Otonari no Tenshi-sama Jilid 8.5 SS 4 Bahasa Indonesia

Bab SS 4

 

Selamat pagi.

Mahiru, yang tertidur di bahu Amane, perlahan mengangkat kepalanya. Melihat pemandangan itu, Amane menyesuaikan wajahnya agar sejajar dengan tatapan mengantuk Mahiru dan tersenyum.

Mahiru, dengan ekspresi lembut dan linglungnya, sepertinya membutuhkan banyak waktu untuk memproses kata-kata Amane.

Setelah momen linglungnya berlalu, ekspresi Mahiru tampak tersadar saat dia memahami situasinya. “…A-Apa aku ketiduran?”

“Ya, kamu tidaur dengan nyenyak.”

“Kamu seharusnya membangunkanku.”

“Hm? Aku tidak mempunyai alasan untuk membangunkanmu ketika kamu sedang tidur nyenyak.

Mengingat cuaca yang sempurna dan membuat siapa saja tertidur pulas, Amane mengerti mengapa Mahiru merasa mengantuk. Terlebih lagi, setelah melihat Mahiru tidur dengan ekspresi puas, Ia tidak sanggup membangunkannya.

Namun sebagian dari itu ialah karena Amane menikmati melihat wajah tidurnya yang menggemaskan.

“Ya ampun. Aku seharusnya tidak tidur padahal akulah yang datang ke tempatmu.”

“Hmm, aku tidak bermaksud buruk, tapi… rasanya tidak istimewa lagi saat kamu datang ke tempatku, kan? Sepertinya, itu adalah bagian dari rutinitas kita sekarang…” ungkap Amane. “Oh, tapi jangan menganggapnya negatif seolah itu tidak penting lagi, oke? Maksudku, menghabiskan setiap hari di ruang yang sama adalah hal yang normal bagi kita yang sekarang, dan menurutku itu sangat menyenangkan.”

Mahiru menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah Amane. Kecuali waktu mandi dan waktu tidur, jadi rasanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa dia selalu ada di sana. Fakta bahwa hal ini sudah menjadi hal yang biasa bagi Amane dan Mahiru adalah kenyataan yang menyenangkan.

“…Dan aku mendapat bonus tambahan dengan memperhatikan wajah tidurmu,” tambah Amane.

“Ja-Jangan katakan itu—rasanya memalukan, tau. Aku tidak ingin memperlihatkan diriku dengan ekspresi tidak berdaya seperti itu.”

“Yah, itu berarti kamu merasa santai dan aman di sisiku. Bagiku, itu menggemaskan, dan aku merasa senang karenanya.”

“Ka-Kamu lagi-lagi mengatakan hal-hal seperti itu…” Mahiru menatapnya dengan sedikit rasa malu, celaan, dan frustrasi. Amane membalasnya dengan tawa ringan, membiarkannya berlalu.

Tentu saja, Amane menikmati adegan damai saat Mahiru tertidur lelap, tapi Ia juga senang mengetahui Mahiru bisa tidur dengan nyenyak. Meskipun Mahiru mengklaim bahwa pengalamannya semasa kecil sudah menjadi masa lalu, tampaknya kenangan masa lalunya terkadang mengganggu tidurnya, dan sering kali menyebabkan insomnia atau mimpi buruk. Oleh karena itu, melihatnya bisa tidur dengan tenang tidak diragukan lagi merupakan hal yang baik.

Sementara Amane menyimpan pemikiran itu untuk dirinya sendiri dan tersenyum, Mahiru masih memasang ekspresi agak kesal. “…Tapi kamu sering tidur di sampingku seperti itu, kan, Amane-kun?”

“Sudah jelas, Mahiru,” Amane dengan cepat menegaskan. “Berbaring di sampingmu membuatku merasa nyaman dan aman.”

H-Hngng…”

“Apa-apaan dengan tatapan itu?”

“Aku sedikit frustasi karena kamu bisa mengatakannya dengan santai.... Apa kamu beneran tidak keberatan jika aku melihat wajah tidurmu?”

“Yah, bukan berarti aku kehilangan apa pun ketika kamu melihatnya.”

“…Kalau begitu, ke depannya, aku akan memastikan untuk menatap wajahmu saat kamu tertidur. Aku akan mengamatinya dengan cermat.”

Tampaknya Mahiru benar-benar ingin membalasnya, tapi bagi Amane, hal itu tidak mengganggu atau menyakitinya.

Memangnya itu hal yang menyenangkan?”

“Tentu saja. Aku akan meluangkan waktuku untuk mengagumi pemandangan wajah tidurmu yang menggemaskan. Aku tidak sabar menunggu kesempatan berikutnya untuk melakukannya.”

“Baiklah, lakukan saja sesukamu.”

“Aku harus menciptakan lingkungan tidur yang sempurna untukmu, Amane-kun…musik latar yang menenangkan, AC yang tepat, suhu yang tepat, dan…”

Melihat Mahiru yang begitu antusias, Amane bergumam, “Yang perlu kamu lakukan hanyalah berbaring di sampingku, Mahiru. Aku akan tidur seperti bayi.” Terbebani oleh komentarnya, Mahiru menyundulnya dengan wajah yang memerah padam, membuat Amane tidak punya pilihan selain berbalik, mencoba menahan tawanya.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama