SS Volume 4 — Kencan Menyenangkan Bersama Nonoa Di Taman Bermain
“Kyaaaaahhhh”
“Hyaaahooooooooo.”
“Uwooohhhhhhhhhh.”
Laju roller coaster terus bergemuruh
dan berputar bersamaan dengan teriakan dan sorakan para penumpang. Perbedaan
ketinggian relnya tidak terlalu besar, tetapi guncangannya lumayan membuat
orang menjerit.
Masachika bersorak gembira pada
sensasi menegangkan yang sangat berbeda dari
coaster yang Ia naiki bersama Yuki. Namun, partner sementara yang duduk di
sebelahnya, Nonoa, justru bereaksi ….
“Ohh~”
Dengan mata setengah terpejam
dan wajah bosannya yang seperti biasa, dia membuat suara terkesan dengan wahana
itu. Dia tidak terlihat ketakutan, maupun menikmati wahana menegangkan ini.
Sebaliknya, dia sepertinya hanya berpikir, “Hee~,
ternyata bisa secepat ini, ya~ hmm~.”
“.....”
Mau tak mau Masachika hanya
bisa tersenyum kecut pada reaksi tidak antusias Nonoa yang sangat berbanding
terbalik dengan wahana menegangkan ini.Dan ketika coaster mulai melambat, Ia langsung bertanya blak-blakan pada
Nonoa.
“... Hei.”
“Hm~?”
“Apa tadi itu rasanya seru?”
“Hmm? Yah, lumayan seru, kok?”
“Be-Begitu ya.”
Ketika Nonoa menanggapi dengan
melirik sekilas ke arahnya, Masachika hanya menggaruk kepalanya dan berpikir, “Apa cuma perasaanku saja yang terlalu parno?”
“Kupikir rasanya agak lucu saat
melihat orang-orang berteriak karena naik wahana ini.”
“Caramu buat menikmatinya
terlalu psiko, tau?!!.”
Namun, ucapan enteng Nonoa
membuat wajah Masachika berubah menjadi sangat serius. Dia tidak tertarik pada
atraksi itu sendiri, melainkan pada orang-orang yang mengendarainya.
“Tidak, bukan begitu maksudku
... roller coaster-nya sendiri
bagaimana rasanya?”
“Eh? Hmm ... Aku cuma berpikir
kalau jatuh dari ketinggian ini, pasti akan langsung mati.”
“Sudut pandangmu mirip seperti
seorang ilmuwan gila yang cuma melihat manusia sebagai hewan percobaan.”
Meski Masachika sudah
mengetahui hal ini ... tapi dia benar-benar tidak bisa diukur dengan jalan
pemikiran orang biasa. Tentu saja, bahkan Masachika sendiri sempat berpikiran “Ini, kalau aku jatuh, aku pasti akan mati
….”. Namun dalam kasus Nonoa, dia tidak menunjukkan rasa takut yang
seharusnya menyertai gagasan itu. Dia hanya menyadari bahwa “jika dia jatuh, dia akan mati,” sebagai
fakta.
(Hebat sekali, jadi ini yang dinamakan
psikopat sejati ...?)
Nonoa tiba-tiba menoleh ke arah
Masachika, yang memandangnya dengan campuran kekaguman dan rasa ngeri.
“Yah, kalau bareng Kuzecchi
sih, aku tidak perlu menyembunyikan apapun, iya ‘kan~ ... Jika kamu ingin aku
merasa ketakutan seperti gadis biasanya, aku bisa melakukannya, kok?”
“Tidak, terima kasih. Aku
justru merasa takut kalau kamu melakukan itu.”
“Omonganmu jahat banget, ih~
... begini-begini, aku masih bisa melakukannya dengan baik di hadapan
teman-temanku yang lain, lo~”
“Itu sebabnya aku merasa takut
...”
Setelah mengatakan itu,
Masachika tiba-tiba menjadi penasaran seberapa jauh temannya yang psikopat ini
akan bereaksi. Jadi,
setelah turun dari roller coaster,
Masachika dan Nonoa lalu mencoba berbagai wahana menegangkan lainnya.
Ontang-anting (Alias Flying chair atau Ayunan tinggi),
viking, seluncuran arung, Free fall...
“Jadi, kesanmu bagaimana?”
“Hmm? Aku berpikir kalau aku
jatuh, aku pasti akan mati.”
“Semuanya sama saja!
Semuanyaaaaa masih sama saja!”
Ketika Nonoa mengulangi kesan
yang sama, Masachika menimpali dengan sekuat tenaga. Memangnya ada pengunjung
lain yang tidak seantusias darinya. Bahkan dari pihak taman bermain pun pasti
akan berpikir, “Lantas, buat apa kamu
datang kemari …..?”.
“Gimana kalau kita segera
kembali? Waktu yang kita habiskan juga sudah lumayan lama.”
“..... Hmm, benar juga.”
Saat Nonoa memeriksa waktu
dengan ekspresi datar di wajahnya, Masachika mengangguk dengan pasrah. Namun,
dalam perjalanan ke tempat Yuki dan yang lainnya menunggu, Ia tiba-tiba melihat
sebuah wahana rumah berhantu dalam pandangannya dan berhenti.
(Hmm... jika itu tipe menakutkan yang
semacam ini, apa dia akan menunjukkan reaksinya?)
Sambil memikirkan pertanyaan
seperti itu, Masachika akhirnya memutuskan untuk mampir ke rumah hantu
tersebut. Tapi ...
“Uggaaaaaahhh!”
“Ohh~”
“Tidak, sudah dibilang jangan
mengamati manusia ...”
Dan benar saja ... Nonoa
terlihat sangat tenang saat melihat pria berdarah yang melompat keluar dari
bayang-bayang. Reaksinya begitu acuh tak acuh sehingga Masachika yang ikut
menemaninya jadi agak kurang ketakutan. Juga, anggota staf yang melompat muncuk
sedikit kebingungan dengan reaksinya.
“Uguo, Uguoooooo!”
“Hmm~”
Anggota staf yang berusaha
terbaik untuk menakut-nakuti seorang gyaru yang untuk beberapa alasan, tidak melarikan diri.
Lalu gadis gyaru itu menatapnya dengan mata setengah tertutup.
Entah kenapa, pihak yang
menakut-nakuti justru merasa terpojok dengan tatapannya.
“Hei sudah cukup, hentikan itu.
Ayo pergi.”
Masachika yang sudah tidak
tahan lagi melihatnya, menarik lengan Nonoa dan melanjutkan. Lalu di depan
mereka, sebuah lemari tiba-tiba bergetar sendiri. Masachika sedikit kaget dengan
kejutan yang tak terduga.
“..... Hee.”
“Sudah dibilangin, jangan
mengamati manusia napa.”
Begitu dia menjadi kaku karena
terkejut, Nonoa memberinya tatapan penuh arti, dan Masachika merasa canggung.
Setelah itu, mereka akhirnya sampai di pintu keluar tanpa mendapat satu reaksi
ketakutan sedikit pun dari Nonoa. Mereka berdua meninggalkan rumah berhantu itu
tanpa berteriak. Lalu Nonoa meregangkan badannya sambil mengangkat tangan dan
berkata.
“Ahhh~ rasanya menyenangkan
sekali~”
“Jangan bohong, lu.”
Masachika tidak takut untuk
tsukkomi pada kata-kata tak terduga dari Nonoa yang telah mengulangi reaksi
membosankan. Kemudian Nonoa memiringkan kepalanya sedikit saat dia melirik
Masachika.
“Memangnya Kuzecchi tidak
merasa bersenang-senang?”
“......”
Masachika terkejut pada dirinya
sendiri karena tidak segera menanggapi dengan menyangkal pertanyaan itu. Dan
ketika dipikir-pikir kembali dengan tenang ….. Ia menyadari kalau dirinya juga
merasa bersenang-senang.
Awalnya, Ia terkejut dan kecewa
dengan reaksi Nonoa yang terlihat tidak terlalu tertarik, ..... tapi di
tengah-tengah perjalanan, Ia sepertinya mulai menikmati Nonoa, yang terlihat
tidak takut sama sekali.
(....... Ya ampun, apa ini juga bagian dari pesona gadis ini?)
Tidak
mengherankan meski dia selalu terlihat lesu, namun anehnya selalu saja ada
orang-orang yang berkumpul di sekitarnya. ......
Masachika mengangkat bahunya ketika memikirkan hal semacam itu.
“Yah, kurasa aku cukup bersenang-senang juga.”
“Begitu ya.”
Nonoa kemudian mengangguk
dengan ekspresi tidak tertarik, dan dengan cepat melanjutkan perjalanannya.
Masachika segera mengejarnya sambil tersenyum masam.