat jahat ...”
“Apa kau membencinya?”
Dengan bibirnya yang cemberut karena mengeluh, Hiiragi-chan mencium pipi dan leherku.
“….. Tidak, Aku malah menyukainya
Layaknya binatang yang menandai wilayah masing-masing, kami terus memberi dan menerima tanda ciuman sepanjang malam. Saat aku pulang ke rumah, aku sekali lagi ketahuan oleh Sana, dan sepenuhnya langsung didesinfeksi.


close

3 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama