SS Melonbooks — Sensei~ Ketua Dan Wakil Ketua Masih Terus Bermesraan Di Arena ~
(Serius,
bagaimana ini bisa terjadi?)
Berdiri di area datar dengan tank top dan celana pendek, Touya berpikir
dengan kepala pening. Apakah alasan kenapa kesadarannya terasa linglung karena
Ia tidak bisa merasakan sensasi kenyataan dalam situasi ini atau cuma karena Ia
ingin melarikan diri dari situasi yang dialaminya sekarang? Touya sendiri tidak
tahu. Tapi wajar-wajar saja Ia bereaksi begitu.
“Uwooooooooo! Habisi
diaaaaaa!!!!”
“Jangan pernah memaafkan
bajingan yang sudah menipu Chisaki-chan!”
“Mukanya! Ayo pukul bonyok
mukanya!”
Kerumunan di sekitar arena
Touya tampak mengamuk dan berteriak. Niat membunuh yang mengerikan terkandung
di dalam teriakan tersebut. Apa mereka serius ingin menghabisi nyawanya?
(Ah~
sudah kuduga kalau itu bukan sekedar provokasi murahan~)
Karena tidak bisa menolak
ajakan kekasih tercintanya, Touya pun mengunjungi dojo milik keluarga Sarashina.
Bertentangan dengan kecemasanya, pertemuan dengan Masternya Chisaki berjalan
dengan damai dan lancar. Sejauh itu masih terlihat bagus, tapi sayangnya Ia
menurunkan kewaspadaannya.
[Karena
kamu sudah jauh-jauh datang ke sini, bagaimana kalau kamu ikut berpartisipasi
dalam festival seni bela diri juga?]
Touya membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa saran santai dari Chisaki akan menjadi pertunjukan seperti
acara gulat profesional.
Ketika memasuki arena
pertandingan, para penonton di sekitarnya tidak bersorak sorai untuknya,
melainkan hawa membunuh yang kuat. Di depannya ada seorang pria berotot setinggi
hampir dua meter yang memancarkan niat membunuh yang bahkan lebih mematikan. Touya
tidak bisa melihatnya dengan jelas karena Ia melepas kacamatanya, tapi Ia bisa
memahami kalau lawannya itu sedang memelotot tajam ke arahnya. Ia sendiri tidak
tahu kenapa dirinya dipelototi dengan penuh kebencian seperti itu ...
(Ketika
disuruh untuk melepas kacamataku, aku sempat kaget ‘Eh, seriusan nih?’ …. Tapi
untung saja aku melepas kacamataku. Jika aku melihat lawanku, aku pasti akan
bergidik ketakutan)
Untuk pertama kalinya dalam
waktu yang lama, Touya yang masih suka minder hendak menunjukkan wajahnya,
ketika seorang pria berjaket dojo putih mendekatinya.
“Untuk kedua peserta, apa
kalian sudah siap?”
Rupanya, pria tersebut merupakan
wasit pertandingan. Tidak, jika ditanya apakah Ia sudah siap atau tidak, Touya
ingin menjawab kalau dirinnya tidak siap sama sekali.
“Touya~ berjuanglah~!”
Kemudian pada saat itu, sorakan
dukungan pacarnya dari bangku penonton terdengar keras dan menyemangati Touya
yang sudah setengah menyerah.
(Betul
sekali, aku sudah bukan pria penakut maupun lemah lagi!)
Seraya memotivasi dirinya
sendiri, Touya mengangkat tangan kanannya ke arah Chisaki dan mengangguk pada
wasit. Dan kemudian, ketika Touya mencoba menyapa sebentar kepada pria yang
menjadi lawannya dengan senyum ramah.
“Ummmm, ayo bertanding dengan
aman dan adil?”
Menanggapi salam ramah Touya,
lawannya justru menjawab …..
“Akan, kuhabisi, kau.”
Balasan yang diterima justru
dipenuhi dengan hawa membunuh dan suara gagap.
(...Apa-apaan
dengan 'pria yang dimodifikasi' ini yang mengorbankan kecerdasannya demi bisa
mendapatkan kekuatan ototnya?)
Kira-kira
apakah dirinya bisa keluar dengan selamat setelah pertandingan ini? Touya
sempat berpikiran seperti itu. Sang wasit lalu memberi beberapa instruksi
lanjutan pada kedua peserta.
“Dilarang mengincar titik lemah
yang mengakibatkan luka fatal atau cacat permanen. Lalu, dilarang membunuh
lawan yang sudah tak berdaya”
Apa telinganya salah dengar?
Touya merasa kalau Ia baru saja mendengar kalimat ‘membunuh’ dari mulut wasit
“Baiklah, apa kedua peserta
sudah siap? Kalau begitu, mulai!!!”
“Uwoooooooooo~~!!!!”
“Hurghp”
Touya segera menghindari
serangan lawan yang mengincar badannya. Tekanan tinju yang dirasakan kulitanya
membuatnya berkeringat dingin.
"Wooooo!"
Begitu keringat dingin yang
keluar mulai bercucuran, pukulan bertubi-tubi dari lawan terus menyerangnya
tanpa ampun.
(Tidak,
tidak, ini beneran gawat! Jika aku terkena salah satu dari pukulan dari ini,
aku pasti bakalan dirawat di rumah sakit!)
Alasan kenapa Touya bisa berhasil
menghindar serangan mematikan sambil berpikir seperti itu karena Ia oernah
mengalami serangan yang lebih cepat dan tanpa henti dari serangan lawannya.
(Dibandingkan
dengan pedang bambu milik Chisaki dan Empat Musim Bersaudari, serangan ini cukup
lambat)
Touya, yang bahkan tidak
melakukan perlawanan dan terus menghindari serangan hanya dengan menggerakkan
tubuh bagian atas dan gerak kakinya, membuat para penonton gempar.
(Aku
berhasil menghindarinya, tetapi apa yang harus kulakukan dari sini?)
Lagipula, Touya tidak pernah
memukul siapa pun. Satu-satunya pengalaman seni bela diri yang dimilikinya
hanyalah judo yang pernah Ia ikuti di sekolah. Untungnya, lawannya mengenakan
seragam dojo, jadi sepertinya teknik judo bisa digunakan, tapi .....
(Tidak
ada celah untuk serangan balik, dan jika aku menggunakan teknik kaki sekarang
….)
Pada saat itu, situasi yang
Touya takutkan terjadi.
“Urgh?!”
Paha kanan Touya mengalami
dampak pukulan, dan keseimbangannya goyah tak terkendali.. Ya, kemampuan
mengelak Touya, yang dilatih di dalam klub kendo wanita, hanya terbatas pada
bagian atas tubuhnya saja. Bagian bawah tubuhnya yang tidak pernah terlatih
seni bela diri tentu saja tidak bisa dibilang sebagai teknik kaki.
“Oh?”
Pria itu sedikit bingung ketika
tendangan riangannya berhasil mengenai lawan. Dengan sedikit tercengang, Ia
mengayunkan lengan kanannya untuk menyerang Touya, yang telah mendapatkan
kembali keseimbangannya …. Lalu Touya berhasil melihat satu-satunya
kesempatannya untuk menang.
(Sekarang!!)
Ketika Ia memutar tubuhnya untuk
menghindari serangan lawan, Touya menyeruduk dada lawan dan meraih lengan lawan
yang hendak diayunkan, Ia lalu meletakkannya di bahunya dan menggunakan
momentum tersebut untuk membanting lawannya ….
“Oryaaaaaaaaa——”
Touya berusaha membanting
lawannya dengan kekuatan penuh... tapi Ia tidak bisa mengangkatnya. Pria itu
kehilangan keseimbangan dan cuma butuh beberapa langkah untuk mengembalikannya.
(Ah,
gawat, apa yang harus kulakukan dari sini——)
Sementara Touya memikirkan itu,
lawannya langsung menepis lengannya dengan paksa. Sesaat kemudian, bidang
penglihatannya dipenuhi dengan tinju— —— dan pada akhirnya, Touya kehilangan
kesadaran.
◇◇◇◇
“Uwooooooooooooooo!!”
Di hadapan Touya yang
tergeletak pingsan, lawannya berteriak penuh kemenangan. Para penonton juga
langsung bersorak sorai pada kemenangan pria tersebut, sampai …ada satu
bayangan yang mendarat di arena.
“Wasit, aku ingin mengajukan
pembalasan.”
Usai mengatakan itu, Chisaki
berjalan menuju area tengah arena dengan tatapan mata yang cerah dan senyum
tipis di wajahnya.
“Di-Diizinkan.”
Wasit sedikit kehilangan
kata-kata karena kekuatan yang terkandung dalam perkataan Chisaki, dan
memberitahunya demikian. Chisaki kemudian bertanya pada pria itu, yang
menatapnya dengan tatapan bingung, sambil meregangkan jari-jarinya satu per
satu.
“Apa kamu suka bunga?”
Dua menit kemudian, pria itu
dengan lihainya ditanam di sudut arena. Meskipun itu tidak mekar dengan sangat
baik, sih.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya