Koi ni Itaru Yamai Epilog Bahasa Indonesia


Epilog

 

Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian itu. Aku masih menjalani interogasi lagi hari ini. Pada awalnya aku merasa tegang dan tidak yakin apa aku bisa melakukannya dengan baik, tetapi sekarang aku sudah terbiasa. 

Ini baru pertama kalinya aku melihat ruang interogasi, tapi secara umum rasanya tidak jauh berbeda dari yang ada di drama TV. Dari sini, aku bisa melihat seberapa seriusnya semua yang digambarkan dalam fiksi. 

Melalui balik pintu yang setengah terbuka, aku bisa mendengar Detektif Irumi dan Detektif Takakura sedang berbicara. Ini juga merupakan percakapan yang tidak terlalu berbeda dari yang biasanya

Kesaksiannya tidak berubah. Ia terus mengancam Yosuga Kei, yang merupakan teman sekelasnya, agar membantunya. Yosuga Kei sedang dalam gangguan mental kurang stabil sama seperti pemain Blue Morpho lainnya dan tidak dapat melawan Miyamine Nozomu. Namun, ketika teman dekatnya, Zenna Mikuri, menjadi sasaran, Yosuga Kei melawannya dengan keras, dan dalam keadaan murka, Miyamine menikamnya bersama Zenna Mikuri.”

Lalu Himuro yang merupakan pemain Blue Morpho dan simpatisan Yosuga Kei, menjadi marah setelah mengetahui dirinya dibunuh. Kami tiba saat ia sedang menyerang Miyamine Nozomu, dan ia bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri dengan pistol…Lalu tentang kebakaran itu?

Awalnya… tampaknya ia berusaha membuat Yosuga Kei melakukan bunuh diri dengan membakar dirinya. Namun, ketika tiba saatnya untuk dibunuh, dia berkata tidak ingin mati, dan jadi Miyamine mengampuni nyawanya dengan balasan memanggil Zenna Mikuri... lalu, 

Benar sekali, aku menyatakan kesaksikanku begitu. Alasannya memang sedikit menyedihkan. Namun, sekarang aku tidak punya pilihan selain memperbaiki cerita ini

──Skenario yang sebenarnya kugambarkan adalah sebagai berikut. Kei yang marah karena aku berusaha membunuh Zenna Mikuri, akhirnya memberanikan diri untuk melawanku. Kami berdua bertengkar, dan aku berniat membakar rumah Kei untuk membunuhnya. Aku ditangkap, dan ketika polisi datang menggerebek rumahku, mereka akan menemukan berkas-berkas yang kukumpulkan tentang kasus-kasus Blue Morpho, serta buku catatan berisi instruksiku. 

Dengan begitu, aku ditangkap sebagai Master Blue Morpho dan menanggung kesalahan Kei. Aku sudah memikirkan rencana ini sejak lama. Namun, jika aku hanya mencoba menyerahkan diri, Kei mungkin akan melawan. Jadi, aku memutuskan untuk membakar rumah Kei agar fakta-fakta itu sudah ada sebelumnya. 

Namun, rencanaku hancur total akibat kemunculan detektif itu──Himuro. 

Skenario yang sudah kutulis ulang adalah seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Aku berusaha membuat Kei melakukan bunuh diri dengan membakar dirinya. Kei melawan dengan kuat dan memohon untuk diselamatkan. Sebagai gantinya, aku menyuruhnya memanggil teman dekatnya, Zenna Mikuri, ke sekolah, dan berencana membuatnya bunuh diri di hadapan Kei. Namun, Kei juga melawan dengan keras, dan tragedi pun terjadi.

Untungnya, aku tidak perlu lagi takut terhadap perlawanan Kei. Kei sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Terlepas dari bagaimana semuanya dimulai, aku sudah ditangkap, dan berkat insiden ini, file-file terkait juga telah disita, termasuk file Excel yang kubagikan dengan Kei. Jika begini terus, mungkin aku bisa menipu dunia.

Begitu ya.

Satu hal yang menjadi perhatian adalah detektif wanita yang berdiri di sana. Dia──Detektif Irumi-san, entah mengapa masih memandang Kei dengan curiga.

Aku juga bisa memahami motifnya memulai permainan Blue Morpho. Pembullyan yang dialaminya saat SD. Menggunakan kupu-kupu sebagai motif berdasarkan 'Ensiklopedia Kupu-kupu' karya Nezuhara Akira, itu sangat sesuai.

Kesaksiannya tentang Blue Morpho konsisten. Terlalu konsisten.

Detektif Irumi bergumam dengan nada pahit dan melirik ke arahku.

…Tidak ada inkonsistensi dalam pernyataan sebelumnya. Prinsip tindakannya juga tidak goyah. Apa yang dirinya pikirkan saat itu, dan mengapa dirinya bergerak seperti itu, semuanya bisa dijelaskan dengan logis. Bahkan meski harus merasakan sakit, wajahnya tidak menunjukkan kesakitan. Meskipun sedang diinterogasi oleh polisi, ia bahkan tidak tampak tegang. Fakta bahwa Himuro mati di hadapannya seharusnya bisa membuat seorang remaja mana pun lebih terguncang. Selain itu──

Ada apa?

…Tidak, bukan apa-apa.

Detektif Irumi melirik ke arahku dan menggelengkan kepalanya. Aku juga penasaran dengan kelanjutan kata-katanya, jadi aku merasa sedikit tidak puas.

Namun, memang benar bahwa deskripsinya tentang Blue Morpho sangat rinci. Aku yakin ia pasti tahu tentang Blue Morpho.

“Ia mungkin benar-benar seorang psikopat. Tipe orang seperti itu biasanya memiliki keinginan untuk menunjukkan diri dan bangga dengan kejahatan mereka, serta cenderung ingin bercerita. Miyamine Nozomu juga tipe seperti itu. Karena jika seseorang tidak bisa memahami perasaan orang lain, …tidak mungkin ia bisa melakukan hal-hal seperti itu.

Detektif Takakura tampak sepenuhnya meremehkanku. Dia menatapku dengan mata penuh kebencian. Meskipun ditatap seperti itu, aku tetap tenang dan tidak merasakan apa-apa. Justru tatapan seperti itu lebih menguntungkan bagiku.

Setelah beberapa saat, mereka berdua tampaknya membisikkan sesuatu dan hanya Detektif Irumi yang masuk ke dalam ruang interogasi. Ketika berhadapan dengan orang ini, aku sedikit merasa tegang. Agar tidak memberikan celah sedikit pun, aku tersenyum dengan tenang.

“Kejahatan yang kamu perbuat sudah terkenal baik di dalam maupun luar negeri. Ini mungkin akan dianggap sebagai salah satu kejahatan terburuk pasca perang. Sebenarnya, aku sejujurnya terkejut. Aku tidak pernah menyangka bahwa yang melakukan hal seburuk ini adalah seorang pelajar SMA sepertimu.

Banyak yang bilang begitu. Aku memang tidak mencolok. Siapa saja pasti tidak pernah mengira bahwa seseorang seperti ini bisa mengendalikan orang lain dan memaksa mereka untuk bunuh diri. Tapi, justru karena aku seperti ini, aku bisa melakukan hal itu. Bukannya Anda juga berpikir begitu?

Aku tidak berpikir demikian. Pernyataanmu memang terdengar sesuai. Namun, aku masih meyakini kalau Yosuga Kei lah dalang di balik semua kejadian ini.

Itu adalah pernyataan yang tidak bisa kuabaikan. Meskipun begitu, aku sudah menduganya. Sekarang setelah aku berada dalam situasi ini, kalimat itulah yang paling harus kulawan. Untungnya, kami berdua telah menghabiskan waktu bersama hingga saling menyatu. Memisahkan mana yang menjadi otak di balik semua kejahatan ini harusnya sulit. Kei sudah tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, jadi ini kesempatanku untuk melakukan apapun yang kuinginkan. Kei tidak bisa membantah apa pun.

Kei? Kei bukan tipe orang seperti itu. Kei hanya diancam. Aku sudah membicarakan hal ini dengan Detektif Takakura, dan pihak kepolisian juga sudah menemukan catatan yang ada di kamarku, kan?”

Benar. Jika kamu mengenal Yosuga Kei yang biasa, itu justru semakin meyakinkan. Jadi, ini cuma firasatku yang tidak memiliki dasar. Menurut pendapatku, Yosuga Kei bukanlah tipe orang yang gampang dicuci otaknya, dan kamu juga tidak terlihat seperti orang yang bisa mengancamnya.

Aku bingung jika diminta pendapat tentang sesuatu yang berdasarkan firasat. Selain itu, aku dan Kei pada dasarnya sepasang kekasih. Ada banyak cara untuk mengancamnya.

“Cara mengancamnya?

“Sebagai seorang wanita, Irumi-san sendiri pasti memiliki satu atau dua hal yang tidak ingin dilihat orang lain, bukan?

Alis detektif Irumi-san sedikit berkedut saat aku mengatakannya dengan nada ambigu yang disengaja ambigu. Dia pasti adalah detektif yang serius dan baik hati. Setelah menghela napas, dia melanjutkan.

Mulai sekarang, ini hanya cerita khayalanku saja. Namun, aku ingin kamu tetap mendengarnya.

…Tidak masalah, tapi apa yang ingin kamu ceritakan?

Aku berniat menghancurkan cerita bodoh yang kamu ciptakan.

Ada cahaya tajam di mata Detektif Irumi. Anehnya, kata-kata yang dia gunakan sama dengan yang digunakan Yosuga Kei semasa hidupnya. Dia menghela napas pelan. Ini mungkin adalah bagian yang sebenarnya.

Aku berpikir justru kamu lah yang dicuci otaknya oleh Yosuga Kei, dan sampai sekarang masih berusaha melindunginya.

Tidak mungkin.”

Tentu saja, dia juga yang menjadi dalang di balik Blue Morpho. Yosuga Kei sudah menyiapkan kambing hitam untuk berjaga-jaga jika penyelidikan mengendung keberadaannya. Dan itulah dirimu. Dia menjadikanmu pacarnya supaya kamu selalu mengikutinya. Dengan selalu bersamanya, dia memastikan bahwa kamu tidak bisa menyangkal skenario di mana kamu memberi arahan kepadanya setiap saat.

Memang benar aku selalu berada di samping Kei sesuai dengan permintaannya. Tapi itu karena kami hanyalah sepasang kekasih biasa yang tidak jauh berbeda seperti pasangan lainnya. Detektif Irumi mungkin berpikir bahwa itu salah satu tipu yang dilakukan Kei. Kenyataannya, aku dan Kei menyatu seperti ular yang menelan satu sama lain, dan dari luar mustahil untuk membedakan siapa yang mana.

Baiklah, mari kita bicarakan penyebab mengapa aku memiliki khayalan seperti ini. Pertama-tama, soal koran bekas.”

Aku tidak mengerti apa yang dikatakan Detektif Irumi, jadi aku tetap diam. Kemudian, Detektif Irumi berkata.

Itulah tumpukan koran bekas yang kamu siram dengan minyak tanah saat mencoba membakar rumah Yosuga Kei. Aku sudah memeriksa ketiga tumpukan koran bekas itu itu. Salah satu tumpukannya memang berasal dari bulan lalu. Namun, dua tumpukan lainnya masing-masing berasal dari tiga bulan dan enam bulan yang lalu. Kamu mengerti apa maksudnya ini, kan?

…Aku tidak paham.

Dia mungkin telah mencuri satu tumpukan koran tua enam bulan yang lalu dan satu tumpukan tiga bulan yang lalu. Lalu, dia menyimpannya di suatu tempat dan menaruhnya secara mencolok di ruang tamu pada hari itu. Supaya kamu bisa lebih mudah menyalakan api.

Aku mengingat kembali pada saat itu. Benar. Aku mendengar bahwa minyak tanah sulit menyala tanpa bantuan, jadi aku berusaha menyalakan api menggunakan tumpukan koran tua.

Sejujurnya, mungkin Yosuga Kei sendiri yang menginginkanmu untuk membakar rumahnya, bukan? Dan setelah menghilangkan semua bukti, dia berencana membunuhmu, menjebakmu, dan menjadikanmu sebagai otak kejahatan agar dia bisa melarikan diri.

Itu semua omong kosong.

Meskipun aku berkata begitu, aku kembali teringat saat pertama kali menginjakkan kakiku di rumah Kei. Ruangan yang rapi dan teratur. Kehidupan yang teratur. …Ada kotak berisi koran bekas yang disusun di samping pintu masuk. Kenapa tumpukan koran yang kusiram dengan minyak diletakkan secara mencolok di ruang tamu? Saat melihatnya, aku merasa seolah mendapatkan pencerahan. Namun sekarang, Kei berdiri di belakangku. ──Dari mana aku mendapatkan ide untuk menghilangkan bukti dengan cara membakar?

“Lagipula, mengapa kamu perlu menyebar minyak tanah begitu luas jika ingin bunuh diri dengan membakar diri? Bahkan untuk menghilangkan bukti, itu sangat rumit, begitu juga untuk mengancam. Jadi, menurutku, urutannya salah. Satu-satunya orang yang ada di tempat itu hanyalah kamu, dan Yosuga Kei tidak ada di sana, kan?

…Tidak mungkin.

“Beginilah dugaanku mengenai rencananya. Setelah nama Miyamine Nozomu terendus pihak kepolisian, dia memutuskan untuk mengakhiri Blue Morpho. Dan dia ingin melakukannya dengan cara yang paling minim merugikan dirinya. Dia ingin kamu yang membakar rumahnya tanpa kehadirannya, dan kemudian menangkapmu. Mungkin dia juga berharap hal itu akan membunuhmu. Dan dia berencana untuk menyerahkan diri sebagai korban.

Itu mustahil. Aku yakin Kei tidak akan meninggalkanku, jadi aku sengaja mencoba menciptakan situasi yang sudah terjadi. Aku sulit mempercayainya bahwa Kei mencoba menjebakku sejak awal.

“Tapi, Himuro lah yang merusak rencananya. Pria itu sudah menunjukkan gelagat aneh sejak beberapa waktu lalu. Jika dirinya adalah pemain Blue Morpho, maka perkembangan polisi saat ini pasti tidak menyenangkannya. Ia memutuskan untuk mengawasi Miyamine Nozomu yang namanya muncul terlebih dahulu. Ternyata, Miyamine berusaha membakar rumah Kei yang dia cintai. Ia melihatnya sebagai perlawanan dari Miyamine yang terdesak. Ini kebalikan dari situasi sekarang. Dan dirinya menangkapmu tanpa mendengarkan instruksi Kei. Akibatnya, dia terpaksa mengubah skenarionya.

…………

Dan kemudian, Zenna Mikuri dimanfaatkan. Jika dia membunuh Zenna Mikuri di sana, dia pasti punya alasan untuk menyerahkan diri, dengan alasan 'sahabatku meninggal dan aku tidak lagi dicuci otak.'. …Yah, mungkin dia tidak pernah menyangka bahwa dia sendiri akan dibunuh. Dan orang yang membunuhnya pasti bukan kamu, ‘kan?”

Itu tidak mungkin, pikirku sekali lagi dalam hati. Aku harus mengatakan sesuatu kepada Detektif Irumi agar tidak menunjukkan kegelisahan. Lidahku terasa keluh di dalam mulutku, dan aku tidak bisa berbicara. Sejenak, aku merasa bingung mengapa aku berada di sini.

Pembicaraan kita belum selesai, ucapan Detektif Irumi membuat kesadaranku kembali terfokus. Setumpuk kertas diletakkan di hadapanku. Kertas-kertas itu pasti disita dari kamar Kei. Judul dan nama penulisnya terasa familiar.

Apa kamu pernah membaca makalah dari peneliti bernama 'Ikeya Sugo' ini?

…Aku pernah membacanya di kamar Kei. Memangnya ada apa dengan itu?

Aku terkejut saat membaca makalah ini. Aku tak pernah menyangka ada makalah yang menguntungkan Blue Morpho. Mungkin Yosuga Kei merujuk pada ini, sampai aku berpikir begitu. Namun, ternyata tidak demikian.

Kenapa kamu berpikir begitu?

Karena tidak ada sosiolog yang bernama Ikeya Sugo. Makalah ini ditulis dengan baik dan tidak bisa dipahami hanya dengan sekali baca. Tapi makalah ini benar-benar dibuat oleh seseorang.──Mungkin, ini ditulis oleh Yosuga Kei sendiri. Namanya pun hampir merupakan anagram.

Saat mendengar itu, sejujurnya aku merasa terkejut. Aku tidak bisa lagi menentukan mana yang benar dan mana yang palsu. Usai melihat makalah kusut karya 'Ikeya Sugo' yang tersebar di hadapanku, aku merasa seolah-olah masih menari di atas telapak tangan Kei.

“Otoritas memang biasa digunakan untuk mencuci otak seseorang. Kamu melihat makalah Ikeya Sugo dan meyakini bahwa Blue Morpho benar. Dengan cara seperti itu, Yosuga Kei mungkin telah mengubahmu sedikit demi sedikit.

“Itu sama sekali tidak benar,

Suaraku terdengar sedikit emosional. Seakan-akan tidak ingin melewatkan kesempatan itu, Detektif Irumi pun berkata.

Dia memiliki bakat aneh dalam mengendalikan orang. Dia memanfaatkan kelemahan orang lain dan mengancam mereka. Faktanya, ada orang yang selamat dari Blue Morpho yang sampai sekarang masih belum terbebas dari pencucian otak. Masih ada anak-anak yang takut padanya dan tidak bisa keluar.

Aku tidak pernah merasa terancam.

Mengancam tidak selalu berarti menyakiti orang lain. Misalnya, ada cara untuk membuat orang merasa berutang budi. Dengan rasa bersalah saja, seseorang bisa dipaksa untuk patuh. Dengar-dengar katanya kamu pernah membantu Yosuga Kei yang terluka saat masih di sekolah SD, kan? Apa kamu merasa bahwa kecelakaan itu salahmu?

Tidak. Itu adalah kecelakaan.

Kamu disebut sebagai pahlawan oleh Yosuga Kei, kan? Apa dia yang pertama kali mengatakannya? Jika rasa bersalah dipaksakan dan gelar itu dijadikan beban, kamu akan mulai berperilaku seperti itu. Inilah psikologi yang umum. Dalam dirimu, Yosuga Kei pasti selalu menjadi gadis yang harus dilindungi.

Apa yang kamu ketahui tentang itu?

Sebenarnya, kamu mungkin tidak melakukan apa-apa, ‘kan?”

Detektif Irumi berkata dengan keyakinan yang tidak berdasar.

Jika kamu memang tidak melakukan apa-apa, kehidupanmu masih bisa diperbaiki. Mungkin kamu merasa bersalah karena tidak bisa menghentikan apa yang dilakukan Yosuga Kei, tapi cara mengambil tanggung jawab seperti itu salah.

Aku tidak bermaksud untuk mengambil tanggung jawab.

Kamu takkan mengubah apapun dengan menanggung dosanya. Dia sudah mati. Sekalipun kamu bukan dalangnya, fakta bahwa kamu terlibat dengan Blue Morpho tetap tidak akan hilang.

Semuanya sudah tak berarti lagi. Mungkin benar. Orang yang bersangkutan sudah meninggal. Menyebut Kei sebagai otak dari semua ini jauh lebih baik. Seperti yang dikatakan Detektif Irumi, jika terus begini, aku akan mengorbankan kehidupanku untuk melindungi aib dan kejahatan Kei yang sudah mati. Itu bukan tindakan yang rasional.

…Apa yang telah kamu lakukan tidak akan hilang.

Saat itu, ekspresi Detektif Irumi berubah untuk pertama kalinya. Dia tidak lagi mengguncangku dengan tenang, tetapi wajahnya menunjukkan rasa sakit yang sebenarnya.

“Meski begitu, mengorbankan hidupmu demi kekasihmu itu salah. Aku tidak ingin lagi melihat korban dari Blue Morpho. Kamu sudah mengerti, kan? …Kamu hanya dimanfaatkan.

Pada saat itu, pandanganku terhadap Detektif Irumi sedikit berubah. Dia pasti orang yang baik. Bahkan orang sepertiku masih berusaha diselamatkan olehnya. Namun, yang aku butuhkan bukanlah hal seperti itu.

…Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Jadi, apa yang harus kulakukan agar dianggap benar? Kamu bisa menafsirkan sesukamu. Aku sudah tidak peduli lagi.

“Kamu sudah tidak peduli?

Aku sudah bosan. Aku tidak tertarik lagi pada Blue Morpho. Kei adalah orang yang paling berguna di Blue Morpho. Mencari pengganti Kei juga sulit. Bisa membunuh seratus lima puluh orang saja sudah cukup.

Kamu merasa sedih karena Yosuga Kei sudah mati, iya ‘kan?

Aku terdiam sejenak. Aku penasaran apa yang ditemukan Detektif Irumi dalam jeda singkat ini. Tidak perlu dikatakan lagi, aku merasa sedih karena Kei sudah mati. Setiap kali aku menyadari bahwa Kei tidak ada di dunia ini, tubuhku terasa kaku. Sekarang pun, aku mati-matian berusaha menahan keinginan untuk berteriak.

Aku langsung menekan semua emosi itu dan berkata sambil menyeringai.

“Aku memang merasa sedih. Sama seperti ketika seratus lima puluh orang mati.

Sekarang giliran Detektif Irumi yang wajahnya meringis. Setelah bibirnya bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu, dia perlahan menggelengkan kepala.

Aku hanya ingin bertanya satu hal terakhir.

Apa yang ingin kamu tanyakan?

Ini apa?

Dia berkata begitu sambil meletakkan sesuatu yang terbungkus di dalam tas di atas meja. Itu adalah barang yang ada di saku Kei. Barang yang membuatku mengorbankan segalanya dalam hidupku.

Dari sudut pandang Detektif Irumi, aku mungkin kambing hitam malang yang sudah dicuci otak oleh Kei. Selama ini aku terus ditipu, menjadi pion dalam permainan Kei. Setelah mendengarkan cerita Detektif Irumi, aku memang merasa bingung dengan rencana Kei. Mungkin sebenarnya semua ini merupakan kehendak Kei, dan aku juga ditipu seperti pemain lainnya.

Meskip begitu, alasan mengapa aku mempercayainya karena sesuatu yang ada di hadapanku. Itulah satu-satunya bukti. Bukti bahwa sesuatu telah terjadi di antara kami.

Aku menggelengkan kepala pelan dan berbohong.

Aku tidak tahu.

Seolah-olag hanya itu yang ingin dia ketahui, detektif Irumi berdiri. Setelah dia pergi, aku pasti akan dipaksa untuk mengulang cerita yang sama. Membayangkannya saja sudah membuatku jengah, tetapi aku tidak punya pilihan lain.

Jika aku resmi diadili sebagai master Blue Morpho, apa aku akan masuk neraka?

Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku saat dia membelakangiku. Aku sudah siap untuk diabaikan, tetapi yang mengejutkan, Detektif Irumi menoleh ke arahku. Setelah beberapa saat, dia berkata.

Sayangnya, aku tidak percaya pada kehidupan setelah kematian.

Begitu ya.

Sejujurnya, kupikir itu memalukan. Jika aku ingin mendapatkan persetujuan seseorang, orang itu pastilah orang ini.

Apa aku bisa dinyatakan bersalah seperti ini? Apa aku akan dibenci banyak orang sebagai psikopat yang telah membunuh lebih dari 150 orang? Kalau tidak, rasanya percuma saja. Tidak ada makna dalam drama konyol yang tidak rasional ini. Sekarang, semuanya terasa seperti hal yang jauh. Segalanya begitu menakutkan, dan aku masih mendapati diriku dengan bodohnya bertanya-tanya apa ini semua hanyalah mimpi. Padahal, tahap itu sudah lama berlalu.

Kei, kira-kira seperti apa dunia setelah kematian? Apa di sana tidak ada lagi rasa sakit atau kegelapan? Dalam situasi seperti ini, aku terus memikirkanmu. Aku akhirnya tidak bisa mempercayai suaka Blue Morpho. Kei pun seharusnya begitu. Kamu lah pencipta dari cerita itu, jadi aku tidak bisa mempercayai apa pun setelahnya.

Namun ada tempat di dunia ini yang telah ada jauh lebih lama dan lebih akrab.

Kei adalah seseorang yang telah membunuh lebih dari seratus lima puluh orang. Aku terus-menerus menyaksikan Kei yang seperti itu di sampingnya. Bahkan saat dirinya sekarat, aku tidak berusaha menyelamatkannya. Kami berdua adalah pendosa besar. Jadi, hanya ada satu tempat yang akan dituju kami. Kamu pun pasti akan jatuh ke neraka. Aku meyakini kita pasti akan bertemu lagi di sana.

Aku hanyalah orang yang tak berdaya, lemah, dan tidak bisa melakukan apa-apa untukmu. Meski begitu, aku tetap ingin menjadi pahlawanmu.

 

Di hadapanku ada penghapus yang dibungkus dalam wadah transparan. Penghapus tersebut sudah terpakai setengah dan memiliki noda tinta yang membekas. Orang yang tidak tahu apa-apa mungkin tidak akan mengerti apa itu.

Tapi, aku tahu bahwa itu namaku.

 

{SELESAI}

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama