Most Popular Girl Next to Me Chapter 13 Bahasa Indonesia



Chapter – 13

Seperti biasa, Hari ini juga, aku bersepeda menuju stasiun terdekat.
Sekarang sudah memasuki bulan Juli, dan cuaca sekarang sangat panas sekali. Ditambah pula, musim panas tahun ini nampaknya yang terpanas. Hanya bersepeda ke stasiun sudah membuatku berkeringat begitu banyak, sampai-sampai aku terlihat seperti baru saja mandi.
Aku menyeka keringatku lebih hati-hati dari biasanya, dan masuk ke stasiun.
Semua orang juga tampak merasa panas saat mereka mendongak dan menyeka keringat mereka dengan saputangan.
Yah, aku hanya  berkeringat sedikit lebih banyak daripada orang lain. Begitulah perasaanku saat aku menunggu kereta di stasiun yang terlalu panas.
"Ah, bukankah itu Setsu? Lama tak jumpa~ "
Aku mendengar seorang gadis SMA memanggilku. Ini bukannya seolah-olah aku tidak mengenalnya; Dia adalah salah satu teman baikku semasa SMP dulu.
Ueno Tomoko.
Dia memiliki rambut coklat panjang dan fitur wajah yang cantik. Aku memasuki sekolah TK, SD, dan SMP yang sama dengan Ueno. Kami bahkan berada di kelas yang sama. Ada juga beberapa kali di mana kami pulang bersama dari tempat les.
Ngomong-ngomong, saat SMP dulu, sebenarnya ada gosip yang mengatakan bahwa aku dan Ueno berpacaran. Aku ingat betul bahwa kita berdua mulai bertingkah aneh karena gosip tersebut. Karena sebenarnya kami berdua tidak berpacaran.
Saat kami memasuki masa SMA, kami perlahan berhenti berhubungan satu sama lain dan aku tidak pernah mendengar kabar darinya lagi. Sekolah SMA Ueno bertempat di mana kau bisa mencapainya bus dan bukannya dengan kereta api, jadi aku penasaran mengapa aku bisa menemuinya di sini, di stasiun pada hari biasa seperti ini.
"Oh, lama tak jumpa. Bagaimana dengan sekolahmu?"
"Sekarang sedang milad sekolah jadi aku sedang libur."
"Enaknya. Sekolahku tidak ada yang seperti itu. "
"Begitu ya, begitu ya, berjuang keraslah di sekolah!"
Ueno mengatakan itu dengan tersenyum sambil memukul punggungku. Sepertinya bagian dirinya yang ini tidak pernah berubah sejak SMP.
"Ya, ya, aku akan berjuang. Lalu, apa yang sedang kau lakukan sepagi ini? "
Setelah aku menanyakan itu, mata Ueno mulai bersinar, seolah-olah dia sudah menunggu pertanyaan ini.
"Hari ini, aku akan berkencan dengan pacarku!"
"Ah, begitu ya. Berjuanglah dengan itu juga. "
"Ini bukan berjuang, tapi bersenang-senang! Dasar bodoh!"
Setelah berkata begitu, Ueno memukul bahuku seolah-olah sedang berusaha menyembunyikan rasa malunya. Dengan mulutnya yang tersenyum seperti itu, dia sebenarnya tidak menyembunyikan kebahagiaannya dengan sangat baik. Seberapa banyak dia menantikan waktu ini? Aku tidak pernah melihat Ueno semacam ini saat SMP dulu.
"Bagaimana denganmu, Setsu? Apa kau sudah memiliki pacar?"
"Yeah, aku juga punya."
"Oh! Selamat, baik untukmu! kau tidak pernah mempunyai pacar sama sekali saat SMP. "
"Diamlah, kau juga sama, Ueno."
"Kurasa begitu. Namun, itu juga karena kesalahanmu. "
"Jangan bilang begitu, itu juga sama bagiku. Semua orang selalu bertanya, Sudah berapa lama kau berpacaran dengan Ueno? "
"Ah, kau juga? Aku juga ditanyai semacam itu. Tapi ... itu juga membuatku sedikit senang. "
"Mengapa begitu? bukannya kau merasa diejek? "
"Kau sama sekali tidak mengerti, bukan?"
Gumam Ueno sambil tertawa. Kemudian, bersamaan dengan waktu itu, kereta memasuki stasiun.
"Itu karena, aku menyukaimu Setsu."
Itu jauh lebih lembut dibandingkan dengan suara kereta, tapi telingaku masih mampu mendengarnya dengan jelas. Meski kereta sudah datang, aku sangat terkejut sampai aku tidak bisa bergerak. Dengan kelagapan melihat Ueno, aku bisa melihat wajahnya agak tersipu. Seolah-olah dia mencoba mengalihkan pandanganku, dia mengatakan.
"L-Lihat! Keretanya sudah datang! "
"Y-yeah ..."
Aku keheranan bagaimana aku menanggapi hal ini? Tidak, aku tidak perlu   memikirkan hal ini. Ueno sudah punya pacar, dan aku pun juga sama. Bukan berarti dia mencoba menembakku atau hal yang lainnya.
Mungkin ini kurang tepat, tapi karena aku sedang berada dalam mood bercanda, aku akan menanggapinya dengan usil. Tepat sebelum dia menaiki kereta, aku berlari seolah-olah sedang mengejar Ueno dan mengatakannya.
"Sebenarnya, aku juga menyukaimu saat itu, Ueno."
Dengan mengatakan itu, wajahnya sekali lagi tersipu.
"B-Begitu ya! Jika itu benar, kau seharusnya menembakku saat itu. "
"Bukan, maksudku, jika aku mengaku padamu saat itu, kau mungkin tidak memiliki pacar yang kau miliki sekarang."
"Yah, itu ada benarnya juga."
Dan begitulah, kami memasuki kereta dan aku mulai tersadar. Berbicara kepada Ueno seperti itu ... adalah sebuah kesalahan.
"Yoshiki-kun, selamat pagi."
Pacarku, Kii-san, yang biasanya duduk di kursi dan menungguku, berdiri tepat di belakangku.
Nampaknya, ini buruk.
"S-Selamat pagi ..."
Saat aku mencoba membalas, melihat wajah Kii-san yang seperti itu langsung membungkamku. Wajahnya sama sekali tidak tersenyum. Itu penuh dengan kemarahan, kebencian dan emosi negatif lainnya.
Ini lebih dari sekedar buruk, semuanya sudah berakhir sekarang.
"Yoshiki-kun, secepatnya ayo kita duduk di kursi?"
"M-Mengerti. Ueno, selamat tinggal. "
Merasa kalah karena tekanan Kii-san, aku berjalan sambil menunduk. Ueno mungkin bisa menduga apa yang sedang terjadi, saat dia menggenggam kedua tangannya seakan sedang berdoa di pemakamanku. Gadis ini, dia mungkin mengira itu hanya masalah orang lain.
Setelah memberi Ueno tatapan kebencian, aku duduk di samping Kii-san. Ini hanya rutinitas seperti biasa, aku duduk di dekat jendela, dan Kii-san duduk di kursi dekat lorong. Lalu, Kii-san bersandar padaku seperti biasanya. Namun, aku tidak bisa merasakan aura kebahagiaan di sampingku. Sebagai gantinya, diganti dengan aura kebencian.
Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?




close

5 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama