Chapter - 15
Sekarang adalah hari Minggu.
Hari ini aku tidak bekerja
part-time, jadi sekarang adalah waktu luangku setelah sekian lama. Aku
berpikir untuk mengajak teman-temanku untuk pergi ke karaoke.
"Hei ~ Yoshiki
~."
Pintu kamarku mendadak
terbuka dan ayahku, yang terlihat
seperti zombie, sedang berdiri di sana, dia memanggilku dengan suaranya
yang terdengar seperti sedang sekarat.
Dia mempunyai kantung mata
di bawah matanya, kulitnya pucat tak alami, dan tampak kurus, seolah-olah dia
tidak memiliki jiwa. Seperti yang aku katakan sebelumnya, ayahku adalah
seorang mangaka yang memiliki seri mingguan.
Dia harus memikirkan karya manga-nya
setiap hari sepanjang tahun dan dia jarang mendapat istirahat.
Dengan demikian, tidak
mengherankan bahwa saat ini dia terlihat mengalami keadaan yang buruk.
"Apa yang salah? Apa
Ayah tidak bisa menepati waktu deadline?"
"Tidak, aku bisa
istirahat minggu ini, jadi aku bebas."
"Oh, menakjubkan
sekali. Menyelesaikannya sebelum deadline? Sudah
setahun terakhir hal ini terjadi, kan? "
"Jangan bodoh, sudah
sekitar 5 tahun."
"Kupikir ayah tak
perlu mengoreksiku jika memang seperti itu ... Dan? Apa Ayah butuh sesuatu
dariku?"
"Uhh, sedikit, aku
ingin kau membantuku"
Setelah mengatakan itu,
ayahku menatapku. Dia menatapku dengan kuat dengan alisnya yang tebal, itu
membuatku merasakan banyak tekanan. Namun, karena dia orang yang serius
dan berbicara kepada orang sambil menatap mata mereka, jadi ya apa boleh buat...
"Yeah, Baiklah."
Aku membalasnya tanpa
mengalihkan pandanganku.
******
"Di sini, kau bisa
masuk."
"Maaf mengganggu..."
Tempat dimana aku dibawa
Ayahku ialah sebuah ruangan di lantai lima sebuah apartemen, berlokasi sejauh
satu stasiun dari rumah. Ini adalah tempat kerja ayahku, yang pernah aku
kunjungi dulu.
Di dalam ruangan tersebut, tersusun
dengan rapi berbagai macam manga yang berbeda. Koleksi tersebut termasuk
juga manga yang telah digambar oleh ayahku. Di belakang, terdapat meja
kerja yang disiapkan bagi mangaka bersama dengan alat untuk menggambar yang
tertata rapi di atas meja.
Aku pernah memikirkan ini
sebelumnya, tapi tempat ini benar-benar menakjubkan. Ini memberikan kesan sebagai
tempat kerja profesional, sampai-sampai aku bertanya-tanya apakah seorang
amatir seperti diriku benar-benar diizinkan untuk masuk.
Sementara aku memikirkan
ini, ayahku duduk di depan meja terbesar di dalam ruangan ini. Kemungkinan
besar di situlah ayahku melakukan tugasnya.
Kemudian, Aku duduk di
sofa.
"Yoshiki, maaf telah
mengajakmu saat waktu senggangmu."
"Tidak masalah. Sudah
sekian lama sejak aku mengunjungi tempat kerja Ayah jadi aku cukup senang.
"
"Begitu ya…"
Setelah mengatakan itu,
ayahku terdiam. Setelah menunggu sesaat, dia mulai berbicara kembali.
"Jadi, pada dasarnya, aku
ingin kau membantuku melakukan brainstorming
untuk pekerjaanku selanjutnya."
"... Eh?"
"Kumohon! Bantu
Ayah!"
Ayahku menundukkan kepalanya
saat meminta bantuan padaku, tapi aku masih belum mengerti apa yang sedang
terjadi sekarang.
"Tunggu, serial baru ...
bagaimana dengan serial Ayah yang sekarang?"
"Tentu seri tersebut
masih akan dilanjutkan. Namun, aku mendadak diberitahu oleh kepala
redaksi, Jadi aku kira sudah waktunya untuk memotong seri tersebut dan memulai
yang baru! "
"Jika Ayah menolak
..."
"Aku tidak
bisa. Sejujurnya, seri yang sekarang berada dalam posisi buruk. Pemimpin
redaksi memberiku kesempatan. Aku ingin menuliskannya dengan benar. "
"Namun tetap saja, aku
pikir Ayah pernah mengatakan bahwa mengakhiri sebuah seri adalah hal yang sulit
dilakukan."
"Aahh itu benar, tapi
aku harus melakukannya."
Matanya tidak berubah saat
mereka menatap lurus ke arahku. Melihat matanya, aku baru saja akan
menyerah saat rasa ragu mendadak masuk ke dalam diriku.
"Aku tidak terlalu
keberatan untuk memberi saran, tapi kenapa ayah memilih aku?"
"Yah, kau tahu serial
baru ini akan bergenre komedi romantis, dan ini sangat sulit untuk
ditulis. Jika aku ingat dengan benar, kau sedang menulis sebuah novel, dan
genrenya adalah komedi romantis, bukan? "
"Ahh, yeah."
Memang, aku sedang menulis
novel. Meski begitu, itu bukan pada tingkat profesional. Aku hanya
menulisnya sebagai hobi. Tidak ada orang yang mau membacanya, tapi menulis
hal itu adalah pengalaman yang sangat menyenangkan.
Aku hanya memberitahu
ayahku tentang hal ini. Lagi pula, orang lain seperti teman-temanku di
sekolah, adikku, atau ibuku akan sangat memalukan untuk memberitahukan hal
semacam ini.
"Seperti yang aku katakan
tadi, aku benar-benar tidak memiliki ide yang menarik untuk sebuah komedi romantis."
"Begitu ya, komedi
romantis ..."
Aku punya banyak ide untuk genre
komedi romantis, tapi kebanyakan ide tersebut hanya untuk novel, jadi aku tidak
tahu seberapa menariknya mereka sebagai manga. Ketika mengenai storyboard, ayahku seharusnya lebih baik
dalam hal ini.
Jadi, daripada memikirkan
ide untuk komedi romantis, aku pikir menjelaskan aspek komedi romantis itu sendiri
akan lebih membantu. Jadi Ayahku bisa memikirkan ide ceritanya sendiri
nanti.
Misalnya, aku bisa
memberinya karakteristik heroine*,
atau membantu menggambarkan karakter utama. Dengan pemikiran itu, aku
mulai dengan menjelaskan kepadanya karakteristik apa yang aku percayai sebagai heroine yang mempesona. (*TN : karakter utama wanita)
Meski penjelasanku cukup
panjang, namun ayahku mendengarkannya dengan saksama. Dengan itu, waktu
berlalu dalam sekejap mata. Dan sekarang sudah jam 5 sore.
Setelah menyelesaikan
pembicaraan kami tentang komedi romantis, aku beristirahat dan meminum
teh. Ayahku juga minum teh, sambil menggerakkan pensil tajamnya. Sepertinya
dia akan memulai manganya.
"Omong-omong, kudengar
kau baru saja memiliki pacar?"
"Yeah, apa ibu tidak
memberitahukannya? Aku sudah mempunyai pacar sekarang. "
Saat aku menjawabnya, dia
mengalihkan pandangannya dari apa yang sedang dia kerjakan dan menatap diriku. Tatapannya
tidak memiliki banyak kekuatan di dalamnya. Malah sebaliknya, rasanya
sangat lemah.
"Apa itu…..benar?"
"Yeah."
"… Sekarang juga. Hubungi
pacarmu sekarang juga. "
"Eh? Kenapa?"
"Bukannya sudah
jelas!"
Ayahku mulai berdiri saat
dia mengatakannya. Entah mengapa, dia mirip sekali dengan ibu dalam aspek
ini.
"Aku ingin memberinya
rasa terima kasihku. Untuk mau berpacaran dengan anak laki-laki seperti
ini! "
"Berbicara tentang
anakmu sendiri seperti itu ... Baiklah, jika Ayah mengatakannya seperti itu, kurasa
setidaknya aku akan menghubunginya."
Jika Mamiko, dia
kemungkinan besar sedang nongkrong bersama teman-temannya ... Sambil memikirkan ini, aku
menghubungi Mamiko, tapi dia langsung menanggapi dengan "aku akan segera
kesana!".
Ah, kurasa dia sedang
banyak waktu luang ...
"... Pacarku,
sepertinya dia akan datang."
"Oooooh, souka, souka! Kurasa aku akan
membersihkan tempat kerjaku sedikit! HA HA HA!"
"Y-iya, aku kira
begitu ..."
Aku hanya bisa mengangguk
pada ayahku yang mendadak bersemangat.
*****
Hari ini, aku pergi ke
tempat les sejak pagi hari.
Seperti yang kupikir,
menjadi seorang siswa sangatlah sulit. Tapi, aku harus berjuang keras. Karena
aku ingin pergi ke sekolah yang sama dengan Anii
... (TN: panggilan untuk kakak laki-laki)
Dengan pemikiran itu, aku
menuju ke stasiun dari tempat les-ku. Tempat les-ku berjarak satu stasiun
yang paling dekat dengan rumah. Ini dekat dengan tempat kerja
ayahku. Terkadang, aku menuju ke tempat kerjanya untuk sekedar bersantai.
Namun, sekarang adalah hari
Minggu. Ayahku biasanya berada di rumah pada hari Minggu dan tidak di
tempat kerjanya. Itulah yang aku pikirkan, tapi dalam perjalanan pulang, aku
bisa melihat cahaya yang datang dari tempat kerja ayahku.
Mungkinkah dia sekarang
berada di tempat kerjanya? Atau mungkin dia lupa mematikan lampu? Aku
memikirkan banyak kemungkinan yang berbeda, tapi untuk saat ini, aku akan
kesana untuk memeriksanya. Jika dia memang ada di sana, ayo pulang dengan
ayahku untuk sebuah perubahan.
Aku mulai bersenandung saat menuju ke tempat
kerja ayahku.
ntabs !! njut min
BalasHapuslanjuut min, btw cepet amat translatenya wkwkwk
BalasHapusLagi senggang aja :D biasanya sibuk nugas ngampus
HapusWah apakah ayahnya akan masuk ke Harem-nya Yoshiki? (〃゚3゚〃)🤣
BalasHapus