[LN] Anti-NTR Jilid 1 Bab 3 Bahasa Indonesia

 

Chapter 3

 

“Ayana-neechan, apa itu kamu?”

Suara yang kudengar dari belakang membuatku berbalik.

Di sana ada seorang gadis, sedikit lebih muda dari kami, seumuran dengan anak SMP.

“…Kotone-chan.”

Ayana menyebut namanya sebagai Kotone, nama lengkapnya adalah Sasaki Kotone, dan sama seperti nama belakangnya, dia adalah adik perempuan Shu.

Dia memiliki gaya potongan rambut bob hitam, seragam sekolah usang, dan kecil dalam banyak hal, sesuatu yang tidak bisa aku katakan terlalu keras.

Aku hanya melihatnya beberapa kali sejak aku menjadi Towa, tetapi secara pribadi, dia bukanlah seseorang yang ingin aku temui.

“Apa yang sedang kamu lakukan di sini?”

Dia mengalihkan pandangannya dari Ayana dan menatapku, lalu berkata dengan dingin.

Alasanku tidak terlalu ingin bertemu dengannya adalah karena, seperti yang ditunjukkan oleh sikapnya, Towa sepertinya dibenci oleh keluarga Shu …….

Aku yakin Towa rukun dengan Shu, tetapi mengapa ia tidak rukun dengan keluarganya adalah sesuatu yang tidak pernah disebutkan dalam game dan aku sama sekali tidak tahu apa-apa.

Dan satu hal lagi: dia memiliki peran besar untuk dimainkan di dunia ini.

(Sasaki Kotone, salah satu heroine yang diNTR dalam kategori adik perempuan)

Ya, dia adalah gadis lain sama seperti Ayana dan Iori, yang meninggalkan Shu.

Kotone sangat mencintai Shu, dan Shu juga sangat mencintainya, jadi mereka memiliki hubungan yang sangat baik.

Namun, bahkan dia memiliki nasib tragis yang akan menunggunya.

Aku hendak memikirkan tentang apa yang akan terjadi pada Kotone ketika aku merasakan sakit yang menusuk di kepalaku dan memegangi pelipisku.

“Apa ada yang salah?!”

“……Tidak, aku baik-baik saja.”

Ayana yang berada di sebelahku, cukup khawatir hingga membuatnya berteriak lebih keras dari biasanya, tapi rasa sakitnya hilang dengan cepat dan aku mengatakan padanya bahwa aku baik-baik saja.

Untuk saat ini, aku akan berpisah dulu pada Ayana untuk hari ini.

Aku tahu jika aku terus berada di sini lebih lama lagi, Kotone mungkin akan mengutukku.

“Ayana baru saja menemaniku berbelanja.”

Ketika aku mengatakan ini padanya, Kotone menatapku seolah-olah dia sedang melihat sampah.

Aku tersenyum padanya dan bertanya pada diriku sendiri seberapa banyak dia sangat tidak menyukaiku, tapi kemudian aku mengalihkan perhatianku kembali ke Ayana dan melanjutkan.

“Baiklah kalau begitu. Aku sangat menghargai bantuanmu hari ini.”

“Ah…… iya.”

Tersenyum padanya di akhir, aku berjalan melewati Kotone, ditenangkan dan disembuhkan oleh senyuman Ayana.

Tapi saat aku lewat, dia mengatakan ini pada Ayana saat dia mendekatinya, dengan suara yang cukup keras untuk kudengar.

“Ayana-neechan, itu pasti bencana untukmu. Kamu dipaksa untuk melakukan ini, bukan? Ia terlihat seperti cowok playboy, dan kamu harus menjauh darinya.”

Ayana tidak akan pernah bersimpati dengan ini.

Kurasa aku juga tidak pantas dicaci maki sebanyak itu, tetapi aku sudah memiliki kecurigaan tentang Towa, jadi ini terdengar seperti argumen yang bagus, yang menyedihkan.

Meski demikian, aku tidak tahu mengapa Towa dan Shu adalah teman yang begitu baik, namun dia adalah teman yang buruk bagi keluarganya.

Kalau dipikir-pikir, aku ingat di dalam game ada penggambaran Shu datang mengunjungi rumah Towa, tapi tidak pernah sebaliknya.

“…..Aku sama sekali tidak tahu apa-apa.”

Aku bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang tidak digambarkan dalam game dan itulah alasan mengapa Towa tidak pernah pergi ke rumah Shu.

“Yah, apa sih, kenapa repot-repot memikirkan itu segala?”

Aku langsung pulang setelah itu karena kupikir aku membuat ibuku sudah menunggu.

“Aku pulang~”

“Selamat datang di rumah, Towa.”

Aku membuka pintu depan dan masuk, lalu ibuku menyapaku.

Aku bisa belajar tentang hubungan keluarga Towa di dalam game, tapi sekarang setelah aku bertransmigrasi, aku bisa belajar tentang hal yang tidak diketahui.

“Maaf aku terlambat. Ayana membantuku berbelanja.”

“Jadi begitu. Kamu benar-benar berteman baik dengan Ayana, ya.”

Ketika aku mengatakan kepadanya bahwa aku bersama Ayana, dia membalas sambil tertawa riang.

Dia hampir berusia empat puluhan, tetapi dia terlihat sangat muda dan cantik sehingga orang mungkin mempercayainya bahkan jika dia masih berusia dua puluhan.

Yukishiro Akemi, begitulah namanya.

“Silakan mandi dulu. Makan malam akan siap segera setelah kamu selesai mandi.”

“Oke.”

Setelah itu, aku selesai mandi dan makan malam seperti yang disuruh ibuku.

Aku mengatakan kepadanya bahwa aku pergi berbelanja dengan Ayana, dan sebagian besar yang kami bicarakan adalah tentang Ayana.

Aku berhasil melewati beberapa pertanyaan yang sulit dijawab, tetapi ketika aku kembali ke kamarku, aku duduk di kursi dan mengeluarkan buku catatanku karena ada sesuatu yang ingin aku lakukan.

“Yah…Terus terang saja, aku tahu ini cuma buang-buang waktu, tapi aku akan mencoba mengatur informasinya lagi. …… Tapi pertama-tama, aku akan mengirim pesan terima kasih kepada Ayana dulu.”

Aku mengambil ponselku dan mengirimkan ucapan terima kasih kepada Ayana, lalu mengalihkan perhatianku kembali pada buku catatan itu lagi.

Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, aku berusaha mengatur informasi, jadi aku memutuskan untuk menuliskan informasi sebanyak yang aku ingat tentang game ini di buku catatanku.

“…… Jadi apa yang sebenarnya terjadi dengan Ayana hari ini?”

Seperti fakta bahwa dia memanggilku Master, dan caranya menutup jarak di antara kami saat kami berduaan, sejujurnya, rasanya terlalu berlebihan untuk berpikir bahwa tidak ada yang terjadi di antara kami.

Pasti ada sesuatu yang tidak aku ketahui, tapi aneh bahwa aku sekarang mencoba untuk percaya bahwa sikap Ayana normal dan tidak ada yang salah dengan itu.

Karena aku ditarik ke dalam tubuh Towa, aku khawatir aku takkan bisa mempertanyakan hal-hal seperti ini dalam waktu dekat…

“Baiklah, aku akan tetap menulisnya.”

Dengan pena di tangan, aku menuliskan apa yang terlintas di pikiranku di buku catatanku.

“Sasaki Shu, Otonashi Ayana, Honjo Iori, Sasaki Kotone …….”

Aku akan menuliskan beberapa detail beserta nama orang yang baru saja aku temui.

Tidak ada yang menarik di antaranya, dan tidak ada informasi yang akan membuat kepala pusing.

Adapun Shu, karakter utamanya sama dengan cerita lainnya, dan untuk Ayana dan yang lainnya, satu-satunya hal yang muncul adalah gaya, kepribadian, apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai.

Mana mungkin ada informasi tentang game [Aku Telah Kehilangan Segalanya] di dunia ini.

Tentu saja, tidak ada situs web resmi untuk game tersebut di dunia ini, tetapi aku dapat mengingat pengenalan karakter dengan cukup jelas.

Aku tersenyum ketika aku mengingat kembali ingatanku dan merasa sedikit bernostalgia.

Aku tiba-tiba menyadari bahwa halaman buku catatan tempatku menulis dengan cepat dipenuhi kata-kata.

Aku terkekeh, berpikir bahwa aku terlalu berkonsentrasi, dan ketika melihat tulisan-tulisan tersebut, pikiranku mulai mengembara.

“Aku benar-benar tidak punya apa-apa untuk dikatakan tentang Shu. Yah, bukan begitu untuk protagonis dari sebuah game erotis.”

Sebenarnya tidak ada informasi yang luar biasa tentang Shu, dan sebaliknya, rasanya cukup menyegarkan untuk dilihat.

Hal yang sama juga berlaku dengan para heroine, Iori dan Kotone, dan dua lainnya yang belum aku temui di tubuhku ini.

“…… Jadi seperti itulah rupa Ayana.”

Aku menulis tentang Ayana dalam pengantarnya.

Aku terkejut saat mengetahui bahwa aku dapat menulis satu kata demi kata ini persis sama dengan yang tertulis di situs resminya.

“[Dia adalah teman masa kecil sekaligus tetangga Shu. Penampilannya sangat rupawan dan kepribadiannya baik, dan dia populer di kalangan teman sekelasnya. Dia dan Towa mempunyai hubungan yang baik, seperti halnya Shu, dan sering terlihat pergi dan pulang sekolah bersama. Ayana memiliki perasaan yang luar biasa terhadap Shu, dan sedang mencari kesempatan untuk mengungkapkannya kepadanya.]”

“Perasaan yang luar biasa …… huh. Begitulah secara resmi diketahui bahwa Ayana memiliki perasaan yang kuat terhadap Shu.”

Jika memang begitu masalahnya, maka aku tahu bahwa sikapnya terhadapku itu kelihatan aneh tidak peduli bagaimana aku memikirkannya.

Aku meletakkan pulpenku dan menyilangkan tanganku, mencoba memikirkan apapun yang bisa kuingat, tapi yang terlintas di pikiran hanyalah ekspresi dan gerak tubuh Ayana seperti yang digambarkan dalam game.

[Shu-kun, aku akan pulang bersamamu hari ini, oke?]

[Shu-kun, kamu benar-benar tidak berguna kalau enggak ada aku. Sini, bersikap;ah dengan tegas.]

[Shu-kun, apa kamu menyukaiku ……?]

[Aku akan selalu mencintaimu …… selalu ……]

Ayana yang ada dalam ingatanku benar-benar mempunyai ekspresi cantik di wajahnya.

Dalam kehidupan sehari-hari Shu, di mana mimpi buruk secara bertahap menyergapi kehidupannya, dia adalah satu-satunya yang terus menghiburnya di sisinya tanpa benar-benar berubah.

“…..Kurasa itu adegan favoritku.”

Aku berusaha mengingat saat aku perlahan tenggelam ke dalam lautan kenangan.

Kupikir yang terbaik dari semuanya adalah adegan itu.

Meskipun Ayana akhirnya menjauh dari Shu, ada sejumlah adegan yang aku ingat dan menyukainya. Di antara mereka, adegan itu mungkin yang terbaik.

Ini pasti agak awal dalam cerita. Itu juga merupakan adegan yang menunjukkan seberapa baik mereka bergaul setelah bersama selama bertahun-tahun.

Adegan itu menunjukkan Ayana berbicara dengan Shu suatu hari sepulang sekolah, dengan latar belakang matahari sore.

[Apa yang ingin kamu lakukan di masa depan, Shu-kun?]

[Yah, …… Kupikir aku akan tetap bersama Ayana untuk saat ini.]

Momen ketika Ayana menunduk ke bawah pada kata-kata Shu yang berani.

Dia mendongak dan cekikikan, mungkin karena malu, dan menjawab Shu.

[Kamu tidak pernah berubah, Shu-kun. Kamu selalu mengatakan hal seperti itu …… Fufu, tidak peduli aku ini orang macam apa, Shu-kun, kamu akan tetap merasa seperti itu tentangku?]

[T-Tentu saja! Tidak peduli siapa kamu!!]

Aku mengingat adegan itu seraya sudut mulutku terangkat saat merasakan getaran komedi romantis, yang tidak pantas dalam permainan erotis.

Pada saat itu, belum ada gambaran tentang siapa pun yang meninggalkan sisi Shu, dan tidak ada yang mengganggu dalam pandangan pribadi para gadis juga.

Dan yang terpenting, Towa juga berada dalam posisi sebagai sahabat yang sangat baik.

[Shu-kun, aku bukan gadis baik seperti yang kamu kira. Ada hal-hal yang tidak bisa kukatakan dan hal yang aku sembunyikan, sama seperti orang lain. Meski begitu, aku sangat menyukaimu karena mengatakan bahwa kamu akan menerimaku.]

[…..!]

Keduanya mengakhiri percakapan mereka dengan kata-kata ini, tetapi jika dipikir-pikir, dialog Ayana saat itu memberi banyak petunjuk yang patut untuk dipikirkan.

Ayana adalah gadis yang baik dan mandiri.

Dia adalah tipe gadis yang selalu datang ketika Shu memanggilnya dan yang pertama menyadari ketika ia kesakitan dan menghiburnya.......

[Saat semua orang menjauh, Ayana memintaku untuk datang ke taman terdekat.]

Sesulit apapun itu, Ayana akan selalu ada untuknya.

Musiknya hangat dan ceria, belum lagi itu adalah momen harapan tidak hanya untuk Shu, tetapi bahkan bagi kami yang memainkan game tersebut.

Namun, pemandangan itulah yang menghancurkan ekspektasi tersebut.

[Towa-kun adalah satu-satunya yang kuinginkan Aku tidak membutuhkan teman masa kecil yang pemalu dan menyedihkan itu ]

Kekuatan penghancur dari kalimat itu mirip seperti hujan peluru.

Dia adalah gadis yang lembut, tetapi sekarang dia memiliki ekspresi acak-acakan di wajahnya seolah-olah dia meleleh dengan kesenangan, dan dia mengekspresikan kegembiraan dengan seluruh tubuhnya saat tubuh Towa menabraknya.

“…..Yah, endingnya memang tidak bisa diselamatkan, tapi aku masih ingin memainkannya lagi untuk menjernihkan ingatanku dengan berbagai cara.”

Padahal keinginan itu sudah terwujud.

Setelah membandingkan kenyataan dan Ayana dalam ingatanku untuk sementara waktu, aku menemukan bahwa tidak ada penemuan baru yang besar, jadi aku menulis sebanyak yang aku ingat tentang diriku sendiri —- tentang Yukishiro Towa.

“…..Sesuatu seperti ini.”

{Ia adalah sahabat Shu dan siswa laki-laki yang dapat diandalkan untuk Ayana. Ia merupakan orang yang populer di antara pria dan wanita karena penampilan dan kepribadiannya serta dihormati oleh teman-teman sekelasnya seperti halnya Ayana. Ia dulu bermain sepak bola sampai tahun kedua SMP, tapi entah kenapa dia berhenti dan sekarang menjadi anggota klub langsung pulang ke rumah.}

Saat aku menatap kalimat ini, aku kemudian melihat wajahku sendiri di cermin.

Pria yang sangat tampan tak peduli bagaimana aku melihatnya, bahkan wajah yang sedang aku perjuangkan sekarang diwarnai dengan melankolis yang akan membuatnya menarik bagi wanita.

Ketika aku pertama kali memulai permainan, aku tidak dapat membayangkan Towa sebagai karakter pelaku NTR dari gambar berdiri dan perkenalannya.

“Eh, ia pelaku NTR! Aku sangat terkejut.”

Aku dapat dengan jelas mengingat waktu itu.

Aku sedang memikirkan hal ini ketika aku ingat bahwa Towa dulu bermain sepak bola, tetapi sepertinya tidak masuk akal, jadi aku tidak perlu khawatir.

“Aku ingin tahu tentang keadaan tertentu, tapi …… hm~mm.”

Aku berkata pada diri sendiri untuk tidak mengkhawatirkannya, jadi apa yang akan aku lakukan?

Tapi, aku tidak tahu mengapa, tetapi ketika aku memikirkan kata “sepak bola”, aku merasakan sakit yang tak terlukiskan di dalam dadaku.

Pada akhirnya, itu hanya rasa sakit sesaat, jadi aku tidak peduli sama sekali.

“Setelah itu, ada Uchida Mari, seorang junior, dan Sasaki Hatsune, ibunya Shu. …… Serius, tidak ada yang berguna sama sekali di siniiiiiiiiiii!!”

Aku menggaruk kepalaku dan berteriak keras.

Untungnya, suaraku sepertinya tidak terdengar oleh ibuku, tapi aku sudah tidak punya tenaga lagi untuk berpikir.

Aku memutuskan untuk melipat kertas dengan informasi dan menyimpannya.

“Aku akan menganggap itu sebagai ya. Aku tidak berpikir aku akan melihatnya lagi.”

Aku terkekeh saat mengatakan ini dan meletakkan tanganku di laci mejaku untuk melihat apa yang kupikirkan.

Itu bukan sesuatu yang benar-benar aku sadari, tetapi seolah-olah tubuhku bergerak secara alami, aku membuka laci dan mengeluarkan sebuah album.

"Sebuah album, ya.......Heh”

Aku melihat ke dalam dan menemukan foto Towa, Shu, dan Ayana yang masih kecil.

Bagiku, ini adalah foto pertama yang pernah aku lihat, dan ini adalah foto lain yang belum pernah aku lihat sama sekali di dalam game.

Aku sangat terpesona sehingga aku tidak menyangka akan melihat gambar seperti Shu dan Ayana ketika mereka masih kecil, dan aku begitu asyik dengan album sehingga aku mulai membolak-baliknya.

“Ahahah, yang ini sangat langka.”

Yang menarik perhatian aku adalah foto kami bertiga sedang bermain sepak bola.

Ayana hendak menendang bola dan mungkin menendangnya ke udara dan jatuh ke tanah, dan Towa dan Shu menatapnya dan tertawa sambil memegangi perut mereka.

[Mou, berhentilah tertawa, kalian berdua!]

“……?”

Untuk sesaat, kupikir aku mendengar suara cempreng seseorang.

Aku melihat sekeliling dan bertanya-tanya apakah aku sedang membayangkan sesuatu, tetapi kemudian aku bertanya-tanya apakah itu mungkin ingatan dari masa lalu yang meresap ke dalam tubuh Towa.

“…… Ayana …… ya”

Aku tidak memiliki kenangan masa laluku dengan Ayana.

Meski begitu, melihat foto-foto seperti ini membuatku merasa nostalgia, dan mungkin karena aku melihat foto-foto seperti ini, aku ingin mendengar suaranya.

Hal tersebut membuatku mengambil ponselku dan mengetuk informasi kontak Ayana.

“….Apa oi!?”


*****


Karena sekarang sudah lewat jam sepuluh setelah aku banyak berpikir dan melihat-lihat gambar, kupikir rasanya akan merepotkan untuk meneleponnya di malam hari, meskipun mungkin saja dia belum tidur.

Aku mencoba menutup telepon segera setelah aku mendengar dering, tetapi panggilan pertama langsung menghubungkanku ke pihak lain.

[Halo, Towa-kun, ada yang bisa aku bantu?]

“……Ehh, ……Aku minta maaf karena mendadak meneleponmu, Ayana.”

Ayana menjawab telepon begitu cepat sehingga aku cukup terkejut.

Aku memikirkan kemungkinan bahwa Ayana mungkin sedang berpikir untuk meneleponku, tapi aku terkekeh, berpikir bahwa itu bukan keanehan.

[Tidak apa-apa. Sebenarnya, aku penasaran apa aku harus menelepon Towa-kun. Karena cara kita berpisah seperti itu.]

“……Ah~”

Kejadian tadi memang bukan cara yang menyenangkan untuk berpisah.

Yah, aku masih tidak tahu mengapa Kotone sangat membenciku, tetapi kurasa aku takkan mengetahuinya, meskipun aku penasaran.

[Fufu, aku merasa bimbang apakah akan meneleponmu atau tidak, tapi aku juga berpikir mungkin Towa-kun yang akan meneleponku. Kurasa keinginanku menjadi kenyataan ♪]

“…..”

Kata-kata Ayana hanya membuat pipiku memanas.

Bagaimana bisa gadis ini mengucapkan kata-kata yang memalukan dengan begitu mudahnya, dan yang paling penting, apakah dia tahu kalau kata-kata itu membuat jantungku berdegup kencang?

Aku tahu bahwa dalam kasus Ayana, kata-kata ini tidak diperhitungkan, tetapi tulus dan murni.

“Aku sudah melakukan banyak pemikiran sendiri.”

[Ya.]

“Jadi ketika aku memutuskan sudah cukup untuk hari ini, aku mengambil ponselku dan tanpa sadar meneleponmu, Ayana.”

Aku merasa sedikit malu setelah mengatakannya, tapi yah, aku bersungguh-sungguh merasakan hal itu.

Setelah aku mengatakan itu padanya, Ayana terdiam beberapa saat, dan ketika aku bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, aku mendengar sesuatu mengepak.

[Mou, dasar Towa-kun! Maafkan aku, tapi apakah Towa-kun sedang menelepon sekarang!! Jika kamu berada di sisiku, aku akan memerasmu sekuat tenaga!!]

“Itu …… sayang sekali.”

[Ya! Jarak di antara kita ini sangat mengganggu.]

Ayana mungkin sedang berbaring di tempat tidurnya sekarang, berbicara di telepon.

Kupikir suara mengepak sebelumnya mungkin adalah kakinya yang terbanting ke tempat tidur, tapi itu pemandangan yang agak lucu dan menawan melihat Ayana membuat gerakan kekanak-kanakan.

“…Ayana.”

[Ya, ada apa?]

Aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku merasa kalau dia sedang tersenyum dan tertawa lembut, seolah membujukku untuk mengatakan sesuatu.

Aku sedang berpikir ringan bahwa apa tdiak masalah untuk mengatakan sesuatu yang sedikit cabul, meskipun entah bagaimana, entah bagaimana, aku mengatakan sesuatu seperti ini.

“Lain kali kita bertemu, bolehkah aku memelukmu seerat mungkin?”

[Tentu saja boleh! Jika itu Towa-kun, kamu selalu diterima!]

Meskipun aku merasa malu setelah mengatakannya.

“…… haha, begitu ya.”

Aku hanya menjawab.

[Ya♪]

Aku mendengar suara kepakan keras lainnya.

Rupanya, Ayana kegirangan, atau mungkin dia memiliki kebiasaan mengepakkan kakinya untuk menghilangkan rasa bahagianya saat dia mencapai batasnya.

Tapi begitu ya …… lain kali aku melihatnya, aku bisa memeluknya seerat yang aku mau.

(Mungkin karena aku sekarang berada di dalam tubuh ini, tapi bahkan hal terkecil dengan Ayana membuat hatiku bernyanyi atau membuatku sangat bahagia. Apa itu berarti aku memang Yukishiro Towa?)

Aku menghela nafas saat memikirkan Shu.

Aku senang bahwa Ayana tidak ada di depanku ketika aku berada dalam suasana hati yang ambivalen, tetapi aku menikmati mengobrol dengannya beberapa saat setelah itu.

Kemudian, sekitar pukul sebelas, aku mulai berpikir bahwa sudah waktunya untuk mengakhiri telepon.

[Towa-kun.]

“…Ya, ada apa?”

Suara Ayana terdengar serius.

Aku terkejut dengan perubahan suaranya, yang dapat kurasakan bahkan melalui telepon, tetapi aku menunggu dengan sabar sampai Ayana memberitahuku apa yang akan dia katakan.

Lalu dia memberitahuku sesuatu seperti ini.

[Aku mencintaimu tidak peduli kamu itu orang macam apa. Bukan karena kasihan atau simpati bahwa aku menawarkan cintaku kepada Towa-kun saat itu. Aku menawarkannya kepadamu karena aku ingin berada di sisi mu dan mendukungmu.]

“……Itu..”

Apa sih yang Ayana bicarakan? Apa yang dia katakan?

Saat aku memikirkan arti dari kata-kata tersebut, tiba-tiba sakit kepala yang terkadang kurasakan di tubuh ini menerpaku lagi.

Rasa rasakitnya tidak seburuk itu, tetapi rasa sakit tersebut seolah-olah mencoba menarik sesuatu dari belakang kepalaku.

“…Apa-apaan ini?”

[Towa-kun?]

Ingatan yang kembali ke pdalam ikiranku menjadi sebuah gambar dan aku melihatnya.

Ayana tidak berdaya, dan Towa melilitnya, seolah-olah dia menyerangnya, tetapi sementara ekspresi Towa sangat menyakitkan, Ayana memiliki senyum indah di wajahnya, seolah dia siap menerima segalanya.

“…..A-Aku minta maaf. Aku sedikit mengantuk dan melamun.”

[Kita pasti sudah banyak bicara.]

Ayana cekikikan dan sepertinya sangat menikmati dirinya sendiri.

Aku begitu terpesona dengan Ayana sehingga aku tidak bisa menahan senyum, dan karena aku sudah mengatakan bahwa aku mengantuk, kupikir itu adalah alasan yang bagus dan memberitahu Ayana bahwa aku akan tidur.

[Aku tidak mau. Aku ingin berbicara denganmu lebih banyak …… Apa itu enggak boleh?]

“……………”

Seriusan, gadis ini …… Aku menghela nafas kecil dan kami berdua memutuskan bahwa kami harus tidur hari ini.

“Sampai jumpa di sekolah besok, oke? Jadi kita sudahi dulu hari ini.”

[……Aku mengerti.]

Nah, aku menelepon dan inilah yang terjadi.

Setelah itu, aku berhasil menyelesaikan panggilan sambil tetap bersama Ayana yang enggan menutup telepon sampai akhir.

“….Fuuu”

Aku merasa seperti baru saja menyelesaikan pekerjaan, tetapi sangat memuaskan bisa bertukar kata dengan Ayana.

Ketika aku berbicara dengannya, sesuatu di dalam diriku mulai mencari Ayana, seolah-olah membisikkan kepadaku bahwa aku tidak peduli dengan Shu, tetapi aku berpikir pasti ada arti dari perasaan ini.

“……Ah, kupikir aku akan pergi tidur sekarang. Aku sangat mengantuk.”

Aku akan mendapat masalah jika aku terlambat besok karena aku terlalu memikirkannya.

Aku berbaring di tempat tidur dan melihat ke langit-langit kamarku yang gelap dan bertanya-tanya apa yang harus aku lakukan, tetapi rasa kantuk langsung menguasaiku dan aku segera tertidur.


◇◇◇


Ini adalah cerita dari dunia lain.

Seorang pria sedang duduk di depan komputernya. Pria itu tidak senang …… melihat akhir dari permainan yang baru saja ia mainkan, tapi ia meratapinya.

“…… permainan macam apa ini? Tidak, aku sudah tahu, sih? Tapi untuk mengakhiri adegan kejatuhan Ayana hingga akhir? Betapa jahatnya game ini!!”

Pria itersebut mengeluh ketika diam-diam menatap jajaran staf, tetapi kemudian ia memutuskan untuk terjun ke Internet untuk menulis tentang kesannya terhadap permainan setelah menyelesaikannya.

Pria itu menemukan sesuatu.

“Fan disc untuk [Aku Telah Kehilangan Segalanya] …… Kisah Ayana?”

Apa yang pria itu temukan adalah fans disk yang bisa disebut sebagai sekuel dari game yang ia mainkan sampai sekarang.

Dirinya ingin mengetahui tentang itu, tetapi permainan yang dia mainkan adalah permainan eroge bergenre NTR, dan ia telah menderita sejumlah kerusakan emosional, jadi dia tidak terlalu tertarik untuk mendapatkan sekuel dari permainan itu.

Mari kita hidupkan kembali kisahnya yang tidak digambarkan dalam cerita utama …… Cuma itu satu-satunya penjelasannya, kan? Ini adalah pandangan mendalam tentang Ayana, yang hanya memiliki satu adegan seks, bukan? Bagaimana mungkin aku ingin melihat lebih banyak lagi adegan kejatuhan Ayana yang intens!”

Sejujurnya, kebenaran di balik Ayana, heroine cantik yang selalu berada di sisi sang karakter utama, cukup traumatis.

Yah, itu hanya tanggung jawab seseorang karena terluka secara emosional dengan memainkan genre permainan semacam ini, tapi tetap saja, gadis yang bernama Ayana begitu diidam-idamkan sehingga para pria akan mengatakannya lebih jauh.

“…… Yah, aku takkan membelinya, tapi aku akan melihatnya.”

Tapi, pria tersebut masih ingin melihat sesuatu yang baru.

Pria itu sendiri tidak berniat membeli fan disk, jadi ia melompat ke halaman tersebut untuk setidaknya melihat pendapat orang tentangnya.

“Luar biasa, peringkatnya sangat tinggi …… ..”

Semakin tinggi angkanya, semakin baik ratingnya.

Sebagian besar ulasan berada pada skala lima poin, yang berarti bahwa orang yang memainkan fan disc ini sangat puas dengan isinya.

Pada titik ini, terlepas dari spoilernya, dia ingin mengetahui detail dari peringkat tinggi ini, jadi dia memutuskan untuk melihat ulasannya secara berurutan dari atas ke bawah.

  • Aku penasaran dengan ceritanya karena tidak digambarkan dalam buku, jadi aku membelinya. Apa yang bisa kukatakan, ...... Itu luar biasa. Aku terkejut ketika melihat perbedaan sudut pandangnya, dan seberapa besar kesanku berubah saat mempelajari peristiwa yang tidak digambarkan dalam cerita utama.
  • Jika kamu memiliki perasaan yang sama dengan Shu, jangan membelinya. Ini benar-benar tidak sepadan dan yang terpenting, itu akan mengubah kesanmu tentang Ayana.
  • Satu-satunya hal yang dapat kupikirkan adalah bahwa ceritanya bukan tentang gadis yang berselingkuh, tetapi tentang gadis yang sebenarnya adalah seorang dewi. ……
  • Para junior dan senior yang malang yang terjebak di dalam pusaran karena mereka dekat dengan Shu. Tapi aku puas karena aku keluar dari situ.
  •  Apanya tokoh wanita yang diselingkuhi dalam cerita utama? Itu hanya cerita cinta murni.
  • Aku merasa takut pada Ayana. Tapi aku ingin punya pacar seperti dia. Di mana aku bisa bertemu dengannya?
  • Aku tidak mengira latar sepak bola akan memainkan peran seperti itu. Towa, itulah yang kubicarakan. Berbahagialah dengan Ayana.
  • Aku merasa dunia baru terbuka untukku. Aku pikir tidak akan ada lagi cerita di mana heroine yang diselingkuhi di cerita utama digambarkan sebagai karakter utama di fan disc. Ceritanya bagus dan begitu juga adegan erotisnya.
  • Sayang sekali ibunya diabaikan karena belas kasihan Ayana. Sebagai pecinta M*LFs, aku ingin adanya adegan dengan ibu Ayana.
  • Dll.

“… Jadi begitu ya?”

Pria yang menggumamkan itu dengan wajah jernih perlahan-lahan menggerakkan kursor ke tombol beli.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama