Prakata
“Apapun
yang kulakukan, kemanapun aku pergi, pada dasarnya aku adalah seorang novelis.”
Secara
kebetulan, aku sangat merasakannya setelah anime TV ini diadaptasi. Hingga saat ini, aku telah
bekerja tidak hanya dalam novel, tetapi juga dalam naskah manga dan skenario
permainan, sehingga aku menganggap diriku sebagai orang yang cukup terampil
dalam menangani cerita di berbagai media selain tulisan. Sebaliknya, karena aku
terlibat dalam berbagai hal, aku tidak memiliki kepercayaan diri sebagai seorang
ahli dalam penulisan, dan aku merasa seperti seorang novelis yang setengah
hati.
Namun,
tampaknya itu adalah kesalahpahaman. Melihat hasil dari anime TV [Gimai Seikatsu], aku secara
kebetulan menyadari hal itu. Dengan menunjukkan ‘satu solusi’ sebagai karya audiovisual sambil
mempertahankan inti dari karya tersebut, bagian-bagian yang aku sadari dalam
caraku mengekspresikan diri melalui tulisan muncul ke permukaan. Aku
mendapatkan kesempatan untuk menghadapi pertanyaan tentang apa yang menjadi
poros karya yang tidak tergoyahkan, bagaimana aku menanamkan jiwaku ke
dalamnya, dan siapa aku sebagai seorang novelis.
Ketika aku
membagikan tanggapan panjang di SNS (X), jujur saja aku tidak menyangka bahwa
itu akan mendapat respons. Dalam era di mana efisiensi waktu dianggap baik,
siapa yang akan membaca hal semacam ini? Namun, aku menulis dengan penuh cinta
untuk visual, berharap meskipun hanya sedikit orang yang membacanya, mereka
yang benar-benar menghadapi karya ini akan menyadari keahlian yang terkandung
dalam visual. Dengan sepenuh hati, aku berharap itu sampai kepada mereka.
Ternyata,
sungguh di luar dugaan,
responsnya luar biasa. Tidak hanya dari para pembaca novel, tetapi juga dari orang-orang
baru yang datang dari anime yang melihatnya dengan sikap positif. Aku mendengar
suara dukungan dan mereka menikmati tanggapan panjang yang aku tulis, dan
jumlah tampilan postinganku
meningkat secara luar biasa.
Ngomong-ngomong,
meskipun tulisannya terlihat
panjang, bagiku, menulis sekitar sepuluh ribu kata tidaklah sulit ketika ‘hal-hal yang perlu ditulis’ sudah jelas. Namun, tampaknya
secara umum tidak demikian. Aku baru menyadari hal ini setelah melihat reaksi
penggemar terhadap tanggapan panjang. Ketika aku merasa harus menulis dari
lubuk hati, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan tulisan, dan
itu mudah dilakukan. Kupikir itu
karena aku pada dasarnya adalah seorang novelis.
Aku
diberkati dengan kesempatan untuk menerbitkan kata-kata cintaku yang penuh kepuasan untuk anime
TV [Gimai Seikatsu] dalam bentuk buku. Maka,
dengan cinta khusus yang diam-diam diberikan oleh tim produksi anime, aku ingin
menggabungkan cerita yang tidak aku rencanakan untuk diceritakan dalam karya
utama dengan surat cinta. Ini adalah cara yang indah bagiku sebagai seorang
novelis. Dengan pemikiran itu, aku menyusunnya
semua ini dalam satu buku.
Walaupun ini
bukan kisah kehidupan Yuuta dan Saki, tetapi silakan menikmati kisah lain dari penulis
dan Yomiuri Shiori, yang berada di suatu tempat di dunia yang sama.
Pemikiran
Tentang Episode Pertama Anime “Gimai Seikatsu” (Kesan-Kesan Mikawa Ghost)
Pertama-tama,
bagi mereka yang menonton anime tanpa mengetahui sumber aslinya (versi novel),
mungkin berpikir, “Eh? Ini
berbeda dari yang aku bayangkan”.
Banyak yang mungkin membayangkan sesuatu seperti komedi romantis yang
penuh kekacauan karena kehidupan bersama adik tiri.
Namun,
karya ini bukanlah komedi romantis yang klise.
Jika kita mencatat elemen-elemen seperti penempatan karakter dan pengaturan
dasar, bisa dibilang ini adalah komedi romantis normal,
tetapi tujuan karya ini bukan untuk menunjukkan cinta atau komedi, melainkan
untuk menyoroti
kehidupan mereka yang ada di sana. Meskipun begitu, karya ini juga tidak ingin
terlalu mendekati tiga dimensi (dunia nyata)
sehingga pesona dua dimensi menjadi hilang. Ini adalah karya yang mencari
ekspresi yang realistis (tiga dimensi) sampai batas di mana pesona dua
dimensi tetap terjaga. Genre yang mirip mungkin adalah ‘drama manusia’, tetapi karena lebih fokus pada
perasaan romantis, aku tidak bisa menemukan ungkapan
genre yang tepat, sehingga aku dan editorku memutuskan untuk menyebutnya ‘novel kehidupan romantis’.
Keunikan
dan nilai dari 'Gimai Seikatsu' terletak pada elemen-elemen seperti ‘novel pribadi oleh karakter fiksi’ dan ‘pengalaman membaca yang terasa
seperti buku harian
orang asli’.
Bagi mereka yang hanya membaca ringkasan perkembangan cerita, mungkin tidak
akan mengerti mengapa banyak pembaca mendukung karya ini. Ini bukanlah
perkembangan cerita yang bisa dijelaskan dengan ringkasan, melainkan terletak
pada detail-detail kecil dalam kehidupan, ekspresi yang mendetail, dan
pengalaman membaca yang menyeluruh yang menjadi inti daya tariknya.
… Sampai
di sini aku telah menjelaskan maksud dari sumber aslinya, tetapi ya, tulisan
ini merupakan penjelasan dan ulasan tentang
anime. Mungkin aku akan dimarahi karena banyak bicara tentang hal yang tidak
relevan, tetapi ini adalah hal yang perlu untuk penjelasan anime. Mohon dimaklumi.
Nah,
dengan maksud seperti itu, kupikir akan sangat sulit untuk mengadaptasi karya
ini menjadi sebuah karya visual. Sebenarnya, dalam siaran radio Gimai Seikatsu
(episode ke-3), sutradara Ueno juga mengatakan bahwa dia merasa “sulit,” dan aku merasa sekitar 50%
merasa bersalah dengan mengatakan, “Ya,
benar! Maaf!” Namun,
di sisi lain, aku juga merasa bersyukur bahwa orang yang merasa kesulitan ini
adalah sutradara yang menangani karya ini. Merasa kesulitan adalah bukti bahwa ia
benar-benar memahami hal-hal yang aku anggap penting dalam 'Gimai Seikatsu’. Jika
kita mencatat peristiwa yang terjadi dalam cerita, itu hanyalah komedi romantis
biasa, jadi bisa saja diproses sebagai “komedi
romantis yang tidak terlalu menarik”.
Namun, mereka tidak melakukannya, dan dengan mengambil inti daya tarik, mereka
berhadapan langsung dengan kesulitan. Aku sangat menghargai hal itu.
Selanjutnya,
aku akan menjelaskan bagian-bagian kecilnya.
・Karakter Yuuta dan Saki, serta
pertemuan mereka
Bagi yang
sudah menonton, mungkin sudah merasakan bahwa kedua orang ini adalah “mereka berdua sangat,
sangat, sangat, orang yang rumit dan merepotkan”. Terutama
dalam hubungan antar manusia. Keduanya menyaksikan dan mengalami keruntuhan
hubungan orang tua mereka secara langsung. Satu pihak melakukan sesuatu dengan
niat baik, tetapi yang lain menafsirkannya sebagai niat jahat, atau menyalahkan
pihak lain yang tidak bisa membaca perasaan yang seharusnya bisa dipahami.
Mereka berdua sering berdiri di posisi netral dalam “konflik dan kesalahpahaman antara
dua manusia”,
sehingga mereka merasakan ketidakpastian dalam hubungan antar manusia secara
mendalam. Mereka memiliki harapan sepihak terhadap satu sama lain, merasa
terluka tanpa alasan, dan melontarkan kata-kata kasar... Yuuta dan Saki merasakan “ketidakseimbangan” dan “kejelekan” dalam hubungan antar manusia.
Jika kita
mengklasifikasikan mereka dalam atribut karakter simbolis, mungkin bisa disebut
‘dingin’,
tetapi sebenarnya, jika diungkapkan sebagai ‘dingin’,
interpretasi terhadap mereka sedikit melenceng.
Mereka
pada dasarnya memiliki suhu tubuh yang rendah dan tidak banyak mengangkat
suara. Namun, bukannya berarti
bahwa mereka tidak memiliki fluktuasi emosi, atau tidak bisa bersikap peduli.
Oleh karena itu, mereka mencoba bersikap ramah kepada orang yang baru
dikenalnya, dan hal ini tercermin dalam percakapan mereka saat bertemu. Saki,
yang merupakan orang yang sejenis, bisa melihat bahwa mereka tidak memiliki
semangat dalam humor, tetapi pada dasarnya, Yuuta
hidup dalam masyarakat dengan komunikasi yang memiliki jarak yang tepat, tidak
terlalu mendekat, tidak terlalu menolak, tidak terlalu bertingkah konyol, dan tidak terlalu kaku.
Ini adalah komunikasi yang sulit menciptakan musuh karena mereka tidak memiliki
harapan terhadap orang lain. Sebaliknya, Saki juga tidak memiliki harapan
terhadap orang lain, tapi dia memilih untuk menolak orang yang mencari nuansa
dalam menjalin hubungan dengannya dan memilih untuk mengisolasi diri. Namun, komunikasi ini hanya
dilakukan ketika masalahnya sepenuhnya milik dirinya sendiri. Dia memiliki
pemikiran bahwa dia baik-baik saja sendirian dan tidak masalah jika dibenci
oleh semua orang, tetapi di sisi lain, dia sangat menghargai ibunya, Akiko, dan
tidak ingin melakukan sesuatu yang merugikan Akiko. Karena alasan tersebut, dia berusaha bersikap ramah terhadap
Taichi, pria yang dipilih Akiko, dan Yuuta, orang yang akan menjadi keluarganya. Itulah
sebabnya, sejak pertama kali mereka
bertemu, dia berusaha
tersenyum dengan cara yang tidak biasa dilakukannya di sekolah. Selama kurang lebih
dua tahun tersisa hingga kelulusan SMA, dia berpikir samar-samar bahwa jika dia
bisa menjaga tempat Akiko dengan bersikap ramah secara permukaan, setelah itu,
dia akan menjauh secara perlahan dan hidup sendiri untuk menghindari konflik.
... Dia tidak ingin berharap banyak terhadap
laki-laki dalam keluarganya,
tetapi dia juga tidak ingin menolak dan
melukai mereka. Dengan perasaan yang rumit seperti itu, mereka akhirnya menjadi
keluarga.
Ketika mereka berdua sendirian, Saki dengan sengaja menunjukkan sisi dinginnya hanya kepada Yuuta karena dia merasakan sesuatu yang mirip dengan dirinya—merasa ada kemungkinan untuk menjalani kehidupan keluarga dengan sikap yang sama, sehingga dia sedikit memperlihatkan ‘sisi lain’ dirinya sebagai sebuah taruhan, dan karena Yuuta ternyata sesuai dengan harapannya, mereka pun mencapai “kontrak”.
・Tentang elemen orisinal anime
Bagi yang
telah membaca novel aslinya, mungkin menyadari bahwa anime ini sebenarnya
memiliki banyak penggambaran orisinal, dengan banyak penghilangan (cut) dialog
dan adegan. Saat Saki yang baru pindah menemukan stiker yang ditempel di
dinding dan menyentuhnya dengan jarinya. Ketika Yuuta
pulang dan melihat ruang tamu yang terang, ia memikirkan sesuatu. Penekanan
pada keberadaan sup miso dalam
mangkuk dan kilas balik ke adegan makan
di masa lalu. Semua ini adalah orisinal anime. Namun, di sisi lain, aku merasa
bahwa meskipun tidak tercantum dalam novel aslinya, adegan-adegan ini pasti ada
dalam cerita kedua karakter ini. Jika kita menganggap Yuuta dan Saki benar-benar ada,
mereka berhasil mereproduksi kehidupan asli (dua karakter) dengan lebih setia
daripada novel aslinya—seperti halnya hal-hal yang kulupakan saat menulis
novel, sutradara Ueno dan semua stafnya dengan tepat menangkap dan tidak
melewatkan hal tersebut—aku memiliki kesan seperti itu.
・Tentang animasi, pengarahan,
seni, dan editing
Aku
sebenarnya sering menonton film live-action, tetapi setelah beranjak dewasa, kesempatan untuk menonton
anime di TV menjadi sangat berkurang, sehingga aku sebenarnya tidak begitu
mengerti tentang anime. Jadi, aku tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk
berbicara banyak tentang ekspresi khas anime, tetapi jika aku berbagi pendapat
sebagai orang awam, aku merasa bahwa semua teknik yang mungkin digunakan untuk
mewujudkan tema karya 'Gimai Seikatsu' dalam animasi telah dimanfaatkan
secara maksimal.
Suara-suara,
nafas, gerakan manusia sehari-hari (mungkin bisa disebut sebagai akting
sehari-hari) semuanya bercampur secara alami di dalam layar. Ini mungkin tampak
tanpa kejanggalan sehingga bisa mengalir dengan mudah, tetapi sebenarnya, tidak
adanya kejanggalan itu sendiri merupakan
hal yang sangat sulit. Dalam adegan percakapan Yuuta
dan Taichi yang mengatakan “Aku memutuskan untuk menikah
lagi” (adegan
saat mereka membuat sarapan instan), serta
adegan di bar minuman, aku ingin penonton juga memperhatikan gerakan-detail
tersebut.
Selain
itu, jalur Yamanote dan kota Shibuya
yang digambarkan dengan kehadiran yang nyata. Latar belakang seninya juga luar biasa dan indah.
Karena tujuan mereka adalah mencapai kehadiran karakter, kehadiran dunia di
mana Yuuta dan Saki hidup juga harus
tinggi, dan mereka berhasil melampaui batasan tersebut dengan mudah.
Namun,
yang kupikirkan di sini adalah, meskipun setiap ‘poin’ ini sangat menarik, aku merasa
itu bukanlah hal yang paling penting. Memotong bagian dari animasi, seni, atau
musik yang indah memang luar biasa, tetapi yang lebih penting adalah semua
elemen bersatu dalam harmonis, termasuk aliran
waktu, dan diselesaikan sebagai ‘satu
karya’—aku
merasakan bahwa ini adalah karya yang sebaiknya dilihat sebagai ‘garis’ atau ‘permukaan’, bukan
hanya sebagai ‘poin’.
Sejak
tahap novel aslinya, karya ini tidak menekankan pada ‘poin’ seperti dialog karakter yang
mengesankan, gerakan dan ekspresi yang imut, atau kalimat keren dari
protagonis. Meskipun terlihat sederhana, dengan perhatian pada detail kecil,
ketika melihat keseluruhan karya sebagai ‘garis’ atau ‘permukaan’ terasa nyaman dan
menyenangkan—ini adalah karya yang ingin aku capai. Dan pada kenyataannya,
banyak pembaca yang merasakan kepekaan ini dan menyukainya, serta memberikan
dukungan.
Aku
percaya bahwa anime TV ‘Gimai
Seikatsu’ juga
memiliki sifat yang sama. Aku berharap semakin banyak orang yang mencari
pengalaman untuk tenggelam dalam dunia ini, mengawasi mereka dengan perlahan,
dan merasakan kasih sayang dalam
detail-detail kecil.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya