Side Story 2 — Sensei~ Ketua Dan Wakil Ketua Masih Terus Bermesraan (?) Di Pantai ~
“Selesai~!”
“Ini adalah mahakarya...!”
“Fu-fufu, Ketua? Ini sangat
cocok untukmu, loh?”
“...Benarkah? Aku sendiri tidak
memahami apa yang terjadi.”
Touya kesulitan menanggapi dan
cuma bisa tertawa samar kepada para gadis yang sepertinya bersenang-senang di
sekitarnya. Tapi wajar-wajar saja Ia bereaksi begitu. Lagipula, seluruh
tubuhnya sekarang dikubur hidup-hidup di pantai.
Terlebih lagi, ada beberapa
pasir yang menumpuk di sekitar wajahnya, jadi Ia tidak tahu seperti apa
kondisinya sekarang. Yuki lalu memberitahunya sambil tersenyum dan mengarahkan
lensa kamera digital ke arahnya.
“Benar-benar menggambarkan
seorang raja. Rasanya sangat sesuai dengan status ketua OSIS di Seirei Gakuen,
iya ‘kan?”
“Ap-Apa iya?”
Ketika diberitahu begitu,
gambaran yang muncul di benak Touya adalah kartu remi yang bergambar raja.
Touya membayangkan kalau dirinya sedang dibuat menjadi patung pasir semacam
itu, tapi tiba-tiba suara Maria terdengar di telinganya.
“Walau dibilang seperti raja,
tapi lebih condong seperti Raja Mesir, sih~”
“Oi, bukannya aku mirip
Firaun!? Mustahil, apa jangan-jangan aku dibuat mirip seperti raja
Tutankhamen!?”
Ya, persis sesuai dugaannya.
Meski tidak terlihat oleh Touya sendiri, tapi sekarang penampilannya benar-benar
mirip seperti peti mati mumi kecuali wajahnya. Di tambah lagi, ada sesuatu seperti
lingkaran sihir aneh yang tertulis di sekelilingnya, dan itu sekilas terlihat
seperti pengorbanan untuk ritual jahat atau orang mati yang menggunakan teknik
kebangkitan terlarang. Gadis-gadis lalu berduyun-duyun mengerumuninya dan dengan
gembira menekan tombol kamera digital dan smartphone untuk mengambil foto.
Touya merasa kalau dirinya menjadi mumi asli.
“Oh~ saat melihat ini, entah
kenapa membuatku ingin bermain bendera pantai.”
“Kok bisa?!”
Maria mendadak didorong oleh
keinginan misterius, dan Chisaki mengomentarinya dengan wajah datar. Kemudian,
Maria menunjuk ke objek seperti tongkat melengkung yang dipegang oleh tangan
patung pasir.
“Bukannya itu mirip seperti
bendera, ‘kan~?”
“... Sama sekali tidak mirip,
kok?”
“Hmmmm, setelah dibilang
begitu, kayaknya memang tidak, ya?”
Maria memiringkan kepalanya
dengan kebingungan setelah mengatakannya sendiri, Yuki lalu membuka mulutnya
dengan tawa bermasalah.
“Yah, bukannya bermain bendera
pantai juga lumayan seru? Bagaimana menurut Senpai?”
“Hmm? Bagaimana kalau pakai
ini~?”
Maria mengangkat ranting pohon
yang tadi dia gunakan untuk menggambar pola di atas pasir. Ketika melihat hal
itu, Chisaki mengerutkan kening.
“Tunggu sebentar, itu berbahaya
karena ujungnya tajam.”
“Eh, ahh benar juga~”
“Coba sini pinjam dulu.”
Usai mengatakan itu, Chisaki
menerima ranting pohon dari Maria dan menggunakan pisau tangan untuk
menghilangkan bagian yang tajam. Setelah mengangguk dengan puas, dia lalu menunjuk ke
pantai berpasir sekitar 30 meter jauhnya.
“Kalau begitu, garis finish-nya
berada di sekitar sana. Aku akan menjadi wasit, jadi kalian berempat yang akan
bertanding.”
“Tolong ya~”
“Baiklah.”
“Saya mengerti.”
“...Tunggu sebentar, aku juga
disuruh ikutan!”
Ketika total peserta yang
diumumkan berjumlah empat orang, Chisaki sedikit membungkuk dan menatap Touya
yang memprotes.
“Tentu saja, Toya juga akan
ikut berpartisipasi, ‘kan?”
“Tidak, aku ini sedang
dikuburkan, tau.”
“Kamu ‘kan cowok, jadi sudah
sewajarnya ada sedikit rintangan, ‘kan?”
“...Kupikir satu-satunya orang
yang bisa menyebut ini rintangan adalah para petarung yang selalu bertarung
sambil memakai pemberat.”
“Jangan khawatir! Kamu pasti
bisa, kok!”
“Ehhh~ ...”
Chisaki pun berjalan pergi,
mengabaikan suara memprotes Touya. Kemudian, Maria, Yuki, dan Ayano berbaris di
sebelah Touya. Namun, pemandangan tersebut tidak masuk dalam bidang
penglihatannya.
“Fufufu, Yuki-chan, Ayano-chan,
kalian tidak perlu menahan diri melawanku meski aku ini senpaimu, oke ~?”
“....Siap, dipahami.”
“Oh, apa itu baik-baik saja?
Jika aku melakukannya dengan serius, kupikir aku bisa memenangkan ini dengan
mudah, loh?”
“Fufu ~ kalau itu sih masih belum
pasti ~”
...
Entah kenapa, ada percikan kilat yang terbang di antara mereka. Kenapa mereka
bertiga tidak ada yang menaruh perhatian pada Ketua OSIS yang sudah berubah
menjadi patung pasir? Bagaimana mereka bisa begitu melodramatis dalam situasi
ini?
Touya tidak bisa memahami perasaan gadis-gadis.
“Semuanya bersiap di posisi
masing-masing~”
Saat sedang memikirkan itu,
Touya lalu mendengar teriakan Chisaki. Pada saat yang sama, ketiga gadis itu
juga menutup mulut mereka dan masuk dalam posisi bersiap. Meski cuma Touya
sendiri yang tidak bisa melakukan gerakan ancang-ancang.
(Akhirnya, ujung pergelangan tanganku bisa
digerakkan juga... tapi tanganku masih tidak bisa diangkat)
Touya benar-benar tidak bergerak
karena pasirnya dikeraskan dengan air. Setidaknya butuh waktu lima menit lagi
untuk keluar jika Ia menggunakan tenaganya sendiri.
“Semuanya bersiap~!”
Namun, sepertinya Chisaku tidak
mau menunggu sampai saat itu tiba. Ketika Touya mati-matian menggerakkan
tangannya dan menggaruk pasir, dia langsung meneriaki aba-aba untuk memulai
balapan.
“Mulai!”
Dan kemudian, ada tanda-tanda
para gadis berlari di kedua sisinya tepat bersamaan dengan suara teriakan.
Segera setelah itu, tumpukan pasir memercik ke wajahnya, dan Touya
menggelengkan kepalanya dengan keras.
(Tidak,
yah ... ini sih mustahil)
Sejak
awal, itu adalah pertandingan yang mustahil. Saat mengatakan hal itu
pada dirinya sendiri, Touya memejamkan matanya dan menyerah….
“Touyaaaaaa!!
Berjuanglahhhhhh!”
... saat hendak memejamkan
matanya, Touya mendengar pacarnya bersorak dari arah kejauhan dan membuka lebar
matanya yang hampir tertutup.
“Jika kamu menang, aku akan
memberimu hadiah nantiii~!”
Sekilas, penampilan Chisaki
dalam balutan baju renang terlintas di benak Touya.
(Hadiah
... Hadiah ... Hadiah ... Hadiah ... dalam baju renang!)
Kilatan cahaya melintas di otak
Touya——— Awan debu yang membumbung
tinggi meledak muncul di belakang Yuki dan yang lainnya saat mereka balapan
lari menuju dahan pohon yang berada di pantai.
Suara sesuatu yang meledak
menyebabkan mereka bertiga secara refleks berbalik. Dalam bidang penglihatan
mereka, mereka melihat sosok Touya yang berlari kencang menembus awan debu Sosok itu sangat tepat untuk menggambarkan
hasrat seksu—uhuk uhuk ! Umm ya…
itulah sosok yang sangat menggambarkan pejuang cinta sejati!
Dalam sekejap mata, pejuang
cinta itu dengan cepat menyusul Maria, lalu Ayano, dan mulai mendekati Yuki
yang memimpin di depan.
“Ugh!”
Yuki yang merasa gelisah karena
akan tersalip, menoleh ke depan dan
mencurahkan seluruh tenaganya ke kakinya. Touya mengejar punggungnya dengan
suara bantingan.
“Uhaaaaaaaa!”
“Uuuoooooooooo!”
Kemudian, pada saat yang hampir
bersamaan, mereka berdua berlalri menyerbu ke dahan pohon yang menjadi garis
finish ...... tapi tiba-tiba, Touya mulai menyadari sesuatu.
Jika dibiarkan terus, terlepas
dari hasil pertandingannya, Ia akan menghancurkan Yuki dengan tubuhnya yang
besar. Begitu menyadarinya ..... tapi Touya tidak bisa menghentikan tubuhnya
yang sudah berlari kencang sekuat tenaga.
(Gawat...!!!)
Touya berusaha merentangkan
tangannya ke arah cabang pohon sembari memutar tubuhnya ... lalu ada sebuah tangan terulur dari balik
cabang pohon dan meraihnya.
“Guh!”
Lalu, ketika berpikir kalau
tangannya akan ditarik ke arahnya, dalam sekejap badannya terangkat——
“Tarikkkkk!!”
Pada saat Ia menyadarinya,
badan Touya sudah terbebas dari gravitasi. Di bidang pandangnya yang berputar
ke arah vertikal, Touya melihat wajah Yuki yang tercengang dengan cabang pohon di
tangannya, dan wajah terbalik Chisaki dengan ekspresi yang menyatakan, “Ah, yabai”.
(Tidak... kerja bagus, Chisaki)
Setelah tersenyum dan
mengatakan hal itu dalam hati pada kekasihnya ... Touya lalu mendarat di permukaan
laut dan menyebabkan ledakan air yang tinggi.
“Uwaaaw! Ap- Apa-Apaan itu
tadi?”
“Eh, Apa, Ke-Ketua.”
Lalu pada saat yang sama,
Masachika dan Alisa yang baru saja kembali dari area pantai yang berbatu, berteriak kaget.
“Eh, asap pasir... eh,
jangan-jangan itu ditembakkan? Ada sesuatu yang ditembakkan. Apa itu kembang
api manusia? Ketua!”
Masachika melontarkan tsukkomi pada kejadian yang baru saja
terjadi, tapi ... tanpa ada waktu untuk mendengarnya, Touya mulai kehilangan
kesadaran saat berada di dalam laut.
[※Setelah itu, Ia berhasil diselamatkan
oleh Chisaki]