Tada, Sore Dake de Yokattan Desu Chapter 03


Translator : Kaito
Editor : Utsugi
Chapter 3 - Senjata Rahasia
           
Sudah waktunya untuk kemunculan senjata rahasia.
"Sayopon, Sayopon, Sayopon, Sayopon, Sayopon, Sayopon, Sayopon, Sayopon, Sayopon, Sayopon." Jadi aku terus meneleponnya, mungkin sebanyak puluhan kali, namun dia tidak menjawab. Kurasa, aku akan terus meneleponnya ratusan kali.
Itu karena aku tidak punya pilihan lain. Aku memanggil semua teman-temanku di kampus, dan meminta mereka untuk memberiku petunjuk yang memungkinkan, tetapi mereka semua menolakku, meninggalkanku seperti biasanya.
Namun, aku mengumpulkan semua peristiwa yang aku tahu secara kronologis, dan menyadari bahwa dengan informasi yang diberikan, aku tidak bisa menyimpulkan kebenaran masalah ini.
1. Kepala Sekolah memulai Tes Kekuatan Manusia yang aneh ini.
2. Pada bulan November, ada pembullyan yang terungkap di internet yang dimulai oleh Sugawara, kepada empat teman sekelasnya, termasuk Masaya yang juga ikut dibully.
3. Pihak Sekolah dan para Ibu korban memutuskan untuk menghukum Sugawara,  mengawasinya, dan mencoba yang terbaik untuk mengisolasi dirinya dari Masaya.
4. Pada bulan Desember, Masaya mengalami gangguan jiwa, dan bunuh diri.
Bagaimana aku bisa menyimpulkan ini? Karena kurangnya informasi hampir membuatku menjadi gila.
Namun yang paling sulit adalah poin ke tiga dan empat. Bagaimana Taku Sugawara mendorong Masaya ke dalam keputusasaan? Tidak ada yang dapat memberitahu tentang masalah Sugawara, ini tidak beres.
Ditinggalkan dengan sedikitnya pilihan, aku memutuskan untuk meminta pertolongan kepada Senjata Rahasia Sayo, yang sering dikenal sebagai 'Sayopon', meskipun aku tidak dapat menghubunginya. Sayo dan aku memasuki universitas yang berbeda, tetapi kami adalah teman semasa kecil, dan dari SD, SMP, hingga SMA, dia sering membantuku, karena aku tidak pandai dalam hal belajar.
"Diamlah! Berhenti meninggalkan pesan suara untukku seperti kutukan, dasar idiot!"
Setelah menggumamkan Sayopon seratus kali atau bahkan lebih, akhirnya dia mengangkatnya.  suaranya kasar seperti biasanya.
"Jadi mengapa kamu memanggilku 'Sayopon' setiap kali kamu menelponku?"
"Sayopon, dengar, Sayopon."
"Apa kamu mengabaikanku sekarang?"
"Kamu tahu tentang apa yang terjadi pada adikku, kan? Aku sedang menyelidiki hal itu sekarang ..."
Setelah itu, aku menceritakan semua yang aku pelajari dari wartawan dan orang tuaku kepada Sayo. Aku mengatakan semuanya tanpa memilah-milah informasi yang aku dapat, dan semakin aku bercerita, semakin aku menjadi bingung.
Namun, "Jadi, begitu," Sayo berkata begitu saat dia mendengar semuanya dariku.
"Yah, aku sudah menonton beritanya, jadi aku punya gambaran kasar tentang apa yang terjadi."
"Aku ingin mendengar pendapatmu, Sayopon."
Kataku, tetapi tidak ada suara dari sisi lain telpon. Sepertinya dia juga frustasi, dan setelah itu, terdengar desahan berat.
"Ini hanya sudut pandang dari orang luar yang normal," Sayo menambahkan sebagai kata pengantar, "Tapi secara logis, Masaya dan yang lain seharusnya tidak dibully oleh Sugawara, ‘kan?"
"...Apa maksudmu?" Tanyaku, merasa bingung.
"Eh, jangan marah padaku. Aku hanya merasa bahwa seseorang seperti Masaya tidak mungkin takut pada anak SMP. Aku menebak bahwa Sugawara mengatakan kalimat kontroversial" Pembullyan adalah sebuah penemuan baru "untuk menarik perhatian kepada dirinya sendiri. Dalangnya seharusnya adalah orang lain, kan? "
"Dalangnya ... ada kemungkinan seperti itu. Tapi, ada sesuatu yang aneh di sini."
Aku tidak berpikir itu adalah teori yang buruk, tetapi aku memiliki keraguan.
"Dengan asumsi bahwa ada dalang di balik kejadian ini, mengapa Masaya hanya menyebutkan Sugawara dalam surat wasiatnya?"
Itu benar, disitulah semuanya menjadi rumit. Dengan asumsi bahwa Masaya tidak pernah melihat kemungkinan adanya orang lain, pemuda ini, seorang siswa yang bernama Taku Sugawara, telah melakukan tindakan pembullyan kepada mereka 'seorang diri’. Terlebih lagi, seorang anak SMP diawasi dengan ketat selama sebulan sebelum Masaya bunuh diri.
Aku berada di jalan buntu, dan menghela nafas. Sayo juga tampak sama, dan dia mengeluarkan gerutuan seperti beruang.
"Ah, aku tidak mengerti. Tidak sama sekali. Hei, selain Masaya, masih ada tiga siswa lainnya yang dibully untuk bersaksi di sekolah, ‘kan? Apa yang mereka katakan?"
"Mereka bilang kalau mereka diganggu oleh Taku Sugawara, tapi mereka tidak mengetahui tentang apa yang terjadi setelah peristiwa bullying, itu saja. Mereka tampaknya takut pada sesuatu, dan mengatakan bahwa mereka hanya mengetahui sampai disini."
"Begitu ya..."
"Kurasa kita hanya bisa mendengar dari siswa lain yang terlibat. Aku ingin tahu apakah ada yang mau memberitahuku mengenai hubungan antara Taku Sugawara dan Masaya."
"Ya ... Taku Sugawara ..."
Sayo berhenti sejenak, dan terdiam. Sepertinya dia sedang berpikir keras. Ada saat-saat di mana dia tiba-tiba terdiam dan termenung di dunianya sendiri. Aku tidak dapat mendengar suara orang lain, jadi aku hanya bisa menghabiskan waktuku dengan mengetuk belakang layar smartphone-ku.
Setelah beberapa saat, "Baiklah!" Ada suara yang tegas dari sisi lain telepon.
"Sanae, biarkan aku membantumu menyelidiki ini."
Aku bisa mendengar suara napas Sayo dari ujung yang lain.
"Aku pernah bermain dengan Masaya beberapa kali. Aku tidak bisa membiarkannya berakhir seperti ini."
"Ohh, apakah ada masalah? Aku baru saja akan meminta bantuanmu."
"Eh ... aku memang mempunyai pendapat tersendiri tentang masalah ini, dan, itu hanya terasa bahwa ..." Sayo tampak ragu-ragu untuk terus berbicara, dan berkata, "Yang paling penting, aku mengkhawatirkanmu."
Mengingat kepribadiannya yang seperti biasa, kata-kata ini terlalu lembut dari teman masa kecilku, dan itu mengejutkanku.
"... Maaf membuatmu khawatir."
"... Aku merasa cemas. Bagaimana tidak, ketika adik laki-lakiku yang lebih kecil meninggal? Kau tidak memaksakan untuk tersenyum saat ini, kan?"
"Hm, sedikit."
"Jangan memaksakan dirimu sendiri. Apa pun yang membuatmu tidak senang, katakan saja padaku. Kau tampak suram di tweet FB-mu sejak tahun lalu. Hei, kudengar kau putus."
"Oh ... terima kasih. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa. Yang lebih penting adalah tentang Masaya."
"Aku mengerti ... kalau begitu aku akan sedikit serius."
Aku bisa membayangkan Sayo menunjukkan senyuman tak kenal takut dari sisi lain telepon.
Benar, aku senang punya teman yang sangat mengenalku. Pada saat yang sama, aku mendapatkan dukungan yang kuat.
Aku merasakan kehangatan muncul di dalam hatiku, dan setelah berterima kasih padanya, aku menutup telepon.

uuuu

Sejak hari dimana Sayo memutuskan untuk membantuku, dua hari telah berlalu, dan lagi, dia meneleponku.
“Seperti yang kuduga, menghubungi orang tua korban hanya akan membuatku menerima penolakan. Namun, tampaknya ada beberapa anak yang mau mengatakan sesuatu.”
Sayo memulai percakapan tanpa awalan apa-apa. "Ya." Namun, apa yang dia ucapkankan adalah apa yang paling aku harapkan.
“Eh? Itu berarti?"
"Berjalan dengan lancar. Kami akan bertemu di stasiun sepulang sekolah hari ini. Apa kau mau ikut? "
"Tentu saja! Seperti yang diharapkan dari senjata rahasiaku. ”
Aku menanyakan Sayo tentang rinciannya, dan sepertinya siswa dari SMP Kuzegawa 2 adalah teman dari teman adiknya, teman sekelas Masaya. Aku tidak pernah menduga bahwa dia bisa meminta seseorang untuk bertanya. Seperti yang diharapkan, dia memiliki koneksi sosial yang tidak pernah aku miliki.
“Aku tidak pernah berpikir Ia akan setuju. Jika itu aku, Siswa itu pasti akan terkejut dan menolakku begitu aku mengungkapkan bahwa aku adalah kakak perempuan Masaya... ”
“Serius, kamu ini  terlalu jujur ​... kamu harus menjaga mulutmu ketika berada di sana.” Sayo memberikan pernyataan mengejutkan, “tapi kita bisa bertanya padanya tanpa adanya orang dewasa. Mungkin para siswa di kelas tahu sesuatu. "
"Hm, jadi sebaliknya, pembullyan itu penuh dengan misteri ..."
"Aku serahkan kepadamu. Sudah tugasmu untuk mencari tahu tentang kebenarannya."
Aku mengangguk, mengucapkan terima kasih sekali lagi, dan menutup telepon.
Aku menyeduh kopi, lalu berjalan menuju ruang tamu, bermaksud memilah apa yang akan aku tanyakan selanjutnya. Pada titik ini, aku sudah pindah dari apartemen ke rumahku sendiri. Pada dasarnya jarang ada mata kuliah di semester kedua dan lebih baik tidak tinggal terlalu jauh dari SMP Kuzegawa jika aku ingin menyelidiki kasus Masaya.
Lalu ketika aku mencoba mengingat di mana biji kopi di rumah berada, dan turun ke bawah. Aku menemukan ibu duduk di ruang tamu. Dia memiliki rambut panjang yang disisir ke bagian belakang kepalanya, tengah menghadap ke komputer, dengan panik mengetik sesuatu.
"Bu, apa yang kamu lakukan?"
Aku bertanya, dan ibu mengangkat kepalanya, menunjukkan senyuman lelah.
"Internet."
"Apa?"
“Ini adalah perkumpulan tentang cara meningkatkan pendidikan sekolah, tetapi nama itu belum diputuskan. Kita harus membuat Sekolah SMP Kuzegawa 2 untuk bekerja keras, sehingga korban seperti Masaya tidak akan terjadi lagi. Untuk melakukan itu, Kamu tahu bahwa aku harus muncul. ”
Memang benar bahwa ibu siswa yang bunuh diri memiliki alasan yang meyakinkan untuk melakukan ini. Ibu berniat untuk mengubah sekolah ini, bahkan tidak memberikan penolakan  terhadap fakta bahwa Masaya sudah meninggal. Dia terlalu banyak mengetik tidak seperti biasanya. Aku dapat mengatakan dari wajahnya bahwa dia terlihat jauh lebih tua setelah Masaya meninggal.
“Kita harus menghukum Taku Sugawara dengan keras. Penghakiman pada si iblis sangatlah diperlukan. ”
Dia bergumam marah di saat dia sedang mengetikkan perkataannya.
“Masaya benar-benar dibunuh olehnya. Namun, pertempuranku dengan iblis itu belum berakhir. Aku pasti tidak akan memaafkanmu. Aku pasti akan mencabik-cabikmu, membuatmu putus asa, membunuhmu, dan menghancurkanmu. ”
Kata-kata seperti itu tampaknya tidak berasal dari ibuku, dan aku sedikit takut.
Ini menyebabkanku mengingat kata-kata Taku Sugawara:
"Revolusi belum berakhir."
Apakah insiden ini sudah berakhir? Atau baru saja dimulai?
Aku mempunyai firasat buruk tentang ini.

zzzzz

Orang yang Sayo kenalkan padaku bernama Kouta Katou.
Kesan pertama dari dirinya adalah dia seorang bean sprout. Ini pertama kalinya aku bertemu orang seperti itu dengan julukan yang cocok, dan aku benar-benar ingin mengubah lokasi dari kafe ke kedai nasi mangkuk daging sapi. Tidak, aku harus menerimanya dengan lapang dada! Dia tinggi dan memiliki tubuh yang kurus, wajah yang terlihat seperti kehabisan darah, mulutnya setengah terbuka, dan mengenakan kacamata model lama. Tidak peduli bagaimana aku melihatnyanya, dia adalah Bean sprout.
(E/N : bean sprout : lemah, letoy, pendek, kurus, kurang gizi. Ingat Manga atau anime Nisekoi dimana Raku Ichijo di panggil Chitoge dengan sebutan Tauge,…)
Aku membawanya ke sebuah kafe yang tampak tua dengan beberapa renovasi disana-sini. Ini adalah tempat yang menjual secangkir kopi dengan harga 600 Yen. Di dalam toko, kami duduk di tempat yang redup dimana terkena sedikit sinar matahari.
Ia memesan limun panas, sedangkan aku memesan kopi panas. Begitu minuman kami disajikan, aku mengawali pembicaraan, dan mulai mengajukan pertanyaan.
“Pertama, terserah apapun itu, tapi apa kau keberatan memberiku pendapat tentang mereka berdua? Apa yang berkesan dari Kishitani dan Sugawara berikan padamu, Katou? ”
Pertama, aku memulai pembicaraan dengan ini.
"Ya," Katou mulai berbicara.
Aku akan mulai bertanya dari yang mudah. Aku memiliki kesan yang samar-samar tentang kepribadian Taku Sugawara yang mengerikan, tetapi aku ingin menegaskan hal ini untuk diriku sendiri. Dan juga, aku tidak tahu bagaimana sifat Masaya di sekolah.
“Masa, ahh, itu panggilan Masaya Kishitani. Sederhananya, pria itu sangat populer. Jika ada aktivitas, Ia pasti akan menjadi satu-satunya pengorganisasi, dan nilainya setingkat di atas kita. Semua orang benar-benar memperhatikan pria itu. Ahh, tentu saja, aku juga sangat menghormatinya. Aku tidak pernah berpikir bahwa Ia akan menjadi korban pembullyan. Rasanya seperti tidak ada hubungannya dengan pembullyan, di kedua sisi. ”
"Yah, seperti yang diharapkan."
Ini seperti yang aku pikir. Tidak berbeda dengan Masaya di rumah.
"Lalu bagaimana dengan Sugawara?"
Katou mengerutkan kening, dan perlahan berkata,
“Hm, tidak, Sugawara… untuk mengatakannya. Ia, bukanlah pria yang suram, tapi mungkin lebih seperti tidak ceria. Aku tidak berpikir Ia benar-benar dibenci, tetapi dalam hal apapun, Ia hanya tidak memiliki hawa kehadiran. Ia mungkin pria yang paling tidak mengesankan di kelas. ”
"Hm?"
Itu tidak terduga. Dari apa yang aku dengar dari berita dan sekolah, Ia seharusnya siswa SMP yang arogan dan eksentrik. Aku mengulurkan tanganku, memotong kata-kata Katou, dan berkata,
“Apa maksudmu tidak mengesankan? Apa Ia berbeda dari penggambaran media masa tentang dirinya sebagai iblis? ”
“Ya, Ia sangat menakutkan. Kami tidak tahu apa yang Ia pikirkan. Tapi Ia bukan siswa nakal. Ia bodoh, dan buruk dalam olahraga. Ia adalah tipe orang yang suka membaca manga dan novel sendirian selama istirahat siang. ”
"Dan ... apa lagi?"
“Ya, dan juga, Ia sepertinya tidak tertarik pada orang-orang di sekitarnya. Atau bisa dibilang, Ia tidak pernah tertarik pada orang lain. Bahkan jika kita berbicara dengannya, kita hanya akan diabaikan olehnya. Itu berbeda dari anthrophobia. Dia mungkin benar-benar iblis. Hanya memberi firasat buruk. ”
(E/N : anthrophobia : takut bertemu dengan orang lain atau takut bersosialisasi)
Setelah itu, Katou menekankan pada Taku Sugawara, “Dia benar-benar menjijikkan,” dan memenyegarkan tenggorokannya dengan limun panas.
Selama waktu itu, aku terus melihat buku catatan, dan mengingat perbedaan dalam Sugawara yang digambarkan. Taku Sugawara seharusnya menjadi iblis, "Kamu sendiri tidak akan cukup untuk menghentikan revolusi." Tapi apakah Ia benar-benar orang yang tidak mengesankan? Ada apa dengan perbedaan ini?
Aku benar-benar penasaran tentang itu. Tetapi aku meninggalkan pengambilan keputusan untuk nanti — sudah waktunya untuk topik yang sebenarnya.
Aku hanya mengambil beberapa catatan dan mengambil napas dalam-dalam, menghirup oksigen ke otakku, dan kemudian memutuskan untuk memilah kebenaran. Aku berkonsentrasi, dan memegang bolpoint, berkata, "Lalu ... apa kau tidak keberatan memberitahuku tentang pembullyan itu?"
Tapi dibandingkan dengan antusiasku, jawaban Katou sangat tidak jelas. Dengan menyesal, Ia menjawab.
"... Aku sama sekali tidak yakin dengan peristiwa itu."
Katou menundukkan kepalanya, dan bergumam.
"Apa yang terjadi? Apa kau mau bilang kalau tidak ada yang terjadi setelah Sugawara memukul seseorang dengan botol air? ”
Aku mencoba bertanya dengan pertanyaan yang lebih spesifik.
Tapi sekali lagi, Katou menggelengkan kepalanya.
“Tidak, bukan itu. Selama waktu itu juga, tidak ada yang tahu segalanya dari awal hingga akhir. Tidak ada yang benar-benar melihat adanya pembullyan, apakah itu sebelum pembullyan benar-benar terjadi, atau setelahnya. ”
"... Eh?"
Catatan kertas di tanganku hampir terjatuh, tapi aku berhasil meraihnya tepat waktu. Aku menyandarkan tubuhku di atas meja, menatap wajah Katou.
Lalu, aku bertanya,
"Apa maksudmu? Isi dari postingan di internet tentang memaksa orang untuk memakan bangkai serangga, dan punggung belakang mereka ditikam dengan jarum ... ”
“Aku bilang tidak ada yang melihat semua itu. Tidak ada yang menyadari kalau ada yang dibully, apalagi melihatnya. Sebelum konten tersebut diunggah ke internet, tidak, bahkan setelah diunggah ke internet, tidak ada yang menyadarinya. Tak seorang pun di kelas tahu bahwa ada pembullyan sampai Sugawara melemparkan botol air pada Kishitani. ”
Apa yang sedang terjadi?
Bahkan aku sendiri bingung.
Satu orang menggertak empat orang populer tanpa ada yang menyadari? Apakah itu mungkin?
Itu benar-benar konyol. Para siswa pasti khawatir ketika siswa populer menunjukkan wajah meringis, dan seharusnya ada banyak siswa yang bisa mereka ajak berdiskusi tentang ini. Tidak mungkin.
Ini menjengkelkan. Aku mengambil dua blok gula di sebelahku dan menjatuhkannya ke dalam kopi. Ini akan menjadi sangat manis, tapi tidak masalah karena aku memiliki gigi yang manis. Paling tidak, aku bisa menjernihkan pikiranku.
Setelah menyesap kopi, aku bertanya pada Katou,
"... Apakah benar-benar ada pembullyan?"
“Ada beberapa tanda, jadi itu mungkin. Pakaian olah raga Masaya dirobek sebelumnya...”
"Tanda, ya?"
"Masa, Shun, Taka, dan Kouji semua bersikeras bahwa mereka dibully, dan Sugawara mengakuinya ... mengingat bagaimana korban dan pelaku bullying mengakui hal itu, aku berpikir kalau itu benar-benar terjadi."
Pada kenyataan ini, yang bisa aku lakukan hanyalah mendesah.
Kupikir aku bisa sedikit mendekati kebenaran, tetapi aku gagal sepenuhnya. Tentu saja, itu bukan salah Katou, tapi itu sangat membosankan.
Dengan itu, aku tidak dapat menemukan petunjuk apa pun dari rumah korban, email, dan ponsel. Tidak mengherankan jika polisi dan sekolah menyerah tentang itu. Tidak ada bukti pasti bahwa Taku Sugawara mendorong Masaya ke dalam situasi keputusasaan.
Karena Katou tidak tahu apa-apa tentang kejadian pembullyan, tidak ada lagi yang perlu ditanyakan tentang hal ini. Yang bisa aku lakukan hanyalah memastikan apa yang sedang terjadi. Ini seperti aku melakukan pembersihan setelah gagal melakukan penyelidikan.
“Lalu,  tolong katakan padaku apa yang terjadi setelah serangan itu, setelah Sugawara memukuli Kishitani dengan botol air. Banyak yang bilang kalau Sugawara terisolasi. "
“Yah Sugawara dari awal sudah sendirian. Ah, tapi sepertinya Ia dibully oleh beberapa gadis. Ia membuat marah penggemar Masa, atau teman-temannya. Tapi bagaimanapun, ada sesuatu yang lebih menyakitkan di sana, ‘kan? Stasiun TV akan menayangkan bagian buruk dari sekolah ... ”
“Hm? Bagian yang buruk? "
Dan kemudian, Katou melanjutkan, ragu-ragu untuk berbicara.
"Selama satu minggu penuh, Sugawara dipaksa berlutut, dan kemudian diarak keliling sekolah."
"Hah?" Sekali lagi, aku hanya bisa mengucapkan kata-kata ini, dan tetap tertegun di sana. Aku tidak tahu apa-apa tentang ini sama sekali. Itu adalah pesan yang tidak terduga. Tidak, aku seharusnya mendengar tentang masalah ini, kurang lebih.
Dikatakan bahwa sekolah dan wali murid menghukum Sugawara dengan keras.
Tapi tidak ada yang memberitahuku bahwa itu sampai separah ini, rasanya sangat tidak adil.
“Aku mendengar ini semua diputuskan oleh sekolah dan para wali murid. Selama satu minggu penuh, dia dipaksa berlutut selama istirahat siang, mulai dari ruangan kelas tiga sampai ruangan kelas satu. Ini menyedihkan, bukan? Mereka mengarak si pembully di area sekolah di hadapan para siswa. ”
“Eh, tapi kenapa mereka melakukan ini? Ah, katakan saja apa yang kamu tahu, Katou. ”
“Mereka mungkin takut pada Sugawara? Ia menindas empat teman sekelas kami tanpa ada yang menyadari, tanpa ada yang tahu. Selama semua siswa tahu bagaimana penampilan Sugawara, semua orang bisa mengawasinya. ”
Itu terdengar masuk akal. Aku bisa meminta murid-murid untuk mengawasi Sugawara, mengawasi pelaku pembullyan yang tidak bisa dilakukan oleh guru. Apa memang di perlukan untuk mengaraknya di depan semua orang?
Apa ini masuk akal? Dan juga—
“Tolong katakan padaku apa yang terjadi setelah itu,” aku menekan perasaanku, dan bertanya, “Jadi, dari berlutut kepada Masaya, ah, tolong katakan padaku apa yang terjadi sampai Kishitani bunuh diri?”
“Tidak ada yang khusus, yang aku tahu hanyalah Masa mulai bertingkah aneh. Rasanya seperti Ia bersembunyi dari yang lain. Ia sepertinya tidak banyak tersenyum. ”
"Apa karena Sugawara melakukan sesuatu?"
“Aku sudah bilang tidak ada yang tahu ... semua teman Masa adalah musuh Sugawara. Tapi tidak ada yang tahu mengapa Masa berubah menjadi rusak. Satu-satunya penjelasan adalah Sugawara melakukan sesuatu ... ”
Rusak. Aku sama sekali tidak suka dengan deskripsi ini, tetapi dilain sisi aku tidak terlalu sabar untuk menyelesaikan masalah ini. Aku terus bertanya,
"Apa yang orang-orang lakukan saat melihatnya?"
“Tentu saja mereka khawatir. Lukanya yang memerah benar-benar tampak menyakitkan. Semua orang menindas Sugawara, dan melakukan yang terbaik untuk memisahkan Masaya dan yang lainnya dari Sugawara. Seluruh sekolah melindungi Masaya, memprotes Sugawara. "
"Semua orang ... tidak ada yang berdiri di sisi Sugawara?"
“S-Sebenarnya, sedikit berlebihan untuk mengatakan itu. Pasti ada beberapa yang akan mengasihani Sugawara. ”
Kasihan? Untuk Sugawara?
Aku mencoba bertanya, "Mengapa?"Aku minta maaf, nadaku sedikit kaku. Aku merasa ini menjadi sesuatu yang lebih kompleks.
Katou sepertinya kesulitan mengatakan sesuatu saat Ia menundukkan kepalanya,
“Yah, para senior dan junior yang tidak tahu apa-apa mungkin berpikir seperti ini. Dampak dari hukuman berlutut Sugawara terlalu mengejutkan, jadi tidak aneh ada yang memiliki kesalahpahaman. Juga, sudah ada beberapa orang di luar kelas kami yang membenci Masa. ”
"Hm, kenapa membenci Kishitani?"
Katou berkata,
“Ibu Masa sangat terkenal di sekolah. Dia adalah salah satu dari orang tua monster yang muncul di berita. Dia sering mengeluh tentang isi pelajaran, bagaimana ujian dinilai. Mereka yang tahu tentang itu benar-benar jijik karenanya. ”
Aku belum pernah mendengar ini sebelumnya!
"... Apa ibu Kishitani memang orang yang kejam seperti itu?"Aku melakukan yang terbaik untuk menekan perasaanku saat aku terus bertanya. Sudah waktunya bagi perasaanku untuk banyak mendengarkan hari ini.
“Hm, itu karena dia wakil ketua PTA, mungkin? Masa sendiri sepertinya sangat membencinya. Dia akan memprotes setiap kali ada guru yang mengkritik Masa karena lupa membawa sesuatu, atau bahkan ketika terkena luka gores. Luka gores itu bisa saja terjadi di rumah, namun dia menyalahkan sekolah. Masa akan menyembunyikan beberapa hal darinya, tetapi jika dia menemukan masalah, dia akan datang untuk mengeluh ke pihak sekolah. ”
(E/N : Parent and Teacher Association perkumpulan orang tua murid)
"…Jadi begitu."
Dan begitulah, aku mendengar berita menakutkan seperti ini.
Tenggorokanku terasa sedikit kering.
Paling tidak, ketika aku masih SMA, Ibu masih normal. Selama tiga tahun setelah aku memasuki universitas dan meninggalkannya, kepribadian Ibu berubah secara drastis.
Pikiranku teringat Ibu yang menggerutu tentang Taku Sugawara saat dia duduk di depan meja beberapa jam yang lalu.
Apa yang terjadi? Apa kunci dari masalah ini melibatkan ibuku?
Aku harus menanyakannya. Bertanya langsung kepada Ibu. Dia benar-benar terlibat dalam insiden ini; mana mungkin orang biasa sepertin dirinya tidak terlibat. Dan yang lebih penting, aku juga mempunyai masalah tersendiri.
Aku berterima kasih kepada Katou, dan berdiri dari kursi.
Lalu, Ia akhirnya menanyakan sesuatu.
“Erm, apakah aku mengatakan sesuatu yang aneh? Kau tampak aneh saat di tengah-tengah pembicaraan tadi. "
“Tidak apa-apa, kau tidak perlu memikirkannya. Kakak perempuan ini bertindak aneh setiap lima menit sekali. ”
“Ah, aku mengerti... lalu apa aku boleh mengajukan pertanyaan lain? Kau sedang menyelidiki insiden ini, bukan? Kau pasti tahu tentang pacar Masaya. Apa Kau tidak mendengar sesuatu dari berita yang beredar? "
Aku menaruh tasku di atas bahuku, dan berkata,
"Tidak, yang aku tahu hanyalah tiga hari sebelum Kishitani bunuh diri, dia jatuh dari tangga... dan belum sadar, ‘kan?"
“Ya ... aku juga hanya tahu tentang itu. Ada yang bilang pelakunya Taku Sugawara, tapi saat itu, Ia sedang berada di ruang staf ... ”
Benar, aku mengabaikan ini karena aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan tentang Masaya, tapi masih ada banyak misteri yang menyelimuti kejadian ini.
Pacar Masaya menuruni tangga tiga hari sebelum Masaya bunuh diri, dan dia kehilangan kesadaran.
Ini bisa dikatakan menjadi salah satu alasan mengapa Masaya bunuh diri, tapi itu mungkin hanya kecelakaan. Bagaimanapun, prioritas utamaku adalah menyelidiki Masaya.
Aku mengucapkan terima kasih sekali lagi, lalu beranjak pergi.

uuuu

Aku tidak langsung pulang ke rumah,
Karena aku belum menjernihkan pikiranku.
Aku tidak mendapatkan petunjuk lain tentang kasus pembullyan itu, tapi tak disangka, aku memperoleh informasi yang sangat penting. Sugawara dipaksa berlutut di depan semua orang sebagai hukuman, dan seseorang yang menjadi orang tua monster, adalah Ibuku dan Masaya.
Jadi untuk memilah-milah pesan-pesan ini, aku pergi ke toko baju yang sering aku kunjungi saat SMA, toko roti yang sangat aku sukai, di area perbelanjaan di dekat stasiun, berkeliaran tanpa tujuan. Rasanya setiap langkah yang aku lakukan, selalu berpindah-pindah tempat, dan aku penasaran apa aku sedang berjalan lurus atau... Eh? Arah mana yang ke selatan?
Apa yang membuatku kembali normal adalah panggilan telepon dari Sayo.
Saat aku mendengar suaranya, aku mulai menceritakan semua yang aku dengar dari Katou. Sayo mendengarkan dengan seksama, "Apa kamu baik-baik saja?" dan dengan suara tenang, dia bertanya padaku.
"Aku baik-baik saja. Aku merasa jauh lebih baik setelah mengatakannya,” jawabku. “Pemulihan berakhir. Waktunya memulai aktifitas. ”
"Jika kau bisa melakukan hal yang bodoh seperti itu, kurasa kamu memang baik-baik saja."
“Aku mungkin tidak cocok menjadi detektif. Kepalaku serasa mau meledak. ”
“Kita sudah tahu itu berabad-abad yang lalu. Selanjutnya, tentang ibumu. "
Sayo dengan tenang mengatakan pendapatnya tentang apa yang aku katakan,
"..."
Tetapi aku tidak bisa langsung menyetujuinya.
"Sanae, ada apa?"
“... Tidak, bukan apa-apa. Hm, Ibu mungkin menyembunyikan sesuatu dariku. Tidak mungkin dia melakukan sesuatu yang sangat aneh seperti membuat Taku Sugawara mengelilingi area sekolah sebagai hukuman. ”
Mengambil keputusan dari itu, aku mengangguk dengan kuat.
Ada banyak misteri yang membayangi insiden ini.
   Tak ada yang menyadari adanya pembullyan sampai ada yang terluka.
   Setelah terluka, Sugawara mendapat perhatian saat dirinya berlutut di depan seluruh sekolah.
Dan juga, Masaya yang bunuh diri.
Meski begitu, aku perlahan mendekati kebenaran masalah ini.
Selama aku bisa mengungkap misteri ini, itu akan baik-baik saja. Aku bisa mulai menyelidiki dari kontak yang aku miliki dengan Katou. Karena Ibu benar-benar terlibat dalam hal ini, aku bisa memulai dari sini. Aku akan mendekati inti dengan berbagai cara.
“Mungkin ini hanya sedikit, tetapi kebenaran masalah ini masih mengapung tak jelas. Kau harus bekerja lebih keras, Sanae. ”
Dorongan Sayo datang dari sisi telepon.
Sejujurnya, aku benar-benar mencoba yang terbaik untuk menjadi bersemangat, tapi ada rasa ketidaknyamanan. Setiap kali aku mendekati kebenaran masalah ini, hatiku akan bergejolak dengan perasaan yang seharusnya tidak aku miliki. Aku hanya bisa mencoba sebaik mungkin untuk tidak memikirkannya.
Mengenai hal ini, meskipun sedikit yang aku tahu.
Aku akan tahu lebih banyak tentang Masaya.
Sebagai kakak yang tidak berguna ini, aku akan—
"Benar, aku akan melakukan yang terbaik." Tapi meski begitu, aku juga sudah memutuskannya, "Ini demi Masaya."
Jika aku terus memikirkan bagian yang tidak mudah, tidak akan ada akhirnya.
"Hm, sikap yang baik," teman masa kecilku tertawa, "Tapi sebelum itu."
Sayo memikirkan sesuatu, dan berkata,
“Sanae, kirimi aku gambarnya."
"Hm?"
“Masaya, teman-temannya yang di-bully, dan Taku Sugawara. Pasti ada foto grup atau sesuatu, kan? Aku ingin melihat-lihat. Jika kita berbicara tentang pembullyan, penampilan juga merupakan faktor penting, kan? ”
“Ahh, benar. Tunggu sebentar. Aku akan menutup telepon."
Aku mengirim foto itu ke Sayo. Foto Masaya dan teman-temannya yang sedang  tertawa bersama, dan di sudut foto grup, Masaya terlihat bosan saat ia melihat lensa kamera. Kontras di antara mereka tidak disengaja, tapi aku mengirim dua foto itu.
Sayo dengan cepat menjawab.
Aku mengangkat telepon, dan dia berbicara dengan nada yang jauh lebih serius dibandingkan dengan biasanya.

"Sebelumnya, Aku pernah bertemu dengannya."
Dia berkata.
Tentu saja, aku bertanya siapa yang dia temui. Sayo segera menjawab,
"Aku pernah bertemu Taku Sugawara sebelumnya ..."
Dengan kata lain, dia benar-benar terlibat dalam masalah ini.
Terlibat dalam perang revolusioner Taku Sugawara.

Setelah beberapa hari aku memluai penyelidikan, ada bangkai kucing termutilasi yang  dikirim ke rumahku.
Dan pesan tertulis 'revolusi akan terus berlanjut' dilekatkan.
Seperti yang diharapkan, hal ini telah dimulai.
Perlahan tapi pasti.




close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama