Most Popular Girl Next to Me Chapter 12 Bahasa Indonesia


Chapter – 12

 

"Aku pulang ~"
"Ah, selamat datang di rumah."
Setelah sekolah usai, aku pun kembali ke rumah, setelah memasuki ruangan tamu, aku menemukan adik perempuanku yang sedang melamun. Dia terus menatap layar smartphone-nya. Saat dia menjawab sapaanku, ia tidak pernah mengalihkan tatapannya dari layar. Oleh karena itu, hal tersebut membuatku tertarik dengan apa yang sedang dia lakukan.
"Ada sesuatu yang terjadi?"
"Sepertinya Ibu bekerja lembur hari ini, jadi dia pulang agak malam."
"Benarkah? Lalu bagaimAna dengan makan malam nanti. Apa Ayah ada di rumah? "
"Dia ada di sini, tapi dia terlihat sangat sibuk."
Ayah kami adalah seorang mangaka, dan dia saat ini memiliki seri manga mingguan yang dia gambar. Dia biasanya melakukan pekerjaannya di sebuah apartemen sewaan, tapi dia merasa lebih mudah berkonsentrasi di rumah, jadi ketika dia memiliki banyak pekerjaan, dia berakhir menggambar di kamarnya.
Kemungkinan besar, hari ini adalah salah satu dari tipe hari itu. Ibuku pernah bilang bahwa sebaiknya tidak mengganggunya selama masa seperti ini. Namun, apa yang akan kita lakukan dengan makan malam? Jika Ibu tidak berada di rumah, maka kita bisa membelinya dari toko, pergi ke restoran keluarga, atau ...
"Tunggu, kenapa kau memakai celemek?"
Ya, untuk beberapa alasan, adik perempuanku sedang memakai celemek. Seolah-olah dia ingin memulai memasak.
Namun, kemampuan memasak adikku sangatlah buruk. Dia pernah sekali memasak hidangan yang rasanya sangat menjijikkan. Yah, aku memang sangat bersyukur bahwa dia sudah bersedia memasak, tapi aku lebih menyukai bahwa apa yang dimasaknya itu berada di tingkat dimana manusia masih bisa memakanannya.
Aku tetap menjaga pemikiranku untuk diriku sendiri saat adikku mulai berbicara.
"Memangnya kenapa? Yah, aku baru saja akan memasak. "
"Tidak, jangan lakukan itu."
"Hah? Mengapa?"
"Kau harusnya sadar akan kemampuanmu sendiri,kan. Apa kau tidak ingat saat ayah terpaksa cuti karena memakan masakanmu itu? "
Selama waktu itu, ayahku terpaksa cuti sakit selama 3 hari penuh, dan manga yang sedang dia kerjakan terpaksa libur untuk pertama kalinya. Kupikir adikku akan benar-benar merenungkan itu, namun sepertinya dia tidak pernah kapok untuk memasak lagi.
Setelah melihat bahwa aku sangat menentang tindakannya, adikku berbicara dengan suara samar.
"Baik…"
"Kau tidak tahu bagaimana cara memasak, jadi untuk hari ini, ayo kita pergi dan beli sesuatu dari toko."
"…Tidak. Aku ingin membuatnya. "
"Sudah aku bilang ..."
Aku hanya bisa menggelengkan kepala atas perilaku adikku yang begitu ngotot. Sejak kapan dia menjadi begitu keras kepala? Saat dia kecil, dia selalu mendengarkanku. Pandangan matanya begitu gigih. Karena aku tidak mengetahui cara lain untuk mengubah keputusannya, aku menyerah pada kebodohannya.
"…Baiklah. Lalu, aku akan menjadi subjek tes-mu. "
"Subjek tes? Harusnya ada cara lain untuk mengatakan itu, 'kan... "
Sembari terheran dengan apa yang telah aku katakan, adikku mulai mengeluarkan bahan dari lemari es dan mulai memasak. Jika aku melihat masakan misteriusnya, aku mungkin akan kehilangan nafsu makanku, jadi aku pindah ke ruang tamu, berbaring di atas sofa, dan menyalakan TV. Baru-baru ini, karena smartphone-ku, aku jarang menonton televisi, namun tetap saja menonton TV masih belum kehilangan daya tariknya.
Orang-orang di internet bilang bahwa layanan streaming seperti Youtube jauh lebih menarik, tapi aku mempunyai pertanyaan tentang itu. Memang, menonton Youtube jauh lebih menarik, tapi bisa menonton variety show di TV juga memiliki daya tariknya tersendiri.
Puluhan orang berkumpul, banyak biaya yang terlibat, dan banyak selebriti dari berbagai tempat yang jauh berkumpul hanya untuk satu acara. Tentu saja acara seperti itu akan jauh lebih menarik.
Dari lelucon, sampai tsukkomi, dan semua pengeditan yang masuk ke dalamnya, semua bagian menarik dari acara tersebut dikumpulkan ke dalam satu acara TV.
Meskipun aku berbicara tentang semua poin bagus dari TV, sejujurnya, aku juga banyak menonton Youtube. Lagi pula hal ini lebih nyaman dan mudah. Aku bisa menontonnya kapan pun yang aku mau.
Setelah terlalu banyak melamun, aku mendengar suara adikku yang memanggil dari dapur.
"Ini sudah selesai."
"Oh? Cepat sekali. Bahkan 10 menit pun belum sampai. "
"Yah, kali ini aku hanya membuat tamagoyaki." (TN: telur dadar)
"..."
Seriusan. Dia ini…
Memasak tamagoyaki untuk makan malam tidak terlalu bermasalah. Sungguh, tidak apa-apa, tapi bukankah itu terlalu ringan? Kurasa itu lebih baik apabila ditambah dengan sesuatu yang lebih terasa seperti makanan, misalnya daging atau sejenisnya. Nah, ini mungkin waktu pagi hari di suatu tempat di Inggris sekarang, jadi ayo kita pikirkan yang seperti itu saja.
"S-Silahkan dimakan ..."
Saat aku mencoba menafsirkan proses pemikiran misteriusnya, adik perempuanku, yang merasa sedikit cemas dengan pipinya yang memerah, perlahan meletakkan piring di hadapanku. Dia bahkan menyiapkan sumpit untukku.
Melihat apa yang dibuatnya, itu nampak terlihat seperti tamagoyaki yang normal. Walaupun ini tidak sebanding dengan apa yang dijual di toko, tapi setidaknya masih ada bentuknya dan juga tidak terlihat ada gosong di manapun.
Makanan yang dibuat adik perempuanku, tidak gosong saja sudah menjadi pujian tertinggi untuk itu. Aku mengambil sumpit dan perlahan-lahan memasukkan tamagoyaki ke dalam mulutku. Pada saat itu, akal sehatku terbang keluar jendela.
Itu karena tamagoyaki yang dibuat adikku terasa enak. Tidak, kemungkinan besar, rasanya bukan yang enak semacam itu. Ini hanya pada tingkat di mana, jika orang normal membuatnya, seseorang akan mengatakan "Ini tidak terlalu buruk".
Namun, ketika aku berpikir bahwa adik perempuanku yang membuatnya, itu  pada tingkat di mana kau mungkin akan berpikir bahwa  bencana besar akan segera terjadi. Entah mengapa, air mata mulai mengalir dari di pipiku.
"Ini enak…"
Tanpa sadar, aku mengucapkan kata-kata itu.
"Benarkah!? Apa rasanya benar-benar enak!?"
Mendengar itu, adikku membuat ekspresi yang menunjukkan bahwa dia sangat senang sekali dari lubuk hatinya saat dia mendekatiku. Sudah lama sekali sejak aku melihat adikku seperti ini.
"Yeah, ini enak. Akhirnya, kau sudah bisa memasak sekarang. "
Aku juga senang dan berakhir memberinya elusan di kepala.
"Y-yeah ... terima kasih ..."
Setelah mengatakan itu, adikku bergerak sedikit menjauh dariku. Wajahnya juga sedikit memerah. Apa ada yang salah? Dia begitu bersemangat tadi. Dengan tetap posisi seperti itu, adikku mulai berbicara lagi.
"U-umm, mana yang lebih baik? Tamagoyaki yang buatanku, atau yang dibuat pacarmu? "
Ini sangat mengejutkan.
Aku tak berpikir bahwa adikku akan menanyakan hal seperti ini pada diriku. Mengapa dia menanyakan hal ini padaku?
"Tentu saja, buatanmu yang lebih baik. Nah, jika membicarakan bento secara keseluruhan, maka pacarku yang lebih baik. "
Aku merasa sedikit malu saat aku mencoba mengalihkan pandangan adikku. Lagi pula, membual tentang pacarku sendiri kepada keluargaku terasa sedikit memalukan. Namun, adik perempuanku tidak peduli akan hal itu, dan terus melanjutkan pembicaraan.
"Aku melakukannya, yay! Untung saja aku berlatih sepanjang waktu ... "
Tampaknya dia sangat senang karena dia menggerakkan tangannya keatas dan kebawah dengan sangat cepat. Yah, kurasa tidak apa-apa untuk saat ini.
Setelah itu, karena dia merasa sangat senang setelah mendengar rasa  masakannya terasa enak, adikku membuat lebih banyak tamagoyaki lagi. Dia membuat sampai melebihi apa yang bisa dia makan sendiri. Maksudku, kau tidak perlu membuat sebanyak itu ...
Dan Juga, aku juga merasa cukup bosan dengan rasanya.....

close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama