The Result when I Time Leaped Chapter 143

 

Kompetisi yang Ditakdirkan - Bagian 5

 

 “Nee, Seiji-kun, apa yang harus aku pakai untuk kategori pakaian kasual?”

“Bukannya apa pun yang kau kenakan pada kencan kita akan berhasil?”

“Sepertinya itu tindakan ceroboh…”

“Bukan itu, hanya saja menurutku segala sesuatu yang kau pakai pasti imut.”

“… Astaga, jika memang begitu, kamu seharusnya mengatakannya itu dari tadi. Aku mencintaimu  

… Tadi adalah jenis percakapan genit yang terjadi di antara kami beberapa hari yang lalu.

Nah, jenis pakaian apa yang akan dia pakai.

Keluar dari sisi panggung, Hiiragi-chan mengenakan gaun one-piece putih dengan topi putih. Model pakaian itu ialah sesuatu yang mungkin hanya kau lihat sekali di musim panas, memberikan perasaan sebagai wanita bangsawan.

“In-ini—”

Fujimoto ragu-ragu dengan kata-katanya, dan menelan ludah.

“In-ini adalah sesuatu yang diimpikan semua para perjaka tentang 'Kakak perempuan yang ingin kamu temui di pedesaan musim panas' !”

Aaah, aku tahu maksudmu. Setiap cowok pasti memimpikan kakak perempuan polos semacam itu di sudut pikiran mereka.


“Aku merasa bisa melihat hamparan bunga matahari di belakangnya… apa ini cuma imajinasiku saja?”

“Tidak, aku juga. Aku bisa melihat terik matahari di musim panas dengan langit biru yang indah… ”

““ “Jadi, ini adalah perwujudan dari impian kita—” ””

Aku bisa mendengar suara menelan ludah di antara penonton. Yah, setidaknya semua cowok bertingkah begitu.

“… Hiiragi-sensei memang kuat.”

Kanata mengomentari, yang sepertinya telah mengkonfirmasi sesuatu. Hiiragi-chan diberikan mikrofon, dan mulai memperkenalkan diri.

“Halo. Umm, berbicara di depan banyak orang seperti ini rasanya sangat menegangkan… ”

Hiiragi-chan tertawa malu-malu dengan imut.

“Dengan pakaian itu, dan senyum malu-malu — Ini buruk, ada beberapa korbannya di sini.”

Usai mengatakan itu, Fujimoto memuntahkan darah.

“Hei, Fujimoto !?”

“Ka-Karakter kakak perempuan yang polos… Aku benar-benar ingin mencoba… jatuh… jatuh cinta… selama musim panas… seperti ini sesekali…”

Fu-Fujimotooooooo !?

Aku menyanggah Fujimoto yang melemah saat dengan lembut menutupi matanya. Melihat sekeliling, aku bisa melihat sekitar sepuluh orang lainnya dalam keadaan yang sama.

“Namaku Hiiragi Haruka, dan aku bertanggung jawab mengajar sejarah dunia. Terlepas dari semua ini, aku masih seorang guru. Aku didorong untuk berpartisipasi oleh semua guru lainnya, tetapi karena aku sudah melakukan ini, aku akan melakukan yang terbaik. Tolong dukung aku ya ♪ ”

Dia melambaikan tangannya sambil tersenyum layaknya bidadari dari khayangan. Tindakanya tersebut sepertinya memiliki efek langsung, karena ada banyak penonton yang meringkuk dan memegangi dada mereka.

Ketika Hiiragi-chan berbalik ke arahku dan mengedipkan matanya, orang-orang di sekitarku semua jatuh ke tanah… Smuanya dibabat habis.

Adapun para juri — pasangan kencan musim panas adalah dewa, Hiiragi-chan adalah dewi, kerinduan seorang perjaka adalah dewa (Apakah ini pelecehan seksual?), 4, dan 5.

“Total skornya adalah 3 level dewa dan 9 poin!”

Pak Kepsek, jika Anda khawatir tentang pelecehan seksual, berikan saja sepuluh poin.

Guru UKS dan guru musik (keduanya sama-sama perempuan), memberikan komentar kasar seperti, “Adegan klise memanglah bagus, tapi itu bukan sesuatu yang melebihi ekspektasiku,” atau "Dari sudut pandang fashion, itu kelihatannya terlalu simple.”

Yah, mereka pasti ada benarnya.

Kategori penjurian adalah pakaian kasual, jadi kepribadian seharusnya tidak diberi poin. Tapi itu sudah membuat banyak cowok klepek-klepek.

Pada saat ini, meski agak terlambat, Natsumi-chan akhirnya tiba.

“Halo! Seperti apa situasinya sekarang?”

“Mereka baru saja menyelesaikan perkenalan diri dan menilai pakaian kasual.”

“Bagaimana dengan perkenalan Sana-chan?”

“Dia melakukan pengenalan idolanya sambil tersipu malu.”

“Seperti yang kuduga!”

Natsumi-chan mulai tertawa.

“Itu strategi darimu?”

“Ya itu benar. Dampak itu penting, bukan? Akan ada banyak orang yang muncul. Sudah ada banyak orang yang tahu Haru-chan, jadi sesuatu yang sederhana tidak masalah untuknya. ”

Melakukan hal seperti itu di panggung utama sepertinya tidak terduga bahkan untuk Natsumi-chan, yang merupakan ahli strategi.

“Aku tidak pernah mengira dia akan benar-benar melakukannya.”

Natsumi-chan tertawa terbahak-bahak.

Acara terus berlanjut dan penjurian untuk kategori karaoke dimulai.

“Apa Sana-chan akan baik-baik saja? Dengan itu…”

Natsumi-chan mendesah. Setelah bertanya, aku baru mengetahui bahwa Sana telah memutuskan lagu tema Breig seperti yang diharapkan. Memilih lagu seperti itu di depan banyak orang seperti ini… Kurasa rasa tidak ada salahnya karena itu akan menarik cukup banyak perhatian…

Dari peserta yang keluar, banyak yang menyanyikan lagu cinta, atau terkadang lebih ceria.

Untuk menyanyikan lagu tema anime anak-anak… Penampilannya pasti akan menonjol… 100%… Semua orang akan terkejut dan tidak bisa berkata-kata…

Ketika tiba giliran Sana, dia diberikan mikrofon.

Begitu dia membungkuk, intro lagu pembukaan mengalir keluar.

“Tunggu, lagu ini…” “Lagu anime yang itu?”

Saat semua orang menahan suara mereka, lirik pertama dimulai.

“Oo Oooohh— dia….”

Mungkin karena gugup, tapi dia benar-benar tidak memproyeksikan suaranya. Yah, bahkan bukan itu, dia bahkan tidak menyanyi dengan baik.

Padahal biasanya dia bernyanyi dengan suara nyaring di kamar mandi.

Natsumi-chan melihat ke langit dengan putus asa. Bahkan dia mengerti bahwa ini buruk. Ekspresi Sana berangsur-angsur menjadi kaku, dan gampang dipahami kalau dia sedang panik.

… Apa boleh buat. Menyelaraskan dengan melodinya, aku bernyanyi dengan suara nyaring. Suaraku cukup keras untuk mengumpulkan perhatian para penonton.

—— Janji!”

Aku bisa menyanyikan lirik lagu ini tanpa melihatnya.

“——Yang kita buat hariii itu!”

Rasanya sangat memalukan. Aku tahu bahwa semua orang sedang melihat ke arahku. Aku juga bisa merasakan wajahku memerah. Sana mengambil sedikit waktu sebelum dia menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi.

Hei, Sana, itu masuk ke bagian refrain—

Tampaknya memahami apa yang ingin aku katakan, dia mulai menyanyikan bagian refrainnya dengan sempurna.

Aaah, lega. Menepuk dadaku, aku mengerutkan leherku seolah mencoba lari dari semua perhatian.

“… Bagus, Seiji-kun.”

“Ya ampun, kamu memang kakak yang baik hati.”

Kanata mengacungkan jempol, sementara Natsumi-chan menyikutku dari samping.

Aku menyuruh mereka diam untuk menyembunyikan rasa maluku, yang menyebabkan Kanata dan Natsumi-chan menertawakanku.

Penilaian karaoke Sana berakhir buruk, tapi mau bagaimana lagi.

Saat pandangan mataku bertemu dengan tatapan mata Sana di atas panggung, dia mengucapkan kata “Terima kasih” dengan gerakan bibirnya.


Sebelumnya | Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama