Chapter 32 — SS Baru — Betul, Ayo Pergi Ke Kolam Renang
“Panas
banget! Tanganku sakit!!”
Suara
teriakan Elena
menggema di dalam taman yang luas. Diikuti oleh suara Nonoa yang tampak lebih lemah dari
biasanya.
“Sekarang
tuh sudah bulan Oktober, iya ‘kan?
Musim gugurnya hilang ke mana,
ya?”
Keluhan
ini disetujui oleh semua orang yang ada di tempat itu.
Hari
Sabtu pertengahan Oktober. Pada hari ini, dua belas anggota dari kubu Kujou/Kuze
berkumpul untuk latihan bersama pertama menjelang perlombaan di festival olahraga.
Latihan
dilakukan di taman yang agak jauh dari sekolah agar informasi anggota kubu mereka tidak bocor kepada kubu Yuki,
tetapi... hari ini cuacanya cerah
tanpa awan, dengan cuaca panas seperti musim panas yang tidak sesuai untuk
Oktober.
Karena
melakukan perlombaan kavaleri
yang sangat menguras tenaga dan memiliki tingkat kedekatan yang tinggi,
sembilan orang yang bertugas sebagai kuda sudah berkeringat deras dalam waktu
kurang dari tiga puluh menit. Meskipun Empat Musim
Bersaudari yang merupakan atlet utama klub kendo wanita
tampak masih memiliki tenaga, bagi wanita yang tidak
terlalu aktif berolahraga dan ditambah lagi pengendaranya Alisa
yang ingin bergerak gesit, baik Maria dan Elena merasa sangat kelelahan.
“Ini sih... sepertinya kita harus
mengakhirinya lebih
awal, ya?”
Melihat Maria
yang terlihat sangat lelah dan Elena yang
duduk di tanah sambil menggerak-gerakkan tangannya, Masachika memanggil Alisa.
Hari ini
rencananya berkumpul jam sebelas, berlatih sekitar satu setengah jam, lalu
makan siang sebagai pertemuan sosial sekaligus rapat, dan kemudian bubar...
tetapi melihat keadaan ini, sepertinya tidak mungkin untuk bertahan satu jam
lagi.
“Begitu,
ya... sepertinya kita terlalu optimis.”
Sampai
hari ini, mereka sudah berlatih beberapa kali, dan jika ada jeda, mereka bisa
mempertahankan posisi kuda cukup lama, tetapi saat latihan praktis, situasinya
berbeda. Apa yang berbeda adalah beban pada tangan kuda yang terasa jauh lebih
berat. Setiap kali pengendara berjuang untuk merebut ikat kepala atau melenturkan tubuhnya, beban
pada tangan kuda yang menopang kakinya semakin berat. Di sisi lain, meskipun
mereka berusaha keras untuk tidak melepaskan pegangan, jari-jari mereka yang
dipegang dari kiri dan kanan serta diinjak dari atas terasa sakit seperti mau
putus. Jika terus begini, sepertinya saat makan siang mereka tidak akan bisa
memegang sumpit.
“Masachika,
kalau begini terus sih tidak
mungkin kita bisa bertahan satu jam lagi.”
“Bener
banget. Dan aku juga mau mandi~.”
Sepertinya
mereka sampai pada kesimpulan yang sama, Takeshi
mengatakan sambil membengkokkan dan meregangkan
jari-jari tangannya, dan Nonoa juga setuju. Melihat Hikaru mengangguk dengan
ragu, Masachika dan Alisa
memutuskan untuk memperpendek waktu latihan... saat itu.
“Tunggu
sebentar.”
Sumire
berseru saat rambul roll
vertikalnya bergoyang tertiup angin kipas.
Dia melihat sekeliling untuk memastikan keadaan para penunggang kuda yang
kelelahan, lalu bertanya.
“Masalah
utamanya adalah panas ini dan beban pada tangan penunggang kuda, iya ‘kan?”
Delapan
orang mengangguk meski dengan wajah seolah bertanya “Iyalah, bukannya itu sudah jelas?” Menanggapi
reaksi mereka, Sumire menutup kipasnya dengan cepat sambil tersenyum di sudut
bibirnya.
“Kalau
begitu, bagaimana jika kita mengganti tempat latihan? Biar aku yang akan menyiapkan tempatnya.”
“Hah...?
Oh, maksudnya pindah ke dalam ruangan? Tapi, tempat yang sejuk dan luas untuk perlombaan kavaleri itu...
ah, apa kita bisa meminjam lapangan basket indoor di suatu tempat?”
“Non.”
Sumire
langsung membantah prediksi Masachika dengan senyum percaya diri.
“Aku
punya rencana rahasia desuwa.”
◇◇◇◇
“Orang
kaya tuh... benar-benar aneh, ya.”
“Bener
banget...”
“Tapi,
kita tidak bisa menyamaratakan
orang kaya, oke? Cuma Kiryuuin-senpai saja yang kasus khusus...”
Setelah
itu, mengikuti saran Sumire untuk “mari
kita makan siang lebih awal sambil menunggu tempat disiapkan,” dan tanpa
mengetahui apa yang akan mereka lakukan, kelompok tersebut melanjutkan rencana
mereka dan pergi ke restoran untuk makan siang. Setelah makan, mereka berpindah
dengan tiga taksi yang dipanggil oleh Sumire, dan mereka tiba di hotel mewah. Di sebuah
gedung besar yang memiliki kolam renang. Menurut Sumire, alasan memilih tempat
ini adalah,
“Di
kolam renang, kita bisa merasa sejuk sekaligus
membersihkan keringat, dan dengan memanfaatkan daya
apung, beban pada penunggang kuda juga berkurang. Ini benar-benar sekali dayung dua tiga pulau terlampaui!”
Itulah yang
dia katakan. Pada saat
itu, Masachika merasa ingin mengajukan berbagai pertanyaan, tetapi melihat
Sumire yang sangat percaya diri dan Empat Musim
Bersaudari yang mengangguk seolah berkata “Hebat sekali”. Selain itu, Elena dan Nonoa yang terlihat sangat
antusias berkata “Wah,
kolam renang~!” membuatnya menahan kata-katanya.
“Memangnya
kolam renang di hotel bisa disewa... ? Atau lebih tepatnya, memangnya orang yang bukan tamu bisa
menggunakannya?”
Masachika
mengajukan pertanyaan di depan
kolam renang yang luas lengkap
dengan seluncuran dan hanya ada beberapa staf hotel. Kemudian, Hikaru menjawab
sambil menggaruk kepalanya.
“U-Umm~~...
aku juga tidak tahu banyak, tapi ada tempat yang buka untuk tamu selain
penginapan sebagai kolam malam, ‘kan?
Sepertinya kita memang bisa menyewanya,
tapi sepertinya kita perlu pemesanan
sebelumnya.”
“Meskipun
itu dipesan, waktu 'jam' sebelumnya sudah
lewat, kan?"
“Bagus
sekali kamu bisa mengatakannya, Takeshi.”
“Oh,
begitu? Oh iya, sekedar
memberitahu, di kolam besar yang buka
sepanjang tahun seperti ini, sepertinya tidak mungkin untuk menyewa, ‘kan? Lagipula, saat kita menuju
sini, ada tulisan bahwa kolam sedang dalam perawatan dan tidak bisa
digunakan...”
“Eh,
seriusan?”
“Ya.
Dan ketika aku menunjukkan itu kepada Kiryuin-senpai...”
“Oh,
ya?"
Di sana,
Takeshi menempelkan punggung tangan kanannya ke pipi dan berkata dengan tiruan
suara yang buruk.
“‘Ini
adalah sidak desuwa.
Aku datang untuk menginspeksi
fasilitas di bawah grup Kiryuin sebagai calon ketua masa depan desuwa!’...
begitulah.”
“Dia
dengan santai menyebut calon ketua masa depan... maksudku, jika dia ingin melakukan sidak,
seharusnya dia melakukannya saat ada pelanggan di dalam,
tidak ada artinya jika tidak orang sama sekali.”
Setelah
mengatakan itu, Takeshi berpikir tidak ada gunanya melanjutkan pembicaraan ini.
Lagipula, jika dipikir-pikir, melakukan perlombaan
kavaleri di tempat yang ramai dengan pelanggan pasti berbahaya
dan sangat mengganggu. Begitu seorang putri dari orang penting datang untuk
inspeksi (?), pihak manajemen hotel
pasti merasa itu seperti pelanggan yang merepotkan.
“...
yah, jika dipikir terlalu dalam, kita
akan kalah.”
“Benar...
tidak ada gunanya memikirkan ini sekarang.”
“Jika
Kiryuin-senpai bilang tidak masalah, mungkin memang tidak masalah."
“Betul.
Nah, kita tidak akan pernah bisa merasakan kolam renang sewa penuh seperti ini
lagi, jadi seharusnya kita mensyukurinya saja.”
Sambil
membicarakan hal itu dalam
keadaan pasrah, mereka bertiga merasa enggan untuk masuk ke dalam kolam
terlebih dahulu, sehingga mereka menunggu para wanita di tepi kolam renang.
Tentu saja, tidak ada yang membawa pakaian renang, tetapi mereka membelinya di
toko hotel.
“Jadi,
kenapa kamu memakai kacamata
renang, Hikaru?”
Masachika
terlambat bertanya kepada Hikaru, yang entah kenapa sudah memakai
kacamata dengan lensa hitam sebelum masuk kolam. Kemudian, Hikaru
menyembunyikan pandangannya dan mengerutkan bibirnya dengan sinis.
“Untuk
menghindari melihat para wanita sebisa mungkin.”
“...
maaf ya.”
Situasi
di mana banyak gadis mengenakan pakaian renang pasti menyenangkan bagi seorang
remaja laki-laki biasa, tetapi bagi Hikaru yang tidak nyaman dengan perempuan, situasi tersebut justru
menjadi siksaan.
“Tidak, karena ini masalahku sendiri, jadi itu bukan salah siapa-siapa... malah,
maaf ya. Ini merepotkan.”
“Eh,
tidak, tidak, tidak, itu bukan sesuatu yang
perlu diminta maaf segala──”
Saat
Masachika baru saja ingin mengatakan itu, suara ceria dari para wanita terdengar dari belakang,
dan suara Sumire yang jelas terdengar.
“Ara,
maaf sudah membuat kalian menunggu.”
Masachika pun berbalik saat mendengar
suara itu──
“Uoh.”
Masachika
secara tidak sengaja mundur selangkah.
Karena
Sumire yang memimpin rombongan waniya
mengenakan bikini hitam yang sangat seksi, mirip
seperti yang biasa dikenakan oleh selebriti luar negeri. Selain itu, dia juga
menggantungkan kacamata hitam bermerek di bagian dada bikini yang bersilangan.
Padahal, ini di dalam ruangan! Kita sedang
di dalam ruangan!
Saking
mencoloknya, komentarnya seolah-olah tidak pantas. Penampilannya sangat cocok
dan mengejutkan. Dengan bentuk
tubuh yang sempurna, dia sama sekali tidak terlihat seperti seorang pelajar
SMA. Hanya saja...
“Sumire-senpai,
baju renang itu sangat cocok untukmu,
tapi... apa kamu seriusan akan
melakukan perlombaan kavaleri
dengan pakaian itu?”
“Eh!
... Ya, memang ada masalah?”
“Jika
dibilang masalahnya apa sih...”
Jika
diucapkan dengan jelas, itu akan berbunyi 'Doki! Perlombaan Kavaleri yang dipenuhi dengan banyak
bikini! Apa itu aman dengan bikini seperti itu?'. Namun, tentu saja Masachika merassa ragu
untuk langsung menunjukkannya.
“...
yah, jika Violet-senpai baik-baik saja, maka itu berarti
tidak masalah.”
“Namaku
Sumire desuwa! Lah tapi,
bukannya kamu sudah bisa mengatakannya dengan benar sebelumnya!?”
Masachika
dengan anggun mengabaikan komentar Sumire yang langsung menanggapi, tetapi di
saat itu, Elena yang
juga mengenakan bikini ketat memberikan penjelasan dengan ramah.
“Vio-chan,
Kuze-kun khawatir kalau Vio-chan akan mengalami masalah saat perlombaan kavaleri.”
“Jangan
mengatakan sesuatu yang tidak perlu.”
“Aduh, aduh, sampai
sepeduli itu... tapi jangan
khawatir. Aku
tidak akan melakukan kesalahan seperti itu. Meskipun aku mengenakan bikini, aku akan menang dengan anggun dan
elegan!”
“Begitu
ya, kalau begitu tidak masalah.”
Mungkin
ini hanya ilusi, tetapi Masachika merasa seolah-olah dia mendapat tatapan
dingin dari para wanita yang mengatakan, “Memangnya apa
yang kamu bayangkan?”
dan ia melirik Elena dengan
sedikit rasa dendam. Kemudian, Elena membungkuk
sedikit dan berpose seperti idola gravure sambil mengedipkan mata ke arah Masachika.
“Oya~oya~?
Apa kamu juga mengkhawatirkan Erona-senpai
ini?”
Dengan
kedua lengan yang mengangkat dan menonjolkan dada montoknya yang dibalut bikini
kuning, dia menunjukkan pesona seorang wanita dewasa. Namun, meskipun goyangan
itu sangat menggoda, hati Masachika tidak bergetar sama sekali.
“Iya,
tolong hati-hati. Jika Elena-senpai sampai
terpeleset dan panik, Alya yang
berada di posisi atas akan berada dalam bahaya.”
“Memangnya
kamu tidak mengkhawatirkanku!?”
“Tenang
saja. Aku tidak akan melihatnya, dan
secara posisi juga tidak terlihat."
“Kira-kira,
apa Kiyomiya-kun dan Maruyama-kun bisa melihatnya...?”
“...
Apakah kamu masih berpikir begitu setelah melihat itu?”
Masachika
bertanya sambil mengarahkan pandangannya ke arah Hikaru dan Takeshi yang entah sejak kapan sudah
sedikit menjauh. Hikaru, dengan kacamata hitamnya yang pekat, tampak berbicara
dengan Nonoa dan
Sayaka, sementara Takeshi berdiri di
tepi kolam, dengan jari-jarinya menyentuh air dan berpura-pura berkata, “Wah~ dingin banget~!” Padahal, ini adalah kolam air
hangat.
“…
Hmm, tampaknya lebih aman dari yang aku kira.”
“Nah,
‘kan?”
Melihat Hikaru
yang berusaha menghindari tatapan langsung ke arah gadis-gadis yang mengenakan
bikini dan Takeshi yang pemalu, Elena mengangguk
dengan tampak santai. Masachika mengangkat bahu dan akhirnya menoleh ke arah
dua orang yang berdiri di belakang Elena.
Saat ia melihatnya,
(Ah,
ternyata masih sedikit terlalu cepat.)
Ia
mengalihkan tatapannya ke arah atas. Tekad yang diam-diam dipersiapkan oleh
Masachika dengan mudah dilampaui oleh dampak penampilan bikini dari kakak beradik cantik tersebut.
(Gawat... aku tidak bisa.... menatap mereka secara
langsung)
Dari segi
keterbukaan, bikini yang mereka pakai tidak jauh
berbeda dengan bikini yang pernah
dilihatnya di pantai saat liburan musim panas. Namun, mengapa
pandangannya terasa begitu berbeda... mungkin karena tingkat kecantikan kedua
gadis itu semakin bersinar, atau mungkin karena cara Masachika melihat mereka
telah berubah.
Namun,
meskipun ia jelas-jelas mengalihkan pandangan, lawan di depannya pasti
menyadari.
“Kuze-kun,
kamu sedang melihat ke mana?”
“Ara,
jangan-jangan kamu merasa malu ya?”
Suara itu
sudah cukup untuk menunjukkan wajah penasaran dari Maria dan ekspresi nakal
dari Alisa.
“Hei,
bukankah reaksimu sangat berbeda saat melihatku?”
Dan kemudian ada Elena yang tersenyum
kaku.
“…
Jika ada yang ingin kukatakan kepada Elena-senpai, laki-laki justru menjadi eneg saat diperlihatkan.”
“Bisakah kamu berhenti dengan komentar
yang tenang itu!”
“Atau
lebih tepatnya, Elena-senpai juga tahu itu dan dengan sengaja memperlihatkan,
kan? Pemikiran bahwa serangan adalah pertahanan terbaik.”
“Berhenti
dengan komentar yang tenang itu!?"
Dengan perkataan yang mungkin tepat sasaran,
Elena yang
berkata, “Bukan
begitu~ Aku hanya tidak bisa menahan erotisme yang melimpah dari tubuhku ini~” membuat Masachika sedikit lebih
tenang, dan dia menghela napas panjang.
(Tenanglah...
jangan panik secara memalukan. Jangan tunjukkan niat jelek sedikit pun dan harus memujinya dengan santai nan cerdas. Benar sekali, jadilah
seorang pria sejati,
Kuze Masachika. Saat ini, bangkitkan kembali sosok Suou Masachika yang dibesarkan
sebagai seorang pria
dari keluarga terpandang!)
Setelah memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, Masachika
menyelamkan kesadarannya ke dalam
dirinya sendiri. Kemudian, ia melihat sosok muda Suou Masachika berdiri di dalam hatinya. Ia
berusaha memanggil dirinya
yang dulu, yang polos dan suci──
『Fuwawa, Ma-chan mengenakan
bikini... itu cabul sekali! 』
『...... 』
Di mana
letak kesopanannya, bukannya ia cuma anak
kecil yang menyebalkan?
(Apanya yang “fuwawa”? Jangan berlagak malu-malu, dasar menjijikkan.)
Saat ia menatap Suou Masachika yang ternyata tidak
sepolos itu dengan tatapan sinis, Yuki, iblis kecil yang melayang entah dari
mana, mulai berbicara kepada Suou Masachika
yang masih muda.
『Bocil,
itu adalah langkah pertama menuju hubungan Onee x shota...
Hargai perasaan itu sekarang juga』
『Jangan memasukkan pengetahuan aneh ke dalam
pikiran bawah sadarku! 』
Sambil
menghempaskan iblis kecil Yuki dengan pukulan atas,
Masachika kembali ke kesadaran. Merasa kecewa dengan hasilnya, ia terpaksa
menghadapi kedua orang itu dengan dirinya yang sebenarnya.
“Fuwawa.”
Saat itu,
reaksi yang sama persis muncul dari Suou Masachika
di dalam hatinya. Pipinya mungkin juga sudah memerah.
Masachika
dengan panik menutup mulutnya
dan mengalihkan pandangannya, tetapi semuanya sudah terlambat. Kakak beradik
Kujo terlihat kaget sesaat, tapi ia bisa merasakan bahwa si kakak
tersenyum malu-malu, sementara si adik tersenyum lebar.
“Eh,
ehhh~? Duhhh~
kalau kamu bereaksi seperti itu, aku jadi ikutan malu tau...”
“Hehe,
reaksimu kelihatan cukup imut, ya. Memangnya penampilan bikini kami sebegitu menarik?”
Pada
pertanyaan Alisa yang
jelas-jelas agresif,
disertai senyumannya,
Masachika menggigit giginya dalam hati... teringat kata-kata yang baru saja ia
katakan kepada Elena, “Serangan adalah pertahanan
terbaik”.
Kemudian, ia menghadap kedua gadis itu dengan ekspresi serius dan berkata,
“Ahh, sejujurnya, aku terkejut. Penampilan kalian begitu menggairahkan sampai-sampai
aku tidak bisa menatapnya
langsung.”
“Eh,
be-begitu?”
“Ahhh~ duhhhh~ aku jadi malu~”
Setelah
mendengar perkataan Masachika bahwa penampilan mereka “begitu menggairahkan”,
Alisa sekarang terlihat berusaha menyembunyikan dadanya, membuang muka dan merasa malu. Maria juga
menutupi pipinya dengan kedua tangan dan
mengeluarkan tanda hati dari kepalanya sambil
merasa malu.
“Apa
yang sedang kalian lakukan?”
Masachika
mengangkat alisnya saat melihat Sayaka memanggilnya dengan nada keheranan.
“Lah?
Apa kamu masih memakai kacamata?”
“......Aku
akan melepasnya saat masuk kolam. Bukannya
berarti penglihatanku terlalu buruk
sampai-sampai tidak bisa mengikuti pertandingan
kavaleri.”
“Begitu...
yah, karena kolam renang ini disewa eksklusif. Jadi kurasa tidak ada masalah.”
Saat
Masachika mengangguk setuju, Nonoa
mencondongkan tubuh bagian atasnya ke depan dan menatap wajahnya.
“Daripada
itu, Kuzecchi~ Memangnya kamu tidak punya komentar
tentang bikini kami?”
“Eh?
Yah, menurutku bikini itu kelihatan sangat
cocok... ya? Sebenarnya, penampilanmu sendiri justru
terlihat luar biasa.”
Masachika hanya bisa tertawa samar ketika melihat
penampilan Nonoa yang
dipenuhi aksesori dan pita, bahkan lebih mengutamakan penampilan daripada
fungsionalitas dibandingkan Sumire. Mendapatkan reaksi itu, Nonoa mengembalikan posisi tubuhnya
yang condong dan memiringkan kepalanya ke arah yang berlawanan dengan cara yang
santai.
“Reaksi
Kuzecchi sangat membosankan~.
Oh iya, mendingan
aku menggoda Takesshi saja ah~”
“Jangan
lakukan itu.”
Masachika
mencoba menghentikannya meskipun dirinya
tahu itu sia-sia, saat Nonoa
mengarahkan perhatiannya ke Takeshi yang sedang melakukan sesuatu di tepi kolam
bersama Hikaru. Ketika Masachika menggelengkan kepala dengan putus asa melihat
Nonoa menuju Takeshi, suara Elena dari belakang kembali
menyela.
“Jadi Kuze-kun
suka payudara besar, ya?”
“Bisa tidak jangan
sembarangan menyebarkan rumor buruk seperti itu? Semakin
dekat dengan orang-orang seperti ini, semakin mudah mereka terkejut dan
bingung.”
“Hmmm?
Ya? Kamu tidak terlalu bereaksi terhadap
payudara besarku dan Vio-chan, iya ‘kan?
Mari kita anggap saja begitu~.”
“Payudara
besar... apa kamu benar-benar delapan belas tahun,
Senpai?”
“Aku tuh 88~!”
“Aku
tidak menanyakannya.”
Tanpa
bertanya lebih jauh tentang maksud angka
delapan puluh delapan itu, Masachika berpura-pura tidak menyadari tatapan tajam
Alisa, lalu memanggil Empat Musim Bersaudari.
“Kalau
begitu...apa kita bisa mulai latihannya?”
“Sebelum
itu!”
Sumire
langsung menyela, membuat Masachika terkejut.
“Eh,
apa? Memangnya ada yang perlu dilakukan?”
Masachika
berkedip-kedip memikirkan sesuatu,
Sumire menatapnya dengan tajam dan dengan percaya diri mengumumkan,
“Kita perlu
melakukan pemanasan desuwa!”
“Ah,
iya.”
◇◇◇◇
Setelah
menyelesaikan pemanasan dan masuk ke dalam kolam renang, semua orang dibagi menjadi
kelompok dan membentuk posisi kavaleri...
Namun, setelah bergerak sedikit, mereka segera menyadari.
“Ini,
bukannya beban di tangan kuda-kudaan tidak terlalu berbeda?”
“Ya,
aku sudah tahu bakal begini.”
Sebenarnya
itu sudah jelas tanpa perlu berpikir keras. Kedalaman kolam
hanya sampai di bawah dada, dan pertandingan
kavaleri mengaitkan lengan di atas bahu, dengan penunggang
di atasnya. Singkatnya, bagian atas penunggang sepenuhnya berada di luar air.
Meskipun mereka memanfaatkan daya apung, ini masih dalam batas kesalahan.
Mungkin kekuatan tendangan sedikit berkurang? Hanya itu.
Namun,
tiga orang kuda-kudaan yang bagian bawah tubuhnya berada di dalam air merasakan
hambatan air yang besar, sehingga mereka sangat kesulitan bergerak. Karena
tidak bisa mengayuh air dengan tangan, jika ingin maju, mereka harus membungkuk
cukup jauh ke depan. Dan saat mereka mencoba bergerak cepat, mereka tidak bisa
berhenti tiba-tiba. Berputar arah juga menjadi sulit.
“Sepertinya
ini malah menambah beban...”
“……
Yah, mungkin ada keuntungan bahwa penunggang bisa jatuh dengan aman?”
Sambil
berpikir bahwa ini adalah dukungan yang menyakitkan, Masachika mengalihkan
pandangannya ke arah Sumire,
pencetus ide yang berada sedikit jauh, dan terkejut melihat bahwa penunggangnya
telah berubah dari Sumire menjadi Ayame.
Sepertinya
Sumire menyadari tatapan Masachika,
dan dia dengan percaya diri
mengumumkan,
“Karena
ada batasan tinggi badan, kita akan mengganti penunggang!”
“Lantas
untuk apa kita datang di sini?”
Ketika
makna latihan mulai terlihat meragukan, Masachika berbisik dengan suara pelan
agar Sumire tidak mendengarnya.
Ya, mungkin
karena Ayame yang bertubuh pendek tidak bisa berdiri di
kolam tanpa membungkuk, sehingga ombak akan mengenai mulutnya. Jika dia
terus-menerus terganggu saat bernapas, tentu saja itu tidak akan menjadi
pertempuran kavaleri. Namun,
seberapa berarti latihan dengan susunan yang berbeda dari aslinya...
“Y-Yah, yang terpenting adalah latihan kami, kan? Justru
penting untuk menghadapi berbagai penunggang sebagai persiapan untuk
pertandingan!”
“Benar~.
Justru jika mempertimbangkan postur tubuh Yuki-chan, mungkin lebih baik
berlatih melawan Ayame-chan.”
“Kalau
dipikir-pikir... iya juga.”
“Ah,
yah, itu memang benar?”
Masachika
sedikit setuju dengan kata-kata Maria dan mengangguk sambil melihat ke arah
Ayame... tetapi melihat ekspresi ceria dan bersemangatnya yang sedang berlatih,
rasa cemasnya muncul kembali.
“...
Apa dia baik-baik saja? Itu...”
Walaupun Ayame
terkenal sebagai yang terkecil di antara Empat Musim
Bersaudari, tapi dikabarkan kalau dialah yang paling haus darah.... melihat penampilan Ayame yang
bersemangat, membuat Masachika khawatir, “Apa
ini akan berakhir hanya dengan perebutan ikat kepala?” Namun, suara Sayaka yang
berkata, “Maaf sudah menunggu,” membuat Masachika berbalik.
Ia
melihat Takeshi yang tampak melihat ke arah bawah dan Hikaru yang mengenakan
kacamata renang dengan ekspresi kosong, dan segera mengerti alasan mengapa
mereka kesulitan membentuk kuda-kudaan.
(Oh,
begitu... aku berada di depan jadi tidak jauh berbeda dengan di darat, tetapi
Takeshi dan Hikaru berada di belakang, jadi Sayaka yang mengenakan baju renang
harus duduk di lengan mereka.)
Itu pasti
menjadi masalah besar bagi Takeshi dan Hikaru dengan alasan yang sama sekali
berbeda. Jika diperhatikan, Sayaka juga tampaknya sedikit ragu, terlihat
mengangkat pinggangnya sedikit.
(Uhmm...)
Apa
ini benar-benar
akan menjadi latihan yang baik? Saat keraguan itu muncul
kembali, Sumire mengumumkan, “Kalau
begitu, mari kita mulai!” dan
Masachika serta yang lainnya pun mulai bergerak secara paksa.
“Pertama-tama, ayo
pergi ke arah Sayaka-san!”
“Siapp.
Oke, satu, dua!”
Mereka
mulai bergerak maju, seolah-olah mendorong air yang berat. Sayaka tampaknya
menyadari tujuan mereka dan, meskipun waspada terhadap Ayame, dia juga bergerak
ke arah mereka. Namun,
“Wow,
tunggu.”
“Eh,
oopss!?!”
“Eh!?
Wah!”
“Apa,
apa ini...?”
Sebelum
mereka memasuki jarak, Sayaka dan yang lainnya mengalami kecelakaan. Dengan
suara berdesir... atau lebih tepatnya, suara percikan, ketiga penunggang kuda
itu tenggelam secara berurutan. Di atasnya, Sayaka terlihat perlahan tenggelam
dengan ekspresi bingung.
Tampaknya,
posisi kuda terlalu membungkuk sehingga mereka tidak bisa kembali ke posisi
semula dan jatuh ke depan. Begitu kaki mereka terangkat dari dasar air, Sayaka
yang berada di atasnya tertekan dan tenggelam... namun, mereka segera
melepaskan posisi kuda dan semua orang muncul ke permukaan.
“Oooii~~
kalian baik-baik saja~?”
“Apa kalian baik-baik saja~?”
Mereka
bertanya, tetapi karena mereka jatuh dengan cukup perlahan, sepertinya tidak
ada masalah. Merasa lega karena tidak ada yang batuk, Masachika melihat ke arah
Empat Musim Bersaudari──
“Wah!?”
Tanpa
menghiraukan hambatan air, dan tanpa menghiraukan masalah dari junior mereka,
Masachika terkejut melihat Sumire dan yang lainnya menyerbu dari samping.
“Belok
kiri!”
“Oke!”
Mendapat
perintah dari Alisa, Masachika mencoba melakukan rem mendadak dan berbelok ke
kiri... seharusnya. Seharusnya. Dengan mengenakan sepatu sneaker, dia berusaha
melakukan hal yang sama seperti di tanah. Namun, ia tidak menyadari bahwa
sekarang dirinya
telanjang kaki dan berada di dasar kolam yang jauh lebih halus dibandingkan
tanah taman. Akibatnya,
“Ugh,
blup!”
Masachika
terjatuh dengan sempurna. Kaki telanjangnya yang tidak berhasil menggenggam
dasar air meluncur, dan karena kedua tangannya terjepit, dirinya tidak bisa menjaga
keseimbangan, sehingga ia terjatuh ke dalam air dengan suara ‘zabon’ dari telinga kanannya.
“Wah!”
“Eh,
tunggurlp!”
Tentu
saja, Maria dan Elena yang
memegang bahu Masachika juga kehilangan keseimbangan. Mereka yang sudah dalam
posisi membungkuk tiba-tiba kehilangan dukungan, ditambah lagi tangan mereka
yang terhubung dengan Masachika ditarik ke bawah, membuat keduanya juga
tergelincir dan jatuh ke depan. Dalam situasi ini, Alisa adalah orang yang paling tidak beruntung.
“Eh,
kyaah!”
Kursi
yang didudukinya tiba-tiba miring ke depan, dan bersamaan dengan itu, pijakan
kakinya juga hilang, membuat Alisa terjatuh dengan dramatis ke dalam air di
atas Masachika. Dengan suara percikan besar, air menyembur, tetapi untungnya
tangan dan kakinya tidak terikat, jadi dia segera mengayuh seperti berenang dan
muncul ke permukaan. Hampir bersamaan, Maria dan Elena
yang melepaskan tangan dari Masachika juga muncul dengan suara “puhah”. Namun, dalam situasi ini,
Masachika yang seharusnya muncul ke permukaan justru terhalang oleh para wanita
yang ada di sekitarnya.
Setelah
terjatuh, tangan Maria dan Elena
yang terjerat satu sama lain terlepas, dan akhirnya Masachika bisa bergerak
bebas. Dirinya segera
berusaha mencapai permukaan air. Namun, kepalanya tiba-tiba membentur sesuatu, menghalangi
upayanya untuk muncul.
“!?
Boah!?”
Masachika
mengeluarkan napas pada situasi
yang tidak terduga tersebut,
tetapi ia segera menyadari bahwa itu
adalah Alisa di atasnya, dan ia mencoba mengayuh untuk menyelam sejenak...
Namun, tangannya kembali membentur
sesuatu, lengan kanannya ditendang
kaki seseorang, dan kakinya juga diinjak oleh orang lain, membuat Masachika
tidak bisa bergerak di dalam air.
“!?”
Pada titik
ini, Masachika mulai panik. Atau lebih tepatnya, ia hampir
tenggelam. Tubuhnya mengapung karena daya apung. Namun, di atasnya masih ada
Alisa, sehingga hanya bagian belakang kepalanya yang tertekan pada tubuh Alisa.
Dirinya ingin menghindar ke samping,
tetapi tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya dengan baik.
“~~~~~~!!”
Akhirnya,
diirnya mulai sulit bernapas,
dan saat Masachika berusaha melarikan diri dari air... tubuh Alisa yang menekan
kepalanya bergerak maju, dan tiba-tiba kepalanya terbuka.
“Uh,
puhah”
Ia
segera muncul ke permukaan, menghirup napas dalam-dalam──
“Uhuk uhuk!
Kaha! Ugh! Oah!”
...sambil
membungkuk dan terbatuk
dengan keras. Ketika dirinya melakukan itu,
dahi dan hidungnya terbentur sesuatu, dan Masachika dengan mata yang masih kabur karena air dan air mata,
melihat ke depan. Ia sampai berhenti bernapas
sejenak karena menyadari bahwa tepat di depannya ada bokong Alisa yang besar dan
berbentuk indah serta... celana renang yang dikenakannya. Bahkan batuk yang
seharusnya merupakan reaksi fisiologis pun terhenti sejenak.
“──”
Pikirannya
benar-benar berhenti sesaat,
tapi gaya gravitasi masih bekerja dengan baik dan
menarik tubuh Masachika yang tidak stabil kembali ke dalam air. Di sana, ia
akhirnya sadar kembali dan berusaha berenang ke belakang untuk muncul lagi,
tetapi──
“Gurlp!? Gaha!!”
Masachika
merasakan tendangan keras dari Alisa. Tendangan yang cukup kuat dengan gerakan
kaki yang cepat. Bahu dan kepalanya ditendang dengan keras oleh tulang kering dan kaki, membuat
Masachika berjuang. Meskipun begitu, ia berhasil melarikan diri ke belakang,
dan saat berdiri tegak di dalam kolam, Masachika kembali batuk.
“Uhuk, uhuk!
Oeh, eho!”
Setelah sensasi benda asing di dalam
dadanya sedikit reda, Masachika mengarahkan pandangannya ke depan── dan tatapan matanya bertemu dengan Alisa yang
menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ketika
berhasil mendapatkan pasokan oksigen, otak Masachika yang
panik mulai menyadari situasi dengan jelas. Dirinya
sedang berada di antara kaki Alisa.
Bahkan, wajahnya muncul dari antara paha Alisa, dan dia batuk dengan keras di
sana. Selain itu, dia menyadari bahwa dia telah melakukan kontak yang sangat
tidak pantas. Melihat Alisa yang menatapnya sambil memegang celana renangnya di
bawah permukaan air, Masachika bisa merasakan bahwa pemahamannya tidak
salah.
Saat
itulah iblis kecil Yuki tiba-tiba muncul di pikirannya dan berkata dengan ekspresi kagum di wajahnya.
‘Oi,
Oi, kamu sampai-sampai menempelkan
wajah ke selangkangan saat batuk, memangnya kamu
itu jenius apa? Apa kamu protagonis manga erotis?'
'Tidak usah diucapkan dengan jelas segala napa!! Dan
aku tidak melakukannya sampai sejauh itu! Aku hanya
sedikit menyentuh bokongnya...
saja, mungkin.'
'Kamu sendiri malah tidak yakin oi?'
Meskipun
dia mendengar hal itu, Masachika tidak bisa sepenuhnya menyadari apa yang
terjadi tepat setelah hampir tenggelam. Namun, meski
dirinya hanya menyentuh bokong, tapi itu saja sudah cukup untuk membuatnya meminta maaf sambil dogeza.
Terlebih lagi, Alisa jatuh dari kudanya
karena kesalahannya.
“Umm, aku benar-benar minta maaf!
Karena kesalahanku, kamu jatuh dari kuda...!”
Sadar
akan perhatian orang-orang di sekitarnya,
Masachika menundukkan kepalanya tanpa mengatakan lebih jauh.
Karena berada di dalam air, dirinya
tidak bisa melakukan dogeza,
tetapi ia menundukkan kepala sampai hidungnya menyentuh permukaan air. Namun, jawaban yang didengarnya adalah...
【Aku pasti tidak akan
pernah memaafkanmu...】
Suara
Alisa dalam bahasa Rusia bergetar karena kemarahan dan aib malu.
【Ka-Kamu
berani-beraninya.... meletakkan
wajahmu...di......ku....... Aku
pasti akan memintamu bertanggung
jawab seumur hidupmu...】
“Su-Sudah,
sudah, Alya-chan.
Kuze-kun juga tidak melakukannya dengan sengaja, iya ‘kan?”
Saat
Masachika sedikit mengangkat wajahnya mendengar suara Maria yang berusaha
menengahi, Alisa menatap tajam ke arah Maria dengan marah.
【Tidak sengaja!? Jika tidak sengaja, apa itu berarti
boleh menyentuh di mana saja!? Di-Di bagian
terpenting dari seorang gadis──】
【Alya-chan!
Meski kamu mengatakannya dalam
bahasa Rusia, menurutku lebih
baik kalau kamu tidak mengatakan hal seperti itu!】
Maria
yang tahu bahwa ada satu orang yang mengerti apa yang dikatakan Alisa,
memperkuat nada suaranya yang tidak biasa. Dengan semangat kakaknya yang tidak
biasa itu, Alisa pun terdiam sejenak. Pada saat yang sama, melihat situasi yang
jelas tidak biasa itu, Masachika merasakan tatapan dua teman pria yang
menanyainya, “Apa
sih yang kamu lakukan, Masachika?” dan merasa sangat tidak
nyaman.
“Umm,
aku benar-benar akan meminta maaf
dengan baik... jadi, apa
kamu bisa memaafkanku...?”
Masachika
mengatakan itu dengan bahunya yang merosot, dan menatap Elena seolah meminta bantuan... dan
di situlah ia akhirnya menyadari bahwa ada yang aneh dengan Elena.
Sambil
memainkan bagian atas baju renangnya dengan jarinya, Elena tampaknya tidak ingin bertatap
muka dengan Masachika. Melihat tingkah lakunya yang mencurigakan, Masachika
mengerutkan alisnya dan tiba-tiba terlintas dalam pikirannya sebuah
kemungkinan.
(Jangan-jangan...)
Saat ia
berjuang di dalam air. Ada kemungkinan bahwa dirinya
telah melakukan kontak yang tidak pantas dengan Elena...
“Umm,
Elena-senpai... apa jangan-jangan,
aku secara aneh bertabrakan dengan Elena-senpai juga?”
Dalam
pemahaman Masachika, ia tidak ingat melakukan kontak aneh dengan siapa
pun...
“Eh,
ahh~~~... tidak, aku tidak...”
Meskipun dia berusaha menyangkalnya, tapi
perilaku Elena jelas menunjukkan bahwa ada sesuatu yang
terjadi.
“...Aku
akan mentraktir Elena-senpai nanti.”
Masachika
yang telah belajar bahwa menanyakan apa yang terjadi tidak ada gunanya, hanya
mengucapkan itu dan melihat ke arah Empat Musim
Bersaudari. Di sana, ada Sumire, Kikyou, dan Hiiragi yang
terlihat canggung karena tidak bertarung. Sementara itu, dia melihat Ayame yang
bersemangat berkata, “Eh? Bagaimna dengan pertarungannya? Ayo bertarung!”
“Sepertinya
memang berbahaya, jadi kita sebaiknya
tidak melakukan pertandingan kavaleri.”
◇◇◇◇
“Rasanya sama sekali tidak memuaskan! Aku
juga ingin bertarung yang menggebu-gebu!”
“Ya,
ya, Ayame. Mari kita tenangkan pikiranmu sebentar.”
Ayame
yang mengangkat tinjunya dengan ketidakpuasan di
pinggiran, dilempar ke kolam oleh Kikyou dengan gerakan German Suplex. Dalam pemandangan yang cukup
mengejutkan itu, Masachika membawa Elena
dan kaka beradik Kujou ke depan toko yang menjual
minuman dan makanan ringan di belakang seluncuran air.
“Kalau
begitu, silakan pilih apapun
yang kalian suka...”
“Apa
boleh~? Kalau begitu aku mau sosis
Frankfurt~.”
“Aku
mau es krim lembut deh~ yang rasa vanila.”
“...Aku
juga mau es krim lembut, rasa cokelat.”
“Oh,
kalau begitu, satu lagi es krim lembut rasa vanila, ya.”
“Baiklah."
Setelah
menerima pesanan untuk empat orang, tampaknya pelayan wanita yang bekerja
sendirian itu dengan cepat menyiapkan pesanan.
“Totalnya
2.300 yen.”
“Ehmm, aku
bayar dengan uang elektronik.”
Karena
dompetnya ada di dalam loker, jadi Masachika
melakukan pembayaran menggunakan ponsel, lalu duduk di meja empat orang dengan
pesanan di tangan. Tampaknya kondisi mental Elena
sudah pulih, dia segera membawa sosis Frankfurt ke dalam mulutnya.
“Kalau gitu,
terima kasih kepada Kuze-kun yang sudah
mentraktir... mari kita makan! Ah! Panas! Aduh!”
“Kamu tidak
perlu terburu-buru memakannya...”
“Ah,
bukan begitu, tapi cairan dari dagingnya berceceran di payudaraku...”
“Kamu tidak
perlu mengucapkan hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman.”
Sambil
mengusap dadanya dengan telapak tangan dan mengucapkan pernyataan yang tidak
perlu bermakna, Elena
membuat Maria mengerutkan kening seolah tidak mengerti, sementara Alisa
menatapnya dengan dingin, seolah mengatakan bahwa dia telah mengucapkan sesuatu
yang tidak senonoh.
“Tapi
serius, aku juga seharusnya membeli hoodie seperti kalian berdua...”
Melihat kakak beradik Kujou yang menutupi tubuh bagian atas
mereka dengan hoodie, Elena
menunjukkan wajah “cerobohnya aku~”.
Menanggapi itu, Maria tersenyum dengan bingung.
“Aku
hanya berpikir bahwa meskipun itu kolam air hangat, setelah keluar dari kolam tubuh kita bisa menjadi dingin...”
“Ahh~... tapi jika begitu, makan es
krim malah jadi kontraproduktif, kan?”
“Ahaha,
mungkin saja~.”
Sambil
berkata demikian, Maria menjilati es krimnya dan tersenyum bahagia, “Enaknya~”.
Di sisi lain, melihat Alisa yang tampak serius, Masachika dengan hati-hati
memanggilnya.
“Alya? Ada apa? Apa es krimnya tidak sesuai dengan yang
kamu harapkan?”
“...Tidak.”
Dengan
nada yang dingin, Alisa berkata demikian sambil mengalihkan pandangannya dan
berbisik.
【Enam ratus yen... pengalaman
pertamaku...】
“Maaf.
Aku benar-benar akan mendengarkan semua permintaanmu, jadi maafkan aku.”
Meskipun Masachika meminta maaf dengan suara yang
menyedihkan, Alisa tetap berpaling dengan acuh.
(Apa aku
harus sujud? Sepertinya tidak ada pilihan lain selain bersujud.)
Setelah memikirkan
hal itu, Masachika memasukkan sisa terakhir dari cone es krim ke mulutnya dan
bersiap untuk sujud. Tiba-tiba, Maria yang hampir selesai makan es krim berdiri
dan melihat bergantian antara Alisa dan Masachika.
“Terima
kasih atas makanannya~. Hei,
aku ingin naik seluncuran! Kuze-kun, kamu mau
ikutan?”
““Eh?””
Masachika
yang sedang bersiap untuk sujud dan Alisa yang berpaling, serentak mengeluarkan suara. Maria
menunjuk ke arah seluncuran air yang berbentuk tabung yang berkelok-kelok, dan
di samping tangga terdapat ban renang biasa dan ban renang berdua. Mereka bisa
mengambil ban yang mereka suka dan naik tangga untuk meluncur.
Namun,
bagi seorang remaja laki-laki, naik Bersama dua orang di seluncuran semacam itu merupakan hal yang
cukup sulit dalam berbagai arti. Rasanya sangat
memalukan, dan jika Takeshi
atau Hikaru melihat, ekspresi seperti apa yang harus ditunjukkan Masachika?
“Tidak,
jika kamu ingin meluncur, lebih baik pergi sendiri saja...”
“Eh~
jangan bilang hal yang menyedihkan
seperti itu dong~. Menurutku rasanya akan lebih seru jika kita
meluncur sambil berteriak bersama?”
“Ah,
benar juga... tapi jika begitu, lebih baik kalau
Masha-san pergi dengan Alya...”
“Tapi
Alya-chan dan Elena-senpai masih
makan...”
Mendengar
kata-kata itu, Alisa yang sedang perlahan-lahan menikmati es krim dengan wajah
serius, terkejut dan berusaha menghabiskan sisa es
krimnya. Namun, sebelum itu, Maria sudah menurunkan
ritsleting dan melepas hoodie-nya.
(Woah)
Hanya
kembali ke penampilan baju renang, tetapi pemandangan kulit Maria yang putih
dan segar terlihat dari celah ritsleting membuat Masachika merasa seolah-olah
telah melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat, sehingga ia berpaling. Dan
kemudian,
seolah-olah ingin memanfaatkan kelengahannya, tangan Masachika tiba-tiba ditangkap.
“Ayo
pergi~? Yuk?
Go-go♪ Oh iya, Alya-chan, tolong jaga hoodie-nya ya~?”
“O-Oke, kalau begitu, aku pergi ya~”
Tanpa
memberi kesempatan untuk berbicara, tangan Masachika
ditarik dan dirinya dibawa pergi tanpa sempat
sujud. Saat mereka sedang menaiki tangga dengan membawa ban pelampung, Masachika bertanya kepada Maria
yang berjalan di depan.
“Apa
kamu sengaja melakukannya karena peduli
padaku?”
“Hm~? Apa maksudmu?”
Maria
menjawab sambil tetap melihat ke depan, tetapi suaranya terdengar tenang dan
dewasa, membuat Masachika yakin. Ajakannya yang memaksa ini adalah usaha untuk
memutuskan suasana yang sepertinya akan membuat Masachika dan Alisa semakin
tertekan jika dibiarkan.
“...Terima
kasih. Masha-san.”
“Ya?
Sama-sama~”
Sementara
itu, mereka sampai di atas tangga dan diarahkan oleh petugas wanita menuju
pintu masuk seluncuran air.
“Kuze-kun,
kamu mau yang di depan atau belakang?”
“Bagian
depan pasti lebih seru, jadi Masha-san silakan yang di
depan.”
“Eh,
kamu yakin~?”
“Iya.”
Masachika
yang tanpa ragu menyerahkan posisi depan kepada Maria, tetapi tentu saja alasan
ini hanya kedok. Karena ban renang untuk dua orang ini tidak berbentuk delapan
yang terdiri dari dua ban biasa, melainkan berbentuk perahu karet yang memanjang
secara vertikal. Selain itu, tidak ada pegangan, sehingga tubuh kedua orang
yang naik akan saling menempel, dan orang di depan akan sedikit bersandar pada
orang di belakang.
Apa
Masachika akan bersandar pada Maria atau sebaliknya. Untuk kesehatan mentalnya, ia
tidak perlu dipikirkan lagi mana yang lebih baik.
Dengan
demikian, Maria naik terlebih dahulu dan Masachika mengikuti di
belakangnya.
(H-Hah? Kakiku akan berada di
samping Masha-san, ya... rasanya agak canggung...)
Masachika
tidak hanya merasa malu tetapi juga merasa bersalah karena kakinya yang berbulu
normal menyentuh kulit Maria yang putih dan halus. Namun,
“Ya,
aku masuk ya~”
Perasaan
itu hilang dalam sekejap ketika Maria mendekat ke arahnya dengan penolakan yang
tidak bisa dimengerti.
(Eh, uooh!?)
Ketika melihat
dari atas bahu Maria, ada pemandangan gunung
besar dan lembah yang dalam. Mau tak mau
Masachika merasa tertegun
oleh keanggunan yang luar biasa itu.
(Woahhh... Yuki pernah bilang 'payudara besar
itu bisa berbahaya
saat turun tangga karena tidak bisa melihat kaki', tapi ini, serius, levelnya
memang seperti itu ya?
Kupikir itu cuma omong kosongnya saja...)
Mengingat akan lelucon adik perempuannya yang pernah dianggapnya sebagai hal yang mustahil,
Masachika terkejut, “Ternyata
bukan bohong...” Namun,
ia segera menyadari situasi berbahaya yang sedang dihadapinya.
(Ah, ini gawat)
Jika ditanya
apanya yanggawat, sebagai seorang remaja laki-laki yang
sehat, melihat sesuatu yang sangat mengagumkan seperti ini secara otomatis
menarik darah ke tempat lain selain kepala. Dan tempat itu sekarang bersentuhan
erat dengan punggung Maria. Ya, ini adalah krisis sosial sebagai seorang
pria.
(Jangan melihatnya, jangan melihat, jangan melihatnya)
Meskipun
suara rasional Masachika berteriak dalam perasaan terancam, tapi pandangan matanya
justru sepenuhnya terfokus. Ia bahkan tidak mendengar apa yang
dikatakan petugas wanita di belakangnya. Terjebak dalam keindahan Maria, akhirnya...
“Baiklah,
selamat jalan~”
Dengan
suara ceria dari petugas, ban renang didorong ke depan. Tak lama kemudian, ban
renang yang ditumpangi Masachika dan Maria mulai meluncur di seluncuran.
“Uwaaa!?”
Masachika
yang benar-benar terkejut, berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh
dari ban renang karena kecepatan dan gaya sentrifugal yang lebih dari yang ia
bayangkan. Wajahnya terkena cipratan air,
membuatnya mengernyit dan berusaha melihat
ke depan sambil mengontrol pusat gravitasinya.
“Kyahhh~~~~!”
Maria
mengangkat kedua tangannya dan bersorak dengan gembira, tidak menunjukkan
sedikit pun niat untuk menjaga keseimbangan, membuat Masachika berjuang keras.
Sementara itu, lereng putih berakhir dan cahaya terang menyilaukan matanya...
dan seketika, mereka berdua meluncur
ke dalam kolam.
Pada saat
yang sama, ban renang yang mengalami hambatan
air yang kuat tiba-tiba melambat, dan karena gaya inersia, mereka meluncur ke
depan. Ban renang yang kehilangan keseimbangan terbalik ke belakang, dan
keduanya terjun ke kolam secara bersamaan.
“Puah!”
“Paah!”
Kemudian,
mereka muncul bersamaan dari permukaan air dan mengusap wajah mereka dengan
tangan.
“Ahaha, ahahahaha! Itu menyenangkan~♪”
Masachika
yang masih sedikit linglung karena jatuh ke dalam
kolam, tersenyum kecil saat mendengar
suara ceria dan cerah Maria. Setelah melihat betapa gembiranya Maria, ia merasa semua usaha
itu terbayar, lalu dirinya
mengangkat bahu... dan sekali lagi, tangannya ditangkap.
“Hei,
ayo lakukan sekali lagi ya~? Sekali lagi!”
“Eh?”
“Enggak
masalah,
‘kan? Sepertinya tidak ada orang lain
yang mau ikut!”
Sambil
mengatakan itu, Maria menggenggam ban renang dan menarik tangan Masachika
dengan kuat. Senyumnya... tiba-tiba mengingatkannya
pada senyum gadis yang pernah menarik tangan Masachika di taman.
“!”
Kenangan nostalgia di masa lalu yang
jauh. Namun, tidak ada rasa sedih atau nyeri seperti sebelumnya. Itu pasti
karena gadis di depannya sekarang sedang tersenyum.
“Iya deh,
Ma-chan."
Masachika
secara alami mengucapkannya. Mata Maria terbelalak
saat mendengar kata-kata itu...
“Ya!
Ayo!”
Dengan
senyuman ceria di wajahnya, dia
kembali menuju pintu masuk seluncuran. Melihat kegembiraan yang begitu polos
dari Maria, Masachika berpikir, “Kalau
sudah begini, aku akan menemaninya
sampai dia puas.”
“Baiklah, jadi sekarang giliran Kuze-kun yang di depan!”
“Eh?”
“Selamat
datang~!”
“Ohhh!”
Tangan
Masachika ditarik dengan kuat, pemandangan puncak yang tadi
dilihat dari atas kini berada di belakangnya—
“…wah.”
Bagian
belakang memang berbahaya, tapi bagian depan jauh lebih berbahaya.
◇◇◇◇
“…Masachika?
Kenapa kamu terdampar di sini?”
Suara
kebingungan Takeshi terdengar dari atas kepala Masachika
yang hanya berbaring setengah badan di tepi kolam. Masachika mengangkat pandangannya
dan menjawab dengan suara lemah.
“Tenaga
anak-anakku sudah
habis.”
“Apa
maksudnya?”
Takeshi
memiringkan kepalanya seolah-olah ia
tidak mengerti maksudnya, tetapi Masachika juga tidak
ingin menjelaskan lebih lanjut.
Setelah
itu, Masachika dipaksa untuk meluncur tiga kali
lagi, dan berbagai hal telah mencapai batasnya, Masachika akhirnya menyerah.
Sambil sedikit kecewa, Maria berkata, “Kalau
begitu, aku akan mengajak Alya-chan
ya~” dan pergi... dirinya pun terpaksa tergeletak di
sini. Perlu dicatat bahwa ia hanya meninggalkan bagian bawah tubuhnya di kolam
karena kehabisan tenaga saat naik ke tepi kolam. Bukan karena dirinya ingin mendinginkan bagian bawah
tubuhnya. Sama sekali tidak.
“…Kalau Hikaru di mana?”
“Eh?
Oh~ ia sedang berenang di sana...
Aku tidak tahan dengan suasana di situ dan melarikan diri.”
Setelah mengatakan itu, Takeshi
menunjukkan arah dengan pandangannya, dan
di sana terlihat Nonoa yang sedang ber-selfie di atas ban
renang berbentuk kerang raksasa yang entah dari mana didapatnya, dan Sayaka
yang jelas-jelas terpaksa ikut.
“…Kesan
anak pestanya terlalu kuat.”
“Iya, ‘kan~? Aku tidak bisa bergabung di
sana...”
Sembari duduk
di atas kerang raksasa, mereka berdua terlihat
seperti menjadi Venus. Melihat pemandangan di sana yang terasa berbeda,
Masachika menyipitkan matanya dan mengalihkan pandangannya. Lalu, di tempat
yang dilihatnya, ia melihat pemandangan lain
yang juga terasa berbeda, dan ia
semakin menyipitkan matanya.
“Hah!”
Sumire
melangkah ringan dari tepi kolam, melompat-lompat dengan heboh saat tenggelam.
Tiga gadis dari tepi kolam memberi sorakan untuknya.
“…Apa
sih yang sedang mereka lakukan?”
“Eh?
Oh... mungkin, dia berusaha berjalan di
atas air.”
“Jangan
lanjutkan. Aku sudah bisa menebaknya.”
“Haha...
ngomong-ngomong, petugas pengawas terlihat khawatir memandang kita, jadi
sebaiknya kita segera keluar.”
“Eh?
Ah...”
Menyadari
bahwa pose badana bisa
menimbulkan salah paham, Masachika segera keluar dari kolam dan membungkuk ke
arah petugas yang terlihat dari jauh. Dengan sedikit canggung, ia mencari
pandangan ke arah Elena dan kakak beradik Kujo, dan melihat Alisa
yang terbalikkan oleh Maria
dan Elena dari bawah saat berada di ban
renang untuk seluncuran.
Rupanya
mereka bergiliran menaiki kendaraan hias tersebut dan melihat berapa lama
mereka dapat menahan dua orang lainnya yang mencoba membalikkannya. Masachika
menyipitkan matanya saat melihat Alisa
mendorong Elena ke
dalam air dengan penuh kegembiraan.
“Oi,
oi, jarang-jarang putri Alya
bisa bersenang-senang seperti itu, kan?”
“Ya,
benar...”
Masachika
mengangguk dengan penuh perasaan mendengar kata-kata Takeshi yang juga melihat
pemandangan yang sama.
(Aku
tidak pernah menyangka akan tiba saatnya Alya
bersenang-senang bermain dengan teman-temannya...)
Untuk
beberapa alassan, Masachika merasa menjadi seperti pengasuhnya, dan memutuskan bahwa akan tidak
sopan untuk bergabung dengan mereka. Lagipula, Alisa sedang bersenang-senang
dengan teman-temannya. Dirinya tidak perlu ikut
serta dan merusak suasana karena situasi di antara mereka sedang canggung.
(Yah, kurasa aku bisa minta maaf
kepada Alya
nanti...)
Namun,
jika itu terjadi, Masachika memikirkan dengan siapa dirinya akan bergabung, dan tiba-tiba
bertanya pada Takeshi.
“Oh
iya,
ngomong-ngomong, apa kamu sudah berfoto dengan Sayaka?”
“Eh?
Ti-Tidak?
Seperti yang sudah kukatakan
sebelumnya, aku tidak bisa masuk ke sana... maksudku, hanya gadis cantik saja yang boleh naik di atas kerang
itu.”
“Benar sekali.”
Sebenarnya,
Masachika setuju dengan hal itu. Namun,
sebagai seseorang yang berjanji untuk mendukung perjalanan cinta Takeshi,
seharusnya ia mendukung
sahabatnya.
“Tidak,
tidak, kalau tidak melangkah maju di sini, lantas
bagaimana jadinya? Jika
kita pergi ke sana dan bilang 'Ayo foto kami juga~', kita bisa
mendapatkan foto Sayaka dengan bikini secara sah!”
Setelah mendengar
kata-kata Masachika, bahu Takeshi tersentak. Namun, sosoknya yang biasanya
terpesona dengan gambar gravure di majalah
manga kini tampak ragu.
“It-Itu...
tidak, tapi...”
“Tenang
saja. Aku akan ikut bersamamu. Setidaknya di saat
seperti ini, kita harus sedikit bersenang-senang dan bersikap bodoh. Jadi, ayo
kita pergi!”
“Eh,
tunggu, uhh!?”
Sambil menggenggam
bahu Takeshi yang ragu-ragu, Masachika melompat ke kolam dengan setengah
memaksanya. Sambil menariknya, mereka bergerak menuju Nonoa dan Sayaka, lalu
Masachika memanggil kedua gadis yang berada di atas ban pelampung.
“Oi~ mumpung
sekalian~ ayo kita foto bersama! Ini untuk kenang-kenangan.”
“Hmm~?
Enggak apa-apa sih~ ayo~. Sayacchi juga setuju, kan?”
“Eh?
Ya, um...”
Mendengar
pertanyaan Nonoa, Sayaka sedikit ragu dan mengalihkan pandangannya sambil
mengangguk. Kemudian, mereka mendekat ke tengah ban pelampung dan mengisyaratkan agar
Masachika dan Takeshi naik di sisi kiri dan kanan. Masachika segera naik di
sebelah Nonoa, diikuti Takeshi yang dengan ragu naik di sebelah Sayaka.
“Woahh, ini sempit sekali ya~”
“Iya...
opss, aku hampir saja jatuh!”
Sambil
berusaha menjaga keseimbangan di atas permukaan vinil yang licin dan goyang,
Masachika membuka kedua tangannya. Kemudian,
“Jangan
panik begitu, ayo lebih mendekat ke sini~”
Nonoa
dengan cepat merangkul
lengan kirinya dan menarik Masachika lebih dekat. Tiba-tiba, lengan kiri
Masachika yang menempel pada kulit Nonoa membuatnya merinding.
(Ughe, geli)
Merasakan sensasi dingin menjalar di punggungnya,
Masachika berusaha keras untuk tidak menunjukkan ekspresi canggung. Lalu, Nonoa
mengarahkan ponselnya ke Masachika dan
menarik lengan Sayaka dengan lengan kirinya.
“Yuk,
Sayacchi, ayo lebih
dekat~. Karena kita tidak punya tongkat selfie, jadi Masachika, tolong jepret
ya~”
“Ah, oke... semuanya siap, ayo, 1, 2, 3, cheese!”
Sembari
mengarahkan ponsel ke arah posisi
miring atas agar semua wajah mereka terlihat, dan Masachika
menekan tombol shutter. Karena belum terbiasa selfie, hasilnya tidak terlalu
bagus, tetapi wajah keempatnya tetap terlihat.
(Lah, gawat. Wajah Takeshi
dan Sayaka malah jadi
kecil.)
Mengingat
tujuan awalnya, Masachika menyerahkan ponsel itu kepada Takeshi.
“Ini,
sekarang giliranmu.”
“Eh,
o-oh, kalau begitu, permisi...”
Setelah mengelap
tangannya yang basah pada baju renangnya,
Takeshi menerima ponsel itu. Namun, mungkin karena gugup atau tangannya yang
basah, ponsel yang diangkat Takeshi bergetar dan tidak bisa fokus...
“Ah!”
Akhirnya,
ponsel itu berputar di tangan Takeshi dan meluncur di antara jari-jarinya.
“Uwaah,
tunggu!”
Takeshi
dengan cepat mengulurkan tangan kanannya untuk menangkap ponsel Nonoa yang
jatuh ke permukaan air... tetapi, karena terlalu mengerahkan
tenaganya, jadi ia
malah terjatuh ke dalam kolam. Akibatnya, ban renang berbentuk kerang itu
terlempar ke belakang, dan getaran keras menghantam ketiga orang di
atasnya.
“Waaah!?”
“Hah?”
“Ah,
bahaya!”
Masachika
yang berada di tepi dengan lututnya berdiri segera menundukkan tubuhnya agar
tidak tergelincir...
“Waaa~~”
“Hei,
tunggu—!”
Didorong
oleh Nonoa yang jatuh, Masachika tidak bisa bertahan di atas permukaan vinil
yang basah, dan mereka berdua terjatuh ke dalam air. Namun kali ini, segera
setelah berdiri, Masachika melihat Nonoa yang masih menggenggam erat lengan
kirinya, bahkan lebih erat daripada sebelumnya, dengan tubuhnya yang
jelas-jelas menempel.
“Oi,
kamu sengaja melakukan ini, ‘kan?”
“Apa
maksudmu~?”
“Malah tanya
balik,
memangnya kamu pikir bisa mengelabui
dengan tidak melibatkan Sayaka?”
Meskipun
seharusnya Sayaka juga terjerat seperti Masachika, dia tidak terjatuh
bersamanya. Masachika melirik ke arah Sayaka. Tiba-tiba, Nonoa tersenyum lebar
dan mengangkat tangan kirinya di depan wajahnya.
“Ihh~
ini ‘kan cuma bercandaan kecil~.
Jangan marah, ya~”
“Wah,
merinding!”
Sekali
lagi, sensasi merinding muncul tidak hanya di
lengan kirinya, tetapi seluruh tubuh Masachika
dibuat merinding, dan dia menggigil. Tiba-tiba terdengar
suara cipratan air, dan Masachika serta Nonoa melihat ke arah suara itu.
Ternyata, Takeshi muncul dari bawah air dengan tangan kanannya yang memegang
ponsel terangkat ke permukaan, tampak sedang mengobok
sesuatu di dalam air.
“...Apa
sih yang sedang ia lakukan?”
Masachika
mendekat dengan pikiran bahwa mungkin Takeshi mengalami kram. Namun, saat ia
melangkah lebih dekat, Takeshi tiba-tiba berdiri dengan semangat.
“Buhaa! Oh, oi!”
Sambil
menarik napas besar, Takeshi tampak panik dan menunduk, melakukan sesuatu yang
tampak aneh.
“?”
Masachika
mengernyitkan dahi, tetapi saat itu Sayaka yang berada di atas ban pelampung mengeluarkan jeritan kecil.
“Ahh!”
Pada saat
itu, raut wajah Takeshi dipenuhi ekspresi terkejut.
Masachika menyadari bahwa tangan kirinya sedang memegang bagian belakang celana
renang Takeshi di dalam air, dan akhirnya ia mengerti situasinya.
“...Jangan-jangan,
celana renangmu melorot
saat kamu terjun?”
“...Sedikit.”
Takeshi
mengatakan itu dengan canggung dan perlahan-lahan melirik ke arah Sayaka.
Mengikuti arah pandangnya, Sayaka menutup matanya dan berpaling. Sepertinya dia
tidak sengaja melihat bagian belakang Takeshi.
“Siapa
yang mendapatkan keberuntungan dari situasi ini?”
“Aku
juga tidak melakukan ini dengan sengaja! Tapi, aku tidak bisa memperbaikinya
dengan satu tangan...!”
Setelah
jatuh, Takeshi segera menyadari bahwa celana renangnya melorot, dan berusaha
untuk memperbaikinya di dalam air, tetapi tampaknya tidak berhasil karena ia
masih memegang ponsel Nonoa dengan tangan kanannya. Dalam situasi sulit di mana
dirinya
malah memperlihatkan separuh
pantatnya kepada gadis yang disukainya, Takeshi tampak
sedikit berkaca-kaca. Namun, Masachika juga tidak tahu bagaimana cara
mendukungnya dalam situasi ini.
“Yah,
meskipun begitu... kamu sudah cukup hebat karena
tidak merusak ponsel Nonoa”
Setidaknya
dia berkata begitu, dan Takeshi tersenyum lemah. Saat itu, Nonoa juga
mengangguk dan berkata,
“Ya~ sebenarnya ponselnya anti-air sih, jadi tidak masalah jika itu terjatuh.”
Setetes
air mengalir di pipi Takeshi.
◇◇◇◇
“Fyuh...”
Setelah
itu, Masachika membawa Takeshi yang merasa depresi
untuk bergabung dengan Hikaru, dan berkata, “Ternyata,
bermain di kolam renang itu paling seru kalau bersama teman laki-laki!” dengan semangat yang tinggi. Dirinya berbaring di atas kursi pantai
untuk beristirahat.
“Entah
bagaimana, aku bisa bersenang-senang...
Kuraas aku harus berterima kasih kepada
Violet-senpai sekali lagi.”
Ketika
dirinya melihat jam, waktunya
sudah lewat pukul 4:30 sore. Awalnya mereka berencana untuk bubar setelah
siang, dan secara fisik serta waktu, sepertinya sudah saatnya untuk
pulang.
(Jika memang begitu, sisanya tinggal...)
Saat
Masachika memikirkan tentang pasangannya yang merasa canggung, tiba-tiba ada
suara dari samping.
“Boleh
aku duduk di sebelahmu?”
Merasa terkejut,
Masachika langsung melihat ke arah suara
itu, dan melihat Alisa dengan ekspresi sedikit canggung menatapnya.
“O-Oh, silakan.”
Dengan
sedikit terkejut melihat penampilan
Alisa yang mengenakan bikini, Masachika mengangguk sambil duduk tegak.
Kemudian, Alisa duduk diam di kursi pantai sebelahnya. Suasana di antara mereka menjadi
hening.
“Umm,
sepertinya kamu bersenang-senang, ya?”
Masachika
teringat saat-saat di mana
Alisa tampak bersenang-senang dengan para gadis lainnya dan berkata begitu, dan
Alisa sedikit mengerucutkan bibirnya dan berpaling.
“Kamu juga.”
“O-Oh... yah, iya.”
“Sepertinya
kamu sangat bersenang-senang dengan
Masha dan Nonoa-san.”
“Ugh,
tidak, hmm...”
Jika
ditanya apakah ia bersenang-senang, sebenarnya itu sangat melelahkan. Namun,
Masachika merasa ragu
untuk mengatakannya secara langsung, jadi ia hanya mengeluarkan jawaban yang samar. Melihat Masachika yang seperti itu, Alisa tersenyum
kecil.
“Aku
hanya bercanda kok.
Sepertinya kamu sangat
bersenang-senang dengan Takeshi-kun
dan Hikaru-kun.”
“U-Uh, ya begitulah~... jadi kamu melihatnya ya?”
Masachika
merasa sedikit malu karena dirinya
terlihat sangat bersemangat. Meskipun itu bukan maksud yang serius, Alisa
sedikit terkejut dan mengerutkan alisnya.
“Enggak juga
kok! Ah, jika kamu
bersenang-senang seperti itu, pasti orang akan menyadarinya...”
Alisa tampak
cemberut sembari menggumamkan sesuatu dengan nada
suara yang pelan sambil mengalihkan pandangan dan bermain-main dengan ujung rambutnya. Setelah beberapa kali
berkedip karena reaksinya yang
tidak terduga, Masachika tiba-tiba menyadari sesuatu.
(Oh iya, selain Masha-san, aku juga menghabiskan banyak waktu bersama Nonoa.... mungkin sama seperti diriku, dia juga sesekali mencuri pandang ke arahku?)
Meskipun
tidak ada ingatan khusus tentang bertemu tatapan mata,
bisa jadi memang demikian. Mereka berdua saling mengkhawatirkan dan memeriksa keadaan satu sama lain...
Memikirkan hal itu
membuat Masachika merasa lucu, dan dirinnya
tersenyum kecil.
“Ap-Apa
yang kamu tertawakan...!”
“Tidak,
maaf. Aku hanya berpikir, kita berdua tampaknya khawatir tentang situasi canggung
ini.”
Alisa
tampak terkejut sejenak ketika mendengar
kata-kata Masachika, kemudian dia menarik
satu kaki ke arah tubuhnya di atas kursi pantai dan menggerakkan jarinya.
Dengan ekspresi sedikit tidak puas, dia mengalihkan pandangannya dan
berkata,
“Yah...
Kurasa aku sudah merusak suasananya.”
“Ah,
tidak, tidak, akulah yang salah. Kamu sama sekali tidak salah kok, Alya...”
“Bukannya
kamu sudah meminta
maaf tentang itu, ‘kan?”
Meskipun
dia mengatakan itu, Alisa masih terlihat belum sepenuhnya bisa menerima situasi
tersebut.
“Tapi,
bukankah rasanya tidak adil jika
hanya aku yang merasa malu? Jika kamu
bilang akan melakukan apa pun sebagai permintaan maaf, maka kamu juga harus merasakan sesuatu
yang memalukan...”
“Eh?
Apa kamu ingin aku menunjukkan separuh pantatku?”
“Hah?”
“Maaf.”
Begitu
Masachika secara tidak sengaja menyebutkan peristiwa keberuntungan (pria) yang terjadi sebelumnya, ia
langsung merasakan tatapan dingin dari Alisa yang menusuk. Dirinya pun membungkuk dalam-dalam.
Selama beberapa detik, Alisa menatap Masachika dengan tatapan seolah-olah kolam
renang akan menjadi dingin. Namun, setelah menghela napas, dia mengembalikan
nada suaranya.
“Sesuatu
yang memalukan... benar juga, hmm.
Mungkin mengungkapkan sebuah rahasia memalukan? Jika kamu mau melakukan begitu,
yah, aku bisa memaafkanmu.”
“Rahasia
memalukan...?”
Masachika
berpikir sambil mengerutkan keningnya.
Sebagai
remaja laki-laki yang sehat, tentu ada banyak rahasia memalukan yang akan
membuatnya malu jika ditanyakan oleh gadis. Entah kenapa, ia merasa bahwa
sebagian besar dari rahasia itu sudah diketahui oleh adik perempuannya, tetapi itu merupakan kasus lain.
Rahasia
seperti itu pasti tidak bisa diungkapkan... jika itu
rahasia yang cukup memalukan dan dapat meyakinkan Alisa...
“Ah.”
Tiba-tiba,
sebuah ide muncul, dan dirinya
mengeluarkan suara kecil. Alisa yang mendengar itu langsung tertarik.
“Apa?”
“Tidak,
ini... ah, sedikit...”
“Apa sih,
cepat katakan. Kamu
pasti kepikiran sesuatu, ‘kan?”
“Tidak,
itu sih.....tidak, tunggu sebentar...”
“Ce-pat,
ka-ta-kan, se-ka-rang. Tidak adil rasanya kalau kamu mendadak diam.”
Alisa
mendekat dengan alis terangkat, dan
Masachika duduk di kursi pantai dengan posisi meringkuk,
menutupi wajahnya dengan lutut dan membelakangi. Meskipun begitu, ia tetap
merasakan tatapan tajam di pipinya, dan pada akhirnya,
Masachika menyerah dan mulai berbicara dalam posisi itu.
“Tidak,
sebenarnya, aku sudah pernah bilang
sebelumnya, tapi... Ini
serius. Saat kita bersentuhan di kolam renang hari ini... atau lebih tepatnya, saat itu... baju
renangmu sangat...
luar biasa. Jujur saja, aku merasa sangat terkejut dan salting.”
Bagian
terakhir diungkapkan dengan cara yang sangat kabur. Namun, sepertinya maksudnya
sudah tersampaikan.
Di
sampingnya, Alisa membuka matanya lebar-lebar, dan meskipun tidak melihatnya, entah mengapa Masachika bisa
merasakan senyuman lebar di wajahnya. Meskipun pipinya merah merona, Alisa perlahan-lahan mendekat sambil menunjukkan
senyum yang penuh rasa unggul dan sedikit sadis.
“Hmm~.”
Suaranya
begitu dekat sampai-sampai Masachika
hampir bisa merasakan napasnya menyentuh daun telinganya dan suara Alisa terdengar penuh dengan senyuman. Sebagai
pengecekan, sebuah pertanyaan menggoda
dibisikkan di telinga.
“Jadi kamu
melihatku dengan tatapan mesum, ya?”
“!!”
Bahu
Masachika tersentak kaget dan menggigil saat mendengar
kata-kata itu dari mulut Alisa yang biasanya sangat sopan. Jari-jemari panjang Alisa perlahan-lahan diletakkan di bahunya, dan
bisikan manis jatuh di telinganya.
Sensasi menggigil
menjalar dari telinga hingga tulang punggungnya, menyebabkan Masachika
terlonjak.
Dirinya
sudah tidak sanggup lagi melihat ke arah Alisa. Jika ia menatap Alisa sekarang,
ia pasti tidak akan bisa bertindak sebagai seorang pria sejati. Masachika meyakini
hal itu.
Sementara
Masachika yang semakin kecil dan kaku, suhu tubuh Alisa semakin mendekat,
kulitnya yang basah dan baju renang yang lembap menempel di samping tubuh
Masachika──
“Di situ
disiram pake air dingin! Dorr!!”
Air dingin
yang disiramkan dengan semangat menghapus segala udara dan rasa.
Saat Masachika
mengangkat wajahnya dengan air menetes dari rambut depannya, ia melihat Elena
yang memegang pistol air di kedua tangannya dan tersenyum dari dalam kolam
renang.
“Waktu
bersenang-senang sudah berakhir! Sekarang waktunya perang air tanpa belas
kasihan!”
Saat Elena
mengumumkan itu, Masachika melihat ke belakangnya, di mana kelompok yang
terpisah untuk pertandingan kavaleri sudah siap dengan pistol air
masing-masing, menunggu waktu untuk bertempur.
“Umm,
Sayaka-san. Jika kamu mau, silakan ambil pistol air besar ini.”
“Tidak
apa-apa. Aku pernah menyelesaikan misi Shime Saba tanpa terkena damage dengan
pistol.”
“Hmm~ jadi apa
boleh kalau kita mencoba menembak ke arah mata?”
“Nonoa-san?
Bukankah biasanya menembak mata itu tidak boleh?”
“Pandanganku
jadi terhalang saat basah... mungkin lebih baik kalau aku melepas kacamata.”
“Jangan
lakukan itu, Hiiragi-san. Kamu dilarang melepasnya saat Onee-sama tidak ada di
sini.”
“Hei~ hei~!
Bagaimana jika kita mencampurkan saus tabasco ke dalamnya?”
“Ya, ya,
Ayame, kita harus membedakan antara permainan dan pembunuhan.”
Dengan
semangat dari teman-teman di belakangnya, Elena tersenyum lebar dan mengulurkan
pistol airnya kepada Alisa.
“Ayo,
kapten! Waktunya berperang!”
Alisa
diam-diam mendekati Elena, yang mengundangnya ke medan perang dengan senyuman
yang sangat manis, dan menerima pistol air── dan mengarahkan larasnya langsung
ke wajah Elena.
“Eh?”
Menyaksikan
senyuman baik Elena membeku... dan semprotan air yang sama sekali tidak memberi
kata ampun diarahkan ke wajahnya dari jarak dekat.
“Abababababebebobobo!”
Tanpa
memberi kesempatan untuk bernapas, air terus disemprotkan hingga tangki kosong.
Akibatnya, Elena mengapung di permukaan air sebelum perang dimulai. Rambut panjangnya
yang diikat bergetar di permukaan air.
“A-Alya-chan?”
Alisa yang
memiliki aura yang sangat mencolok bahkan membuat Maria sedikit mundur,
berbalik ke arah Masachika dan tersenyum.
“Kalau begtu,
mari kita mulai.”
Dengan
senyuman dari pasangan yang sedikit menakutkan ini.
“... Oh.”
Masachika
pun hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan pasrah.
Dengan
demikian, tim Kujou yang kehilangan satu anggota karena tembakan teman sendiri,
tetapi berkat penampilan luar biasa dari sang kapten, perang pistol air menjadi
sangat seru. Kecuali satu orang yang menjadi mayat mengapung, ikatan di antara
tim Kujou/Kuze semakin erat.