Mea-san, Kocchi Muiteyo! Chapter 04 Bahasa Indonesia

Chapter 4 — Mea-San, Jika Kamu Melakukan Itu ....

 

“──San, Kuuya-san.”

Ada suara yang membawa kesadaranku ke dalam realita.

“Uhmm ...?”

“Kuuya-san, ayo bangun, ini sudah pagi, loh ...?”

Tampaknya aku bisa tertidur tanpa masalah.

Dan di pagi hari ... telingaku mendengarnya ...

Suara merdu Mea-san.

Ahh ya. Aku tidur dengannya tadi malam ...

Aku merasa seperti ... menjadi dewasa, hanya dengan satu hal ......

“Itu ... Ahh, tolong … bangun ... atau aku akan ...”

Dan itu dia, suara Mea-san terdengar seolah-olah dia dalam keadaan putus asa.

Dan kemudian dia tiba-tiba mengguncang tubuhku.

... maksudmu aku harus bangun pagi-pagi?

“Hmm ... jangan terlalu tergesa-gesa .... sekarang masih liburan musim semi ...”

Aku menjawab dengan suara setengah tertidur.

Aku senang kami bisa tidur bersama dengan benar, rasanya tidak terlalu buruk juga untuk dibangunkan seperti ini ... atau lebih tepatnya, aku senang digelitik olehnya ...

Ahh ya, jadi beginilah yang akan terjadi setiap pagi mulai sekarang. ......

“Aku ... Aku ingin pergi ke toilet! Aku tidak bisa bangun dari tempat tidur kecuali Kuuya-san menyingkir dari jalan!”

“...............”

Kami tidur dengan posisi dia berada di belakang dekat dinding dan aku di depan. Dengan kata lain, persis seperti yang dia katakan.

“Oh, maaf, maaf! Aku agak kurang tidur!”

Aku buru-buru melompat dari tempat tidur untuk memberinya ruang.

Benar juga, saat baru angun tidur, kamu pasti ingin pergi ke kamar mandi! Dan Mea-san, fakta bahwa kamu tidak melangkahiku dan bangun dari tempat tidur benar-benar mengesankan ...

“Selamat pagi, Mea-san, aku benar-benar minta maaf ... Tolong luangkan waktumu.”

Dan dengan itu, dalam upaya menebus kesalahanku, aku membuat gerakan yang elegan ke arah kamar kecil.

Aku yakin dia akan lega dengan ini. Mungkin sedikit memalukan untuk dipaksa mengungkapkan kalau kamu harus pergi ke kamar mandi, tapi tolong, Mea-san, tahu bahwa Kamu tidak akan dapat melarikan diri dari masalah mendesak tanpa membuat pengorbanan

Jadi, kurasa aku harus bangun pagi-pagi mulai sekarang.

Aku bukan tipe orang yang biasa bangun pagi, tapi kurasa aku tidak bisa menahannya ... demi Mea-san ...

“.......!?!?!?!”

Hah? Untuk beberapa alasan, tubuh Mea-san tiba-tiba menjadi kaku!?

“Ehh? Ap-Apa ada yang salah?”

Dia mulai kelihatan panik lagi. Memangnya aku mengatakan sesuatu yang salah?!

“Ku-Kuya-san ... itu ... uuughh~”

“….Hah?”

Ketika aku menatapnya, matanya terbuka lebar dan ketakutan, jadi aku mengikuti tatapannya ...

“Ah ......... Uwaaaaaaaaa!?”

Aku langsung terburu-buru untuk menutupi joni kecilku. Aku jadi mengerti apa yang sedang terjadi!

Ya. Karena ini pagi hari. Dan ketika menyangkut masalah pria saat di pagi hari, ada fenomena fisiologis alami, ereksi pagi.

Dan aku kepergok oleh Mea-san! Seolah-olah ada tenda yang muncul dari dalam  celanaku, dan joni kecilku sudah berdiri tegak dan keras!

Aku merasa malu! Aku ingin mati saja! Aku berpikir sejenak, tetapi ternyata itu bukan intinya.

Dan saat berpikir begitu—— 

“Ku-Kuuya-san ... Uuuuu~ ...

Aku bisa melihatnya gemetaran saat dia mundur ke dinding.

“Tunggu— , Ehh, Mea-san?”

“Ja-Ja-Jangan bilang, itu, dengan it-it-itu, kamu dan ...”

Kamu, dan ... aku, dan itu ... terasngsang.

“Apa kamu akan menyerangku?” Apa itu yang kamu maksud?

“Ti-Ti-Tidak, tidak, tidak, tidak!”

Aku tidak punya lain pilihan selain melambaikan tangan dengan panik (dengan joni kecilku yang masih berdiri tegak nan gagah).

“Ta-Tapi aku pernah belajar ketika pria ingin melakukan itu, Pen.. .Peni- ...mereka ja-jadi lebih besar ...!”

“Kamu benar, tapi ini berbeda! Ini adalah ereksi pagi! Ini hanya fenomena alami!”

“Aku tidak tahu itu ..... Aku tidak pernah belajar tentang itu ...”

“Yah, sekarang kamu sudah tahu! Ini fenomena alami yang terjadi ketika pria bangun dari tidur! Itu tidak ada hubungannya dengan nafsu atau semacamnya!”

“Be-Benarkah...?”

“Itu sebabnya, jangan menatapku dengan tatapan itu lagi!”

Asal jangan itu! Karena rasanya semakin besar dan sakit!

“Pokoknya, kamu mengerti, kan? Ini hanya fenomena fisiologis dan akan kembali seperti semula ketika aku pergi ke toilet. Dan dengan itu, maaf, aku mau pergi ke toilet duluan ...!”

“Ahh ... y-ya, aku minta maaf juga ...”

 

◇◆◇◆

 

Astaga, pagi-pagi sudah bikin keributan begini... dan beberapa menit kemudian.

“Aku kembali…”

Aku merasa tidak enakan karena membuatnya menggunakan kamar mandi setelah aku, jadi aku segera meninggalkan ruangan dengan dompet di tangan setelah menyelesaikan urusanku.

Yah, aku merasa buruk tentang mendengarkan suara gadis-gadis yang melakukan urusan mereka ... dan lebih dari itu, aku merasa agak canggung ...

“Oh, selamat datang kembali. Tapi, kamu habis pergi dari mana...?”

“Oh ya. Aku membeli sesuatu untuk sarapan kita.”

Aku mengangkat tas plastik dari minimarket.

Dalam perjalanan ke sini kemarin, aku mengkonfirmasi kalau ada minimarket yang cuma berjarak beberapa menit berjalan kaki. Bisa dibilang, persiapan ayah dalam menyiapkan rumah sudah dilakukan dengan baik. Terus terang saja, apartemen ini memiliki lokasi yang jauh lebih baik daripada rumah orang tuaku. Lokasinya juga lebih dekat sekolah SMP yang akan kuhadiri besok.

“Yah, memasak, yah, kau tahu, kita berdua masih belum memiki bahannya untuk hari ini.”

“Um ... aku minta maaf untuk ... berbagai hal.”

“Tidak apa-apa ... Lalu, bagaimana kalau kita makan sekarang? Yang mana yang diinginkan Mea-san?”

Aku kemudian duduk di atas bantal di ruang tamu dan membeberkan barang-barang yang sudah aku beli.

Pada awalnya, aku memilih berbagai jenis Onigiri, sandwich, dan jenis makanan lainnya, tapi aku kemudian menyadari ....

“Ah ... Aku seharusnya juga membeli minuman.”

Aku baru menyadari itu sekarang.

Rupanya, untuk beberapa alasan, aku merasa kesal. Tapi ketika aku memikirkan itu….

“Oh ... kalau begitu, kalau begitu aku akan menyiapkan minuman ~”

Aku melihat Mea-san mengepalkan tangannya dengan erat dan menyela perkataanku.

“Aku sangat berterima kasih untuk itu, tapi kamu yakin kalau kamu baik-baik saja dengan itu ...?:

“Setidaknya aku bisa membawakanmu minuman.”

Pipi Mea-san menggembung marah. Sejujurnya, wajahnya kelihatan lucu dan menggemaskan.

“Untungnya, sudha ada banyak hal yang disiapkan untuk kita berdua...”

Dia berjalan ke dapur dan membungkuk untuk membuka lemari penyimpanan bawah, “Kurasa ayahku menaruh minuman di sana.”

“Kamu ingin minum apa, Kuuya-san?”

“Kurasa aku mau minum...”

Ini adalah kesempatanku untuk kembali ke jalur semula. Jadi aku menyibak poniku dan berlagak dengan pose keren. Aku kemudian berkata—— 

“Aku akan minum kopi hitam….”

Nah, apa lagi yang bisa aku minta?

“Apa kamu beneran mau minum dengan kopi hitam?”

“Tentu saja.”

Aku merespons dengan suara yang lebih tenang. Ya ya ya, memang begitulah seharusnya.

Tidak baik untuk marah-marah atau berteriak. Seorang pria dewasa perlu bersikap tenang setiap saat. Dan jika aku mau meminum sesuatu, pilihannya sudah pasti harus kopi hitam.

“Kepahitan dan aroma kopi hitam sangat penting ketika bangun di pagi har.”

Ya, metode ini sangat efektif ... Aku yakin ini akan mengembalikan pendapat Mea-san mengenai diriku yang telah jatuh sebelumnya (pikirku).

“Jadi begitu ya... Aku selalu menjadi peminum teh hijau ...”

Seperti yang diharapkan dari Kuuya-san, kata Mea dengan kagum.

“Baiklah. Aku akan membuatkanmu kopi, tolong tunggu sebentar.”

“Oh terima kasih.”

Mea-san lalu mengisi ketel dengan air dan meletakkannya di atas kompor.

Setelah beberapa saat, aroma kopi yang harum menyebar di udara. Rupanya, dia telah menyiapkan kopi gerus bukan kopi instan.

Ayahku sangat penuh perhatian dalam bidang itu juga. Aku sangat menghargainya.

“Terima kasih sudah menunggu.”

Mea-san membawa cangkir dan kemudian meletakkan dua gelas di atas meja.

“Oh, apa Mea-san juga mau ikutan minum kopi?”

“Ya. Ketika mendengar pilihan Kuuya-san, aku jadi ingin mencoba meminumnya  juga.”

“Yah ... Aku harap itu sesuai dengan seleramu.”

Dia tersenyum padaku dan berkata, “Aku bisa meminumnya dengan mudah ...”

Kemudian Mea-san juga ikut duduk dan kami mulai memilah makanan yang aku beli.

Aku sedikit terkejut ketika Mea-san memberitahu kalau satu Onigiri saja sudah cukup untuknya. Porsi makan gadis memang selalu sedikit... yah, pokoknya.

“Kalau begitu, ittadakimasu.”

“Itadakimasu.”

Kami berdua mengatakannya secara bersamaan. Mea-san jauh lebih sopan dan bahkan menyatukan tangannya.

Apa-apaan ini, aku tidak boleh kalah. Akan kupastikan kalau aku menyatukan kedua tanganku dengan benar pada waktu berikutnya ...

Sambil memikirkan hal ini, pertama-tama aku membawa kopi yang telah dipersiapkan Mea-san ke bibirku.

(Uwaa, pahit sekali... ugh!)

Aku mengerang di dalam hatiku.

Ya, rasanya sangat pahit, astringent, dan tidak terlalu lezat ...! Aku ingin menambahkan banyak gula dan susu ke dalam kopi ini ...!

Tapi aku tahu. Inilah yang seharusnya dilakukan orang dewasa, meminum barang ini secara normal ...!

Jika aku terus minum seperti ini, aku yakin kalau aku akan mulai menikmatinya suatu hari nanti. Ya, seperti tumbuh lebih tinggi dan perubahan dalam suara ...!

“Ya ... aku suka rasa pahit ini. Terima kasih, Mea-san, karena membuat minuman lezat ini.”

Oleh karena itu, aku mencoba yang terbaik untuk tetap menjaga pikiran batinku,  “Rasanya sangat pahit dan enggak enak!”, dan tersenyum sambil berterima kasih padanya.

Oke, sejauh ini, semuanya sudah bagus ...! Bagaimana menurutmu, Mea-san, tentang kedewasaanku ...!?

“Sama-sama ... *Endus*”

Dia mengangkat cangkirnya sendiri dan mengendus aroma kopi saat mengintip ke dalamnya.

“Sementara aku menyeduhnya, aku berpikir kalau aroma kopi  ternyata ... sangat harum dan enak.”

“Ahh, Mea-san belum pernah meminum kopi sebelumnya, kan?”

“Kediamanku selalu memiliki kehidupan gaya tradisional Jepang ... jadi ini pertma kalinya aku mencobanya.”

Kopi hitam pertamanya ... Apa dia bakal baik-baik saja? Aku jadi sedikit khawatir. Apalagi, meski aku bilang kalau aku ingin minum kopi hitam, tapi sebenarnya aku tidak mau sama sekali.

Sementara aku memikirkannya, Mea-san menyesap kopi dari cangkirnya.

Dan segera setelah itu──

“────!?!?”

Bang! Dia membanting cangkirnya dengan keras dan memegang mulutnya dengan panik.

“!? ~~!? ~~!? ~~ !! ~~?”

Dan kemudian, dengan mata hitam dan putih cerah, dia melihat sekeliling seolah-olah dia tidak tahu harus berbuat apa.

Tampaknya rasanya begitu tak terduga sampai-sampai membuatnya kebingungan apa dia harus menelannya atau tidak!

“Me-Mea-san! Kamu harus bersabar di sini! Telan dengan sekuat tenaga!”

Aku melompat ke dapur dan mengisi cangkir dengan susu dan mengulurkan padanya.

“Rasanya akan menjadi lebih pahit jika kamu terus menyimpannya di mulutmu! Jadi saat meminumnya, kamu bisa meringankan rasanya dengan ini!”

“~~~~!?!?!?!”

Wajahnya sudah berada di ambang menangis ketika mengangguk kepalanya.

Kemudian, dia menghirup hidungnya beberapa kali untuk mengatur pernapasannya ... ..

Huu ...... Fuuu, Huufuun, Huuh ... Fuunn”

Dia menutup matanya dan menelan dengan keras, menegang tenggorokannya sekeras yang dia bisa.

Apa itu imajinasiku saja kalau dia …… kelihatan jadi lebih seksi? Tidak, berhenti menatapnya seperti itu!

Dan kemudian Mea-san akhirnya menelan semua kopi di mulutnya.

“Fuaaaa, pahit sekali ... rasanya sama skeali enggak enak... Fueeee, *hiks* ......”

Dia terus merengek sambil berlinangan air mata dan mulai minum susu yang telah kubawa padanya.

Hmm, aku pikir dia kelihatan lebih seksi, atau entah bagaimana terlihat menggoda ... Aku ingin mengalihkan pandanganku dari Mea-san.

Apa aku orangnya secabul ini? Atau apa karena Mea-san adalah orang dewasa menggoda sampai-sampai membuatku merasa seperti ini?

Aku sedang memikirkan hal ini, dan menatapnya lagi, lalu... ..

“Ahhhh”

Pandangan mata kami saling bertemu.

Segera setelah tatapan mata kami bertemu, wajah Mea-san langsung memerah hingga ke ujung telinganya.

Kemudian dia memalingkan wajahnya, meletakkan tangan di pipinya, dan menyusut tubuhnya. Dia mulai menggeliat seolah-olah dia tidak menyukainya.

“Me-Me-Me-Me-Me-Mea menunjukkan sesuatu yang sangat buruk lagi ... Tidak, tidak. Kenapa sih aku selalu melakukan hal yang sama lagi dan lagi ...”

Dia benar-benar merasa sangat malu.

“Baka, Baka, Baka, Mea no baka! ... di depan Kuuya-san, seperti ini, seperti ini, seperti ini, seperti ini ... Fuueeeeaaann! ...”

Pada akhirnya, dia menangis sejahi-jadinya dan mulai memukul-mukul kepalanya.

“...”

Aku sudah memikirkannya kemarin juga, tapi──

Bukannya tingkah Mea-san yang malu-malu ... terlalu imut ...?

Aku terutama suka bagaimana ekspresi normalnya, yang biasanya tenang dan dewasa, mudah runtuh.

Dia mencubit wajahnya yang cantik seperti anak yang diintimidasi ... dan perbedaan di antara penampilannya membuat hatiku berdetak.

Jadi aku tidak tahan mengatakannya.

“Me-Mea-san, apa kamu bisa menghadapkan wajahmu ke arahku sebentar?”

Aku ingin melihat jelas wajahnya. Aku harus melihat tampilan di wajah Mea-san! Bagian di mana dia merasa sangat malu!

Jika itu yang dikatakan hati jantanku, maka──

“Tidak, jangan ~, Mea punya wajah lucu sekarang ...!”

Dia menggelengkan kepalanya keras-keras dan menutupi wajahnya dengan tangannya, yang mungkin karena hati gadisnya.

Tapi bagiku, ekspresi tersipu selanjutnya juga tak tertahankan ... ..

“Ayolah, jangan bilang begitu, Mea-san.”

“Jangaaannn, enggak boleh, Kuuya-san jahat, apa kamu bodoh? Kamu bodoh ya? Kuuya-san no bakaaaaa ... “

Itulah kejadian yang terjadi saat sarapan pagi ini.

 

◇◆◇◆

 

Terlepas dari semua yang terjadi, sarapan kami akhirnya berakhir.

“K-Kamu tidak mengenakan piyamamu selamanya, kan?”

Kamu ini bilang apaan ~, Mea-san menyelaku.

Kebetulan, wajahnya masih sedikit merah. Dia tampaknya tidak terguncang dari apa yang terjadi sebelumnya (aku terus-terusan meminta maaf padanya), tetapi tampaknya dia tidak akan mengubah pikirannya dengan mudah.

Jadi, aku khawatir aku harus mengabaikan pendapatmu. Sedangkan bagiku, karena sekarang adalah hari libut, kenapa aku tidak diperbolehkan memakai baju santaiku? Tetapi sekarang kita berdua hidup bersama, itu bukan hanya masalahku saja. Mungkin.

“Ya, yah, ayo ganti pakaian kita saat ini.”

“Y ... Ya ... tapi ...”

“... Kita tidak bisa asal mengganti pakaian seperti ini, kan?”

“Tentu saja. Hal seperti ... dilihat oleh Kuuya-san ...”

Tidak, aku sudah melihat tubuh telanjang Mea-san...

Aku berpikir sejenak, dan aku mengerti bahwa dia bermaksud, “Aku tidak ingin dilihat kamu lagi” Jadi kurasa aku harus lebih menaruh perhatian. Sebagai pria.

“Baiklah, aku akan berbalik dan kemudian kamu bisa berpakaian.”

Ucapku, mengambil inisiatif untuk memutar punggungku kepadanya.

“Aku takkan melihat ke belakang. Dengan beigtu, kamu tidak masalah, bukan?”

“Y ... Ya, ya, terima kasih ...”

Dia menjawab perlahan, tetapi dengan suara yang diyakinkan.

Dalam batin, aku merasa sedikit lega.

Tidak, kalau boleh ngomong  jujur, aku sangat tertarik. Aku benar-benar ingin melihat Mea-san saat mengganti pakaiannya. Aku hanya pernah melihat gadis-gadis berganti baju olahraga sekilas sampai kelas empat. Dan tentu saja, tidak ada satu pun dari mereka yang mempunyai bentuk tubuh seindah dan berkembang dengan baik seperti Mea-san.

Peristiwa ini tidak pernah terjadi padaku sebelumnya.

Mungkin ada sesuatu yang mulai terbangun di dalamku sekarang karena aku tahu gadis ini, Mea-san. Ya, bisa dibilang, bagian berkembang dari seorang pria dewasa ...

Aku merasa lega bahwa aku dapat mengambil inisiatif untuk memutar punggungku dan menenangkannya.

Ya, sesuatu mungkin pemula, tetapi belum cukup untuk menari dengannya.

Selain itu, aku berusaha menjadi pria dewasa yang keren. Itu kebalikan dari “Aku ingin melihatmu berubah!" Ini baik-baik saja, tidak masalah, ini tidak masalah ... ..

Sementara itu, aku mulai mengganti baju tidurku dan berganti dengan baju yang pernah kupakai kemarin. Aku datang ke sini dengan tangan kosong, tidak seperti Mea-san, jadi aku harus mengambil barang-barangku hari ini ...

Sambil memikirkan ini, aku memakai bajuku.

Yoi ... sho ~ ...”

Aku bisa mendengar suara pakaiannya menggosok kulitnya, dan suara napasnya yang datang dari belakangku.

Gadis di belakangku pasti sudah mulai mengganti pakaiannya juga. Dari suaranya, dia mungkin baru saja melepas piyama-nya sekarang ...

“...”

Fuu ... aku ingin membalikkan badamku! Aku benar-benar ingin melihatnya!

Aku sangat kegirangan sampai-sampai berteriak tidak karuan di dalam hatiku.

Tidak, karena! Aku tidak menyadari betapa geli dan memalukan itu untuk mendengar apa pun selain bernafas dan suara pakaian gemerisik!

Sejujurnya, ini pertama kalinya buatku. Ketika masih berganti bersama di sekolah SD, itu tidak terlalu menggangguku karena semua orang ada di sana, tetapi ...

Aku tidak menyadari betapa tidak nyamannya bersama orang lain dan meminta mereka berganti di belakangmu ...!

Tapi aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Dengan tekad baja, aku menekan keinginanku untuk berbalik.

Jika aku berbalik di sini ... Aku akan mengacaukan segala hal.

Aku mengertakkan gigi dan selesai berpakaian sambil berkata pada diri sendiri, jangan pikir hal yang aneh-aneh ... jangan pikir hal yang aneh-aneh ......

“Nn, ... Yotto ... Fuu ...”

Dari belakang punggungku, Mea-san masih dalam proses mengganti pakaiannya.

“Aku sudah selesai ganti baju, bagaimana denganmu?” Jika aku membalikkan badanku sekarang, aku yakin kalau aku bisa melihat Mea-san dalam penampilannya yang indah.

Tapi! Hanya karena aku sudah selesai berganti bukan berarti dia juga sudah selesai!

Jadi aku mencoba yang terbaik untuk tidak berbalik sampai dia memanggilku. Semoga berhasil, diriku! Aku sedang diuji (sendiri) untuk menjadi pria dewasa dan keren sekarang!

“Hm, uhh .... Aku sudah selesai juga, Kuuya-san. “

AKU MENANG…! DARI DIRIKU SENDIRI….!

“Be-Begitu ya.”

Dan akhirnya aku berbalik.

Dia mengenakan gaun cantik dan kardigan yang elegan, berbeda dari yang dia pakai kemarin.

Segera setelah aku membalikkan badan, dia bergumam kepadaku.

“... Kuuya-san sangat dewasa sekali, ya.”

“Heh ...?”

“Umm ... Yah, aku selalu dijaga oleh teman-temanku di SD ... tapi meski begitu, anak laki-laki di kelasku pasti ada saja yang mencoba untuk mengintip sekilas saat aku ganti baju….”

“... Be-Begitukah?”

“Tapi ... Kuuya-san benar-benar berbeda. Dari awal sampai akhir, kamu tidak pernah membalikkan badanmu ... jadi kamu orang dewasa yang tak tertandingi untuk laki-laki yang kukenal sejauh ini ...”

“Te ... Tentu saja ...!”

Aku tidak punya pilihan selain merespons seperti ini.

... Aku ingin tahu apa yang akan kamu pikirkan jika kamu tahu tentang konflik batinku, Mea-san.

Tetapi jika tidak diperlihatkan, maka tidak ada masalah.

“Aku mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin, rasanya jadi sedikit memalukan.”

Aku menggaruk rambutku dengan pose yang kaku, berusaha menutupi pikiranku.

Aku benar-benar mulai merasa seperti aku tidak punya pilihan lain selain bertindak seperti orang dewasa di depannya.

Tidak, itulah yang aku inginkan. Tapi itu, tapi ... Aku tidak bisa membiarkan kewaspadaanku menurun, tapi kalau begini terus ...!

 

◇◆◇◆

 

Bagaimanapun juga, aku sudah selesai berpakaian dan sekarang bersiap-siap untuk pergi.

“Uhhmm... Aku mau mengambil barang-barangku dari rumah.”

Aku berkata kepadanya dengan canggung.

“Seperti yang pernah kubilang sebelumnya, aku perlu lebih banyak pakaian. Dan besok adalah upacara masuk, jadi aku harus mengambil seragamku juga.”

... Selain itu, aku ingin menjaga jarak dari Mea-san sebentar dan bersantai sedikit.

Rasanya sungguh menyedihkan, tapi apa boleh buat. Aku mungkin hanya "anak populer," bukan orang dewasa yang sebenarnya (seperti yang dipikirkan Mea-san). Aku benci mengatakannya, tapi aku masih pendek dan suaraku belum berubah ....

“Jadi, aku minta maaf sudah merepotkanmu, Mea-san, tapi apa kamu bisa tetap tinggal di sini?”

Ketika aku mengatakan itu, dia meletakkan tangannya di dagunya dan merenung sebentar.

“Hmm? Apa yang salah?”

“... Aku akan pergi bersamamu juga.”

“Apa?”

“Kupikir akan lebih cepat membawa sesuatu dengan dua orang ketimbang satu orang yang membawa semuanya sendirian.”

“Y-Yah memang sih, tapi ...”

“Meski terlihat begini, tapi aku sangat kuat. Aku akan menunjukkan kepada Kuuya-san seberapa bergunanya aku.”

Dia terlihat antusias dan mengepalkan tangan di depan dadanya.

Rupanya, Mea-san masih saja Mea-san, dan dia merasa kalau dirinya perlu menebus kesalahannya yang terus-menerus ...!

Dalam situasi itu, aku tahu kalau aku tidak bisa menolaknya sedikit pun.

“Ba-Baiklah ... aku mengerti ... Kalau begitu, aku minta bantuanmu ...”

Aku tidak punya pilihan selain menjawab begitu.

“Serahkan saja padaku. Kamu bisa memberitahuku apa pun yang ingin kamu lakukan, Kuuya-san.”

Mea-san semakin antusias.

Aku kembali berjalan menyusuri jalan yang dilewatiku dan Ayahku kemarin, tapi kali ini, aku bersama Mea-san.

“Tidak heran kalau distrik sekolah kita sangat berbeda.”

Ketika aku memberitahunya kalau itu akan memakan waktu sekitar lima belas menit untuk berjalan dari rumah, dia mengatakan sesuatu seperti itu.

“Jika berbicara tentang daerah sini, maka Kuuya-san pergi ke sekolah SD timur, kan?”

“Tepat sekali. Itu berarti Mea-san masuk ke sekolas SD Barat, ya?”

“Ya, orang tuaku tinggal di jalan barat ke-9.”

Kota kami, Chiyoda, dibagi menjadi bagian timur dan barat oleh rel kereta api yang membentang dari arah utara dan selatan.

Oleh karena itu, anak-anak dari sisi timur kota akan memasuki sekolah SD Chiyoda Timur, sedangkan yang dari sisi barat akan menghadiri sekolah SD Chiyoda Barat. Di sekolah SMP, para siswa dari kedua sekolah ini akan melebur menjadi satu. Ngomong-ngomong, apartemen yang kami tinggali kemarin berada di Distrik Selatan, yang mana tepat berada di bawah Distrik Timur (yang mana distrik SD Chiyoda Timur), dan kami dapat menghadiri SMP Chiyoda di pinggiran Distrik Barat setelah kami melewati persimpangan kereta api. Dan karena orang tua Mea-san tinggal di jalan barat ke-9, kurasa kami harus berbalik di sana. Bagaimanapun juga, arahnya berlawanan dari rumah orang tuaku.

Dan saat aku sedang memikirkan hal ini.

“Seandainya saja... Kuuya-san dan aku sudah bersama sejak sekolah SD.”

Aku menjadi sedikit gugup ketika tiba-tiba mengatakan itu kepadaku.

“Yah, akan jauh lebih mudah jika kita sudah saling mengenal lama, tapi ...”

Tapi di sisi lain, bukannya itu membuatmu semakin  malu? Aku pikir kami hanya teman sekelas, tetapi kami benar-benar tunangan, dan tiba-tiba kita akan hidup sebagai pengantin baru.

Aku pikir seperti itu, tetapi tampaknya Mea-san tidak begitu.

“Benar, ‘kan? Jika kita sudah saling mengenal, aku mungkin bisa lebih berguna ...”

Ketika dia mengatakan itu, dia langsung berdiri di sebelahku. Rambutnya yang panjang dan indah berkibar di pundaknya, hampir menyikat bahuku.

“Apa kamu juga tidak berpikir begitu, Kuuya-san?”

“... Meski kita sudah saling mengenal untuk waktu yang lama, tapi hal tersebut tidak mengubah fakta kalau kamu masih belum terbiasa dengan anak laki-laki, benar ‘kan?

Aku merasa minder karena tinggi badan dan panjang langkah kaki kami agak sama, jadi jawabanku agak murung.

Ketika aku berdiri di sebelahnya, aku diingatkan kembali kalau dia tumbuh subur – dan sebaliknya, aku masih seperti anak kecil. Inilah alasan kenapa aku berusaha tumbuh lebih tinggi.

“Kamu pernah mengatakan kalau aku belum pernah berbicara dengan anak laki-laki sebelumnya, ‘kan?”

“Me-Memang benas sih tapi ... Uu uugh~, kamu benar, baik kurasa, bila begini terus, aku ....”

Mea-san menggeliat.

Ohh sialan! Aku mulai berpikir lagi saat menyadarinya. Aku tidak percaya bagaimana aku membiarkan penampilanku mendapatkan yang lebih baik dari aku, aku bahkan masih jauh untuk dibilang seorang pria.

Aku harus menindaklanjuti! Ehhhh, Umm ... ..

“Ta-Tapi!”

Sebelum aku bisa memikirkan hal lain, Mea-san mendongak.

“Tetap saja, aku yakin kalau Kuuya-san dan aku akan baik-baik saja, karena kamu berbeda dari anak laki-laki lain!”

Dia terdengar sangat yakin akan hal itu.

Dalam periode waktu yang singkat ini (sebenarnya, itu cuma sehari), aku telah mendapatkan banyak kepercayaan.

(Aku ingin tahu apakah itu kualitas asuhannya ....)

Bisa dibilang, kurasa aku merasa beruntung karena dia tidak penrah berinteraksi dengan laki-laki lain.

Memikirkan tentang itu. Apa yang bisa aku katakan, itu terlalu berbahaya.

(Untung saja pasangannya adalah aku .....)

... Ehh? Aku? Apa sih yang aku pikirkan?

Aku mulai merasa sangat malu pada diriku sendiri. Omong kosong macam apa ini! Aku juga masih anak-anak!

“...? Apa ada yang salah, Kuuya-san?”

"Bukan apa-apa, itu ... Rahasia, rahasia!”

“Ya ampun ~ kau juga mengatakan itu, Kuuya-san. Jika kamu bilang begitu, aku tidak punya pilihan selain mundur.”

“Hahaha ... itu, itu sangat membantu ...”

Aku tidak bisa menahan tawa datar ketika aku mencoba yang terbaik untuk menjauhkan wajah memerahku darinya.

... Kira-kira apa begini perasaanmu saat kamu merasa malu, Mea-san ...

 

◇◆◇◆

 

Dan dengan demikian, kami tiba di kuil tersembunyi Miya— Kediaman yang jauh dari masyarakat.

Tidak ada yang menjawab saat aku menekan bel pintu, jadi aku menggunakan kunci duplikatku untuk masuk.

“Kurasa ayah sedang bekerja, dan ibu mungkin sedang keluar untuk berbelanja,  .... Karena aku tidak dapat menemukan sepatunya di sini. Yah pokoknya, ayo masuk.”

“Ya, permisi.”

Sudah sehari sejak aku jauh dari rumah, tetapi aku tidak pernah menyangka kalau aku akan pulang dengan seorang gadis ... (Apalagi dia itu super cantik!)

Dan kemudian, Mea-san melepas sepatunya dan mengembalikannya ke posisi yang benar, menghadap ke arah yang benar.

Hal-hal kecil seperti ini menunjukkan seberapa disiplinnya dia dibesarkan. Tak satu pun dari teman-temanku yang akan melakukan sesuatu seperti ini.

“Hmm?”

“Ahh, bukan apa-apa ... Yah, mari minum dulu dan kemudian pergi ke kamarku.”

“... Sebenarnya, aku ingin menyapa ibu mertuaku.”

“Ka-Kamu bisa melakukan di lain waktu.”

Di situlah aku merasa lega! Jika ibuku ada di sini, aku tidak tahu seberapa besar dia akan mengolok-olokku ...!

Aku lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan teh untuk kami berdua (aku harus memperhatikan Mea-san, yang peminum teh hijau) dan naik ke tangga menuju kamarku yang ada di lantai 2.

“Aku minta maaf kalau kamarnya agak berantakan, tapi ...”

Dan kemudian aku membuka pintu. Ngomong-ngomong, aku merasa bersyukur karena aku membersihkan kamarku sehari sebelum kemarin, “Aku juga akan menjadi murid SMP!”

Untuk diriku di selumbari tadi, terima kasih banyak. Berkat dirimu, aku tidak terlalu malu untuk membawa Mea-san──

“U ~~~~~ ... Uuuuuh~”

“Ah, Mea-san?”

Untuk beberapa alasan, Mea-san tidak mau masuk ke dalam, tapi hanya berdiri di ambang pintu dengan wajah yang memerah.

“Ja-Jadi ini yang namanya ... kamar anak laki-laki ...”

“Hah? Ah, Umm, aku minta maaf kalau ruangannya terlihat biasa-biasa saja, tapi ....”

Poster yang aku hargai ketika aku berada di sekolah SD dirobek.

Itulah yang aku pikirkan, tetapi bukan itu yang diperhatikan Mea-san.

"Segera setelah aku membuka pintu, aroma Kuuya-san menyebar dari segala arahhhhh ~~~ ...”

… Apa maksudnya itu?

“Ehh?! Apa kamarku sebau itu?!”

“Ah ... bu-bukan itu yang aku maksud!”

Wajah Mea-san semakin lama semakin memerah dan mengguncang tangannya secara dramatis.

“Ahh, itu karena kamar ini merupakan tempat di mana Kuuya-san hidup ... Kuuya-san ... kamar laki-laki ... Tentu saja, itu benar-benar berbeda dari kamarku. Aku belum pernah masuk ke kamar anak laki-laki, jadi aku ... agak malu ...”

... Itu adalah reaksi gadis polos yang menakjubkan!

Ji-Jika kamu mengatakan sesuatu seperti itu, aku jadi mulai sadar diri ...

Ruangan tempat kami menjalani kehidupan yang baru saja diizinkan tidak dikenal dan masih kurang dalam menggambarkan nuansa kehidupan, jadi itu baik. Tidak ada perasaan bahwa dia berada di "kamarku sendiri".

Tapi ruangan ini berbeda. Ini adalah kamarku, tempat di mana aku sudah menghabiskan seluruh hidupku sejak aku dilahirkan.

“Ah, rak buku ... Hmm, Kuuya-san benar-benar suka manga ...”

Fakta bahwa tunangan dan istri sahku, Mea-san, ada di sini ...

“To-Tolong jangan lihat-lihat terlalu dekat ...”

Aku merasa teripu dan malu untuk mengatakan seperti itu dari kata-kata karakter.

“Ahh, ma-maaf.”

“Tidak ... ah, yah ... kurasa apa boleh buat ...”

“Eh, Ehhh, kenapa ...?”

Aku akan mengemas barang-barangku dulu. Mea-san, gimana kalau kamu duduk di tempat tidur dan menungguku?”

“Apa aku boleh duduk di atas kasurmu?”

“Kupikir itu adalah tempat paling nyaman untuk duduk di kamarku."

Mau tak mau aku merasa seperti itu. Sebaliknya, Mea-san adalah orang yang ingin berubah menjadi seorang anak.

Juga, kursi di meja belajarku menghalangi ketika aku perlu mengambil segalanya. Aku merasa tidak enakan meminta seseorang untuk menyingkir setiap saat ...

“Terima kasih atas perhatiannya. Kalau begitu, permisi.”

Mea-san berterima kasih padaku dan duduk kembali. Dia sangat sopan dan tulus.

“Sama-sama. Lalu aku akan mulai─ hmm ...?”

Dan kemudian aku menyadari sesuatu.

Ada benda yang tidak terbiasa di meja belajarku, bersama dengan catatan.

“Ehh ... ini, ini smartphone!”

Aku melihat catatan yang melekat pada smartphone, bertanya-tanya apa ini sesuai dengan tebakanku.

“Pasti rasanya tidak nyaman untuk tidak memiliki sarana komunikasi! Kamu juga kurang lebih sudah membentuk suatu keluarga, dan itulah sebabnya kamu diizinkan memilikinya. Kamu harus membayar biaya penggunaan dari uang di akun yang aku berikan kepadamu. Salam, Ayah. "

“Ooo ...!”

Aku secara naluriah mengangkat suaraku karena merasa sangat gembira. Ini kejutan yang menyenangkan yang meramalkan tindakanku, Ayah!

“A-Apa ada yang salah, Kuuya-san?”

“Ayahku memberiku smartphone! Uwaa, aku selalu menginginkannya, tapi aku pikir kalau aku takkan mendapatkannya dalam waktu dekat ...!”

“... Fufu ~, Kuuya-san benar-benar kegirangan seperti anak kecil.”

“Ah ... Ya, aku harus bereaksi dengan jujur ​​saat mendapat hadiah, kalau tidak itu sopan untuk pmeberi yang sudah memberikannya padaku.”

Sambil mengatakan sesuatu seperti itu, aku menyibak poniku, mencoba menutupi rasa malu aku.

Tapi aku sangat senang dengan ini. Cuma ada satu dari temanku yang memilikinya, dan ini akan memungkinkanku untuk melakukan banyak hal on line, dan aku bisa pamer mengenai hal itu kepada teman-temanku yang masih belum memilikinya...!

“M-Mea-san belum punya smartphone, kan? Jadi mulai sekarang, informasi kontak kami akan menjadi nomer──”

“Aku sudah punya smartphone sejak aku masih SD.”

“...... ”

Aku sedang dalam suasana hati yang senang, tapi kemudian turun sedikit.

Yah ... karena kamu seorang gadis keturunan orang yang kaya, Mea-san, jadi Kamu mungkin memilikinya. Maksudku, aku seharusnya tidak boleh terlalu kegirangan dengan smartphoneku ...

“Tapi ... ini, Fufufu ~”

“Hmm?”

Aku memiringkan kepalaku ketika Mea-san tiba-tiba tertawa bahagia.

“Sekarang aku bisa berkomunikasi dengan Kuuya-san meski kita tidak bersama, kan?”

“~ ....”

“Oh, tapi, Fufufu ~, aku takkan pernah menjauh darimu, jadi aku tidak tahu apa kita bisa mendapat kesempatan.”

“It-Itu benar, tetapi jika kelas kita terpisah di sekolah SMP nanti, maka mungkin ...”

Maksudku, ucapannya yang tak terduga itu membuatku gugup, tahu?

Aku sudah mengerti sekarang. Dia seperti gadis kecil. Aku benar-benar mengerti itu.

Jadi jika aku gugup terus-terusan, tubuhku takkan bisa menerimanya. Aku perlu terbiasa dengannya. Dengan perlahan-lahan.

“Kalau begitu, ayo saling berbagi kontak segera. Ayah sepertinya sudah menginstal aplikasi LINE, jadi mari kita mendaftar dengan cepat untuk saat ini ...”

“Aku akan memberimu kodenya.”

“Ya, terima kasih ... apa di sebelah sini aku harus menekannya? Ehh, untuk mendaftarkan teman ...”

“Tekan ikon yang ada di sudut kanan atas, dan itu akan memuat kode.”

“Oh, itu saja ... Ya, itu saja, Mea-san, biarkan aku membacanya untukmu─”

Aku berniat mendekatinya sambil membawa smartphone di tanganku.

Mungkin aku masih sedikit gugup. Atau mungkin aku sedikit gugup karena ini adalah pertama kalinya aku menambahkan akun LINE-nya.

Bagaimanapun juga, aku ...

“Aduh…!?”

Aku menginjak controller dari konsol game yang aku tinggalkan di lantai dan dengan refleks menarik kembali kakiku.

Hal tetrsebut membuatku kehilangan keseimbangan dan jatuh ke depan─

Gedebuk!

“Kyaa .... ~!?”

Aku menerjang ke Mea-san yang duduk di tepi tempat tidur, seolah-olah aku mendorongnya.

““Ahh ....””

Dan kemudian ... badan kami berdua langsung membeku.

Posisiku mirip seperti selimut yang sepenuhnya menutupi Mea-san.

Mea-san seakan dilemparkan ke tempat tidur, menghadap ke atas.

Wajah kami berdua begitu dekat satu sama lain sampai-sampai hampir bersentuhan.

Itu saja lebih dari cukup untuk membuat napasku tersenggat ...

Tanganku menekan tangannya dari atas.

Kakiku berada di antara lutut Mea-san.

── Kalau digambarkan secara sederhana, hal ini seolah-olah aku sedang menyerangnya.

“......”

“......”

Tak satu pun dari kami yang bisa bergerak.

Sebaliknya, pikiranku jadi kacau balau.

Ketika melihatnya dari jarak sedekat ini, dia benar-benar imut dan menggemaskan. Bulu matanya begitu panjang nan lentik dan hidungnya terlihat mancung. Bibirnya berwarna merah muda, seperti bibir gadis cantik.

Dia mengeluarkan aroma harum yang mana sampai membuat hatiku bergejolak tak menentu. Aku yakin dia menggunakan sampo yang sama kemarin, tapi kenapa aromanya bisa sangat berbeda denganku ... Apakah ini yang disebut 'Aroma khas gadis'?

Dan sensasi opai montoknya dengan lembut menyentuh dadaku. Ketegasan bra dan kelembutannya oppai di bawahnya benar-benar mirip seperti ...

“Me-Mea-san ...”

Aku memanggil namanya dengan canggung, seolah-olah aku terpesona oleh kecantikannya.

Aku tidak tahu mengapa aku melakukannya. Mungkin karena insting ...

Dan kemudian, dia─

“── ~”

Dia menutup matanya dan mengalihkan wajahnya.

Wajahnya memerah sampai ke telinga.

... itu dia.

Dia bisa mendorongku kapan saja.

Apa yang sedang kamu lakukan?! Dia bisa saja berteriak padaku seperti itu.

Dia seharusnya merasa takut, sama seperti ketika dia melihat joni kecilku berdiri tegak di pagi hari

Mea-san baru saja mengalihkan perhatiannya, menutup matanya, dan menghembuskan nafasnya.

──Benar. Rasanya seolah-olah dia berusaha sangat keras untuk menerima sesuatu.

Tapi apa? Apa sesuatu yang dimaksud?

Aku berusaha memahami situasi yang terjadi pada kami sekarang.

Meski aku masih seorang bocah kecil, aku resmi menjadi anak SMP besok. Jadi ini banyak yang aku tahu.

── Dia mempercayai kalau dirinya akan diserang olehku.

“Uuu ~~~ ......!?”

Aku merasakan aliran darah naik ke atas kepalaku.

Namun, itu bukan panas kegembiraan.

“Mea-san, coba nengok ke sini!”

Itu adalah panas kemarahan.

“Aku takkan melakukan sesuatu padamu!”

“Ta-Tapi ... Uu ...”

Tampaknya, perkataanku yang masih kurang dalam penjelasan, berhasil tersampaikan padanya.

Dia memejam matanya lebih ketat dan erat, suaranya berdengung pelan seperti nyamuk.

“Kita berdua ... Pengantin baru ... Pasangan suami dan istri yang baru ... Itu sebabnya ...”

“Uh ....”

“Pa-Pagi tadi ….aku merasa takut ... tapi sekarang sudah tidak lagi ... Karena Mea ... su-su-sudah menyiapkan diri ... Itu sebabnya aku ...”

Dia berkata sambil gemetaram dan membuka kakinya sedikit lebar.

── Aku merasa kalau dalam tubuhku semakin lama semakin panas.

“Kamu tidak perlu memaksakan dirimu sendiri! Maksudku, kamu benar-benar tidak perlu!”

“Ke-Kenapa ...?”

“Aku tidak bisa melakukannya seperti ini!"

“Ada pepatah ... rasanya sangat memalukan bagi seorang pria untuk tidak menyantap ... makanan yang sudah disiapkan di depannya ... Mea tahu banyak tentang itu ...”

“Tapi tetap saja... ah!”

Sial! Akulah orang yang memintanya untuk menunjukkan wajahnya.

Dia membuka matanya lebar dengan gerakan terkejut.

Di matanya, aku melihat wajahku yang semerah seperti dirinya, tampak putus asa.

“Ku-Kuuya-san ...?”

“Kita perlu saling mengenal lebih baik sebelum melakukan hal semacam ini!”

“...”

Aku berteriak ketika mengatakan itu.

Baru sehari sejak aku bertemu dengannya.

Kami baru mulai saling mengenal.

Dalam menjalin hubungan, ada sesuatu yang berbeda tentang melakukan sesuatu yang erotis .... Tidak, aku pikir itu tidak dapat diterima dan ... terlebih lagi.

“Kita baru saja lulus dari SD! Kita berdua masih belum siap untuk hal semacam ini!”

“........................... Kuuya ... -san?”

“Jadi, Mea-san, kamu tidak perlu tampak pasrah begitu... Aku minta maaf karena tak sengaja sudah mendorongmu ...”

Aku mengangkat tubuh bagian atasku dan perlahan-lahan menjauh darinya.

Dia tetap berbaring untuk sementara waktu, seolah-olah dalam keadaan linglung ....

“...... Uu ...”

Akhirnya, perasaan malu yang tiba-tiba mengalahkannya, dan kemudian dia duduk sembari menutupi wajahnya.

“Me-Mea ... lagi-lagi melakukannya!! ... Ah~ memalukan sekali, itu memyalukan sekali~~~ ... !!”

Kemudian dia menggeliatkan tubuhnya dan mulai merasa malu.

Dia sangat imut. Sama seperti yang pernah aku lihat berkali-kali sebelumnya.

“Mea selalu saja sembarangan menyimpulkan dan memutuskannya sendiri ... Pikiran jorok Mea! Ahhh memyalukan banget! Mouu ~, bagaimana aku akan menghadapi Kuuya-shan nanti~ ... uu ~”

Aku sangat lega, bersama dengan hatiku berdebar untuk pertama kalinya di sana.

Ya, kita masih anak kecil. Terlalu dini bagi kami berdua untuk melakukan s*ks.

Itu sebabnya kata-kata yang keluar dari mulutku merupakan kalimat yang sesuai dengan umurku.

“... Mea-san, itu sebabnya, ayo nengok ke arahku.”

“Tapi ~ u ~~ ....”

“... Mea-san juga merasa malu, aku merasa lega mengetahui hal itu.”

“...... Ku ... Kuuya ... San ...”

Akhirnya, dia menggerakkan tangannya dari wajahnya dan menatapku dengan ekspresi yang menakutkan.

“Oh, kamu akhirnya menunjukkan wajahmu ... Syukurlah ...”

“Kuuya-san ... kamu tidak berpikir kalau ... Mea, Mea ... seorang gadis memalukan, ‘kan ...?”

“Aku pun merasa malu seperti kamu. Aku benar-benar malu. Karena aku tidak pernah berpikir kalau kejadian seperti ini bakal terjadi.”

“......”

Fyuh ... Mea-san menghembuskan nafasnya.

Dan kemudian, sambil menunuk, dia berbisik dengan rasa malu yang baru.

“... Kuuya-san benar-benar ... sangat dewasa ....”

“......”

Ehh? Tidak, tunggu dulu sebentar?

“K-Kenapa kamu bilang begitu?”

“Kamu sangat deasa karena menaruh banyak perhatian ... padaku, dan berusaha menenangkanku. Aku tidak bisa meniru itu ...”

“.........”

Menurut pendapat aku, apa yang baru saja kukatakan hanyalah dari sifat kekanak-kanakanku.

Ya. Aku sadar bahwa aku masih bocah ingusan, tidak peduli seberapa tinggi aku mencoba.

Aku terbiasa diperlakukan seperti seorang anak kecil oleh teman-temanku.

Itu sebabnya aku benar-benar bahagia ketika memanggilku dewasa ....

Aku tidak pernah tahu kalau ada orang yang akan memanggilku dewasa tanpa mengungkit tinggi badanku.

Bagaimana aku harus berperilaku sekarang ...?

Aku mengumpulkan barang-barang yang aku butuhkan dan pulang ke apartemen kami.

Seperti yang sudah dia janjikan dalam perjalanan pulang, Mea-san membawa beberapa barang bawaanku, tetapi ...

“...... Ufufufu ~”

Aku merasa kalau bukan cuma karena bisa membawa barang bawaan saja yang membuatnya tampak sangat bahagia.

Tapi jika bertanya padanya, “enapa kamu kelihatan senang sekali?” Aku mempunyai firasat kalau aku akan menginjak ranjau darat, jadi aku tidak jadi bertanya.

“Oh iya~ ... ayo mampir ke bank dan mengambil uang. Itu untuk biaya hidup kita saat ini.”

“Ya ... aku akan pergi bersamamu.”

Mea-san yang menjawab, berada jauh dari posisiku, tidak seperti bagaimana dia biasanya berjalan denganku.

Terutama, dia berjalan sekitar tiga langkah di belakangku.

“... Kenapa kamu berjalan di belakangku?”

Aku berhasil bertanya padanya.

Lalu dia menjawab dengan ekspresi yang lebih bahagia.

“Karena itulah yang sepantasnya dilakukan istri ~”

Dia tersenyum, memerah, dan merespons dalam bahasa yang sopan.

“Be-Begitu ya….”

Hanya itu yang bisa aku bilang.

Aku merasakan sensasi menggelitik dan kesemutan.

Yah, aku senang mengatakan bahwa semuanya berjalan oke, tapi ...

(Jika kamu melakukan itu, aku jadi lebih keGe-eRan ketimbang sebelumnya ...)

Mea-san benar-benar imut.

Fakta bahwa gadis seperti dirinya ternyata adalah istriku merupakan hal yang luar biasa …..

 

 

Sebelumnya|| Daftar isi || Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama