Penerjemah : Kaito
Editor : Nero
Chapter
04 -
Familiar dan Penghalang dan Aura dan Monster dan Organisasi Pemburu
Monster
Keesokan
harinya.
Yuichi
berjalan ke sekolah bersama Aiko. Mereka masih belum yakin mengapa Aiko
diserang, jadi Yuichi tetap waspada kalau-kalau kejadian serupa terulang
kembali. Tentu saja, Ia berharap tidak ada yang terjadi di kelas dengan begitu
banyaknya orang di sana, Tiba-tiba Aiko dengan santai menarik sebuah kursi kosong di
dekatnya, duduk di kursi itu, dan membuka kotak makan siangnya.
Meja
Yuichi mulai terasa sedikit ramai.
"Hah?
Noro? "Shota berkata dengan kaget. Pendekatannya yang sama sekali tak
terduga. Anak laki-laki lain di sekitar mereka juga tampak terkejut. Mereka
kemungkinan besar memikirkan hal yang sama.
"Ada
apa, Noro?" Tanya Yuichi.
Aiko
mencondongkan badannya untuk berbisik di telinga Yuichi. "Kita perlu
bertingkah seperti teman, atau rasanya tidak akan wajar kalau kita sering
bersama, ‘kan?"
"Hah,
kau pikir begitu?" Yuichi menjawab dengan berbisik.
Dia
tidak tahu apa yang buruk karena tidak terlihat wajar. Jelas, mereka harus
menghabiskan waktu bersama sehingga Aiko tidak sendirian, tapi dia tidak tahu
mengapa harus tampak alami bagi mereka untuk melakukan itu.
"Waw,
Tidakkah kalian berdua terlalu dekat?!!" Kata Shota. Dia menatap curiga
mereka berdua, yang duduk berdekatan dan berbisik satu sama lain.
"Ah,
dia ingin makan siang bersama kita," jawab Yuichi. "Apa kau tidak
keberatan?"
"Tak
masalah, tapi kalian berdua ini jadian atau apa?" Shota terdengar cemburu.
Aiko
tampak gelagapan. Sepertinya, dia belum memikirkan cerita awal. "Tidak!
Um, sebenarnya, aku sedang berjalan dan melihat Sakaki membantu nenekku yang
pingsan di jalan, dan kemudian Sakaki juga ikut pingsan ... kurasa karena rasa
simpati ... jadi aku membawa mereka berdua ke tempat kami ... um, yakni rumah
sakit yang kami jalankan. ... Da-Dan aku begitu tergerak oleh apa yang dia
lakukan, hanya itu. Dan begitulah kami menjadi teman! "Aiko menatap Shota
dengan mata kebingungan. Dia mencoba berimprovisasi, namun berubah menjadi
omong kosong ditengah ceritanya.
"Begitu
ya. Kamu luar biasa, Noro. Kau membawa dua orang sekaligus? "
Yuichi
menatap Shota tak percaya. Sepertinya
dia sama sekali tidak meragukan ceritanya. Apa ia benar-benar mempercayai itu?
"Ye-Yeah,
dia sangat kuat," kata Yuichi putus asa. Jika Shota tidak meragukan
ceritanya, mungkin dia juga mendukungnya.
Aiko
hanya memelototinya. Meskipun itu adalah cerita yang dia buat sendiri, dia
rupanya tidak suka dipanggil "kuat."
"Hei,
ayo makan siang!" Katanya.
"Shota,
terkadang kupikir kau ini orang yang benar-benar menakjubkan," kata
Yuichi.
Setiap
katanya memiliki arti tertentu.
"Huh,
aku ini?"
Mereka
bertiga mulai makan siang bersama. Yuichi sedang menyendok makanannya, tapi
Shota sepertinya sedang berjuang dengan kecanggungan itu. Tidak ada yang perlu
mereka bicarakan.
Setelah
duduk dalam ketidaknyamanan untuk sementara, Shota tiba-tiba menunjuk Yuichi.
"Hei, Noro, apa kau tahu kalau orang ini membawa barang-barang aneh?"
"Hah?
Seperti apa? "Aiko mengikuti topik pembicaraan dengan penuh semangat,
berharap bisa menghilangkan suasana canggung di antara mereka.
"Sakaki,
tunjukkan padanya apa yang kau miliki di dalam kotak pulpenmu."
"Kenapa?"
"Lakukan
saja!"
Shota
tidak sabar menunggu. Dia duduk berhadapan dengan Yuichi, jadi dia berada dalam
posisi untuk meraih tas miliknya. Setelah sedikit menggeledah, dia mengeluarkan
sebuah kotak pulpen. Tidak ada yang istimewa dari kotak itu sendiri, tapi
isinya penuh dengan jahitan. Shota membuka pengait dan menyebarkan isinya ke
atas meja.
"Hei!"
"Oh,
seram sekali."
"Jangan
bilang seram!"
"Tuh,
‘kan? Lihat ini! "Shota mengambil sebuah pulpen dan menunjukkannya pada
Aiko.
"Apanya?"
Tanyanya, tampak bingung. Dia menatap pulpen yang terlihat biasa.
"Sakaki,
jelaskan."
"Tidak!"
"Baik.
Apa kau menyadari ada yang aneh dengan pulpen ini?" Tanya Shota.
Ia
menyerahkan pulpen itu pada Aiko, dan dia mulai menyelidiki.
"Aneh
..." dia gumamnya pada dirinya sendiri setelah memainkan pulpen itu
sesaat. "Benar, ‘kan? Ini disebut pena taktis. Pulpen ini adalah senjata.
"
Pulpen
taktis memang pulpen yang bisa dijadikan senjata. Ini dirancang untuk
pertahanan diri: berat, dan terbuat dari plastik keras tahan lama yang bisa
menikam pada sendi atau titik vital.
"Sekarang,
apa kau sudah melihat bagian belakang
pulpen itu?"
"Yeah."
Dia menyentuh tonjolan yang mungkin tidak disadari orang kecuali jika mereka
memegangnya.
"Itu
pemecah kaca. Rupanya itu untuk memecahkan jendela mobil. "
Dengan
kata lain, pikir Yuichi, jika kau terjebak di dalam mobil, kau bisa
menggunakan pemecah kaca untuk melarikan diri. Sebagai siswa SMA, Yuichi
tidak membutuhkannya, tapi Mutsuko masih menyimpannya karena "sangat
mengagumkan."
"Sakaki
... kenapa kau memiliki benda seperti ini?" Tanya Aiko.
"Itu
ulah kakak perempuanku! Dia asal menaruh benda itu di sana! "Teriak
Yuichi.
Mutsuko
mempunyai kecenderungan untuk memilih hal-hal aneh dan memasukkannya ke dalam
tasnya tanpa bertanya. Tidak peduli seberapa sering dia membuang benda-benda
itu, Mutsuko tidak akan berhenti, jadi pada akhirnya dia menyerah begitu saja.
"Ada
yang ini juga." Shota menarik pulpen yang lain. Dia melepaskan ujungnya
untuk menunjukkan pisau tajam.
"Hah?
Sebuah pisau?"
"Ada
pisau yang menempel pada kartrid. Yuichi bilang itu disebut pisau pulpen. Ia
punya banyak barang aneh seperti itu. Aku tentu bakal mengingatnya." Shota
mengambil pena yang lain. Ada bunyi klik, dan nyala api menyembur keluar di
atasnya.
"Hah?"
Aiko mengeluarkan suara tertegun.
Yuichi
merasa bersimpati. Dia akan merasakan hal yang sama jika itu adalah barang
orang lain. "Yang itu disebut pulpen korek api," kata Yuichi. Kotak
pulpennya penuh dengan alat panjang dan tipis, semuanya dirancang agar terlihat
seperti pena.
"Di
mana kau membeli benda seperti ini?" Shota benar-benar tampak menikmati
dirinya sendiri.
"Diam!
Tinggalkan aku sendiri! "Yuichi menanggapi dengan sedih.
"Sakaki
... jangan sampai ditangkap, oke? berhati-hatilah, terutama di malam hari.
"Aiko terdengar prihatin padanya.
Yuichi
tertegun mendengar kata-kata itu. Tertangkap dan ditanyai adalah ketakutan
terbesarnya. Dia selalu berusaha menghindari polisi kapan pun dia bisa.
"Kaulah
yang mengeluarkan mereka semua! Masukkan semuanya kembali! Oh, hati-hati dengan
itu! "
Shota
dengan patuh mulai mengembalikan barang itu ke dalam kotak pulpen. Tapi saat ia
meraih penggaris, Yuichi mengulurkan tangan untuk menghentikannya.
"Itu
bisa memotongmu. Satu sisinya sudah dipertajam, "jelasnya.
"Uh,
itu sedikit berbahaya ..."
Satu
sisi penggaris baja telah diasah sampai setajam silet. Kau bisa terluka jika
memegangnya tanpa sadar.
"Kakak
perempuanku membaca banyak manga jadul. Ini berpengaruh buruk pada
dirinya."
"Emang
manga seperti apa yang dibacanya? Aku belum pernah mendengar benda seperti ini.
"
"...
Aku juga mendapatkan roda gigi yang dipertajam dan semacamnya ..."
Wajah
Shota terperangah. "Sakaki, kupikir kau perlu bicara panjang lebar dengan
kakakmu."
"Aku
sudah mencobanya, tapi tidak pernah berhasil," gumam Yuichi.
Setelah
selesai makan siang, Yuichi berpisah dengan Aiko dan menuju kelas dua
sendirian.
Dia
pergi ke 2-A. Itu adalah kelas kakaknya, Mutsuko. Dia membuka pintu dan melihat
ke dalam.
"Ah,
Yu!" Mutsuko langsung melihatnya, meski Yuichi tidak benar-benar datang ke
sini untuk menemuinya. "Apa kamu merasa kesepian tanpa kakak perempuanmu?
Kamu tidak bisa menunggu sampai sepulang sekolah, jadi kamu datang menemuiku
saat makan siang!? "Dia berteriak, merasa senang.
"Bukan
begitu!" Protes Yuichi.
Mutsuko
punya kebiasaan mengawasi siapa saja yang masuk dan meninggalkan ruangan kelas.
Menurutnya, itu adalah teknik pertahanan diri; Kamu harus selalu memperhatikan
untuk memastikan tidak ada yang mencurigakan masuk.
Gadis-gadis
itu dengan cepat berkumpul. "Hei, apa, itu adikmu? Dia lucu!"
"Hei!
Jangan berebutan hanya karena dia tampan! Dia itu milikku!"
"Tidak,
aku bukan milikmu, ... um. Permisi. Bisakah aku mengajukan pertanyaan? Apakah
ada seseorang di kelas ini yang bernama Rokuhara? "
"Rokuhara
ada di sana," kata seseorang.
Yuichi
mendorong gadis-gadis kelas kedua untuk masuk ke kelas. Dia berjalan ke arah
seorang anak laki-laki yang duduk di sebuah meja di tengah ruangan. Anak
laki-laki itu menyandarkan kepalanya di meja, dan wajahnya tertutup. Tapi itu
pasti dia. Pria yang menyerang Noro kemarin malam.
"Hei.
Boleh aku berbicara denganmu sebentar? "Tanya Yuichi.
Wajah
anak laki-laki itu terpaku kaget saat melihat Yuichi. "Ka-kau ..."
Mereka
berdua menuju halaman. Sejumlah siswa ada di sana, sedang makan siang, tapi
mereka menghindari murid-murid itu dan menuju ke sebuah pojok yang sedikit
sepi.
"Rokuhara.
Aku sedikit terkejut melihatmu datang ke sekolah seperti tidak ada yang terjadi
... "
Hiromichi
Rokuhara. Di sini dalam terangnya siang hari, agak sedikit malu-malu.
Yuichi
pada awalnya mengira bahwa nama pada surat yang disebutkan Aiko adalah nama
samaran, bahwa penyerangnya mungkin bahkan bukan murid daru sekolah ini, yang
mana akan membuatnya lebih sulit untuk dilacak. Hal ini membuat kebenaran
terasa hampir seperti antiklimaks.
"Apa
yang kamu inginkan?" Tanya Rokuhara ketakutan. Di atas kepalanya ada kata
"Kakak kelas." Sehari sebelumnya itu “Pemburu Monster Magang”...
"Dengar,
aku punya pertanyaan tentang apa yang terjadi kemarin." Yuichi memutuskan untuk
melewatkan cara yang sopan dan langsung melakukan intimidasi. Orang ini sudah
menyerang Aiko. Buat apa menjadi sopan?
"Itu
tidak ada hubungannya denganku lagi! Aku gagal! Jadi tinggalkan aku sendiri!
"
"Hah?
... Tunggu sebentar. Apa maksudmu, kau gagal? "
"Aku
tidak bisa membunuh monster waktu itu! Ini omong kosong! Ini sangat salah!
Kupikir aku akan meninggalkan dunia bodoh ini! Kupikir aku ini istimewa! "
"Bagaimana
mungkin kau bisa seegois ini? Kau sudah menyakiti Noro, tahu. Apa kau tidak mau
meminta maaf? "Yuichi menuntut, mendekat ke Rokuhara. Pembicaraan santai
tentang membunuh orang membuat darahnya mendidih.
"Siapa
yang peduli? Dia itu monster! "
"Tutup
mulutmu! Apa alasannya kau berkata begitu?! "
Rokuhara
menarik napas pendek dan mengernyit saat menghadapi permusuhan Yuichi. Yuichi
memutuskan untuk menahan amarahnya sekarang. Dia datang untuk bertanya,
Lagipula. Mereka tidak akan membuat kemajuan jika terus seperti ini.
"Aku
perlu bertanya tentang beberapa hal. Kau siap? "Tanyanya.
"Tidak!
Aku tidak memiliki apapun untuk dikatakan! "Teriak Rokuhara.
Orang
itu membungkam. Menyadari bahwa ia takkan tahan terhadap ancaman, Yuichi
mencoba taktik baru.
"...
Dengar, namaku Yuichi Sakaki. Aku adalah adik laki-laki Mutsuko Sakaki. "
"Kamu
adik laki-laki…..Sakaki? "
"Ya.
Jika kamu tidak mau berbicara denganku, aku harus memintanya untuk meminta
bantuan. "
"Baiklah,
baiklah! Aku akan bicara!"
Ya,
ampun, Kak ... apa yang kau lakukan di kelasmu? Perubahan
sikap tiba-tiba Rokuhara sedikit mengkhawatirkan. Dia telah mengira kakak
perempuannya menyebabkan masalah bagi teman sekelasnya, namun tidak sampai
untuk menimbulkan reaksi dramatis semacam ini.
"Kenapa
kau menyerang Noro?" Tanya Yuichi, tahu itu akan menjadi langkah awal
untuk mencari tahu tindakan balasan.
"Itu
adalah ujian. Untuk lulus, aku hanya harus membunuh satu monster, monster
manapun, kemarin."
"Apa
yang membuatmu berpikir kalau Noro itu monster?"
"Aku
bisa melihatnya. Monster memiliki aura hitam di sekitar tubuh mereka. Aku
memiliki kekuatan khusus! "
Sungguh
omong kosong, atau begitulah yang
Yuichi pikirkan, jika bukan karena kejadian baru-baru ini. Sekarang, dia juga
memiliki penglihatan khusus yang membuatnya mengetahui keberadaan vampir dan
pembunuh berantai, dia tidak bisa mengabaikannya dengan mudah.
"Hei,
berapa lama kau memilikinya? Sejak kau lahir? "
"...
Sejak hari terakhir liburan musim semi. Itu adalah hari dimana mereka datang
padaku dan memulai tes. "
Pada
hari yang sama saat aku mulai melihat label-label itu?
Orang
lain mulai melihat hal-hal aneh pada hari yang sama dengan Yuichi. Mungkin ada
sedikit hubungan disana.
"Siapa
mereka'? Apa tesnya? "
"Organisasi
Pemburu Monster. Jika aku lulus ujian, aku bisa bergabung dengan mereka. "
"Apa
mereka tahu tentang Noro?"
"Kurasa
tidak. Ujian untukku hanya menemukan dan membunuh monster dengan kekuatanku
sendiri. Aku belum pernah berhubungan dengan mereka sejak tes dimulai. "
"Baiklah
kalau begitu. Jangan beritahu siapa pun tentang Noro atau tentang Organisasi
ini. "
"Iya,
aku tidak akan. Sekarang setelah aku gagal, mereka memutus kontak denganku. Aku
bertaruh, aku takkan pernah melihat mereka lagi, "kata Rokuhara dengan
kikuk.
"Ada
beberapa pertanyaan lagi," kata Yuichi. "Apa yang terjadi dengan
kerangka itu? Dan apa yang terjadi dengan halamannya? "Rokuhara sepertinya
bukan ancaman lagi, tapi mungkin mereka masih harus berurusan dengan fenomena
misterius itu lagi.
"Kerangka
itu familiar. Aku meminjam mereka. Penyihir bisa memanggil mereka dari tanah
dan memerintahnya. Tentu saja, aku belajar cukup cepat dan itu tidak terlalu
sulit ... "
Yuichi
memeriksa semak-semak yang telah menyembunyikan tengkorak kemarin. Yang tersisa
hanyalah gundukan tanah. Sepertinya mereka memang terbuat dari tanah, seperti
yang dikatakan Rokuhara.
"Bagaimana
dengan halamannya?"
"Itu
adalah penghalang. Ingat anak kucing yang ada di pundakku? Itu adalah familiar
yang mengkhususkan diri pada sihir penghalang. Penghalang untuk menjaga monster
agar tidak kabur, dan dari luar kau tidak bisa melihat apa yang terjadi di
dalam penghalang. "
Yuichi
ingat usahanya yang gagal untuk melarikan diri dengan Aiko. Mungkin dia bisa
keluar jika tidak bersama Aiko. Bisa jadi pandangan istimewanya yang
memungkinkannya untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam.
"Apa
yang terjadi dengan familiars? Apa mereka ada di suatu tempat? "
"Seperti
yang kubilang, mereka tidak terlalu tangguh. Mereka dibawa keluar dalam waktu
singkat. Tanpa familiars, aku tidak bisa bertarung. Saat itulah aku tahu kalau aku
sudah gagal. "Rokuhara menggigit giginya dengan frustrasi.
Penyebutan
familiars yang "dibawa keluar" mendapat perhatian Yuichi.
"Apa
ada monster lain di sekitar sini selain Noro?" Sebagai seseorang yang
sudah terseret ke dunia non-manusia, dia berhak untuk tahu.
"Yeah.
Makhluk itu memiliki tanduk, jadi mungkin dia itu Oni. Dia mengenakan seragam
SMA yang berkerah tinggi. Terlihat berkisar sama seperti usia kita. Dia
memiliki aura hitam yang benar-benar mengerikan... "
"Tapi
dia monster? Bagaimana kamu bisa bertahan hidup setelah dia mengalahkanmu?
"
Rokuhara
tertawa pahit. "Dia bilang dia tidak memakan lelaki! Melepaskanku dengan
prinsip jantan seperti itu. Sialan ... apakah kita sudah selesai? Aku kesal
membicarakan hal ini.
"Rokuhara
berjalan pergi, tapi kemudian dia menerikai kalimat terakhir. "Dan jangan
beritahu kakakmu tentang diriku!"
Familiars,
penghalang, aura, monster, dan Organisasi pemburu monster ...
Seolah
seperti fantasi Mutsuko mulai terwujud
satu demi satu. Yuichi sudah muak dengan itu.
*****
"Dan
begitulah yang terjadi."
Aiko
bertemu dengan Yuichi seusai pelajaran. Dia bersandar pada pagar teralis sambil
menatap langit. Yuichi yang ada di sampingnya juga melakukan hal yang sama.
"Jadi,
kemungkinan besar dia takkan mengejarmu lagi," pungkasnya. "Tapi juga
terdengar seperti ….. mungkin orang lain?" Kata Aiko.
Yuichi
telah menyebutkan organisasi pemburu monster. Itu berarti, orang lain mungkin
mencoba menyerangnya lagi. "Yeah, jadi kemungkinan untuk sementara waktu
kau tidak boleh sendirian."
Yuichi
sudah menemani Aiko pulang sehari sebelumnya, dan mengantarnya ke sekolah di
pagi hari. Ia benar-benar mengkhawatirkan Aiko. Dan Aiko sangat bersyukur atas
kebaikan Yuichi.
"Tapi
kurasa aku tidak bisa terus bersamamu ... Jika ada sesuatu yang terjadi,
telepon aku," kata Yuichi sambil mengeluarkan ponselnya, dan Aiko
melakukan hal yang sama. Mereka bertukar nomor ponsel.
Aneh
sekali... Sakaki tidak terlihat canggung sama sekali ketika berada di dekat
wanita... pikir Aiko. Yuichi meminta nomor teleponnya seolah biasa.
"Kesampingkan
masalah monster, bagaimana dengan Takeuchi? Apa kau melakukan sesuatu secara
khusus tentang dirinya? "
"Yang
bisa aku lakukan sekarang hanyalah terus mengawasinya. Noro, apa kau pernah
mendengar tentang pembunuhan mengerikan yang terjadi akhir-akhir ini? "
"Kurasa
... tidak." Dia memikirkan kembali apa yang telah dia dengar dalam berita
akhir-akhir ini. Tidak ada laporan tentang pembunuhan atau kematian tak jelas
yang bisa dia ingat.
"Iya,
aku juga sama. Kau pikir dia benar-benar membunuh orang? "
"Ayolah,
diantara orang yang kukenal, hanya kau yang menganggapnya sebagai pembunuh
berantai. "Aiko tidak sepenuhnya yakin kalau kemampuan Yuichi itu nyata,
tapi dia juga tidak berencana untuk mengkonfirmasinya. Jika mereka berdua
menggali lebih dalam dan ternyata benar, mereka berdua akan berakhir
mendapatkan sesuatu yang lebih buruk.
"Namun,
dia sendiri mengakuinya," katanya.
"Tapi
‘kan aku tidak ada di sana. Maksudku, aku percaya dengan apapun yang kau
katakan. "
"Yeah,
aku mengerti. Lagipula, memang tidak ada bukti atau semacamnya. "
Mereka
bertemu di atap karena bermaksud menggunakan kesempatan ini untuk menyusun
strategi, tapi mereka cepat kehabisan bahan.
"Tidak
ada yang bisa kita lakukan tentang masalahku sekarang juga, jadi mari kita
bicara tentang saudaramu. Apakah dia mengerjakan sesuatu? Tentang ambisinya,
yang uummm ... mendominasi dunia? "
"...
Dia membeli jubah hitam dengan lapisan merah ..." Aiko merasa malu
walaupun bukan dia yang melakukannya. Di mana dia membelinya?
"Um,
jadi dia tipe orang yang menyukai penampilan terlebih dahulu?"
"Dia
sedang berlatih mengepakkannya di depan cermin ..."
"Dengar
... Apa mungkin tak apa kalau kita membiarkannya saja? "
"Aku
juga mulai berpikiran begitu ... Paling tidak, aku mulai menyadari mengapa kau
menginginkan seseorang untuk diajak bicara. Rasanya jauh lebih baik daripada
terus memikirkannya sendiri berulang-ulang. "
"Tidak
masalah. Aku senang bisa membantu ... Maksudku, sepertinya kita berdua memiliki
masalah keluarga yang sama. "
Aiko
baru hendak berterima kasih, saat pintu atap tersentak terbuka, dan seorang
siswi bergegas ke arah mereka.
Tubuhnya
ramping, tinggi, dan cantik, rambutnya yang panjang dijepit dengan rentetan
jepitan rambut. Di mata Aiko, jepitan
rambut itu terlihat berlebihan, tapi juga terlihat cocok pada siswi tersebut.
Gadis
itu melihat Yuichi dan berjalan lurus ke arahnya. "Ternyata kau ada di
sini, Yu! Aku sudah bilang untuk datang ke ruang klub! "
Yuichi
menatap mata gadis itu sambil mendesah. "Kakak... aku sedang menuju
kesana, tapi ..."
"Um,
apa ini kakak perempuanmu, Sakaki?" Tanya Aiko. "Iya," Yuichi
mengaku, dengan sikap pasrah.
Aiko
merasakan pukulan lain pada kepercayaan dirinya. Sedikit menyakitkan betapa
cantiknya kedua saudara perempuannya.
Mutsuko
Sakaki. Kakak perempuan Yuichi. Dalang yang mengisi tas Yuichi dengan semua
alat aneh itu ...
"Hah?
Kamu bersama seorang gadis ... selamat! Jangan khawatir, aku tidak akan
menghalangimu. Aku tahu bagaimana kelanjutannya! Ya, aku tahu kau akan cepat
mendapatkan pacar begitu kau memasuki SMA! "
"Bukan
begitu!"
"Lupakan
klub hari ini! Kalian berdua bisa melanjutkan pembicaraan tadi dan
bersenang-senang! Ini adalah bahan untuk hari ini, jadi dilihatnya nanti saja,
oke? "
Mutsuko
menyerahkan sebuah paket tebal pada Yuichi. Itu tampak seperti fotokopi dari
beberapa jenis manual.
"Apa
kau tidak bisa memberikan itu di rumah?" Protesnya. Aiko mencoba untuk
mengintip, tapi Yuichi menyerahkan manual itu begitu saja pada Mutsuko.
"Hah?
Apa kamu yakin? " Tanya Aiko.
"Aku
tidak menginginkannya," balas Yuichi.
Aiko
juga tidak menginginkannya, tapi sekarang dia memegang itu di tangannya, jadi
sudah terlambat. Dia melirik tumpukan itu. Setiap halamannya diisi dengan
diagram dan jargon.
"Hah?
Semua ini apa? "Dia bertanya dengan heran.
Mutsuko
menjawab dengan penuh semangat. "Itu adalah prosedur pemeliharaan lift!
Aku mendapatnya dari setiap perusahaan yang membuatnya. Eskalator juga! "
"Um,
tapi kenapa kau ..."
"Untuk
survival! Kami dari klub survival selalu berpikir tentang betapa pentingnya
untuk mempersenjatai diri dengan informasi untuk bertahan dalam situasi apapun!
"
"Bertahan
hidup? Bertahan dari apa?" Yuichi menyela. Mutsuko hanya mengabaikan
protesnya dan terus memberikan penjelasan.
"Apa
kau tahu apa yang mereka lakukan di film di mana kau bisa keluar melalui lubang
di atap merupakan hal yang mustahil? Lihat, kau tidak bisa membukanya dari
dalam! Aku sering mendongak ke langit-langit lift, jadi aku tahu! Jadi kau akan
terjebak jika seseorang menyerangmu, bukan? "
"Ya,
aku ingat ... kapan pun kau berada di lift, kau akan selalu melihat-lihat ke
atas..."
"Tapi
lift punya bagian terpisah di dinding bawah! Apa kau tahu itu? Biasanya itu
digunakan untuk membawa peti mati! Jadi jika sampai ada kejadian tertentu
terjadi, kau bisa bersembunyi di sana! "
"Um
... bukannya itu biasa terkunci?" Yuichi menggeram frustrasi.
Aiko
belum pernah mendengar hal seperti itu. Tapi kalau ada pintu seperti itu, itu
pasti terkunci.
"Ya
ambil saja kuncinya!"
"Dan
... kau bilang 'jika ada sesuatu yang terjadi', memangnya kita sembunyi dari
apa?"
"...
Kurasa, zombie? Zombie itu cukup bodoh, jadi mereka mungkin tidak bisa
menemukanmu disana! "
Mulut
Aiko perlahan terbuka lebar saat Mutsuko terus melanjutkan penjelasan aneh yang
tak pernah berakhir. Dia bisa mengeti apa yang dimaksud Yuichi saat dia
menyebutnya "kasus yang tidak menguntungkan."
"Oh,
dan kudengar lift terbaru memiliki jalan keluar dari samping. Mereka
membiarkanmu bergerak ke lift berikutnya. Bukankah itu petualangan yang hebat
?! "
"Uh
huh."
"Dan
eskalator, oh! Mereka memiliki poros perawatan di bawahnya! Jadi jika
langit-langit runtuh dan kau tidak bisa lewat atas, Kau mungkin bisa melewati
bagian bawahnya! Ini benar-benar informasi yang berguna! "
"Kau
baru saja membaca itu di manga!"
"Sakaki
... apa kakakmu ini lebih..." Aiko terdiam, memandangi Yuichi untuk
meminta bantuan. Dia benar-benar tidak bisa meladeninya terus.
"Ah
... Um, kakakku adalah ketua klub survival."
"Benar."
"Itu
adalah klub dimana mereka selalu membicarakan hal-hal bodoh."
"Salah!"
Teriak Mutsuko. Sikapnya berbeda 180 derajat. "Pengetahuan ini diperlukan
untuk bertahan di zaman modern ini! Gempa bumi mendadak, biohazards, pembunuhan
berantai di pulau terpencil, serangan alien, terseret ke dunia pasca-kiamat
atau fantasi ... ada banyak bahaya di luar sana! Kita mensimulasikan dan
membahas berbagai situasi sehingga kita tahu bagaimana melindungi diri kita
sendiri! Itulah yang dilakukan klub survival! "
"Sebagian
besar yang kau bicarakan tadi tidak ada. Tidak ada yang namanya alien, dan
tidak ada yang masuk ke dunia lain, "kata Yuichi meremehkan.
Secara
prinsip, Aiko setuju dengannya, tapi vampir memang benar-benar ada, dan kemarin
dia baru saja melihat makhluk undead. Sedikit sulit untuk menolak keberadaan
mereka.
"Kami
juga tidak hanya sekedar berbicara! Ini tugas hari ini! Kita akan berlatih
lewat di bawah eskalator dengan menggunakan petunjuk ini! "
"Aku
mohon ... jangan berkeliling kota untuk membuat kegaduhan dengan eskalator
berdasarkan apa yang kamu baca di manga ..." Yuichi memohon padanya.
"Jangan
khawatir! Kami mendapat bantuan dari produsen! Ini adalah perjalanan yang
resmi! "
"Bagaimana
kau bisa sangat termotivasi?" Tanyanya datar.
"Hei
... kakakmu ini, sebenarnya dia itu siapa?" Aiko berbisik pada Yuichi.
Sulit dipercaya bahwa seorang siswa SMA biasa bisa berhubungan dengan produsen
lift.
"Meneketehe,
Aku tidak tahu apapun tentang koneksi pribadinya, atau di mana dia mendapatkan
uangnya ... "jawabnya.
"Kami
juga melakukan pelatihan! Kelangsungan hidup membutuhkan stamina! Dan kita
melatih kekuatan genggaman dan kekuatan lengan kita juga, yang sangat berguna
jika kau akhirnya terjebak di pinggir tebing! Omong-omong, aku tidak pernah
menanyakan namamu! Siapa namamu?"
"...
Aiko Noro ..."
Aiko
mengerut sedikit di hadapan antusiasme Mutsuko yang tak terbatas.
"Oh,
Noro, ya? Nama yang sangat lucu! Membuatku memikirkan norovirus! "
"
... Itu mungkin ... perkataan yang paling kasar untuknya ... "Yuichi
mengerang sambil memegang kepalanya.
Aiko
berbagi perasaan itu. Dia belum pernah dipanggil virus sebelumnya.
"Jadi,
itu berarti kau bergabung dengan klub survival juga, ‘kan, Noro?"
"Hah?" Lompatan logika yang tidak
masuk diakal menyebabkan rahang Aiko terjatuh.
"Darimana
kau mendapatkan pemikiran itu?! "
"Aku
akan menyiapkan lembaran pendaftarannya! Aku akan membiarkan Yu yang
menanganinya, jadi isi saja dan berikan padanya! "
Dengan
begitu, Mutsuko berbalik dan pergi. Tepat saat rasanya dia takkan pernah
berhenti berbicara, dia sudah pergi begitu saja. Kepala Aiko masih berputar
dari antusiasme yang besar itu.
"Um
..." katanya.
"Kurasa
sekarang kau melihat apa yang sudah kulalui," gumam Yuichi.
"Iya
..." Aiko menatap pintu atap yang dilewati Mutsuko, dan mengangguk.
******
Setelah
kakaknya pergi, Yuichi memutuskan untuk pulang. Jika dia tidak harus pergi ke
klubnya, tidak ada alasan untuk terus ada di sekolah.
"Aku
akan mengambil tasku. Kau mau duluan" Tanyanya pada Aiko. Dia mungkin
punya urusannya sendiri, lagipula. Ia sedikit khawatir, tapi mereka tidak bisa
berjalan pulang bersama setiap hari.
"Tidak
ada alasan untuk pulang ke rumah secara terpisah," jawabnya. Rute pulang
ke rumah kurang lebih sama untuk mereka berdua, tapi rumah Aiko berjarak
sekitar sepuluh menit dari rumah Yuichi.
Yuichi
menuruni tangga dan menuju ke ruang kelas. Aiko mengikuti beberapa langkah di
belakang sambil memegang tasnya sendiri di tangan.
Ia
membuka pintu.
Ada
seseorang di sana.
Seorang
remaja yang mengenakan seragam sekolah dan topi bisbol. Ia duduk di belakang
kelas yang kosong di meja Yuichi.
Begitu
Yuichi melihatnya, dia membanting pintu sampai tertutup.
Yuichi
merunduk, memutar balik ke dinding, dan berteriak "Noro, cepat
menunduk!"
Sesuatu
bersiul di udara, membuat dua lubang di pintu kayu sebelum menabrak dinding di
belakangnya. Tergores jauh di beton, mereka bergetar akibat benturan.
Kunai:
shuriken yang panjang dan ramping, biasanya digunakan oleh ninja. Seolah-olah
dua benda itu baru saja tumbuh dari dinding, tepat di kepala Yuichi sudah
beberapa saat yang lalu.
"Hah?"
Aiko menatap dengan kaget.
"Sudah
kubilang untuk menunduk! ... Nah, sekarang sudah terlambat,. Ayo cepat keluar
dari sini! "Yuichi berdiri, meraih tangan Aiko, dan mulai berlari.
"Wuh?
Hah? Apa? "Aiko menangis, membiarkan dirinya terseret. Dia tampak bingung
dengan apa yang sedang terjadi.
"Ada
pembunuh berantai!" Teriaknya.
"Hah?
Takeuchi? "
"Tidak!
Ini Pembunuh berantai II! "Tanpa henti, Yuichi terus melirik ke
belakangnya. Pintu kelas terbuka dan anak laki-laki itu melangkah keluar.
"Pembunuh
berantai II." Itulah label di atas kepalanya.
Sulit
untuk menganalisa dari jarak jauh seperti ini, tapi menilai dari tinggi
badannya, dia mungkin kira-kira seusia mereka. Seragamnya adalah tipe yang
berkerah tinggi, jadi dia pasti bukan berasal dari sekolah mereka.
"Pembunuh
berantai II? Orang itu?"
"Ya!
Itulah yang tertulis di atas kepalanya! "
Bagaimana
bisa ada dua?! Yuichi panik berpikir. Kami bahkan belum tahu bagaimana cara
mengatasi yang satunya!
Anak
laki-laki itu mulai berjalan dengan santai ke arah Yuichi dan Aiko.
Tags:
Nee-chan wa Chuunibyou
Mantaap min❤️❤️❤️..... Semangat truss min~!
BalasHapus