Kimitsuki Chapter 2.1 Bahasa Indonesia


Chapter  02  -  Musim Panas yang Pertama dan Terakhir

Sekarang sudah memasuki musim panas. Aku pertama kali bertemu Mamizu pada awal musim semi, tapi sekarang hari musim panas yang menyebabkan keringat mengalir di kulit sudah benar-benar dimulai. Aku merasa terkejut pada diriku sendiri karena memikirkan perubahan musim dalam kaitannya dengan Mamizu.

Biasanya, liburan musim panas berarti kebebasan. Meskipun begitu, aku sedikit sibuk selama waktu itu.

“Aku selalu ingin mencoba bekerja part-time di sebuah maid kafe,” kata Mamizu.

Ya, itu benar kalau aku tengah kehabisan uang baru-baru ini, jadi aku merasa perlu untuk mendapatkan pekerjaan part-time. Aku tidak memiliki preferensi untuk jenis pekerjaan itu, jadi kukira kau bisa mengatakan bahwa aku tak masalah bekerja dimanapun.

Oleh karena itu, tidak perlu bagiku untuk bekerja di sebuah maid kafe dari semua tempat yang ada.

Aku mencoba melamar pekerjaan part-time yang dikatakan Mamizu karena kupikir tak ada ruginya, dan aku entah bagaimana berhasil mendapatkan kesempatan wawancara. Aku pergi ke kafe pada waktu yang ditentukan selama jam pembukaan, menuju ke kantor di belakang dan langsung diterima melalui wawancara.

Orang yang mewawancaraiku adalah seorang pria berusia sekitar tiga puluhan yang memperkenalkan dirinya sebagai si Owner. Dia memakai kaos hitam, dasi putih, permata Chrome Hearts dan ada tato di lengannya yang bisa terlihat sedikit dari lengan bajunya. Tak peduli bagaimana aku melihatnya, selera bajunya tak bisa disebut sesuatu yang terhormat.

"Kau tahu, aku ingin mencari beberapa bantuan laki-laki di dapur," katanya.
Rupanya, tugasku adalah membuat hidangan yang disajikan pelayan. Begitu ya, pekerjaan itu akan baik-baik saja bagi laki-laki untuk dilakukan, pikirku, dengan tatapan penuh pemahaman yang terpampang di wajahku untuk pertama kalinya. Si Owner menatapku seolah-olah sedang melihat sesuatu yang aneh.

"Apa, mana mungkin kau ingin menjadi maid, ‘kan?" Katanya.

Dia mungkin sedang bercanda, tapi aku tidak bisa melakukan apapun kecuali terpaksa tersenyum kecut.

Dia memberi tahu padaku untuk memulai besok. Ini mungkin kurang sesuai dari permintaan Mamizu untuk bekerja menjadi maid di sebuah maid kafe, dan ini juga akan memenuhi tujuanku mendapatkan pekerjaan part-time. Nah, ini mungkin bisa dianggap sukses, pikirku sembari langsung setuju.

Aku sudah mendapatkan pekerjaan part-time, jadi aku merasa bahwa tak masalah untuk menghabiskan sedikit uang. Aku hanya ingat Mamizu mengatakan, “Aku selalu ingin memiliki hewan peliharaan.”

Kedua orang tuanya memiliki alergi, jadi dia tak pernah memiliki anjing atau kucing. Ada juga fakta tes menunjukkan bahwa Mamizu sendiri punya alergi juga.

“Tidak harus anjing atau kucing; Aku tidak ingin hewan yang meninggal begitu cepat. Aku ingin hewan peliharaan yang bisa hidup panjang,  setidaknya tidak mudah mati sebelum diriku,”begitu katanya.

“Seperti kura-kura?”

Aku menyarankan itu sebagai lelucon, tapi dia langsung berseru, “Itu dia!”

Tapi di mana aku bisa membeli kura-kura?

Dalam perjalanan pulang dari maid kafe, aku mencari di internet dan menemukan bahwa ada toko terdekat di mana aku bisa membeli kura-kura. Ketika aku pergi ke bagian hewan peliharaan dari toko, aku memang menemukan kura-kura yang dijual.
Kura-kura sangat murah sekali.

Aku menjalani hidupku sampai sekarang tanpa pernah tahu harga pasaran kura-kura, tapi bahkan yang paling mahal setidaknya kurang lebih dari seribu yen. Jika memang semurah ini, bukannya aku bisa membelinya tanpa harus menunggu gajiku dari pekerjaan part-time, ‘kan? Pikirku. (TN: Seribu yen kalo dikonversikan ke rupiah jadi 150 ribu)

Bangau hidup selama seribu tahun, kura-kura hidup sepuluh ribu tahun.

Itulah yang pepatah katakan, tapi aku penasaran berapa lama kura-kura bisa hidup. Aku yakin mereka tidak bisa hidup selama sepuluh ribu tahun. Mereka akan dianggap monster jika hal itu bisa terjadi.

Aku bertanya pada karyawan toko, dan dia bilang bahwa  mereka bisa hidup sampai tiga puluh tahun. Tapi saaat aku bertanya lebih banyak pertanyaan, aku diberitahu bahwa kura-kura membutuhkan tangki air dan berbagai hal lain untuk merawat mereka, dan biaya ini membutuhkan uang yang tidak sedikit. Aku bilang padanya bahwa aku akan kembali dan langsung pergi meninggalkan toko.

****

Okaerinasai, Master! Aku Riko-chan!”

Ini adalah sapaan yang diberikan kepadaku pada hari pertama pekerjaan part-time-ku oleh seorang maid berambut pendek dan berwarna cerah. Aku merasa benar-benar minta maaf.

“Umm, mulai hari ini aku akan bekerja di sini. Namaku Okada,” kataku.

Wajah si maid mulai berubah merah, tepat di depan mataku. “Pi-Pintu masuk karyawan ada di sana. Di sini pintu untuk pelanggan,” katanya, terlihat cukup malu walaupun faktanya  bahwa aku di sini yang salah. “Aku Hirabayashi Riko. Selamanya tujuh belas, tapi aku benar-benar tujuh belas tahun, loh,  kelas dua SMA. Hal ini adalah rahasia bagi pelanggan. Senang bertemu denganmu."

Aku segera mengucapkan terima kasih dan menuju pintu masuk karyawan.

Aku masuk ke dalam dan diberitahu bahwa si Owner tidak hadir. Bahkan tanpa memberi waktu untuk memperkenalkan diri, aku segera diberitahu oleh maid senior untuk langsung masuk ke dapur. Karena aku bertanggung jawab atas persiapan makanan, aku tidak memiliki seragam; Aku hanya diharuskan memakai kemeja putih dan celana panjang hitam. Aku mengenakan celemek untuk menggantikan seragam dan memasuki dapur.

Anehnya, tidak ada anggota senior di dapur.

Aku diberitahu bahwa orang yang bertanggung jawab memasak bertengkar dengan si Owner dan sudah lama berhenti berbulan-bulan yang lalu, dan para  maid sendiri yang bergiliran untuk melakukan pekerjaan itu.

"Cepat, bantu," kata maid senior itu.

Berbeda dengan suasana santai di dalam cafe, bagian dalam dapur sangatlah sibuk. Ada maid yang mengkoordinasi lingkungan yang mematikan ini, mereka tidak pernah berdiri diam, dan tidak pernah menghentikan tangan mereka untuk bergerak. Aku belajar dengan melihat mereka dan membantu pekerjaan mereka.


****


Aku mulai bekerja pada siang hari, dan baru selesai jam sepuluh malam. Karena lelah, aku duduk di ruang istirahat ketika maid berambut pendek yang aku temui tadi saat masuk ke cafe, memanggil diriku.

"Kerja bagus," katanya.

"Ah ... Riko-chan-san."

Di cafe, para maid saling memanggil dengan nama mereka yang diberikan dan ditambahkan -chan. Para pelanggan memanggil mereka seperti ini juga, jadi para  staf melakukan hal yang sama. Aku merasa sedikit malu, tapi ketika berada di Roma, aku harus melakukan seperti orang Roma lakukan. Aku mengikuti praktek ini tanpa melawan arus, tapi karena mereka lebih tua dariku, aku menggunakan honorifik ganda dengan menambahkan -san.

“Okada-kun, bagaimana hari pertamamu di tempat kerja?” Tanya Riko-chan-san.

“Aku membuat kue untuk pertama kalinya dalam hidupku,” kataku.

Karena mereka kekurangan tenaga kerja, aku dibuat untuk melakukan segala macam hal. Ini adalah pertama kalinya aku bekerja pekerjaan part-time, tapi kesan jujurku ialah aku tak pernah berpikir akan sangat melelahkan seperti ini.

“Jika kau mau, kita bisa pulang bersama,” kata Riko-chan-san.

Aku tidak punya alasan untuk menolak, jadi aku menunggu dia untuk berganti baju, dan kemudian kami pulang bersama-sama.

“Okada-kun, apa kau berusia yang sama sepertiku?” Tanyanya.

“Tidak, aku setahun lebih muda. Aku sekarang kelas dua SMA,”kataku.

"Wow! Begitu ya. Kau tahu, itu cukup mengejutkan, semua orang di sini lebih tua dariku. Aku yang termuda. Jadi aku senang bahwa kau bergabung dengan kami! ... Sebenarnya, sepenuhnya bertanggung jawab atas memasak sangatlah sulit, jadi banyak orang langsung segera berhenti. Aku merasa sedikit khawatir, jadi aku memanggilmu.”

Begitu ya; tampaknya pekerjaan ini memang bisa dianggap sulit.

“Tapi, yaa..... Kupikir aku akan terus lanjut,” kataku. "Mungkin."

Riko-chan-san tampak terkejut. “Hah, jarang sekali ada orang yang mengatakan itu. Apa ada semacam alas an tertentu? Misalnya ingin menghemat uang dan membeli hadiah untuk pacarmu?”

“... Yah, aku memang punya alasan tersendiri.”

“Dan pacar?”

“Apa aku terlihat seperti orang yang punya pacar?”

“Aku kira itu sulit untuk dikatakan,” kata Riko-chan-san, dan dia pun tertawa.


****

Pada malam hari, aku tiba di rumah dengan kelelahan, dan tampaknya orang tuaku sudah tertidur di kamar mereka sendiri. Makan malam telah dibungkus dan ditinggalkan di atas meja. Aku tidak punya banyak nafsu makan, jadi aku taruh di lemari es, segera mandi dan memutuskan untuk pergi ke kamarku sendiri.

Saat aku menaiki tangga dan menuju ke koridor, aku melihat bahwa pintu kamar kakakku Meiko, terbuka. Itu tidak biasa. Ruangan Meiko sudah ditinggalkan dalam keadaan yang sama persis saat dia meninggal. Aku berpikir bahwa itu adalah terbaik untuk membuang barang-barang miliknya keluar dan mengubah ruangannya menjadi ruang penyimpanan atau semacamnya, tapi dengan mengatakan itu, aku tidak punya keberanian untuk mengatakan itu kepada orang tuaku. Tentu saja, biasanya tidak ada yang memasuki ruangan.

Aku masuk ke dalam dan menyalakan lampu. Itu mungkin ibuku yang datang ke  sini. 
Lemari ruangan dibiarkan terbuka. Setidaknya, ayahku bukan tipe orang yang melakukan sesuatu sentimental seperti ini. Ada kardus menumpuk di dalam lemari, yang berisi harta benda kakakku.

Melihat hal ini hanya akan membawa kesedihan. Bahkan saat aku memikirkan ini, aku melihat di dalam kotak kardus. Kotak di bagian paling atas dipenuhi dengan buku teks. Karena Meiko memasuki SMA yang berbeda denganku, judul buku teksnya cukup berbeda dariku. Aku mengambil buku pelajaran bahasa Jepang dan membalikan tiap halamannya.

Ada sebuah halaman dengan stabilo merah di atasnya.

Itu adalah puisi, 'Hari Musim Semi Rhapsody,' oleh Nakahara Chuuya.



Saat seseorang yang kau cintai meninggal,
Kau harus bunuh diri.



Di sana ada garis merah di bawah sajak pertama.

... Fakta bahwa garis bawah merah telah distabilo di sini mungkin berarti kakakku memiliki minat khusus dalam buku ini. Tapi dengan kata-kata itu, aku tak bisa memahami puisi sama sekali. Sebenarnya, apa ada seseorang di dunia ini yang bisa memahami mereka? Paling tidak, aku tak pernah bertemu orang seperti itu dalam hidupku. Aku pikir ini cukup mengejutkan bahwa kakakku adalah tipe orang yang memahami puisi. Sementara dia masih hidup, jika aku harus mengatakan, Meiko ..... setidaknya, sampai pacarnya meninggal, adalah orang yang ceria; dia tidak mempunyai kesan sebagai gadis yang tertarik dalam sastra.

Aku masih mengingat pacar Meiko.

Dia adalah jenis orang kalangan atas, olahragawan yang pandai bicara, tipe orang yang tidak akrab denganku.

Seberapa banyak Meiko mencintainya?

Namun, puisi ini cukup gelap dan kelam. cukup suram untuk membuatku bertanya-tanya apa itu tak masalah untuk memasukkannya ke dalam buku teks.

Saat seseorang yang kau cintai meninggal, kau harus bunuh diri.

Mana mungkin itu benar, aku membalas dengan ringan di dalam pikiranku.


****


“Apa mereka benar-benar membuat menu omuraice dengan tanda hati di atasnya?”
Mamizu sangat tertarik mendengar cerita tentang pekerjaan part-time milikku.

“Sebenarnya, akulah yang membuat sebagian besar dari mereka,” kataku.

Menemukan sesuatu yang sangat lucu tentang ini, Mamizu memegangi perutnya dan tertawa terbahak-bahak. “Hahahahaha ,Ah, hentikan itu, perutku jadi sakit karena terlalu banyak tertawa!”

“Ini cukup menarik. Mereka yang mendedikasikan diri untuk seragam maid, juga,”kataku, menunjukkan pada Mamizu foto yang aku ambil lewat ponselku.

“Orang ini ... siapa dia?”

“Ah, itu Riko-chan-san. Aku bilang aku ingin mengambil foto seragam, dan dia setuju untuk menjadi modelku. Dia adalah senpai, satu tahun lebih tua dariku.”

Untuk beberapa alasan, Mamizu tiba-tiba membuat suara tak tertarik dan memelototiku dengan ekspresi muak di wajahnya. Aku merasa bingung, tidak tahu alas an kenapa dia tiba-tiba menjadi bad mood begini. Tampak marah, ia membuka mulutnya untuk berbicara.

“Aku ingin bungee jumping,” katanya dengan nada menusuk seperti pisau.

"... Tidak, tidak, tidak, tidak."

“Aku mau, aku mau, aku mau, aku mau!” Kata Mamizu, dengan nada memaksa.

“Aku pasti tidak akan melakukannya!,” kataku.





close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama