Mea-san, Kocchi Muiteyo! Chapter 03 Bahasa Indonesia

Chapter 3 — Apa Rahasiamu, Mea-san?

 

─Jika Mea-san adalah ninja, maka aku adalah putra dari seorang agen rahasia.

“Kamu tahu perusahaan besar yang muncul dalam pemberitaan beberapa hari lalu, perusahaan yang ditemukan melakukan penggelapan dana?”

“… Ya.”

“Ayahku lah yang mengungkapnya. Ia sudah melakukan hal semacam ini selama bertahun-tahun.”

“…”

“Dan aku adalah putranya…”

Iya. Itulah sebabnya Ia selalu memberiku ujian, dan itulah mengapa aku selalu menerimanya.

Aku selalu mengagumi ayahku ... yang disebut sebagai mata-mata.

Sebagai seorang anak, aku cenderung menampilkan citra yang baik dan berpose dengan cara yang keren.

Mata-mata adalah orang dewasa yang keren (meskipun ayahku adalah tipe yang agak berbeda). Itulah cita-citaku, dan itulah sebabnya aku mengatakan serta melakukan banyak hal seperti ini.

Sebelum memasuki ruangan ini, aku mengecek lingkungan sekitar.

Hal pertama yang aku pikirkan saat melihat Mea-san menggunakan shuriken ialah, “Apak dia seorang ninja?”.

Karena itu tidak normal, ada kemungkinan pihak lain, Mea-san, mungkin juga tidak normal…

“…”

“Jadi, aku takkan mundur. Dan aku tahu itu mungkin rahasia. "

“Kuya-san…”

“Lagipula… bukan hanya tugas seorang agen untuk mengungkap rahasia… itu juga tugas seorang agen untuk melindungi mereka.”

“Itu… Kuuya-san.”

Mea-san bergumam dan menangkupkan kedua tangan di depan dadanya.

Ah, gerakan itu… Dia melakukan itu saat dia antusias.

“Me-Mea adalah putri dari …… klan ninja!”

Benar saja, dia menjawab dengan nada melengking.

Pada akhirnya, dia bahkan menyebut dirinya “Mea”, bukan “Aku” lagi.

“Keluarga Mea telah menjadi keluarga ninja sejak zaman Edo… dan karena Mea adalah putri tunggal mereka, Mea sudah berlatih ninjutsu sejak Mea masih kecil, ..”

“Begitu rupanya, itu sebabnya kamu membawa shuriken, dan kamu bisa melemparnya seperti itu.”

“Ya… Mea sebenarnya mencoba untuk merahasiakannya, tapi…”

“Jadi maksudmu, benda di kamar mandi tadi?”

“Y-ya. Itu yang disebut Teknik Utsusemi … yang gagal karena tidak ada jalan untuk melarikan diri dan aku harus pergi ke belakang… ”

“… Begitu ya.”

Aku mengangguk dan tersenyum padanya.

“Terima kasih sudah memberitahuku.”

“Ka-Kamu mempercaya perkataanku?”

“Mea-san, apa kamu percaya kalau aku adalah putra seorang agen rahasia?”

“Aku… Aku percaya. Ah, jadi kurasa itulah alasannya… ”

“Alasannya?”

“Ayahku dan ayahmu adalah kenalan lama ... Mereka sudah berjanji satu sama lain bahwa mereka akan menikahi anak satu sama lain ...”

“Ah… Aku juga baru menyadarinya sekarang.”

Jika kami adalah pasangan normal, lamaran aneh semacam ini tidak mungkin.

Agen rahasia memang beda. Dan jika itu adalah ketua dari klan ninja, itu berarti…

Karena mereka berdua melakukan sesuatu yang tidak biasa untuk mencari nafkah, dan ketika saatnya tiba bagi anakmu untuk mengambil alih, cara paling mudah untuk menyebarkannya adalah dengan membuat dua orang yang sudah terlibat saling mengenal satu sama lain.

Alangkah baiknya jika Ayah menjelaskan situasinya duluan kepadaku ...

Untuk sesaat aku berpikir, mungkin cara terbaik untuk mengembangkan pengungkapan alami ialah dengan cara mulai hidup bersama.

Yah, menurutku Ia tidak menyangka hal itu akan terungkap pada hari pertama…

Pokoknya…

“… Aku lega.”

Lalu, tiba-tiba Mea-san tersenyum.

“Eh?”

“Aku senang karena pasanganku adalah… Kuuya-san.”

“…”

Entah kenapa, aku bisa merasakan jantungku berdebar kencang.

Mau tidak mau aku menahan dadaku, dan Mea-san pasti sudah mengerti maksud dari perkataannya.

“Ma-Ma-Maaf, aku sudah mengatakan sesuatu yang sangat memalukan ...!”

Usai mengucapkan itu, telinganya tiba-tiba memerah, dan dia menutupi wajahnya dengan tangannya.

Selain itu, dia juga menggelengkan kepalanya, rambut panjangnya berkibar-kibar untuk menghilangkan rasa malunya.

“Mou ~, mou ~, Mea benar-benar idiot. Mea sudah seperti ini sejak hari pertama, ugh. Mea jadi sangat malu, ughh ini shangat memalyukhan…! ”

Mungkin karena dia merasa sangat malu, tapi tanpa dia sadari, nama depannya, yang telah diubah kembali menjadi “Aku”, diubah kembali menjadi "Mea," dan menjelang akhir, dia bahkan tidak mampu mengucapkan kata “memalukan” dengan benar.

“…”

Satu kalimat. Aku bisa meringkasnya dalam satu kalimat.

─ Bukankah dia terlalu imut?

Bagaimana seorang gadis bisa seimut ini saat dia merasa malu?

Apalagi Mea-san dianggap sebagai gadis yang dewasa dan cantik dengan suasana yang tenang. Tapi perilakunya seperti anak kecil, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, tidak, tidak” ketika dia tidak menyukainya…

Hal itu membuat jantungku berdebar lebih kencang dari sebelumnya. Untuk beberapa alasan… ada sesuatu tentang dia yang membuatku *terangsang*.

Jadi, aku langsung saja memberitahunya.

“Me-Mea-san. Kamu menyebut dirimu sebagai Mea saat kamu merasa malu.”

“─Kuh !? Ah mou ~, Mea kamu benar-benar idiot. Padahal Mea memutuskan untuk memperbaikinya karena membuat Mea terdengar seperti anak kecil ~. ”

“Kamu mengatakannya. Kamu mengatakannya lagi. "

“!?!?!?!? Me, Mea no baka, baka, baka, baka….! ”

─Ah, gawat. Ini sangat berbahaya.

(Aku ingin melihat lebih banyak, sisi Mea-san yang ini…!)

Pikirku saat aku merenungkannya.

Dan aku ingin memastikan bahwa itu akan menjadi kenyataan.

Bagaimanapun juga, kita akan hidup bersama mulai hari ini…

Untuk pertama kalinya, pikiranku tertuju pada fakta itu.

Jadi… Aku akan menjalani hidupku dengan gadis ini mulai sekarang.

Terlebih lagi suaminya! Sungguh fakta yang mendebarkan!

… Dan terlebih lagi, pernikahan ini disetujui oleh orang tua kami. Lagi pula, orang tua kami sendiri yang meminta kami melakukan ini.

(Hoki… ini adalah situasi yang terbaik, kan…)

“Aaahhhh !!! Memalukan, mealyukhan. Ini sangat memalukan. Tolong bunuh aku sekarang…! ”

Sambil terus terpesona oleh wajah tersipu Mea-san, aku tidak bisa menahan senyum di hatiku.

Yah. Sementara semua ini terjadi, malam sudah semakin larut.

Shuriken yang membunuh makhluk hitam itu dibuang, dan rambutku sekarang sudah kering (mengering alami), dan Mea-san baru saja selesai menggunakan pengering rambut.

“Ka-Kalau begitu, a-ayo tidur, Mea-san.”

“Ya… ayo.”

Jadi, kami dan pergi ke atas ranjang.

“Tidur, yah, itulah yang… yang harus kita lakukan.”

“Y-ya… tidak ada hal lain yang harus dilakukan, kan ……?”

Tidak heran jika kami berdua sedikit enggan untuk pergi tidur.

Bagaimanapun juga, kamar ini hanya memiliki sat u… tempat tidur.

Ranjang yang berukuran double-bed. Bahkan ada dua bantal di atasnya.

Karena kalian sudah menikah, kamu seharusnya tidur bersama sekarang! Aku bisa membayangkan raut wajah ayahku yang mengatakan itu ...

Aku tahu maksudnya. Tetapi untuk melakukannya secepat ini, bukankah ini terlalu sulit?

“… Kuh!”

Lihat, bahkan Mea-san yang tadinya sudah tenang mulai menjadi gelisah lagi!

Tentu saja, mengungkap rahasia satu sama lain telah membuat kami semakin dekat (menurut pendapat pribadiku).

Tapi bukannya itu berarti bahwa anak laki-laki dan perempuan yang pertama kali bertemu hari ini harus tidur bersama di kasur yang sama ….

“Aku… aku tidak kheberatyan denyan itu. (Aku tidak keberatan dengan itu). ”

Sambil meremas kedua tangannya, Mea-san mengatakan begitu, tapi… jelas-jelas dia tidak baik-baik saja. Dia berbicara sembari tergagap lagi.

Namun, aku hanya bersyukur dia tidak mengatakan hal-hal seperti, Tolong bunuh aku sekarang!.

Seperti yang duah kujelaskan sebelumnya, tidak ada tempat tidur lain di kamar ini. Jika kami tidur terpisah, salah satu dari kami (dan itu pasti aku) takkan punya pilihan selain tidur di lantai.

Itu sebabnya aku tidak bisa membiarkan kebaikan kata-kata Mea-san diabaikan.

Atau sebaiknya. Karena Mea-san mengatakan dia tidak keberatan dengan itu, aku tidak bisa mengatakan tapi ini memalukan….

Tentu saja, aku belum pernah tidur di ranjang yang sama dengan seorang gadis. Ini sangat memalukan. Tapi tetap saja!

Sebagai seseorang yang bercita-cita menjadi pria dewasa, aku harus membuat Mea-san merasa nyaman!

Itulah sebabnya aku akan…

“Ahh, …… Me-Mea-san, apakah kamu ingin sisi ini atau yang lebih jauh?”

Aku bertanya padanya dengan santai, seolah itu pertanyaan yang wajar.

Kemudian Mea-san tersentak kembali, dan dengan wajah merah cerah, dia malu-malu melihat posisi bantal di tempat tidur.

Ngomong-ngomong, jika seseorang memilih sisi kanan ranjang, mereka akan berada di sisi ini, sedangkan sisi kiri menghadap dekat dinding. Apa kamu lebih suka berada di dekat tembok atau tidak, itu murni masalah preferensi. Sekarang, Mea-san menjawab…

“Ah… yang jauh di belakang…”

Aku menjawab dengan senyum masam.

Tapi bukan hanya itu yang dia katakan.

“Aku pikir ... sudah sepantasnya seorang wanita untuk berada di sisi kiri seorang pria ...”

“Kuh ..!”

Perkataan imbuhannya membuat wajahku jadi panas.

Tak disangka dia memilih bagian belakang karena dia peduli tentang itu!

Maksudku, dia seorang wanita, bukan? Namun, Mea-san adalah seorang putri (meskipun dari klan ninja), jadi apa dia telah dilatih dengan tingkah sopan ……? Dan apa yang dia maksud dengan itu? Mea-san pasti memperlakukanku seperti pria.

Aku sangat senang, tetapi di saat yang sama… Aku merasa sangat malu dan geli!

“Kalau begitu aku… aku akan berbaring di sebelah kananmu. Persis seperti yang harus dilakukan seorang pria… ”

“O-Ake… tolong…”

“Kalau begitu… Mea-san, kamu bisa naik duluan.”

“Hawawa. Kalau begitu, permisi… ”

Mea-san pergi ke atas kasur, wajahnya semerah tomat.

Piyamanya berkerut dan lekuk tubuhnya ditekankan saat dia meluncur ke tempat tidur.

Aku merasa senang dengan ini, dan merasa agak menyesal, jadi aku segera mengalihkan pandanganku.

“Hnn… * Fuu~ *…”

Kemudian, satu-satunya hal yang aku dengar adalah suara bisikan dan nafas Mea-san.

Hal itu membuat jantungku berdebar ... atau lebih tepatnya, membuatku tidak nyaman ...

“Kalau begitu, silakan kemari.”

Kemudian, Mea-san memintaku untuk masuk ke tempat tidur. Hal tersebut membuatku sedikit gugup, tapi aku kembali menatapnya.

“…”

Mea-san sedang berbaring meringkuk, dengan punggungnya ke arahku.

“Lalu… aku  akan naik…”

Aku mengatakannya agak di luar karakterku, dan demi kenyamananku…

Pastinya, jika aku berada di posisi berlawanan, aku akan tidur dengan tubuhku menghadap jauh darinya seperti ini.

Tapi bahkan tidur bertolak punggung begini masih menjadi rintangan yang sulit bagiku.

“U-umm, kalau begitu… aku juga.”

“Bisakah kamu tolong matikan lampunya…?”

“A-ahh, yeah, benar…” *Klik*

Aku menggunakan remote control untuk mematikan lampu di kamar ke lampu malam dan pergi tidur lagi.

─Mau dilihat dari sudut pandang mana pun, kami berdua sedang “tidur bersama".

Aku perlahan merangkak di bawah seprai, merasa sedikit gugup.

“*Kresek*… *Kresek **Kresek*…”

Setiap aku bergerak,  tubuh Mea-san tersentak dengan dengungan, yang mana hal itu membuatku semakin gugup…

Kemudian, setelah seluruh tubuhku berada di bawah selimut, aku mengambil posisi yang sama dengannya, meringkuk dengan punggung menghadap ke pihak lain.

Mana mungkin aku tidur dengan wajah menghadap ke arahnya, dan menurutku dia pasti tidak merasa nyaman kalau aku berbaring telentang…

Kemudian punggung kami bersentuhan satu sama lain.

「「 *Hikuk*… ​​」」

Kami berdua terkesiap.

Tapi tetap, hanya itu saja yang ami lakukan. Dan ada juga masalah dengan lebar tempat tidur. Meskipun ini adalah tempat tidur ukuran doubke, kami tidak bisa berpisah lebih jauh dari itu saat kami berdua berbaring miring.

Itulah sebabnya aku bisa merasakan panas tubuhnya melalui punggungku.

Sebuah pemikiran di mana  panas tubuhku sendiri yang disalurkan kepadanya dengan cara yang sama membuatku semakin tersipu.

“…”

“…”

Kami berdua bahkan tidak bisa mundur.

Sebaliknya, aku bisa mendengar jantung kami berdetak kencang.

… Ah! Ya ampun ~ ini tidak bagus! Mana mungkin aku bisa tidur dalam keadaan seperti ini!

“Ah-…Ng-ngomong-ngomong, Mea-san…”

Seolah-olah untuk menghilangkan kegugupan dan kegembiraanku, aku menggunakan semua kekuatanku untuk mengucapkan kata itu.

“… Ha, Hawa…?”

Balasan Mea-san di punggungku begitu tegang hingga hampir membalikkan isi perutku.

Kira-kira apa ini karena naluri jantanku yang ingin meredakan sarafnya. Atau apakah itu berarti jika dia tenang, aku akan merasa sedikit lebih baik? Pokoknya…

“Tadi, sudah kubilang ... aku putra dari seorang mata-mata, kan?”

Aku berjuang untuk menyuarakan kata-kata itu.

“Y-ya…”

“Tentang itu, aku ingin kamu merahasiakannya dari semua orang kecuali kamu, Mea-san. Soalnya, ini bukan hal yang normal ... "

“Aku… aku mengerti itu. Kamu juga tahu bahwa aku adalah seorang putri ninja dan aku ingin kamu juga merahasiakannya… ”

“Begitu ya… itu benar, kami berdua benar-benar mirip… terima kasih, itu sangat meyakinkan.”

“Dengan senang hati…”

“… Sejak aku kecil, ayahku selalu memberiku banyak 'ujian'.”

Seperti itu, aku mengubah topik pembicaraan.

Aku pikir yang terbaik baginya adalah memahami siapa aku dan apa yang aku alami.

Selain itu, aku ingin tahu lebih mengenal banyak tentang dia. Dan jika aku ingin tahu lebih banyak tentang dia, aku harus mengungkapkan diriku terlebih dahulu.

“Ujian…?”

Dengan saling memunggungi, aku hanya bisa memahami perilakunya melalui suaranya.

Untuk saat ini, suara Mea-san sudah terdengar tenang. Jadi aku merasa nyaman dan melanjutkan.

“Ya, ini lebih seperti persiapan untuk masa depan, sih… Ayah tahu bahwa aku tertarik dengan kariernya.”

“Ujian macam apa yang Ia berikan padamu…?”

Mea-san bertanya balik. Itu membuatku merasa lebih dan lebih nyaman.

“Yah, tidak ada yang serius. Rasanya hampir seperti permainan, sih, misalnya saja mencoba mencari tahu lokasi dari beberapa petunjuk, atau tebak siapa yang menyembunyikan sesuatu di sini. Dan seterusnya.”

“… Kedengarannya seru.”

“Ya, rasanya memang seru. Itu sebabnya aku selalu menerima 'ujian' dari ayahku ...”

Sambil mengatakan ini, aku diam-diam menoleh ke belakang.

Punggung Mea-san masih menghadap ke arahku. Rambut hitam panjangnya tergerai ke bawah, memberikan kilau indah bahkan dalam cahaya redup ini.

Aku buru-buru kembali ke posisi semula. Aku merasa seolah-olah aku telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak aku lihat.

─Tidak diragukan lagi, dia ada di sampingku. Dia berbaring di sampingku.

Fakta itu kembali membuat hatiku menggelitik dan menjerit.

“Kuuya-san ……?”

“Ah, ya, maaf… Itu sebabnya…”

“Iya…?”

“… Aku pikir alasan mengapa Mea-san dibawa ke sini hari ini, dan alasan mengapa kamu dan aku akan menjadi pengantin baru, adalah karena itu adalah 'ujian' dari ayah.”

“…”

“Terus terang, ini tidak biasa… tapi karena itu tidak biasa, itulah mengapa aku pikir itu mungkin 'ujian' dari ayah. Jadi aku ingin melakukannya dengan benar. Sama seperti sebelumnya.”

“Namun…”

“Ya… untuk melakukan itu, aku membutuhkan bantuanmu…”

“Begitu rupanya, benar juga. Kamu tidak bisa menjalani kehidupan pengantin baru sendirian ...”

“… Tapi aku tahu kalau Mea-san memiliki keadaanmu sendiri.”

“…”

Mea-san meringkuk di punggungnya. Itu hampir seperti pengakuan.

Itulah mengapa aku menatap ke ruang kosong - dan bertanya.

“Sekali lagi aku akan bertanya… kenapa kamu menerima ini, Mea-san?”

“…”

Tidak ada jawaban langsung. Namun, Mea-san meringkuk tubuhnya menjadi bulat dan mengangkat bahu.

“... Rahasia.”

Akhirnya, dia membisikkan hal itu.

… Lagi-lagi rahasia.

“Maafkan aku. Aku masih…”

“Tidak… aku mengerti. Yah, tidak apa-apa. ”

“Eh…?”

“Aku tidak akan memaksamu untuk berbicara. Jika Mea-san merasa ingin berbicara, kamu bisa berbicara denganku.”

Itu bohong. Sebenarnya, aku sangat penasaran tentang itu.

Namun… tidak ingin memaksanya untuk berbicara juga merasakan perasaan jujurku.

Kami baru saja mulai hari ini, hidup bersama sebagai pasangan pengantin baru, tapi kami masih baru kenal sama lain…

Kami masih baru mengetahui sedikit tentang satu sama lain.

Jadi wajar saja jika dia belum ingin mengungkapkan rahasianya.

─ Hal ini merupakan cara orang dewasa dalam menanggapi sesuatu.

Dan aku merasa tidak bisa memaksakan keegoisanku mengatasi masalah ini ...

Tidak masalah. Ini aku. Dan ini belum waktunya untuk itu.

Itu sebabnya…

“Kami berdua sama-sama memiliki rahasia sekarang… Pokoknya, aku berharap bisa bekerja denganmu mulai sekarang, Mea-san.”

Hanya itu yang aku bisikkan, dan aku menarik selimut untuk menutupi kepalaku.

“…”

Mea-san, setelah jeda yang tampak terganggu oleh responnya, berkata.

“… Ya.”

Hanya itu yang dia bisikkan kembali padaku.

…Ya. Itu saja sudah cukup untuk saat ini.

Aku memejamkan mata dengan lembut, jantungku masih berdebar kencang.

Tapi karena dia berada di sampingku, mana mungkin aku bisa tertidur segampang itu.

“… Kuuya-san, apa kamu sudah tertidur?”

“Tidak, aku masih bangun…”

“A-Aku juga kesulitan tidur …”

“Yah, wajar saja… Kami berdua belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya…”

“Ya… namun…”

Mea-san sekali lagi meringkuk.

Lebih dari sebelumnya, punggung kami bersentuhan sempurna satu sama lain.

“Tidak… tidak, bukan apa-apa…”

“… Begitu.”

Rasa kantuk belum melandaku. Sebaliknya, ada sensasi geli dan meresahkan sepanjang waktu.

─ Mulai sekarang, kami berdua akan tertidur seperti ini setiap malam.

─ Kira-kira, apa suatu hari nanti kita akan bisa terbiasa satu sama lain?

“…”

Akan sedikit memalukan jika ini menjadi “kebiasaan”.

Itulah yang tiba-tiba aku pikirkan, saat merasakan kehangatannya di punggungku.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama