
Epilog
Tiga
hari sudah berlalu sejak kejadian itu. Aku masih menjalani interogasi lagi hari ini. Pada awalnya aku merasa tegang dan
tidak yakin apa aku bisa
melakukannya dengan baik, tetapi sekarang aku sudah terbiasa.
Ini baru pertama kalinya aku melihat
ruang interogasi, tapi secara umum rasanya tidak
jauh berbeda dari yang ada di drama TV.
Dari sini, aku bisa melihat seberapa seriusnya semua yang digambarkan dalam
fiksi.
Melalui
balik pintu yang setengah terbuka, aku bisa mendengar Detektif Irumi dan
Detektif Takakura sedang berbicara. Ini juga merupakan percakapan yang tidak
terlalu berbeda dari yang biasanya.
“Kesaksiannya tidak berubah. Ia terus mengancam Yosuga Kei, yang
merupakan teman sekelasnya, agar
membantunya. Yosuga Kei sedang dalam gangguan mental kurang stabil sama
seperti pemain Blue Morpho lainnya dan tidak dapat melawan Miyamine Nozomu. Namun, ketika teman
dekatnya, Zenna Mikuri, menjadi
sasaran, Yosuga Kei melawannya dengan keras, dan dalam keadaan murka, Miyamine menikamnya bersama Zenna
Mikuri.”
“…Lalu Himuro yang
merupakan pemain Blue Morpho dan
simpatisan Yosuga Kei,
menjadi marah setelah mengetahui dirinya
dibunuh. Kami tiba saat ia sedang menyerang Miyamine Nozomu, dan ia bunuh diri dengan menembak
dirinya sendiri dengan pistol…Lalu tentang kebakaran itu?”
“Awalnya…
tampaknya ia berusaha membuat Yosuga Kei melakukan bunuh diri dengan membakar
dirinya. Namun, ketika tiba saatnya untuk
dibunuh, dia berkata tidak ingin mati, dan jadi Miyamine mengampuni nyawanya
dengan balasan memanggil Zenna Mikuri... lalu,”
Benar sekali,
aku menyatakan kesaksikanku begitu. Alasannya memang sedikit menyedihkan. Namun, sekarang aku tidak
punya pilihan selain memperbaiki cerita ini.
──Skenario
yang sebenarnya kugambarkan adalah sebagai berikut. Kei yang marah karena aku
berusaha membunuh Zenna Mikuri, akhirnya memberanikan diri
untuk melawanku. Kami berdua
bertengkar, dan aku berniat membakar rumah Kei untuk membunuhnya. Aku
ditangkap, dan ketika polisi datang menggerebek
rumahku, mereka akan menemukan
berkas-berkas yang kukumpulkan tentang kasus-kasus Blue Morpho, serta buku
catatan berisi instruksiku.
Dengan begitu, aku ditangkap sebagai Master Blue Morpho dan menanggung
kesalahan Kei. Aku sudah memikirkan rencana
ini
sejak lama. Namun, jika aku hanya mencoba menyerahkan diri, Kei mungkin
akan melawan. Jadi, aku memutuskan untuk membakar rumah Kei agar fakta-fakta
itu sudah ada sebelumnya.
Namun,
rencanaku hancur total akibat kemunculan detektif itu──Himuro.
Skenario
yang sudah kutulis ulang adalah seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Aku berusaha membuat Kei melakukan bunuh diri
dengan membakar dirinya. Kei melawan dengan kuat dan memohon untuk
diselamatkan. Sebagai gantinya, aku menyuruhnya memanggil teman dekatnya, Zenna Mikuri, ke sekolah, dan
berencana membuatnya bunuh diri di hadapan
Kei. Namun, Kei juga melawan dengan keras, dan tragedi pun terjadi.
Untungnya,
aku tidak perlu lagi takut terhadap perlawanan Kei. Kei sudah tidak bisa
berkata apa-apa lagi. Terlepas dari bagaimana semuanya dimulai, aku sudah
ditangkap, dan berkat insiden ini, file-file terkait juga telah disita,
termasuk file Excel yang kubagikan dengan Kei. Jika begini terus, mungkin aku
bisa menipu dunia.
“…Begitu ya.”
Satu hal
yang menjadi perhatian adalah detektif wanita yang berdiri di sana.
Dia──Detektif Irumi-san, entah
mengapa masih memandang Kei dengan curiga.
“Aku
juga bisa memahami motifnya memulai permainan Blue
Morpho. Pembullyan yang dialaminya saat SD. Menggunakan kupu-kupu
sebagai motif berdasarkan 'Ensiklopedia
Kupu-kupu' karya Nezuhara Akira,
itu sangat sesuai.”
“…Kesaksiannya tentang Blue Morpho
konsisten. Terlalu konsisten.”
Detektif Irumi
bergumam dengan nada pahit dan melirik ke
arahku.
“…Tidak
ada inkonsistensi dalam pernyataan sebelumnya. Prinsip tindakannya juga tidak goyah. Apa yang dirinya pikirkan saat itu, dan mengapa dirinya bergerak seperti itu, semuanya bisa dijelaskan
dengan logis. Bahkan meski harus merasakan sakit, wajahnya tidak menunjukkan kesakitan.
Meskipun sedang diinterogasi oleh polisi, ia
bahkan tidak tampak tegang. Fakta bahwa Himuro mati di hadapannya seharusnya bisa membuat seorang remaja mana pun lebih terguncang. Selain itu──”
“Ada apa?”
“…Tidak,
bukan apa-apa.”
Detektif Irumi
melirik ke arahku dan menggelengkan kepalanya.
Aku juga penasaran dengan kelanjutan kata-katanya, jadi aku merasa sedikit
tidak puas.
“Namun, memang benar bahwa
deskripsinya tentang
Blue Morpho sangat rinci. Aku yakin ia
pasti tahu tentang Blue Morpho.”
“Ia
mungkin benar-benar seorang psikopat. Tipe orang seperti itu biasanya memiliki
keinginan untuk menunjukkan diri dan bangga dengan kejahatan mereka, serta
cenderung ingin bercerita. Miyamine Nozomu
juga tipe seperti itu. Karena jika seseorang tidak bisa memahami perasaan orang
lain, …tidak mungkin ia bisa melakukan hal-hal seperti itu.”
Detektif
Takakura tampak sepenuhnya meremehkanku. Dia menatapku dengan mata penuh
kebencian. Meskipun ditatap seperti itu, aku tetap tenang dan tidak merasakan
apa-apa. Justru tatapan seperti itu lebih menguntungkan bagiku.
Setelah
beberapa saat, mereka berdua tampaknya
membisikkan sesuatu dan hanya Detektif Irumi yang masuk
ke dalam ruang interogasi. Ketika
berhadapan dengan orang ini, aku sedikit merasa tegang. Agar tidak memberikan
celah sedikit pun, aku tersenyum dengan tenang.
“Kejahatan
yang kamu perbuat sudah terkenal baik di dalam maupun luar
negeri. Ini mungkin akan dianggap sebagai salah satu kejahatan terburuk pasca
perang. Sebenarnya, aku sejujurnya terkejut. Aku tidak pernah menyangka bahwa yang melakukan
hal seburuk ini adalah seorang pelajar SMA sepertimu.”
“…Banyak yang bilang begitu. Aku
memang tidak mencolok. Siapa saja pasti tidak pernah
mengira bahwa seseorang seperti ini bisa mengendalikan orang lain dan memaksa
mereka untuk bunuh diri. Tapi, justru karena aku seperti ini, aku bisa
melakukan hal itu. Bukannya Anda juga
berpikir begitu?”
“Aku
tidak berpikir demikian. Pernyataanmu
memang terdengar sesuai. Namun, aku masih meyakini kalau Yosuga Kei lah dalang di balik semua kejadian ini.”
Itu
adalah pernyataan yang tidak bisa kuabaikan.
Meskipun begitu, aku sudah menduganya.
Sekarang setelah aku berada dalam situasi ini, kalimat itulah yang paling harus
kulawan. Untungnya, kami berdua telah
menghabiskan waktu bersama hingga saling menyatu. Memisahkan mana yang menjadi
otak di balik semua kejahatan ini
harusnya sulit. Kei sudah tidak bisa mengatakan
apa-apa lagi, jadi ini kesempatanku
untuk melakukan apapun yang kuinginkan. Kei tidak bisa membantah
apa pun.
“Kei?
Kei bukan tipe orang seperti
itu. Kei hanya diancam.
Aku sudah membicarakan hal ini dengan Detektif Takakura, dan pihak kepolisian juga sudah menemukan catatan
yang ada di kamarku, kan?”
“Benar.
Jika kamu mengenal Yosuga Kei yang biasa,
itu justru semakin meyakinkan. Jadi, ini cuma
firasatku yang tidak memiliki dasar. Menurut
pendapatku, Yosuga Kei bukanlah
tipe orang yang gampang
dicuci otaknya, dan kamu juga
tidak terlihat seperti orang yang bisa mengancamnya.”
“Aku
bingung jika diminta pendapat tentang sesuatu yang berdasarkan firasat. Selain
itu, aku dan Kei pada dasarnya sepasang kekasih.
Ada banyak cara untuk mengancamnya.”
“Cara
mengancamnya?”
“Sebagai
seorang wanita, Irumi-san sendiri pasti
memiliki satu atau dua hal yang tidak ingin dilihat orang lain, bukan?”
Alis
detektif Irumi-san sedikit berkedut saat aku mengatakannya dengan nada ambigu yang disengaja ambigu. Dia pasti adalah
detektif yang serius dan baik hati. Setelah menghela napas, dia melanjutkan.
“Mulai
sekarang, ini hanya cerita
khayalanku saja. Namun,
aku ingin kamu tetap mendengarnya.”
“…Tidak
masalah, tapi apa yang ingin kamu ceritakan?”
“Aku
berniat menghancurkan cerita bodoh yang kamu
ciptakan.”
Ada
cahaya tajam di mata Detektif Irumi. Anehnya, kata-kata yang dia gunakan sama
dengan yang digunakan Yosuga Kei semasa hidupnya. Dia menghela napas pelan. Ini
mungkin adalah bagian yang sebenarnya.
“Aku
berpikir justru kamu lah
yang dicuci otaknya oleh Yosuga Kei, dan sampai sekarang masih berusaha melindunginya.”
“Tidak
mungkin.”
“Tentu
saja, dia juga yang menjadi dalang di balik
Blue Morpho. Yosuga Kei sudah menyiapkan kambing
hitam untuk berjaga-jaga jika penyelidikan mengendung keberadaannya. Dan itulah dirimu. Dia menjadikanmu
pacarnya supaya kamu selalu
mengikutinya. Dengan selalu bersamanya,
dia memastikan bahwa kamu tidak
bisa menyangkal skenario di mana kamu
memberi arahan kepadanya setiap saat.”
Memang benar aku selalu berada di samping Kei sesuai
dengan permintaannya. Tapi itu
karena kami hanyalah sepasang kekasih
biasa yang tidak jauh berbeda seperti
pasangan lainnya. Detektif Irumi mungkin berpikir bahwa itu salah satu tipu yang dilakukan Kei. Kenyataannya,
aku dan Kei menyatu seperti
ular yang menelan satu sama lain, dan dari luar mustahil untuk membedakan siapa
yang mana.
“Baiklah,
mari kita bicarakan penyebab mengapa aku memiliki khayalan seperti ini. Pertama-tama, soal
koran bekas.”
Aku tidak
mengerti apa yang dikatakan Detektif Irumi, jadi aku tetap diam. Kemudian,
Detektif Irumi berkata.
“Itulah
tumpukan koran bekas yang kamu siram dengan minyak tanah saat mencoba membakar rumah Yosuga
Kei. Aku sudah
memeriksa ketiga tumpukan koran bekas itu itu. Salah satu tumpukannya memang berasal dari bulan lalu.
Namun, dua tumpukan lainnya masing-masing berasal dari tiga bulan dan enam
bulan yang lalu. Kamu
mengerti apa maksudnya ini, ‘kan?”
“…Aku
tidak paham.”
“Dia
mungkin telah mencuri satu tumpukan koran tua enam bulan yang lalu dan satu
tumpukan tiga bulan yang lalu. Lalu, dia menyimpannya di suatu tempat dan
menaruhnya secara mencolok di ruang tamu pada hari itu. Supaya kamu bisa lebih mudah menyalakan api.”
Aku mengingat kembali pada saat itu. Benar.
Aku mendengar bahwa minyak tanah sulit menyala tanpa bantuan, jadi aku berusaha
menyalakan api menggunakan tumpukan koran tua.
“Sejujurnya,
mungkin Yosuga Kei sendiri yang menginginkanmu
untuk membakar rumahnya, bukan? Dan setelah
menghilangkan semua bukti, dia berencana membunuhmu, menjebakmu, dan menjadikanmu sebagai
otak kejahatan agar dia bisa melarikan diri.”
“Itu
semua omong kosong.”
Meskipun aku berkata begitu, aku kembali teringat saat pertama kali
menginjakkan kakiku di rumah
Kei. Ruangan yang rapi dan teratur. Kehidupan yang teratur. …Ada kotak berisi
koran bekas yang disusun di samping pintu
masuk. Kenapa tumpukan koran yang kusiram dengan minyak diletakkan secara
mencolok di ruang tamu? Saat melihatnya, aku merasa seolah mendapatkan
pencerahan. Namun sekarang, Kei berdiri di belakangku. ──Dari mana aku mendapatkan ide
untuk menghilangkan bukti dengan cara membakar?
“Lagipula,
mengapa kamu perlu
menyebar minyak tanah begitu luas jika ingin
bunuh diri dengan membakar diri? Bahkan untuk menghilangkan
bukti, itu sangat rumit, begitu juga untuk mengancam. Jadi, menurutku, urutannya
salah. Satu-satunya orang yang ada di tempat itu hanyalah
kamu, dan Yosuga Kei tidak ada di
sana, ‘kan?”
“…Tidak
mungkin.”
“Beginilah
dugaanku mengenai rencananya. Setelah nama Miyamine Nozomu terendus
pihak kepolisian, dia memutuskan untuk mengakhiri Blue
Morpho. Dan dia ingin melakukannya dengan cara yang paling minim merugikan
dirinya. Dia ingin kamu yang
membakar rumahnya tanpa kehadirannya, dan kemudian menangkapmu. Mungkin dia
juga berharap hal itu akan membunuhmu.
Dan dia berencana untuk menyerahkan diri
sebagai korban.”
Itu mustahil. Aku yakin Kei tidak akan
meninggalkanku, jadi aku
sengaja mencoba menciptakan situasi yang sudah terjadi. Aku sulit mempercayainya bahwa Kei
mencoba menjebakku sejak
awal.
“Tapi,
Himuro lah yang merusak rencananya. Pria
itu sudah menunjukkan gelagat aneh sejak beberapa waktu lalu.
Jika dirinya adalah pemain Blue Morpho, maka
perkembangan polisi saat ini pasti tidak menyenangkannya. Ia memutuskan untuk mengawasi
Miyamine Nozomu yang
namanya muncul terlebih dahulu. Ternyata, Miyamine berusaha membakar rumah Kei
yang dia cintai. Ia melihatnya sebagai perlawanan dari Miyamine
yang terdesak. Ini kebalikan dari situasi sekarang. Dan dirinya menangkapmu tanpa mendengarkan
instruksi Kei. Akibatnya, dia
terpaksa mengubah skenarionya.”
“…………”
“Dan
kemudian, Zenna Mikuri dimanfaatkan. Jika dia membunuh Zenna Mikuri di sana, dia pasti punya
alasan untuk menyerahkan diri, dengan alasan 'sahabatku meninggal dan aku
tidak lagi dicuci otak.'. …Yah, mungkin dia tidak pernah menyangka bahwa dia sendiri akan
dibunuh. Dan orang
yang membunuhnya pasti bukan kamu, ‘kan?”
Itu tidak
mungkin, pikirku sekali lagi dalam hati. Aku harus
mengatakan sesuatu kepada Detektif Irumi agar tidak menunjukkan kegelisahan.
Lidahku terasa keluh di dalam
mulutku, dan aku tidak bisa berbicara.
Sejenak, aku merasa bingung mengapa aku berada di sini.
“Pembicaraan
kita belum selesai,” ucapan Detektif Irumi membuat kesadaranku kembali terfokus. Setumpuk
kertas diletakkan di hadapanku. Kertas-kertas itu pasti disita dari kamar Kei.
Judul dan nama penulisnya terasa familiar.
“Apa kamu pernah membaca makalah dari
peneliti bernama 'Ikeya
Sugo'
ini?”
“…Aku
pernah membacanya di kamar Kei. Memangnya
ada apa dengan itu?”
“Aku
terkejut saat membaca makalah ini. Aku tak
pernah menyangka ada makalah yang menguntungkan Blue Morpho.
Mungkin Yosuga Kei merujuk pada ini, sampai aku berpikir begitu. Namun,
ternyata tidak demikian.”
“Kenapa
kamu berpikir begitu?”
“Karena
tidak ada sosiolog yang bernama
Ikeya Sugo. Makalah ini ditulis dengan baik
dan tidak bisa dipahami hanya dengan sekali baca. Tapi makalah ini benar-benar dibuat oleh
seseorang.──Mungkin, ini ditulis oleh Yosuga Kei
sendiri. Namanya pun hampir merupakan anagram.”
Saat
mendengar itu, sejujurnya aku merasa terkejut. Aku tidak bisa
lagi menentukan mana yang benar dan mana yang palsu. Usai melihat makalah kusut karya 'Ikeya Sugo' yang tersebar di hadapanku, aku merasa seolah-olah masih menari di atas telapak tangan Kei.
“Otoritas memang
biasa digunakan untuk mencuci otak seseorang. Kamu melihat makalah Ikeya Sugo dan meyakini bahwa Blue Morpho benar. Dengan
cara seperti itu, Yosuga Kei mungkin telah mengubahmu sedikit demi sedikit.”
“Itu sama
sekali tidak benar,”
Suaraku terdengar sedikit emosional. Seakan-akan
tidak ingin melewatkan kesempatan itu, Detektif Irumi pun berkata.
“Dia
memiliki bakat aneh dalam mengendalikan orang. Dia memanfaatkan kelemahan orang
lain dan mengancam mereka.
Faktanya, ada orang yang selamat dari Blue Morpho yang sampai sekarang masih
belum terbebas dari pencucian otak. Masih ada anak-anak yang takut padanya dan
tidak bisa keluar.”
“Aku
tidak pernah merasa terancam.”
“Mengancam
tidak selalu berarti menyakiti orang lain. Misalnya, ada cara untuk membuat
orang merasa berutang budi. Dengan rasa bersalah saja, seseorang bisa dipaksa
untuk patuh. Dengar-dengar katanya kamu pernah membantu Yosuga Kei yang
terluka saat masih di sekolah SD,
‘kan? Apa kamu merasa bahwa kecelakaan itu
salahmu?”
“Tidak.
Itu adalah kecelakaan.”
“Kamu disebut sebagai pahlawan oleh Yosuga
Kei, ‘kan? Apa dia yang pertama kali
mengatakannya? Jika rasa bersalah dipaksakan dan gelar itu dijadikan beban, kamu akan mulai berperilaku seperti
itu. Inilah psikologi yang umum. Dalam dirimu, Yosuga Kei pasti selalu menjadi
gadis yang harus dilindungi.”
“Apa
yang kamu ketahui tentang itu?”
“Sebenarnya, kamu mungkin
tidak melakukan apa-apa, ‘kan?”
Detektif Irumi
berkata dengan keyakinan yang tidak berdasar.
“Jika kamu memang tidak melakukan apa-apa, kehidupanmu masih bisa diperbaiki. Mungkin
kamu merasa bersalah karena tidak
bisa menghentikan apa yang dilakukan Yosuga Kei, tapi cara mengambil tanggung
jawab seperti itu salah.”
“Aku
tidak bermaksud untuk mengambil tanggung jawab.”
“Kamu takkan mengubah apapun dengan
menanggung dosanya. Dia
sudah mati. Sekalipun kamu bukan dalangnya, fakta
bahwa kamu terlibat dengan Blue Morpho tetap tidak akan hilang.”
Semuanya
sudah tak berarti lagi. Mungkin benar. Orang yang
bersangkutan sudah meninggal. Menyebut Kei sebagai otak dari semua ini jauh
lebih baik. Seperti yang dikatakan Detektif Irumi, jika terus begini, aku akan
mengorbankan kehidupanku untuk melindungi aib dan kejahatan Kei yang sudah mati. Itu
bukan tindakan yang rasional.
“…Apa
yang telah kamu lakukan
tidak akan hilang.”
Saat itu,
ekspresi Detektif Irumi berubah untuk pertama kalinya.
Dia tidak lagi mengguncangku dengan tenang, tetapi wajahnya menunjukkan rasa
sakit yang sebenarnya.
“Meski
begitu, mengorbankan hidupmu demi
kekasihmu itu salah. Aku tidak ingin lagi melihat korban dari
Blue Morpho. Kamu sudah
mengerti, ‘kan? …Kamu hanya dimanfaatkan.”
Pada saat
itu, pandanganku terhadap Detektif Irumi sedikit berubah.
Dia pasti orang yang baik. Bahkan orang
sepertiku masih berusaha diselamatkan olehnya. Namun, yang aku butuhkan
bukanlah hal seperti itu.
“…Aku
tidak mengerti apa yang kamu
katakan. Jadi, apa yang harus kulakukan agar dianggap benar? Kamu bisa menafsirkan sesukamu. Aku
sudah tidak peduli lagi.”
“Kamu sudah tidak
peduli?”
“Aku
sudah bosan. Aku tidak tertarik lagi pada Blue Morpho. Kei adalah orang yang
paling berguna di Blue Morpho. Mencari pengganti Kei juga sulit. Bisa membunuh
seratus lima puluh orang saja sudah cukup.”
“Kamu merasa sedih karena Yosuga Kei
sudah mati, iya ‘kan?”
Aku
terdiam sejenak. Aku penasaran apa yang
ditemukan Detektif Irumi dalam jeda singkat ini. Tidak
perlu dikatakan lagi, aku merasa sedih karena Kei sudah mati.
Setiap kali aku menyadari bahwa Kei tidak ada di dunia ini, tubuhku terasa
kaku. Sekarang pun, aku mati-matian berusaha menahan
keinginan untuk berteriak.
Aku
langsung menekan semua emosi itu dan berkata sambil menyeringai.
“Aku memang
merasa sedih. Sama seperti ketika seratus lima puluh
orang mati.”
Sekarang
giliran Detektif Irumi yang wajahnya meringis.
Setelah bibirnya bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu, dia perlahan
menggelengkan kepala.
“Aku
hanya ingin bertanya satu hal terakhir.”
“Apa yang ingin kamu tanyakan?”
“Ini
apa?”
Dia
berkata begitu sambil meletakkan sesuatu yang
terbungkus di dalam tas di atas meja. Itu adalah barang yang ada di saku Kei.
Barang yang membuatku mengorbankan segalanya dalam hidupku.
Dari
sudut pandang Detektif Irumi, aku mungkin kambing hitam malang yang sudah dicuci otak oleh Kei. Selama ini
aku terus ditipu, menjadi pion dalam permainan Kei. Setelah mendengarkan cerita
Detektif Irumi, aku memang merasa bingung dengan rencana Kei. Mungkin
sebenarnya semua ini merupakan
kehendak Kei, dan aku juga ditipu seperti
pemain lainnya.
Meskip
begitu, alasan mengapa aku mempercayainya
karena sesuatu yang ada di hadapanku.
Itulah satu-satunya bukti. Bukti bahwa sesuatu telah
terjadi di antara kami.
Aku
menggelengkan kepala pelan dan berbohong.
“Aku
tidak tahu.”
Seolah-olag hanya itu yang ingin dia
ketahui, detektif Irumi berdiri. Setelah dia
pergi, aku pasti akan dipaksa untuk
mengulang cerita yang sama. Membayangkannya saja sudah membuatku jengah, tetapi
aku tidak punya pilihan lain.
“Jika
aku resmi diadili sebagai master Blue Morpho, apa aku akan masuk neraka?”
Kata-kata
itu terlontar begitu saja dari mulutku saat dia
membelakangiku. Aku sudah siap untuk diabaikan, tetapi yang mengejutkan,
Detektif Irumi menoleh ke arahku. Setelah beberapa saat, dia berkata.
“Sayangnya,
aku tidak percaya pada kehidupan setelah kematian.”
“Begitu
ya.”
Sejujurnya,
kupikir itu memalukan. Jika aku ingin
mendapatkan persetujuan seseorang,
orang itu pastilah orang ini.
Apa aku
bisa dinyatakan bersalah seperti ini? Apa
aku akan dibenci banyak orang sebagai
psikopat yang telah membunuh lebih dari 150 orang? Kalau tidak, rasanya percuma saja. Tidak ada makna
dalam drama konyol yang tidak rasional ini. Sekarang, semuanya terasa seperti
hal yang jauh. Segalanya begitu menakutkan, dan aku masih mendapati diriku
dengan bodohnya bertanya-tanya apa ini semua hanyalah
mimpi. Padahal, tahap itu sudah lama berlalu.
Kei, kira-kira seperti apa dunia
setelah kematian? Apa di sana
tidak ada lagi rasa sakit atau kegelapan? Dalam situasi seperti ini, aku terus
memikirkanmu. Aku akhirnya tidak bisa mempercayai suaka Blue Morpho. Kei pun
seharusnya begitu. Kamu lah
pencipta dari cerita itu, jadi aku tidak bisa mempercayai apa pun setelahnya.
Namun ada tempat di dunia ini yang
telah ada jauh lebih lama dan
lebih akrab.
Kei
adalah seseorang yang telah membunuh lebih
dari seratus lima puluh orang. Aku terus-menerus menyaksikan Kei yang seperti itu di sampingnya. Bahkan
saat dirinya sekarat, aku tidak berusaha
menyelamatkannya. Kami berdua adalah pendosa
besar. Jadi, hanya ada satu tempat yang akan
dituju kami. Kamu
pun pasti akan jatuh ke neraka. Aku meyakini
kita pasti akan bertemu lagi di sana.
Aku hanyalah orang yang tak berdaya, lemah,
dan tidak bisa melakukan apa-apa untukmu. Meski begitu,
aku tetap ingin menjadi pahlawanmu.
Di hadapanku ada penghapus yang dibungkus dalam wadah transparan. Penghapus tersebut sudah terpakai setengah dan memiliki noda tinta yang
membekas. Orang yang tidak tahu apa-apa mungkin tidak akan mengerti apa itu.
Tapi,
aku tahu bahwa itu namaku.
{SELESAI}