Otonari no Tenshi-sama Chapter 72 Bahasa Indonesia

Chapter 72 – Tenshi dan Boneka

 

Pada hari ini, Mahiru mengenakan celemek, rambutnya susah payah disanggul saat dia menyambut Amane pulang.

Dia biasanya mengikat rambutnya saat memasak, dan seperti yang diharapkan dari seorang gadis, dia kadang-kadang menguncirnya, atau menyanggulnya seperti ini. Dia akan mencari kepraktisan seiring menampilkan kelucuannya.

Tampaknya Mahiru sudah selesai memasak makan malam. Ketika Amane kembali ke apartemennya, dia tampak lega.

Amane sudah memberitahu Mahiru kalau Ia akan pulang sedikit terlambat, tapi tampaknya Mahiru masih sedikit khawatir. Amane terlambat karena Ia baru saja selesai meminum kopi dengan Kadowaki, dan mendengarkan masalahnya. Tampaknya Mahiru khawatir karena Amane yang terlambat.

“Selamat datang kembali, Amane-kun ... tas itu?”

“Habis dari game center. Nah, yang ini hadiahku. ”

Amane mengeluarkan beberapa benda selain boneka kelinci, dan tas besar itu berisi sampai penuh. Tampaknya Mahiru juga bisa tahu betapa susahnya itu.

“... Kelihatannya cukup banyak.”

“Aku hanya menghabiskan uang setara dua paket makan di kantin.”

“Erm, di dalam itu isinya apa?”

“Aku lapar. Kita akan berbincang lagi nanti.”

Amane bisa saja memberikannya kepada Mahiru pada saat ini, tapi Ia ingin menikmati reaksinya, jadi Amane memutuskan untuk memberikannya nanti.

Dan juga, Ia sedang terburu-buru, dan ingin makan malam lebih awal.

“Cuci tangan dan ganti baju dulu. Jangan lupa untuk berkumur juga. Aku akan menyajikan makan malam sementara itu.”

“Oke.”

Amane biasanya akan melakukannya bahkan tanpa diberitahu, tapi Ia merasa senang tentang betapa khawatir dan cemasnya Mahiru untuknya.

Sambil berpikir bahwa Mahiru bertingkah seperti ibunya, Amane tidak berani mengatakannya, dan pergi ke kamar kecil seperti yang Mahiru beritahu.

 

*****

“... Di dalam ini ada apa saja?”

Setelah selesai makan malam, Mahiru menunjukkan rasa penasarannya ketika melihat hadiah di samping sofa dan bertanya pada Amane.

“Hm? Boneka.”

Amane tidak bermaksud menyembunyikan hadiah darinya, jadi Ia meletakkan tas itu di atas lututnya, dan merobek pita sembari menjawab.

“Boneka?”

“Kau menyukainya, ‘kan?”

“I-Iya.”

“Ada cukup banyak, aku merasa kau akan sangat menyukainya, jadi aku mendapatkannya. Ini.”

Hadiah terbesar untuk hari ini mungkin adalah boneka kelinci seukuran beruang.

Ukurannya agak besar, tapi Amane agak bangga pada dirinya sendiri karena Ia cuma menggunakan satu koin saja untuk mendapatkannya.

Amane mengangkat boneka kelinci yang bermata bundar dan berbulu putih, lalu menaruhnya di pangkuan Mahiru.

Ia tidak yakin boneka itu dari karakter apa, tapi Ia merasa Mahiru pasti akan menyukainya, jadi Ia mengambilnya. Namun, Mahiru hanya menatap kelinci di pangkuannya.

“Kau tidak suka kelinci?”

“…Ini imut.”

“Itu bagus.”

Mahiru memeluk boneka kelinci dengan kedua tangannya, dan mendekatkan ke wajahnya, sama seperti saat dia memeluk bantal. Sejenak, Amane ingin mengambil smartphone dan menyalakan kamera, tapi Ia memutuskan untuk tidak melakukannya.

Begitu Amane melihat senyumnya, Ia berusaha mengingat pemandangan tersbut di kepalanya ambil mencari-cari boneka lain di dalam tas.

“Dan masih ada boneka kucing dan anjing.”

Lengan capitnya agak kuat, dan dengan demikian Ia bisa menangkap sebagian besar barang dengan harga terjangkau. Amane menangkap banyak benda yang mungkin disukai Mahiru.

Ia lalu menaruh boneka kucing berwarna krem ​​dan putih yang memiliki kemiripan aneh dengan Mahiru, bersama dengan maskot anjing shiba. Mahiru kemudian dengan jelas menunjukkan tatapan gelisah.

“E-erm, ada banyak ...?”

“Apa itu akan membuatmu kesulitan?”

“Tidak juga! Aku tidak punya dekorasi di kamar, dan semuanya imut. Aku merasa senang.”

“Syukurlah kalau begitu.”

Pemandangan Mahiru yang dikelilingi oleh berbagai boneka sangat lucu sama seperti yang dibayangkan Amane.

Mahiru belum melepas boneka kelinci saat dia menatap boneka kucing dan anjing itu dengan penuh semangat, sepertinya dia tidak bisa memilih.

Amane tersenyum padanya ketika Ia melihat ekspresi Mahiru. Mahiru tampaknya menyadari tatapan Amane ketika wajahnya memerah, sebelum menutupi setengah wajahnya dengan boneka kelinci.

Kelinci putih, dan wajah Mahiru yang memerah telihat sangat jelas.

Orang bisa melihat matanya yang basah melalui celah di antara telinga kelinci. Amane terus menatap Mahiru, karena penampilan Mahiru yang anehnya terasa memikat dan imut.

Mahiru mungkin sudah tidak sanggup lagi, karena dia menempelkan kepalanya ke siku Amane, dan mengubur wajahnya. Atau lebih tepatnya, dia membenturkan kepalanya pada Amane, seolah-olah sedang mengamuk.

Ketimbang membenturkan, dia hanya menyundulnya sedikit, dan rasanya tidak sakit.

“... Tolong jangan tertawa.”

“Aku tidak tertawa, kok.”

“Kamu tertawa. Kamu menertawakan betapa kekanak-kanakannya diriku.”

“Aku tidak menertawakan itu. Aku hanya menemukan kau itu lucu.”

“... Apa kamu tidak menertawakanku?”

“Ah.”

Amane mencoba menbantahnya dengan tertawa. Mahiru mulai menepak-nepak paha Amane, dan Amane mengelus kepala Mahiru untuk membujuknya.

Akhirnya, Mahiru menjadi tenang. Amane memastikan untuk tidak membuka rahasia saat Ia tertawa.

“... Rasanya seperti kamu mengolok-olokku.”

“Kau terlalu banyak berpikir.”

“... Aku akan membiarkanmu hari ini.”

Mahiru terus cemberut. Amane tidak menunjukkan bagaimana wajah dan kata-kata Mahiru sangat kontras.

Ia memandangi boneka anak kucing di pangkuan Mahiru dan kelinci di genggamannya, dan berpikir, beberapa perpaduan ajaib yang kita miliki di sini. Amane menepuknya sebentar, dan kemudian, Mahiru mendongakkan wajahnya.

Pipinya yang memerah tidak menunjukkan perubahan, tapi pandangan matanya terlihat tidak senang dengan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.

“... Aku selalu menerima barang darimu.”

Tampaknya dia khawatir karena menerima terlalu banyak.

“Aku memberikannya atas kehendakku sendiri. Jadi kau tidak perlu khawatir. ”

“Tapi aku sudah menerima banyak hal darimu. Hadiah, perhatian, kehangatan, suasana hati, semuanya. ”

“Ini hanya hadiah dariku. Kau tidak perlu khawatir.”

Amane tidak berharap untuk dibalas, dan cuma melakukannya untuk membuat Mahiru bahagia.

Mungkin kedengarannya seperti kebahagiaan Mahiru akan menjadi hadiahnya, tetapi pada akhirnya, Amane melakukannya karena kepuasan dan harapannya sendiri. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Mahiru.

Tampaknya Mahiru masih khawatir tentang menerima terlalu banyak dari Amane.

Sebagai gantinya, Amane telah menerima terlalu banyak perhatian darinya, dan tidak ada cukup banyak rasa terima kasih darinya.

“Aku ingin memberimu sesuatu.”

“Kau benar-benar keras kepala ... yah, jika kau bersikeras, aku bisa menerimanya.”

Aku bisa memberimu apa saja, selama itu yang bisa aku lakukan.”

Amane tidak menyukai saran ini, karena Amane merasa dia akan melakukan apa saja. Namun secara alami, Ia tidak bisa meminta Mahiru untuk melakukan sesuatu yang berlebihan.

Namun jika Ia tidak meminta apa pun, Mahiru akan murung.

“Bagaimana dengan puding?”

Jadi Amane dengan senang hati menyarankan sesuatu yang tidak akan dia tanggung. 

“... Puding?”

“Puding dengan banyak telur. Aku ingin mencoba puding buatanmu.”

“Itu bukan untuk menghemat uang?”

“Mana mungkin. Aku menginginkannya karena itu adalah pudingmu. ”

Amane tidak terlalu menyukai manis-manis, tetapi custard adalah pengecualian.

Ia suka puding, dan puff krim dengan krim custard. Apa pun yang dibuat oleh Mahiru pasti akan lezat.

Tentu saja, Amane ingin memakan masakan dari seorang gadis yang Ia sukai.

Begitu Ia mengajukan permintaan yang sungguh-sungguh, Mahiru balas menatapnya, dan mengangguk.

“... Aku akan melakukannya pada hari libur berikutnya. Lebih banyak telur, dan lebih padat, kurasa? ”

“Iya.”

“Aku akan membuat puding yang lezat, pasti.”

“Kau tidak perlu bersemangat begitu.”

“Aku ingin melakukan ini.”

“Begitu ya.”

Untuk beberapa alasan, Mahiru menunjukkan motivasi dan tekad yang tidak berarti. Amane tidak berpikir dia perlu bertekad begitu, tapi Ia tidak mau mengeluh karena Ia bisa merasakan puding yang lezat.

Amane menepuk kepalanya lagi, ingin menghiburnya. Mahiru dengan gelisah menyembunyikan bibirnya di belakang kepala boneka kelinci.




close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

  1. Nani kore, hah?
    Ini lebih dari level pacaran tapi pasangan yg sudah menikah dgn meninggalkan bagian "itu"nya

    BalasHapus
  2. Pacaran tidak perlu mesra2an nomor 1

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama