Nee-chan wa Chuunibyou Vol.1 Chapter 01 Bahasa Indonesia

Chapter 01 - Ada Lebih Banyak Orang Aneh Di Luar Sana Dari Yang Kau Pikirkan
Sekolah Menengah Atas Perfektur Seishin. Itu adalah nama sekolah yang akan dimasuki Yuichi. Alasan dia memilihnya sederhana: karena sekolah itu yang paling dekat dari rumah. Hanya membutuhkan sepuluh menit dengan berjalan kaki. Itu juga merupakan sekolah yang benar-benar normal, dan tidak perlu berusaha keras untuk bisa masuk.
Seragam baru yang ia kenakan terasa agak aneh ketika ia mengangkat bahu. Seragam sekolah anak laki-laki adalah blazer berwarna biru tua dengan dasi lalu celana bermotif kotak-kotak. Adapun untuk anak perempuan, sebuah pita dan rok bermotif kotak-kotak.
Yuichi telah memutuskan untuk meninggalkan rumah lebih awal daripada menunggu Mutsuko. Menyisakan meja, dengan pembicaan mengenai penglihatan sihir membuatnya tidak tahan.
Ini adalah pertama kalinya dia bertemu orang lain semenjak mendapatkan penglihatan anehnya. Apa yang akan dia lihat di atas kepala orang-orang? Dia segera mendapat jawabannya.
“Karyawan Perusahaan.” “Pegawai Negeri Sipil”. “Sekertaris.” “Murid SMP.”
Persis seperti penampilan mereka.
Ada banyak orang yang berangkat sekolah, dan tulisan diatas kepala mereka cocok denga penampilan mereka. Meskipun secara normal, ia tidak akan bisa membedakan antara Karyawan Perusahaan dan Pegawai Negeri.
Saat ia semakin dekat ke sekolah, kerumuman semakin banyak, dan dia mulai melihat label yang sedikit berbeda.
“Teman sebaya.”
Tulisan itu berbaur di sana-sini.
Dia melihat sekeliling wajah-wajah yang mempunyai label itu. Mereka adalah siswa yang berusia sama dengan Yuichi.
Mungkinkah ini tidak seburuk itu? Ini sedikit mengganggu, namun jika ia tidak terlalu memikirkannya, maka ia akan terbiasa pada akhirnya. Yuichi mulai merasa optimis.
Tak lama kemudian, ia sampai di sekolah.
Dia berjalan melewati gerbang, mengikuti penanda untuk upacara pembukaan, melakukan tanda tangan, kemudian masuk ke auditorium.
Deretan bebangkuan diletakan di tengah. Yuichi menuju tempat duduk untuk kelasnya, kelas 1-C.
Para siswa yang duduk disana semuanya memiliki tulisan “Teman Sekelas” diatas kepala mereka, sementara siswa-siswa dari kelas lainnya semuanya memiliki label “Teman Sebaya”. Tampaknya berada di kelas yang sama sudah cukup untuk mengubah lebelnya.
Tempat duduk tidak ditentukan, jadi dia mengambil kursi di samping “Teman”, yang tiba lebih dulu darinya. Jika labelnya memang asli, maka ia tidak perlu khawatir. Yuichi mulai merasa nyaman dengan kejadian aneh ini.
“Hei, lama tidak bertemu semenjak kelulusan, Yu.”
“Hei, Taku. Sudah lama ya!”
Yuichi dan Takuro Oda adalah teman sekelas saat SMP. Takuro berperawakan pendek, kalem, pendiam, dan selalu tersenyum. Dia adalah sahabat terbaik Yuichi.
Obrolan singkat mereka mengenai kegiatan saat liburan berakhir setelah “Kepala Sekolah” naik ke atas panggung dan berpidato kepada siswa baru yang memenuhi tempat duduk.
Setelah upacara pembukaan berakhir, seorang guru membimbing mereka ke ruang kelas. Dia bukan wali kelas mereka — sepertinya, meskipun ini hari pertama sekolah, guru mereka datang terlambat.
Ruang kelas begitu berisik dan kacau dengan tidak adanya wali kelas di hari pertama sekolah. Dan beberapa geng pertemanan sepertinya sudah terbentuk.
Tempat duduk Yuichi berada paling belakang, baris kedua dari jendela. Sepertinya tempat duduk setiap siswa sudah ditentukan berdasarkan urutan siswa.
“Hei!”
Siswa yang duduk di depan Yuichi menyadarkan dirinya dari lamunan, dengan membalikan kursinya untuk memulai percakapan.
Perawakannya lebih tinggi dari Yuichi dan nampak atletik, seperti pemuda yang bermain olahraga. Dia juga, jelas, tipe orang yang tidak takut memulai percakapan dengan orang asing.
“Shota Saeki! Salam kenal.”
“Salam kenal. Aku Yuichi Sakaki.”
“… Ace Striker?”
Sebuah label yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, “Ace Striker,” tengah melayang diatas kepala Shota Saeki. Yuichi secara spontan membacanya dengan keras. Hanya beberapa saat lalu, itu hanya tertulis “Teman Sekelas”.
“Apa, jadi kau bermain bola juga? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
“Oh, uh, tidak. Aku cuma kepikiran kau terlihat seperti pemain sepak bola.”
“Oh, aku paham!”
Kau paham? Beneran? Memangnya kau tahu apa “terlihat seperti pemain sepak bola” itu? Namun sepertinya dia menerima alasan itu. Shota jelas bukan tipe orang yang bertele-tele.
“Hey, apa kau punya sodara perempuan?” Shota mulai menatap wajah Yuichi dengan tajam.
“Hah? Kenapa tiba-tiba tanya itu?”
“Kau terlihat seperti orang yang memiliki sodara perempuan yang seksi.”
“Aku punya kakak perempuan yang sekarang kelas dua di sekolah ini.”
“Oh, oke deh! Pertemukan aku dengannya!”
“Dih, kau orangnya blak-blakan banget ya?”
Sepertinya dia orang yang tidak bertele-tele juga. Dia pastinya menjalani kehidupan yang sangat sederhana.
“Aku pikir kau tidak ingin menemui kakakku. Asal tahu saja, dia itu musibah.”
“Musibah?”
“Dia cantik sih, tapi kepribadiannya… katakanlah, dipertanyakan. Hobinya agak… uh, aneh.”
“Apa, mungkinkah dia seorang fujoshi? Tapi itu sudah sangat umum sekarang, ‘kan?”
Beberapa gadis di sekitar kami tersentak. Mungkin mengira kami membicarakan mereka. Label “Fujoshi” langsung melayang di atas kepala mereka.
Ternyata benar…. labelnya benar-benar bisa berubah.
Yuichi melihat sekeliling lagi. Di sekitar mereka, labelnya sudah berubah menjadi seperti “Lolicon.” “Siscon,” “Otaku Akut,” “Kutu Buku”….
Dia mulai merasakan sakit yang menyengat di belakang matanya. Rasanya seperti sakit yang terkait dengan ketegangan mata, namun segera hilang setelah beberapa saat.
“Kau kenapa?” Shota bertanya, menyipitkan matanya penarasan pada tindakan Yuichi yang tiba-tiba.
“Oh, bukan apa-apa.”
Tapi ini memang masalah, Yuichi tahu betul. Ketika ia melihat labelnya berubah, dia secara spontan langsung memikitkan itu. Itu benar-benar bisa berdampak pada bagaimana ia menjalani hidupnya.
“Em, kita sedang membicarakan kakakku kan? Tentang itu, dia mengidap Chunibyou…pada tingkat yang paling parah.”
“Chunibyou? Apa dia sakit?”
“Tidak, itu bukan penyakit. Bagaimana bilangnya ya… singkatnya dia sangat terobsesi pada hala-hal tertentu.”
Menjelaskannya akan merepotkan, jadi Yuichi hanya memberi contoh mudah.
“Hei, apa kau punya foto kakakmu?”
“Orang macam apa yang selalu membawa foto kakak perempua-” Tapi sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Yuichi ingat kalau dia punya beberapa foto booth sticker di dalam tasnya yang ia bawa. Yuichi sudah bilang kalau dia tidak membutuhkannya, tapi kakaknya bersikeras agar dia mau menerimanya.
“Oh, jadi kau punya satu? Sini lihat!”
“Baiklah…” Dia tidak ingin menjadi seorang bajingan yang tidak bisa diajak kerjasama. Dia meraih tasnya, meletakannya di atas meja dan mulai menggeledahnya.
“Hei, apa itu?” Shota menunjuk ke ara
ah tas. Dia tertarik dengan sebongkah logam yang mencuat keluar.
“Ini? Ini adalah Kapten Crush Gripper No. 4. Fungsinya untuk meningkatkan kekuatan genggamanmu.”
“Hah? Aneh banget. Boleh aku lihat?”
Yuichi mengambil gripper1 itu dari tasnya dan menyerahkannya pada Shota.
Kapten Crush Gripper adalah gripper canggih yang diproduksi oleh IronMind Enterprises, Inc., didesain untuk meningkatkan kekuatan genggaman tangan. Semuanya terdiri dari No. 1 sampai dengan No. 4. Diperlukan kekuatan genggaman sekitar 160 kg untuk menutupnya. Tidak mungkin anak SMA biasa bisa melakukannya.
Shota menggenggamnya dengan keras, berusaha untuk menutupnya. Yuichi memperhatikannya dari samping sambil ia mencari-cari foto booth sticker.
“Apa ini, kekacauan kelas di hari pertama? Tidakkah kalian mengerti arti ‘duduk di kursi kalian dengan tenang’? Yah terserahlah. Duduk saja semau kalian. Ibu Hanako Nodayama, wali kelas kalian.”
Pencarian Yuichi untuk foto booth sticker terganggu oleh suara feminim tanpa motivasi. Dia berhenti dan melihat tempat berdiri sang guru.
Seorang wanita yang memiliki label “Guru Wali Kelas” tiba di dalam ruangan. Dia tampak tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakannya… secara halus. Rambutnya benar-benar berantakan, berwarna cokelat pias. Dia sepertinya tidak peduli dengan penampilannya sama sekali.
“Biarkan ibu menegaskan satu hal: Jangan main-main sama ibu. Sekarang bagikan cetakan kertas ini. Em, kau yang disana. Berikan ini pada teman di belakangmu. Semua yang perlu kalian tahu mengenai sekolah ini tertulis disana. Kalian dengar? Semuanya ada disana. Jadi ibu tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian. Paham?” Hanako menyerahkan kertas cetakan pada siswa yang pertama dia lihat secara paksa.
Sikap guru wali kelas yang seperti itu dengan cepat menurunkan semangat para siswa. Kertas-kertas itu dibagikan sesuai instruksi Hanako.
“Hah? Kurasa ini kurang,” Kata Shota saat ia berbalik ke belakang menghadap Yuichi. Sepertinya Shota kebagian yang terakhir dari baris mereka.
Yuichi melihat sekeliling untuk mencari apakah ada yang lebih di baris lain. Sepertinya dialah satu-satunya yang tidak kebagian.
“Permisi, tapi aku tidak kebagian kertasnya,” kata Yuichi berseru, mengangkat satu tangannya.
Beberapa siswa berbalik untuk melihat Yuichi
Dia tiba-tiba merasakan sakit yang menyengat di belakang matanya. Yuichi menekan matanya dan dunia di sekitarnya segera berubah putih.
“Hey, ada apa denganmu? Apa kau menderita Chunibyou atau semacamnya? Apa kau termasuk mereka yang bertingkah ‘Hnngh! Tenanglah, mata kananku!’? Karena kalau benar, sangat memalukan untuk anak seumuran SMA.” Kata-kata Hanako tercampur dengan tawa dan ejekan.
“…Ah, maaf. Aku tiba-tiba mengalami sakit kepala. Aku bai-” Yuichi mulai duduk, lalu membatu, rahangnya terbuka.
“Zombie.”
“Penyihir.”
“Anthromorph.”
“Simulasi Kencan Teman Masa Kecil.”
“Vampir.”
Semua kerumunan orang dengan label aneh menatapnya. Label setiap orang berbeda-beda. Sesaat lalu, mereka hanya “Teman Sekelas”.
Apa yang sebenarnya terjadi? Namun ia hanya punya waktu sedetik untuk memikirkannya. Mata seseorang tertuju padanya. Yuichi menatap balik, ia merasakan keringat dingin mengucur di punggungnya.
“Pembunuh berantai.”
Mata mereka saling beradu.
Gadis berparas cantik menatap Yuichi dengan pandangan tajam dan dingin. Di atas rambut pendeknya melayang label “Pembunuh Berantai”.
Apa tepatnya maksud dari “Pembunuh Berantai” itu!? Apa yang dilakukan orang seperti itu disini?!
Yuichi sama sekali tidak mengerti. Dia menoleh memohon “Ace Striker”, pada saat yang sama menyadari bahwa ia tidak dapat membantunya.
“Apa-apaan tatapan itu ya? Apa kau mencoba berkelahi dengan wali kelasmu di hari pertama sekolah?” Ejekan Hanako menarik kembali Yuichi menuju kenyataan..
“Oh, um, aku minta maaf. Aku hanya tidak kebagian kertasnya.”
“Adakah yang punya lebih? Ibu rasa ini tidak cukup. Yah kalau begitu, seseorang berbagi dengannya!” Guru itu terdengar seperti tidak peduli sama sekali.
“Kau bisa melihat punyaku,” Kata Shota, menawarkan kertasnya sendiri sambil tersenyum.
“Itu terserah kalian mau membacanya atau tidak. Tapi jangan salahkan ibu jika terjadi sesuatu. Sekarang kita akan menggunakan sisa waktu ini untuk perkenalan. Berdiri di depan satu-satu sesuai urutan absen dan perkenalkan diri kalian.”
Yuichi melihat kertas cetakan yang diberikan Shota padanya. Ini juga disertai grafik untuk tempat duduk juga.
“Pembunuh Berantai” adalah Natsuki Takeuchi. Nomor absensinya adalah 37. Tempat duduknya yang kedua dari depan di sisi kanan.
Bahkan dengan semua label aneh seperti “Zombie” dan “Penyihir”, “Pembunuh Berantai” tampaknya yang paling ekstrim. Memangnya ada arti lain selain dia adalah seorang pembunuh?
Untuk kasus ini, apakah label itu juga menunjukan jati diri seseorang?
Yuichi telah berasumsi bahwa label-label itu terkait dengan peran orang tersebut di masyarakat, tapi dia tidak punya bukti kuat untuk itu. Namun, mengingat apa yang telah dilihatnya sejauh ini, entah kenapa label-label itu sepertinya terkait dengan kehidupan orangnya sendiri.
Saat Yuichi memikirkan masalah ini di dalam kepalanya, para siswa mulai memperkenalkan diri mereka. Yuichi adalah nomor #14, jadi dia bisa melakukan pengamatan dulu. Dia memutuskan mendengarkan perkenalan selagi dia bisa. Mungkin dia bisa mendapatkan beberapa informasi tentang sifat label.
“Zombie” adalah Risa Ayanokouji. Dia adalah gadis dengan rambut dua ekor kuda di kepalanya.
“Hai! Aku Risa Ayanokouji. Aku tahu kalau nama keluargaku terdengar agak mewah, tapi kami tidak sekaya itu kok, jadi jangan pinjam uang sama aku ya? Aku bermain voli saat SMP, dan mungkin aku akan melakukannya di SMA juga!”
Dia terlihat memliki sifat agak konyol, tapi dia berbicara dengan cukup energik. Kulitnya juga sehat. Tidak ada yang seperti zombie pada dirinya.
Aku tidak mengerti…. Jadi apa maksud sebenarnya “Zombie” itu?
Apakah itu berarti dia sudah mati? Tapi kenapa?
Si “Penyihir” adalah An Katagiri.
Dia memiliki rambut hitam panjang, dengan poni yang cukup lebar untuk menutupi kedua matanya, aura suram berada di sekelilingnya. Dia jelas cocok dengan gambaran seorang penyihir.
“Aku An Katagiri. Aku tidak mempunyai hobi apapun, jadi aku akan singkat saja, tapi ada satu hal yang ingin aku peringatkan pada kalian. Aku mencintai Takuro Oda, yang tempat duduknya berada di sebelahku. Aku tidak akan membiarkan siapapun merebutnya dariku. Jika ada yang mengincar Oda, aku akan membunuhnya.”
Hah? Apa-apaan itu?!
Yuichi belum pernah mendengar perkenalan diri se-intens ini dalam hidupnya. Teman sekelasnya yang lain sepertinya juga berpikiran sama. Seluruh ruang kelas langsung meledak dengan bisik-bisik.
Takuro, yang jelas namanya disebut, matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar saking kagetnya.
Sepertinya mereka tidak saling mengenal. Yuichi tidak ingat pernah bertemu gadis itu sebelumnya.
Di atas kepala Takuro, yang sebelumnya tertulis “Teman” sekarang berubah menjadi “Kekasih Penyihir.”
Mungkinkah peristiwa tertentu dapat mengubah labelnya? Dalam hal ini, pemicunya pastilah perkenalan diri Katagiri. Yuichi semakin bingung.
“Hey, hentikan lelucon buruk ini. Kau menakuti semuanya. Selain itu, kau akan masuk penjara jika melakukan itu.” Suara canda Shota
terdengar di tengah-tengah kebisingan.
“Aku tidak peduli kalaupun aku ditangkap. Setelah mereka membebaskanku, aku akan mencari Oda lagi dan kami akan menikah. Kalaupun dia sudah menikah waktu itu, maka aku akan membunuh istri dan anak-anaknya. Jadi Oda, jika kau mencoba menikahi wanita lain, kau hanya akan membuat mereka menemui akhir yang tragis. Jika itu yang kau mau, maka terserah padamu.” Dia mengatakan itu dengan keyakinan mutlak.
Apakah kata “Penyihir” mungkin merujuk pada kepribadiannya?
“Anthromorph” adalah Yuri Konishi.
Hal pertama yang Yuichi perhatikan darinya adalah rambut emasnya yang indah, yang diikat dengan gaya yang aneh dan rumit. Sikapnya yang angkuh menunjukan bahwa dia adalah seorang putri dari keluarga kaya.
Meskipun rambutnya pirang, nama dan fitur wajahnya adalah Jepang. Mungkin dia blasteran.
Apapun alasannya, penampilannya yang mencolok membuat seisi kelas berbisik-bisik, dan perkenalan dirinya hanya membuatnya tambah buruk.
“Biarkan aku membuatnya jelas. Aku berasal dari keluarga kaya. Hukum di Jepang melarang pemisahan golongan, tapi sebagai siswa SMA, aku yakin kalian paham bahwa uang menciptakan perbedaan status. Nilai seseorang terhubung secara langsung dengan kekayaannya. Dalam hal ini, aku berdiri di atas rakyat jelata seperti kalian. Kalian mungkin berpikir ini tidak lebih dari arogansi orang kaya, tapi kita akan menghabiskan setahun penuh sebagai teman sekelas, dan aku tidak ingin kemalangan menimpa kalian. Jadi, kupikir yang terbaik adalah membuat semuanya jelas, untuk mencegah kesalahpahaman interaksi kalian denganku yang mungkin membuat kalian menyesal. Aku menyarankan kalian untuk mempertimbangkan informasi ini sebelum kalian mendekatiku.”
Shota berbalik ke arah Yuichi sekali lagi. Tatapannya terbaca “Ini nih cewek sinting lainnya”.
Mungkin gadis itu sekaya dan sehebat yang dia katakan. Tidak ada orang normal yang akan memiliki pandangan angkuh terhadap teman sekelasnya.
Tapi aku tidak mengerti bagaimana itu membuatnya menjadi Anthromorph…
Yuchi bertambah bingung.
“Simulasi Kencan Teman Masa Kecil” adalah Yoko Sugimoto.
Simulasi Kencan?!
“Penyihir” dan “Anthromorph” adalah hal yang setidaknya Yuichi mengerti. Namun label “Simulasi Kencan Teman Masa Kecil” ini sama sekali tidak masuk akal baginya. Apakah itu berarti gadis ini bertingkah seperti teman masa kecil yang biasa kita lihat di game kencan?
Dia terlihat seperti gadis yang benar-benar normal. Penampilan dan cara perkenalan diri gadis ini biasa-biasa saja. Namun saat Yuichi memikirkan ini, matanya tertuju pada seorang siswa laki-laki. Dia adalah “Protagonis Simulasi Kencan,” dan menurut grafik tempat duduk, ia bernama Koichu Makise.
Benar juga, aku melihat mereka mengobrol sebelumnya, dan aku pikir gadis itu menggodanya waktu itu..
Kemungkinan “Teman Masa Kecil” merujuk pada hubungan keduanya. Itu tidak ada hubungannya dengan Yuichi.
“Vampir” adalah Aiko Noro. Dia adalah gadis mungil yang cantik berambut pendek.
Namun saat ini ia berdiri tepat di bawah sinar matahari…. bukankah itu akan membunuh vampir? Ini adalah hari yang cerah, dengan cahaya mentari terpancar menuju ruang kelas.
“Em, aku Aiko Noro! Aku memilih sekolah ini karena yang terdekat dari rumahku, tapi aku tidak terlalu pintar, jadi aku kesusahan sewaktu masuk. Aku pikir keputusanku sudah benar. Tapi aku akan berusaha keras untuk belajar dan bersenang-senang juga, jadi mari kita lakukan yang terbaik bersama-sama ya?”
Dia tampak dipenuhi energi. Tidak ada tanda yang menunjukan kalau dia seorang vampir. Meskipun ia tampak pucat untuk ukuran orang Jepang sih…
Keturunan orang asing, mungkin? Namun itu satu-satunya hal yang bisa mencirikannya dengan vampir.
Perkenalan diri ini hanya membuat label semakin membingungkan. Satu-satunya hal yang tampak masuk akal adalah “Penyihir”, dan lagi, itu hanya berdasarkan sifatnya yang sedikit sinting. Yuichi hampir menyerah, saat itulah tatapannya tertuju pada seseorang.
“Pembunuh Berantai,” Natsuki Takeuchi.
Matanya yang dingin dan tajam serta rambutnya yang pendek dan tersusun rapi benar-benar memberi kesan seorang pembunuh.
“Aku Natsuki Takeuchi. Aku baru saja pindah dari pedesaan, dan aku merasa agak kewalahan dengan banyaknya jumlah orang di kota ini. Sekolah ini juga sepertinya dipenuhi orang-orang, jadi aku akan melakukan yang terbaik untuk belajar dari kalian semua.”
Dia nampak seperti orang yang cuek, meskipun itu mungkin karena prasangka-prasangka yang dimiliki Yuichi sendiri. Ada sesuatu yang kasar yang mengasingkan dirinya.
Meski begitu, cara perkenalan dirinya sama sekali tidak ofensif. Tak ada satupun dari kata-katanya yang menunjukan kalau dia seorang pembunuh. Biarpun begitu, Yuichi tidak bisa menglihkan pandangannya pada label mengerikan di atas kepala gadis itu: “Pembunuh Berantai.”
Akhirnya, perkenalan diri berakhir. Karena tidak ada kelas di hari pertama ini, semuanya bebas untuk pulang. Yuichi berpikir untuk bermain dengan Takuro yang sekarang menjadi “Kekasih Penyihir”— namun dia telah meninggalkan ruang kelas lebih dulu. Murid-murid lainnya juga mulai keluar.
Sebagian diri Yuchi juga ingin cepat-cepat pulang, namun ia memutuskan untuk tetap tinggal dan memilah-milah pikirannya. Dia tetap berada di bangkunya, membaca grafik tempat duduk, membandingkan label, nama, dan cara perkenalan diri mereka….
Pikirannya terganggu oleh suara Shota.
“Apa-apaan benda ini? Tidak bekerja sama sekali.”
Shota mengembalikan gripper itu pada Yuichi. Sepertinya ia sudah menyerah untuk menutupnya.
“Yah, kau tidak bisa menutup yang satu ini. Jika kau benar-benar ingin melakukannya, aku akan meminjamkanmu yang No. 1. Kalau yang ini kau hanya memerlukan kekuatan genggaman 60 kg untuk menutupnya.”
“Yah, lagian aku tidak membutuhkannya untuk sepak bola. Bisa kau menutupnya?”
“Kau tahu pelatihan isometrik2? Aku melakukan itu.”
Pelatihan isometrik adalah jenis pelatihan otot yang cara kerjanya tanpa menggerakan anggota tubuh, seperti mendorong dinding yang tidak bergerak. Kebohongan kecil ini tampaknya lebih baik daripada mengakui kalau dia sebenarnya bisa menutupnya.
“Kupikir aku pernah mendengarnya. Jadi kenapa kau terus melihat-lihat daftar nama itu dari tadi?”
“Aku sedang mencoba mengingat nama semua orang.” Kebohongan lainnya.
“Hanya itu? Kupikir kau sedang mengurutkan peringkat gadis atau semacamnya. Coba lihat sini.” Shota merebut daftar itu. Tentu saja, dari awal itu memang miliknya, jadi Yuichi tidak bisa mengeluh.
Shota mulai membuat penanda di samping nama-nama gadis.
“Natsuki Takeuchi, Aiko Noro, Yuri Konishi. Mereka adalah tiga besar. Peringkat selanjutnya adalah Miyu Hirata, Sayaka Haraguchi… dan An Katagiri, mungkin. Meskipun dia agak sinting sih. Meski begitu, aku senang kelas kita dipenuhi gadis-gadis cantik.”
Yuichi tidak dalam kondisi untuk memikirkan hal ini, namun mengingat kebelakang, dia ingat bahwa siswa laki-laki akan berbisik-bisik tiap kali seorang gadis memperkenalkan diri.
“Ini akan menjadi tahun yang hebat! Yah, sebaiknya aku pergi sekarang. Aku harus menyapa para senior di klub sepakbola.”
Semua orang di kelas telah pergi saat mereka mengobrol, Shota juga bangkit dan pergi.
Yuichi tidak boleh terus-terusan di kelas. Dia memutuskan pergi ke kamar mandi sebelum pulang.
Ada siswa dari kelas lain di aula. “Teman Sebaya” adalah satu-satunya label di atas kepala mereka.
Yuichi pergi ke kamar mandi, menyelesaikan “bisnisnya”, lalu mencuci tangan sambil tenggelam dalam lamunan.
Dia tidak tahu apa maksud sebenarnya dari label-label itu. Sejujurnya, dia tidak mau tahu. Dia tidak ingin menerimanya sebagai nilai yang tertera. Maksudku, ayolah…. tidak ada yang namanya zombie atau vampir….
Mereka semua terbaca “Teman Sekelas” pada awalnya, namun entah kenapa berubah.
Lalu apakah ada sesuatu di atas kepalanya? Mungkin ada sesuatu yang baru disana sekarang…
Yuichi melihat dirinya di cermin, namun yang terlihat disana bukanlah sesuatu yang sama sekali ia harapkan.
“Pembunuh berantai.”
Natsuki Takeuchi tengah berdiri di belakangnya.
“Hei. Kau menatapku sebelumnya kan?”
“Um, ini kamar mandi pria.. ” Bulu kuduk Yuichi mulai berdiri. Dia bahkan tidak mendengar Natsuki mendekat. Meskipun ia sedang melamun tadi… namun sulit dipercaya ia sampai tidak menyadarinya hingga Natsuki berdiri tepat di belakangnya.
Sesuatu menusuk punggungnya. Rasanya seperti pisau.
“Aku tidak masalah dengan itu, jadi kau harusnya juga tidak keberatan. Sekarang, jawab pertanyaanku. Tadi kau menatapku kan? Kenapa? Apakah aku melakukan sesuatu yang aneh? Kupikir aku sudah berbaur.”
“Kau yang menatapku duluan kan? Jadi aku balik menatapmu…” Yuichi teringat dirinya begitu panik dan mambuang muka saat mata mereka bertemu. Mungkin itulah yang membuatnya terganggu. Tentunya dia menatapnya lebih lama dari orang normal, namun itu seharusnya tidak cukup sampai ia harus mendatanginya seperti ini.
“Dengar. Aku sudah pernah melihat orang menatapku seperti itu sebelumnya. Mata itu, aku mengenalinya ketika seseorang tahu kalau aku adalah pembunuh. Bisa jelaskan kenapa kau sampai mengetahuinya? Itu akan beguna sebagai pelajaran di masa mendatang.”
Pisau di pungungnya bergerak sedikit. Itu adalah ancaman.
Yuichi berkeringat dingin. Label di atas kepala gadis itu pastilah benar.
“Apa kau seorang…. pembunuh berantai?”
Dia tidak terlihat seperti akan membunuhnya, jadi Yuichi menyikapinya dengan hati-hati.
“Kukira begitu. Aku membunuh cukup banyak orang setiap hari. Tapi aku tidak ingin melibatkan orang-orang di sekitarku, jadi aku belum mencoba membunuh siapapun di sekolah ini. Itu sebabnya aku terkejut karena seseorang sudah mengetahuinya. Jadi, bagaimana kau tahu?”
Yuichi bertanya-tanya bagaimana cara terbaik untuk menjawabnya. Dia sudah cukup melihat bahwa setiap tindakan berbohong akan menjadi bumerang, jadi dia memilih kebenaran.
“Aku melihat tulisan diatas kepala orang-orang. Dan untukmu tertulis “Pembunuh Berantai”. Ada orang lain di kelas juga, seperti “Penyihir” dan “Zombie”.”
“…Aku mempercayaimu.” Mata Natsuki beradu dengan milik Yuichi melalui cermin sebelum ia memberikan pengakuan.
“Kau percaya padaku?” Yuichi terkejut karena dia mempercayainya begitu mudah. Kalau dirinya pasti tidak akan, jika seseorang mengatakan hal semacam itu padanya.
“Yah. Pastinya ada zombie disini. Seorang vampir juga, kurasa… tapi Penyihir, aku kurang yakin tentang itu… tapi aku tidak akan terkejut.”
“…Bicaramu terdengar ini memang nyata. Bagaimana kau bisa tahu?”
“Tiruan makanan tidak akan membuatmu lapar kan? Sekalipun itu dibuat mirip aslinya.” Dia bersuara seperti itu adalah penjelasannya, namun itu tidak masuk diakal bagi Yuichi.
“Aku tidak paham! Apa-apaan semua ini? Penyihir Vampir dan Pembunuh Berantai? Darimana kalian semua berasal? Kenapa kalian berkumpul di kelasku?”
“Mana kutahu? Aku yakin itu cuma kebetulan. Ada beberapa orang sepertiku di luar sana, hanya saja karena kau bisa mengenali kami. Jadi itu terasa aneh untukmu. Tapi biasanya kami tidak ikut campur dalam urusan satu sama lain, jadi harusnya itu bukan masalah besar.”
Natsuki menarik pisaunya.
“Ah, yah. Bukan berarti aku datang kemari untuk membunuhmu. Tapi kuperingatkan satu hal: Jangan beritahu siapapun tentangku. Jika kau melakukannya, aku akan membunuh semua orang di sekolah ini, kemudian menghilang. Jika kau ingin pertumpahan darah, maka bicaralah. Tapi aku sudah menantikan kehidupan SMA-ku ini, dan aku tidak ingin kau menghancurkannya sekarang.”
Dan begitulah nampaknya. Natsuki berjalan melewati barisan toilet dan meletakan tangannya di ambang jendela.
“Semoga kau beruntung tahun ini, Yuichi Sakaki.”
Dengan itu, dia melompat ke luar jendela.
“Hah?”
Sesaat kemudian, pintu terbuka, dan seorang siswa laki-laki berjalan masuk.
Kedatangannya ini mungkin yang menjadi alasan kenapa Natsuki pergi cepat-cepat. Tapi Yuichi tidak percaya bahwa dia melompat ke luar jendela tanpa ragu sedikit pun. Kamar mandi ini berada di lantai empat lho!
Yuichi berlari.
Dia tahu seharusnya dia turun untuk memastikan apakah Natsuki menyentuh tanah dengan aman, tetapi dia tidak tahan untuk tetap berada di sana sebentar lagi. Kepalanya bercampur aduk dalam kebingungan.
Melihat tulisan di kepala orang-orang bukan masalah besar? Tentu saja itu masalah besar! Dia berlari ke kelasnya, mengambil tas, lalu pulang dengan kecepatan penuh. Kecepatannya sendiri menyebabkan kepalanya berputar …


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama