Cerita Pendek 1 — Ayase-san Di Negeri Cermin
Dalam perjalanan pulang dari
minimarket, aku kebetulan melihat seseorang yang akrab dan memanggilnya.
“Mau pulang?”
Berbalik, gadis dengan rambut
berwarna cerah tersenyum padaku.
“Kamu juga, Asamura-kun? Tumbennya.”
Ketika dia berkata begitu, langit
di atas kepala kami sudah menjadi berwarna sephia. Mungkin waktunya sudah lewat
jam 4 sore.
“Aku mampir ke toko buku dulu.
Dan jarang-jarang melihatmu keluar selarut ini. Apa kamu keluar buat berbelanja?
”
Ada kode yang bermaksud “Aku bisa membawanya untukmu” dengan apa
yang aku katakan, yang sepertinya dipahami oleh Ayase-san.
“Aku tidak membeli apapun, jadi
jangan khawatir. Aku baru saja mengunjungi tempat Maaya.”
“Ohh.”
Maaya adalah teman
Ayase-san—Narasaka Maaya-san.
“Oh ya, ada sesuatu yang ingin
kutanyakan padamu, Asamura-kun.”
“Hmm?”
“Ada sesuatu yang disebut Negri
Cermin, kan?”
“Ah, maksudmu karangan Lewis
Carroll?”
“Lewis… apa itu? Aku belum
mendengarnya.”
Kurasa aku salah. Juga,
Ayase-san bahkan tidak tahu “Alice di
negeri dongeng”? Ini adalah kisah yang diceritakan oleh Lewis Carroll, nama
aslinya Charles Lutwidge Dodgson, pada suatu suatu sore pada tanggal 4 Juli
1864. Kelanjutannya berjudul “Melalui
Kaca yang Terlihat, dan Apa yang Ditemukan Alice di Sana”, atau disingkat “Negeri Cermin”.
“Apa kamu memikirkan novel
lagi?”
“Ah maaf. Tapi, Negeri Cermin
apa yang kamu bicarakan, kalau begitu?”
“Ini lebih merupakan konsep
daripada tempat atau objek yang sebenarnya. Cermin memantulkan semua yang
ditunjukkan kepada mereka, tetapi terbalik, bukan? Jadi jika kamu pergi ke
dunia di dalam cermin, kamu akan menemukan dunia di mana semuanya terbalik.”
“Seperti dunia terbalik?”
“Kamu benar-benar tahu beberapa
istilah yang rumit, Asamura-kun. Walaupun kurang lebih memang seperti itu. Jika
dunia yang seperti itu ada, lantas aku akan menjadi orang seperti apa? Itulah
yang Maaya dan aku bicarakan.” Ayase-san memutar-mutar tangannya.
“Terbalik, ya? Yah, itu
tergantung pada bagian mana yang terbaliknya.”
“Tapi karena itu dunia di dalam
cermin, kita masih terlihat cukup mirip, bukan?”
“Jadi sekarang kamu tetap dekat
dengan pengaturan aslinya ...”
“Misalnya, kami takkan
tiba-tiba berganti jenis kelamin. Itu akan aneh.”
Sepertinya Ayase-san cukup
ketat dalam hal fiksi ilmiah dan plot
hole. Meski begitu, cerita seperti itu memang ada, tapi sekarang itu
terlalu tidak penting. Kami hanya akan menuruti pengaturan yang dia dan
Narasaka-san buat.
“Lalu mungkin kepribadian kita
yang terbalik?”
“Tepat. Menurutmu, Ayase Saki
macam apa yang berada di dalam Negeri Cermin?” Dia bertanya sambil menunjuk
dirinya sendiri.
“Ayase-san di Negeri Cermin,
ya?”
“Ya.”
“Hm… Itu cukup sulit. Sebagai
referensi, Asamura Yuuta seperti apa yang akan kamu bayangkan seperti di Dunia
Cermin ini?”
“Yah…seseorang yang arogan dan
suka memerintah? Tidak pengertian dan egois…mungkin?”
“Sungguh karakter yang
mengerikan.”
“Yah, itu versi dirimu yang
terbalik, jadi kupikir itu saja.”
Dengan kata lain, dia melihatku
sebagai seseorang yang pendiam dan perhatian, seseorang yang memikirkan orang
lain… Itu pujian yang cukup tinggi. Dan aku pikir aku biasanya cukup lugas, dan
terkadang mencoba untuk pamer ... Yang mana itu cukup memalukan.
“Ngomong-ngomong, Ayase-san di
Negeri Cermin, ya?”
Aku melihat Ayase-san sebagai
panutan dalam hal menyangkal stereotip. Dia manis tapi juga pintar. Bijaksana
tapi tetap terampil dengan riasannya… Dia adalah gadis yang tidak terlalu
bergantung pada orang lain. Dia tidak membiarkan dirinya terikat oleh prinsip
dan pandangan orang lain. Dan jika aku membalikkan semua itu, maka …
“Seseorang yang berpikiran
lemah, seseorang yang mudah terseret arus dan terlibat ke dalam berbagai hal,
dan seseorang yang tidak terlalu memikirkan berbagai hal?”
“Begitu ya, aku mengerti. Jadi
kamu melihatku sebagai seseorang yang berkemauan keras, seseorang yang tidak
membiarkan orang lain menentukan pilihannya, dan seseorang yang selalu
memikirkan langkah selanjutnya… Yah, jika itu masalahnya, maka aku akan senang,
tapi… rasanya cukup memalukan. Sepertinya kami hanya saling memuji saja.”
“Kurasa begitu…”
Yah, aku sendiri cukup senang.
“Ngomong-ngomong… Jenis
Ayase-san macam apa yang Narasaka-san sebutkan ketika memberi pengandaian di
Negeri Cermin?”
“Jujur, aku tidak tahu. Dia
cuma bilang kalau aku akan membosankan. Apa yang dia maksud dengan itu?”
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya