Ashita Hare Demo Ame Demo Chapter 01 Bahasa Indonesia

Penerjemah : Kaito
Editor : -


Chapter 01  -  Dunia yang Berbeda

Bau asam menusuk hidungku dan aku bisa mencium bau desinfektan

Saat aku membuka mataku, semua yang kulihat hanyaalah warna putih. langit-langit dan sebuah tirai pemisah. aku terbaring diatas kasur. aku menyadari bahwa aku sedang berada di ruang kesehatan, tempat yang kukenal dengan sangat baik. hanya lampu neon yang menyinariku, dan aku tidak bisa merasakan sedikit petunjuk dari matahari musim panas. sungguh melegakan, meski aku juga merasa menyedihkan, seperti beberapa makhluk nokturnal kecil yang berjubel menuju sebuah lubang.

Ketika aku mencoba untuk duduk, tiba-tiba kepalaku merasa pusing dan aku pun menggenggam selimut yang menutupi tubuhku dengan erat. rambut lurusku yang tebal mengganggu dan jatuh di depan wajahku. apa yang terjadi hari ini adalah kejadian yang biasa, jadi tidak butuh waktu lama sebelum aku menyadari bahwa  aku jatuh pingsan lagi. ini sudah sering terjadi sejak aku kehilangan kesadaran.

Hari ini, sinar matahari terlalu cerah, seperti musuh bebuyutan untukku.
Aku melihat ke kain pemisah. secara samar mengingatkanku tentang pohon ceri besar dengan ribuan daun. Pohon itu terletak di pinggiran sungai yang mengalir melalui kota, dan membuat bayangan menakjubkan di tanah. itu adalah pohon hebat yang sering kukunjungi  yang mana sempurna untuk duduk di bawahnya dan bersantai sepulang sekolah, dan aku berencana untuk pergi ke sana hari ini, tapi kurasa rencana itu sudah kandas.

Dari luar, aku bisa mendengar suara dari tim bola kasti yang sedang berlatih. Memangnya jam berapa sih sekarang? Rasa pusingku perlahan menghilang, jadi aku menaikkan kepalaku, ketika aku melihat bayangan seseorang bergerak di balik kain pemisah. mungkin itu Nakahara-san, perawat sekolah disini. aku mencoba untuk memanggilnya.

"Oh, kau sudah bangun?"

Kainnya dibuka paksa dan aku menjerit, namun tidak ada suara yang keluar. Karena wajah yang mengintip di balik kain bukanlah Nakahara-san. 

Melainkan si Takeshi Miyano.

Di sekolah kami, tidak ada orang yang tak tahu nama itu, kecuali murid pindahan yang baru berada di sini selama sehari. Tidak ada alasan lain untuk tidak mengetahuinya. Sebenarnya, aku menarik kembali pernyataan itu. Semua orang mengenalnya, titik.

Dia bahkan tidak perlu melakukan sesuatu yang istimewa, dia justru secara otomatis menonjol. Dia tidak terlalu flamboyan atau modis atau semacamnya. Jika dibilang dia memiliki 'aura' khusus mungkin akan sedikit berlebihan, tapi bahkan jika kau tidak menginginkannya, kau pasti akan memperhatikannya, atau dia membuatmu memperhatikannya - dia penuh dengan karisma.

Dia memiliki kulit yang kecokelatan sepanjang tahun karena terus berada di bawah sinar matahari, dan dia selalu menghabiskan waktu istirahat di kelas dengan siku di mejanya, seperti raja kera yang dikelilingi oleh semua teman monyet kecilnya. Bahkan di antara gadis-gadis yang mencoba menjauhkan diri dari Kera Gunung, hanya ada sedikit yang ingin berbicara dengannya. Aku juga dengar dia mendapatkan coklat paling banyak diantara anak laki-laki lain pada hari Valentine kemarin.

Alasan utama mengapa dia mempertahankan status ini dengan anak laki-laki dan perempuan adalah kepribadiannya yang acuh tak acuh. Dia tahu dia bosnya, tapi dia bertindak tidak berbeda dari biasanya, seolah-olah itu wajar baginya. Bahkan jika dia populer dengan gadis-gadis, wajahnya mengatakan seperti, "Baiklah, jadi apa masalahnya?" Kau mungkin akan merasa marah jika itu adalah orang lain, tapi caranya menyelesaikan semuanya dengan mudah membuatmu melupakannya, dan ini tampaknya juga bagian dari pesonanya.

Selain itu, bukan hanya kepribadiannya saja, tapi juga potensinya. Dia hebat dalam olahraga, dia memasuki tim sepak bola, dan nilainya juga bagus. Di sisi lain, dia sering membolos, dan ada beberapa rumor buruk bahwa dia bergaul dengan anak-anak berandal dari sekolah lain. Jika kau bertanya kepada penggemar yang memujanya tentang itu, mereka hanya akan berkata, "Oh, tapi dia sangat misterius! Aku tidak bisa cukup dari itu!"

Julukannya adalah "Miyano, si pertanda matahari," dan rumor mengatakan hujan akan turun jika dia membolos kelas.

itu penjelasan yang cukup panjang. Kupikir kau seharusnya sudah tahu kalau dia adalah orang yang seperti itu.

Aku tidak memiliki hubungan lain dengannya selain berada di kelas yang sama, dan sama sekali tidak tahu mengapa dia berada di depanku di ruang kesehatan ini.

Dia pasti dari latihan sepak bola, karena ada lumpur yang mengotori seragamnya. Melihat rahangku yang ternganga kaget, dia menunjukkan senyumnya.

"Butuh air? Aku punya gelas di sini."

Dia berbalik, dan aku bertanya kepadanya "Di mana Nakahara-san?"

"Dia pergi ke ruang staf untuk menjawab panggilan telepon, dan aku mengatakan kepadanya untuk tidak mengkhawatirkanmu, karena sudah ada Aku disini."

Dari semua orang, Kenapa dia rela menjagaku? Aku ingin menanyakannya, namun tiba-tiba pandanganku mulai buram. Kepalaku mulai terasa pusing kembali.

Rasanya aku akan jatuh ke tempat tidur lagi, tapi ada sesuatu yang menahanku.

Aroma keringat yang sehat memasuki indra penciumanku. Saat aku melihat ke atas, Miyano memegang pundakku dengan lengannya. Karena kaget, aku menjauh darinya dan akhirnya terjatuh kembali ke ranjang. Dia bergegas meminta maaf.


Aku menarik selimut sampai atas kepalaku, dan mencoba menggunakan neuronku yang sudah mengering untuk berpikir.

Gadis-gadis lain di kelasku mungkin akan pingsan dalam situasi seperti ini. Aku sangat mengetahui itu. Tapi aku bahkan belum berbicara secara wajar dengan orang ini, dan bagiku, dia adalah Raja Kera, jadi satu-satunya emosi yang bisa aku rasakan adalah kebingungan.

Dengan perlahan aku menarik selimut sampai ke mataku agar aku bisa melihat, tapi begitu aku mencoba melakukan itu, kami melakukan kontak mata dan aku pun menutupinya kembali. Apa yang terjadi di sini sih?

"Um ..."

Dia menjawab pertanyaanku.

"Aku yang membawamu ke sini saat kau pingsan."

Akhirnya, hal tersebut masuk akal juga. Jadi itu yang terjadi. Aku menghela napas, dan menurunkan selimut dari wajahku. Aku mencoba untuk duduk, dan tidak merasa pusing lagi. Setidaknya aku harus berterima kasih padanya.

"Kau bisa kembali ke latihan sepak bola-mu, ini sudah sering terjadi, jadi aku akan baik-baik saja." Miyano mengabaikan perkataanku, meraih sebuah kursi untuk diletakkan di samping tempat tidur dan menaruhnya.

"Aku sedikit khawatir, jadi aku akan tinggal di sini sampai Nakahara-san kembali."

Aku mulai mengkhawatirkan diriku sendiri, karena sepertinya dia benar-benar menyadarinya.

"Tidak ada alasan bagimu untuk tetap disini."

Dan, setelah berkata begitu, aku mulai diam, ini mulai menjadi canggung.

Saat aku menunggu dengan napas tertahan, seolah mengatakan padanya untuk silahkan pergi dan tinggalkan aku sendiri, wajahnya berubah menjadi serius.

Dengan cepat, dia berdiri, menatapku, dan mengatakan, "Aku punya alasanku sendiri."

Ini berbeda dengan wajah Raja kera miliknya, jadi aku cukup terkejut, tapi aku juga menjadi waspada. Ruang di antara alisku menjadi sangat berkeriput sampai aku bisa dengan mudah mengatakan bahwa mereka mengerutkan kening. Dia cepat-cepat berdiri dan mulai bergumam, sebelum menatap mataku lurus seolah-olah dia sudah mengambil keputusan.

"Bila keadaanmu mulai membaik, apakah kau ingin pergi bersamaku ke festival musim panas lusa nanti?"

Antara sekolah kami dan stasiun kereta, ada sebuah kuil yang bernama kuil Inahama, yang biasa menyelenggarakan festival musim panas setiap tahunnya. Ada banyak kedai makanan dan permainan, dan itu adalah festival yang cukup besar sampai mereka menyelenggarakan pertunjukan kembang api. Pergi ke festival itu, dengan anak laki-laki? Aku tahu apa maksudnya itu.

Artinya, jika seorang anak laki-laki dan perempuan pergi bersama-sama ke festival musim panas di kuil Inahama, mereka akan menjadi pasangan.

Nah, jika seseorang memintamu untuk pergi, dan kau mengatakan iya, kurasa kau sudah menjadi pasangan pada saat itu juga. Fakta bahwa titik penjualan kuil Inahama adalah nasib keberuntungan pada cinta merupakan pemikiran wajar di sekolah menengah kita. Jadi itulah yang dia maksud.

"... Lelucon macam apa yang ingin kau katakan padaku?"

Apa lagi yang bisa aku tanggapi? Jelas bukan seperti, "Oh, pergi ke festival bersama DIRIMU? Astaga, tentu saja aku mau, aku sangat senang!!!!" Tidak mungkin aku mengatakan hal seperti itu.

Miyano memalingkan wajahnya sesaat. Kemudian menatapku kembali, dan berkata, "Apa ini terlihat seperti wajah pembohong bagimu?"

Bahkan dengan ekspresi itu, dia terlihat seperti sedang bersenang-senang, seperti biasa. Saat aku mengangguk, dia membuat suara seperti monyet yang sedang menjerit dan menggaruk kepalanya.

"Kenapa? Aku sudah melakukan yang terbaik di sini!"

Teriakannya menggema hingga menyakitkan di kepalaku, dan aku merasa kesakitan. Dia memperhatikannya dan meminta maaf, menenangkan dirinya sendiri.

"Ini bukan kebohongan, dan aku juga sedang tidak bercanda."

Aku benar-benar tidak mengerti hal ini, dan dikombinasikan dengan sakit kepalaku, perasaaan kesal pun mulai menjalari suasana hatiku.

"Jika kau tidak berbohong atau tidak sedang bercanda, lalu apa itu? Hukuman diri sendiri?"

"Sudah kukatakan, bukan begitu, mengapa kau tidak mengerti?"

Dia mulai menggaruk pipinya dengan tatapan bingung.

"Aku menyukaimu" katanya.




Sebelumnya   |   Selanjutnya


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama