Epilog
Suara pintu kelas yang terbuka membuatku
dan Luna melepaskan rangkulan kami.
“... Ah, syukurlah. Ternyata
kalian berdua ada di sini, ya.”
Orang yang muncul ternyata
Kurose-san dan dia berkata begitu
“Takei-sensei sedang menyiapkan
coke dan makanan ringan untuk pesta kecil-kecilan buat panitia pamflet di kelas
setelah acara tarian rakyat selesai.”
Takei Sensei adalah guru yang
bertanggung jawab atas pamflet.
“Ehh...O-Oh, be-begitu ya.”
“Te-Terima kasih, Maria.”
Kami berdua langsung panik,
tapi kurasa kami berhasil merespons secara normal.
“... Oh, sepertinya kita bisa
melihat panggung musik dari sini, ya.”
Sambil berkata begitu, Kurose-san
datang mendekati kami. Ketika dia melangkah keluar ke balkon yang sedikit jauh
dari kami, dia meraih pagar balkon dan melihat ke bawah.
Sepertinya lagu yang baru saja
kami dengar adalah lagu terakhir di atas panggung, dan sekarang tarian rakyat
akan segera dimulai.
Ada api unggun kecil di tengah
halaman sekolah yang jauh dari panggung, tapi api unggun tersebut tidak terlalu
terang, sehingga tidak menonjol. Para siswa dibagi menjadi pria dan wanita
untuk membentuk lingkaran di sekitarnya, mereka saling berpegangan tangan dan
menunggu lagu dimulai.
“… Tahun lalu, aku penasaran
mengapa bagian terakhir dari festival adalah acara tarian rakyat.”
Ucap Luna sambil menonton
kerumunan siswa yang ada di bawah.
“Mungkin hal ini ada bagusnya.
Nuansanya seperti festival sudah berakhir, gitu.”
“Begitu ya, memang, sih.”
Ketika aku menjawab, musik
untuk tarian rakyat sudah dimulai. Itu
adalah lagu “Oklahoma Mixer” yang
terkenal.
Murid laki-laki dan perempuan
saling bergandengan tangan seraya melangkah maju, melenggak-lenggokkan badan
mereka, lalu melepaskan tangan mereka dan mulai menari lagi dengan pasangan
berikutnya. Hal tersebut berungkali terus terjadi tanpa henti.
Kurose-san menggumamkan
beberapa kata ketika melihat pemandangan itu.
“... Kelihatannya seru. Padahal
aku ingin menari sambil diiringi lagu ini.”
“Ehh, masa?”
Luna menanggapinya dengan nada
terkejut.
Kurose-san lalu balas
mengangguk.
“Ya. Karena aku dulu bersekolah
di sekolah khusus perempuan, jadi aku tidak pernah melakukan tarian
rakyat."
“Lalu kenapa kamu tidak turun
dan ikutan menari?”
“Karena Sensei memberitahuku ada
pesta kecil-kecilan, makanya aku mencari kalian berdua.”
“Ah, benar juga...”
Luna membalas dengan wajah
sedikit canggung, kemudian mencerahkan wajahnya seolah-olah dia baru saja
memikirkan sesuatu.
“Bagaimana kalau kita menari?
Di sini sekarang”
“Kalau 3 orang sih enggak bisa
kali.”
Luna menjatuhkan bahunya setelah
mendengar balasan Kurose-san.
“Begitu ya. Kalaupun turun
sekarang... kamu takkan sempat juga, sih.”
Setelah mengatakan itu,
wajahnya tiba-tiba terangkat dengan “Aha!”
seolah-olah dia mendapat ide baru lagi.
“Kalau gitu, aku akan mencari
satu orang lagi!”
“Ehh……!?”
Setelah menatapku yang terkejut
dan wajah Kurose-san secara bergantian, Luna langsung bergegas keluar ruangan.
“Kalau kita ada satu cowok
lagi, kita bisa menari, iya ‘kan? Aku
yakin ada seseorang di sekitar sini. Aku akan mencarinya dulu!”
Begitu selesai mengatakannya,
Luna segera berlari ke lorong.
“…………”
Dia benar-benar pergi.
Aku dibuat tersenyum ketika
melihat antusiasme Luna.
——
Kelihatannya seru. Padahal aku ingin menari sambil diiringi lagu ini.
Kurasa dia ingin memenuhi
keinginan adik perempuannya, yang selalu bersikap jutek dan jarang berbicara
dengannya.
Sekarang hubungan denganku
telah kembali normal, kurasa “rencana
pertemanan” dengan Kurose-san harus berjalan sesuai rencana dari sekarang.
Pada saat aku sedang memikirkan
hal itu, aku tiba-tiba dikejutkan pada sensasi kulit manusia yang dengan lembut
menyentuh tangan kananku.
“Ehh…!?”
Saat aku menoleh, Kurose-san
sudah memegang tanganku.
“Ku-Kurose-san...?”
Jantungku berdebar kencang pada
pendekatan yang tidak terduga dan mendadak ini.
Kurose-san menatapku dengan
mata besar.
“... Aku mau latihan dulu.
Temani aku sebentar.”
Usai mengatakan itu, Kemudian
dia menggembungkan pipinya dengan sedikit cemberut.
“Cuma sebatas ini tidak masalah,
‘kan? ... Lagipula, baru pertama kalinya aku melakukan ini.”
“……”
O-Oh maksudnya tentang tarian rakyat, ya...
Sambil memegang tanganku yang masih
terdiam, Kurose-san berbalik seolah melompat ke pelukanku, dan mengambil posisi
Oklahoma Mixer.
Aroma wangi tercium dari rambut
hitamnya yang bergoyang ringan. Aromanya berbeda dengan milik Luna, dan aromanya
seperti sabun..
Jantungku berdebar kencang dan
tanganku mulai berkeringat saat disentuh.
Tangan yang kutaruh di mulut
kebenaran pada hari itu──.
——Seingatku,
jika seorang pembohong memasukkan tangannya ke dalam mulut ini, benda ini akan
menggigit tangannya
——Kalau
begitu, Ryuuto bisa aman. Karena Ryuuto adalah 'The Last Man'
Pada saat itu, aku menyumpahkan
apa?
Suatu hari nanti ketika aku bisa
pergi ke Italia bersama Luna.
Apa aku mempunyai keberanian
untuk memasukkan tangan ini ke dalam mulut kebenaran yang asli?
Musik Oklahoma Mixer terus
diputar di halaman sekolah.
Aku mulai mengambil langkah
canggung dengan Kurose-san.
Aku
menyukai Luna.
Aku
ingin bersama dia selamanya.
Perasaan
tersebut tak tergoyahkan.
Akan
tetapi ....
Keberanian untuk melepaskan
tangan putih yang halus ini, dan hati baja yang dapat menahan godaannya ….
Aku tidak memilikinya sekarang.