About Reckless Girl Part I
*****
"Sekarang! Sieg! Ayo kita bertanding lagi dalam ujian
ini!"
"Anja...ini lagi..."
Tanpa memperdulikan apakah pelajaran
sudah selesai atau belum, seorang gadis muda bergegas menuju ke arahku dengan
matanya yang berkilauan.
Rambut pendeknya yang berwarna biru
pucat, dihiasi dengan pita di sekitarnya, gadis kecil ini bernama Anja.
Umurnya 8 tahun, sama seperti diriku. Seorang gadis kecil yang duduk di kelas 2 sekolah dasar.
..Tidak, Maksudku, Aku juga anak kecil.
Tapi...
"Apa yang Kamu maksud dengan 'ini lagi'? Aku bahkan belum pernah menang sekalipun saat
bertanding denganmu!"
"Kamu..selalu saja bertindak ceroboh saat bersaing
denganku. Kamu terlalu bersemangat ....”
"Tentu saja! Mari kita selesaikan sekarang, cepat
keluarkan hasil ujianmu."
Anja memegang hasil ujiannya dengan
satu tangan, sedangkan tangan lainnya mendorong bahuku untuk bergegas.
Sungguh memilukan, pikirku,
kukeluarkan hasil ujianku yang terlipat dari dalam tas.
"Ayo...kita akan memperlihatkannya
secara bersamaan...kuharap Kamu sudah mempersiapkan
diri..."
Wajah Anja penuh dengan kepercayaan,
dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.
"..Anja, apa Kamu sangat percaya diri mengenai ujian
perhitungan sihir dasar kali ini?"
"Hmmph! hal itu baru diputuskan saat Kamu melihat
nilaiku! Aku akan mengejutkanmu sampai
Kamu tidak bisa berkata apa-apa, Kamu mengerti!"
Tampaknya dia masih belum bisa menahan
semangat yang membaranya itu. Bergegas mengucapkan 'bersiap, 3,2,1, mulai'
secepat yang bisa dia ucapkan. Aku segera memperlihatkan hasil ujianku di atas
meja.
"...."
"...."
Hmmm, Sungguh menakjubkan. Anja
mendapatkan nilai 97. Ujian kali ini dipenuhi dengan masalah dalam praktik
penerapan, dan Aku ragu bila ada siswa lain yang bisa mendapatkan nilai yang
sama seperti dirirnya.
Intinya, Dia mempunyai kemampuan yang
unggul, bakat yang luar biasa, dan memiliki tingkatan mana yang tinggi.
Seorang murid teladan diantara murid
teladan lainnya, itulah Dia.
Wajahnya mulai berubah pucat.
Mulutnya terbuka dengan lemah,
Keheranan tampak terlihat di wajahnya.
"...Nilai 100 !? Sieg, Kamu...Kamu mendapatkan nilai
100!? Dengan ujian yang sangat sulit itu, Kamu mendapatkan nilai 100...!?"
"Y..yeah....sepertinya ujiannya berjalan dengan baik..."
Tetapi, bahkan dengan Dia seperti
itu, Aku tidak pernah kalah darinya.
Itu sederhana, karena nilaiku selalu
lebih baik darinya.
"------------------!"
Mata Anja mulai mengeluarkan air mata.
Dia menggertakan giginya dan menutup
mulutnya dengan erat, dengan cepat menahan kembali air matanya yang mungkin
akan keluar lagi.
Dia pasti sangat percaya diri sekali
dalam ujian ini. Dia pasti sudah belajar dengan rajin. Dengan ujian yang sangat
sulit, dan itu tidak sulit untuk membayangkan bahwa mencapai nilai 97 adalah
pencapaian yang besar.
Bahkan Aku akan menyatakannya. Bahwa
nilai 97, jika Kamu mengecualikan Aku, akan menempatkannya dalam nilai yang
paling atas.
Tetapi bahkan begitu, dia masih belum
bisa menggapaiku.
"....!"
"Ah! tunggu! Anja......!"
Anja pun berlari menjauh.
Apakah karena frustasi atau Dia tidak
ingin menunjukkan air matanya? Apapun
itu, seperti hembusan angin, dia berlari menjauh di depan mataku.
"...Nampaknya...dia sangat
percaya diri kali ini..."
Biasanya, semangatnya lebih tinggi,
dan bahkan jika dia kalah, itu tidak sejauh sampai membuatnya menangis. Dia
menempatkan banyak usaha dalam ujian ini, dan sangat yakin sekali dengan
hasilnya.
..
merasa harus meminta maaf padanya.
Dia sudah berjuang keras sebisa
mungkin.
Tapi Aku curang. Aku melakukan kecurangan dalam mendapatkan
nilai 100.
Biasanya, Aku adalah jenis orang yang
tidak pernah berjalan langsung ke dalam arena,
dan bukanlah jenis orang yang seharusnya seri dengan seseorang yang sangat
berusaha dalam melakukan sesuatu seperti Anja.
Tetapi ada satu kebenaran yang tidak
bisa kubilang pada siapapun. Jika Aku mengatakannya, mereka akan meragukan
tingkat kewarasanku, dan bila Aku menngumumkannya, Aku tidak berpikir seseorang
akan mempercayainya.
Karena sebenarnya, Aku adalah...
.... seseorang yang terlahir kembali,
dan masih memegang ingatan dari kehidupan
sebelumnya.
(TL note: terlahir kembali atau
reinkarnasi mempunyai makna yang sama)
****
Hari itu merupakan hari spesial di
musim dingin, salju yang turun cukup lebat untuk bisa meninggkalkan jejak kaki
seseoarang.
Dingin... Aku kira itu merupakan hari
yang sangat dingin, tetapi Aku tidak bisa
mengingatnya dengan benar. Dibilang mengingat, lebih tepatnya Aku tidak pernah
merasakannya.
Alasan kematiaanku pada kehidupan
sebelumnya adalah alasan yang alami.
Melalui jendela, Aku bisa melihat
kepingan besar salju yang perlahan turun. Kupaksa kepala
ku dari tempat tidur, menahan
kecemburuan pada pemandangan putih murni yang bisa kulihat dari ruangan putih
murni rumah sakit.
Pada waktu Aku berumur 28 tahun. Aku
bekerja di manufaktur magitech yang bisa Kamu temukan dimanapun, dan Aku
bekerja seperti orang - orang yang bisa Kamu temukan dimanapun.
Itu adalah pekerjaan yang bisa Kamu
temukan dimanapun, tetapi Aku tidak bisa menanggung penderitaan. Mungkin tampak
bahwa Aku adalah jenis orang yang membual tentang menjadi orang biasa, dan
bahkan bila Aku melakukan pekerjaan yang sama dengan orang lain, Aku merasa Aku
melakukan banyak usaha daripada orang lain untuk hasil yang sama.
Tetapi Aku yakin bahwa itu berlaku juga
untuk orang lain. Jika kita tidak melakukan pekerjaan lebih banyak daripada
orang lain, kita tidak akan bisa mendapatkan beban kerja yang dituntut oleh
masyarakat. Itulah bagaimana aturan dalam masyarakat.
Tidak pernah berada di atas, ataupun
sebaliknya. Bisa dibilang, Aku hanya menjalani kehidupan yang biasa.
Karena terlalu sibuk dengan
pekerjaanku, Aku putus dengan pacarku. Well,
Aku yakin itu hanya cerita yang biasa.
Dengan hidup yang penuh kejadian normal
yang bisa Kamu temukan dimanapun, Aku jatuh sakit. Mungkin ini terdengar
ironis, tetapi hal itulah yang membuatku menjadi istimewa dibandingkan dengan
yang lain.
Tubuhku sudah tidak bisa digerakkan
lagi, Aku hanya bisa mengatur kepalaku sedikit untuk melihat keluar jendela. Apa
yang kulihat adalah pemandangan dunia yang sedang diliputi oleh salju putih,
dan didalam kesadaranku yang kabur, Aku mendengar seseorang mengatakan bahwa
terjadi badai salju yang besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Aku merasa putus asa.
Aku cemburu pada salju.
Badai salju ini pasti spesial, itu
pasti membekas dalam ingatan dan catatan untuk tak terhitung banyak orang.
Aku ingin menjadi spesial.
Aku ingin menjadi orang yang istimewa.
Secara acak merasa cemburu terhadap
iklim, Dewa manusia mungkin bisa melakukan hal apapun,
Aku perlahan menutup mataku.
Kesadaranku terpotong seperti tirai
menutup hidupku.
...Tapi terjadilah reinkarnasi.
Aku tidak tahu mengapa atau
bagaimana.
Yang Aku tau hanyalah bahwa Aku masih
memegang ingatan kehidupanku sebelumnya.
*****
"Meskipun Aku mendapatkan kesempatan untuk menjalani sebuah
kehidupan istimewa..... Aku masih
belum bisa membersihkan perasaan bersalah ini."
"Apa yang Kamu bicarakan diam diam Sieg? Lihat, hari ini
adalah hari kompetisi yang lain."
Dari tempat duduk yang berada disudut
ruang kelas, berbeda dengan salju pada hari itu, Aku melihat pancaran cahaya
matahari yang memanasi halaman sekolah saat Aku bergumam pada diriku sendiri...tapi
tanpa Aku sadari, Anja sudah berada disampingku.
Sial, Aku bermaksud melakukan gumaman
yang tidak bisa ditebak siapa pun, tapi dia selalu tersesat ke sisiku, jadi
sepertinya dia mendengar suarAku.
"...Apa Kamu mendengar apa yang Aku katakan?"
"Tidak semua? Tapi jika Kamu tidak ingin seseorang mendengarnya,
Kamu lebih baik tidak mengatakan apapun."
"....Kamu benar. Diam adalah emas..."
Pada saat ini, kami sudah berumur 11
tahun. Ini adalah sekolah menengah yang lebih tinggi
daripada sekolah dasar.
Karena tidak dapat diperbaiki,
kompetisi kami masih terus berlanjut, mesipun itu terasa hanya dia yang terus
menantangku.
Ujian tertulis, ujian praktik sihir,
semua jenis pelajaran ekstrakurikuler khusus...
Dengan membawa beberapa alasan, dia
membawa tantangan padaku, dan itu semua berakhir dengan kemenanganku.
Bisa dibilang ini hal yang alami.
Ketika Kamu beranjak dewasa, untuk tes tingkat sekolah dasar, hal itu dapat dilakukan
siapa saja untuk mendapat nilai 100. Kami sudah
berhadapan hal apapun dengan kesempatan kecil Aku kalah.
Tetapi meskipun Aku ingin menjadi
istimewa pada kehidupanku yang lalu. Aku terus memenangkan tantangannya, dan
setiap kali dia membuat eksperesi kekalahan, Aku akan merasa sangat bersalah.
Pada akhirnya, hasilku datang dari sebuah
pengalaman spesial yang disebut reinkarnasi, dan Mereka bukanlah sesuatu yang disebabkan
oleh kemampuan atau usahaku sendiri. Ketika dia percaya pada kemampuannya
sendiri dan memberinya usaha maksimal, apakah wajar jika Aku merasa bersalah
saat Aku menurunkan usahanya? Atau apakah itu berarti bahwa mentalitasku masih sama
seperti kehidupanku yang lalu?
"Sialan!! Mengapa Kamu mendapat nilai 100 lagi!?
Bagaimana Aku bisa menang kalau terus seperti itu! ini tidak adil! Kamu tidak
adil, Sieg!"
Anja mulai menangis lagi.
Aku akan membuat pernyataan yang
jelas, tapi dia adalah jenius sejati dan dia tidak pernah mengabaikan etos
kerja yang baik. Sudah pasti dia adalah tipe orang yang mana orang biasa
seperti diriku tidak pernah dibandingkan.
Bila dia terus seperti ini, lulus
dari SMA terbaik, wisuda dari universitas yang baik, dan menemukan pekerjaan di
perusahaan yang bagus. Dia memiliki bakat yang baik yang membuat itu
menyakitkan bahkan sampai sekarang.
Tetapi dengan sebuah peringatan, 'Seorang
manusia biasa ketika melewati 20 tahun,' itu hanyalah sebuah cerita bila dia
meneruskan kerja kerasnya.
Untuk menghibur gadis yang merajuk
itu, Aku menyerahkan manisan yang telah kubeli sebelumnya.
Itu adalah hukuman untuk kemenanganku,
dan untuk membeli permen ini, Aku menggunakan sebagian besar uang jajanku.
Aku harus memperhitungkan seleranya
bersamaan dengan perasaan spesial yang menyertai barang musiman dan barang terbatas,
dan memahami hati wanita yang kompleks untuk membeli permen yang tepat untuk
menenangkannya sangatlah sulit. Jika Aku memilih yang salah, Aku harus
menghabiskan sisa hari itu menatap sisi wajahnya yang cemberut.
Meskipun Anja yang biasa sangat
dingin, saat Aku terlibat, dia akan bersemangat, selalu merasa jengkel atas
kekalahannya, namun terus mengomel kepadaku dan emosinya berayun ke kiri dan ke
kanan dengan bermacam-macam permen.
Menggenggam kerja keras hati seorang
wanita lebih sulit daripada ujian apapun.
****
"Kuh ... kulihat Kamu mendapatkan
nilai 100 lagi kali ini ..."
Memegang lembar ujiannya seperti
biasa, Anja berdiri di hadapanku dengan wajahnya yang memerah karena kesal.
Gadis ini sedikit berubah dalam beberapa
tahun terakhir ini.
Rambut pendeknya yang mungkin
menyentuh lehernya atau tidak, sekarang tumbuh cukup panjang untuk melambai di
bahunya.
Tingkat Kewanitaannya pun sedikit
meningkat.
Selain itu, pakaiannya telah berubah.
Apa yang dulu pilihan bebas telah berubah menjadi seragam yang ditunjuk sekolah
... artinya menandakan bahwa kita telah menjadi anak sekolah menengah.
Tentu saja, Aku dan Anja mendaftar di
sekolah menengah yang sama.
Kami menempati peringkat pertama dan kedua di distrik tersebut dan
memasuki sekolah swasta nomor satu di distrik ini. Sehingga ini benar-benar
merupakan hasil alami.
Apalagi, setelah hidup selama 28
tahun dan telah menerima gaji biasa, dengan diterima di sekolah swasta, Aku merasa
kasihan pada orang tuaku. Berpikir tentang uang sekolah tahunan dan pendapatan
bersih tahunanku pada kehidupan sebelumnya, itu membuat mataku berputar
sedikit.
(Tl note: maksudnya dia itu kaget gan
:v)
Ketika Aku mengatakan bahwa Aku
baik-baik saja dengan sebuah sekolah umum yang normal, 'Anak - anak tidak perlu
khawatir akan hal seperti itu,' kata orang tuaku, dan Anja juga dengan santai
mengatakan, 'Kalau begitu Aku juga akan pergi ke sekolah umum,' jadi Aku telah
kehilangan alasanku untuk menolak.
Aku merasa kasihan pada orang tuaku,
tapi Aku tidak bisa membiarkan jenius seperti Anja membusuk di sekolah umum
demi diriku.
Aku mempertimbangkan untuk mengambil
pekerjaan part-time, tapi ketika Aku sedang mencari tentang tempat mana yang
akan mempekerjakan seorang siswa sekolah menengah, Aku berakhir dengan mendapatkan nilai 97 saat
ujian pertama di SMP.
Bahkan dengan 28 tahun pengalaman, Aku
tidak bisa mendapatkan 100 dengan mudah tanpa belajar. Hal itu membuatku
memikirkan kembali betapa berbedanya sekolah menengah dan sekolah dasar.
'Fufufu! Benteng nilai 100 akhirnya hancur! Sepertinya Hari saat Aku
merebut kemenangan darimu tidak terlalu jauh! '
Anja menyatakannya dengan keras sampai air mata keluar dari matanya.
Dia telah mendapat nilai 89. Dari
sudut pandangnya, yang paling jelas merupakan aib. Karena itu adalah sekolah
persiapan, ujiannya sangat sulit, dan Aku pikir ini adalah nilai yang
memuaskan, tapi hanya menunjukkan bahwa dia dan Aku tengah membuat cahaya dari
sekolah menengah. Meski harus kuingat, dia masih mendapat peringkat kedua di
kelasnya.
Setelah itu, entah bagaimana Aku
menemukan tempat untuk bekerja dan berkeliling untuk belajar dengan benar.
"Kuh ... jadi Kamu berhasil
mendapatkan kembali nilai 100 ..."
Dan perkataan itu menjadi hal pertama
yang akan dia katakan saat memberitahuku ketika sedang bersiap pergi.
Jika Aku benar-benar belajar,
tampaknya pengalamanku selama 28 tahun masih dapat diterapkan.
"Sieg, jenis belajar apa yang
biasa Kamu lakukan? Kamu bekerja part-time, membawa uang ke rumahmu, dan Kamu
masih mendapatkan nilai 100 ... apa Kamu yakin Kamu tidak curang ...? "
"..."
Aku curang. Aku memiliki metode
kecurangan terbesar yang disebut reinkarnasi, tapi tidak mungkin Aku bisa
mengatakannya.
Anja mencubit pipiku, tapi meski
begitu, kekuatan yang dimasukkan ke dalam jarinya sangat lemah.
Dalam tes ini, dia telah berhasil
mencapai nilai 93. Tentu saja, nilai-nilainya di urutan kedua di kelasnya, tapi
fakta bahwa belajarnya yang putus asa hanya menaikkan nilai empat poin membuatnya
sedikit tertekan.
Jika Kamu mengizinkanku untuk
mengatakan, nilai seperti itu sudah cukup tinggi, dan ini adalah sekolah
persiapan. Aku merasa ujiannya jauh lebih sulit daripada di sekolah menengah
normal yang Aku masuki ketika di kehidupanku sebelumnya. Dalam hal itu, dia
memperoleh nilai 93, jadi Aku pikir dia harus lebih bangga pada dirinya
sendiri, tapi mungkin karena Aku berakhir mendapatkan 100.
Hatinya mulai terasa lemah.
Aku mengeluarkan permen yang baru
saja dikeluarkan saat Aku berbicara.
"... Trik untuk belajar, hal pertama yang harus Kamu lakukan
adalah memahami akar unit. Semuanya terletak pada unit Dasar, dan segala hal
yang mereka ajarkan tumbuh dari ... "
"Aaaah! Tunggu! Tunggu! Aku salah, tidak! Itu tidak
baik! Jangan bilang apa-apa padaku! "
Anja memutar tubuhnya saat ia dengan
panik berpisah dariku.
"Aku tidak bisa membiarkan
diriku menerima garam dari musuh!"
(Tl note: menerima garam maksudnya,
menambah kesakitan. Coba aja pas luka ente dikasih garam :v)
Katanya ketika dia pergi dengan lurus
dari kelas dan kembali ke rumah.
Aku sedikit terkejut melihatnya sebelum berangkat pekerjaan part-time.
****
"... Aku berubah pikiran, tolong
ajari Aku cara belajar ..."
Anja datang ke mejAku dan bergumam
lemah. Wajahnya merah padam, dia menahan rasa malunya, membalikkan wajahnya
agak jauh sehingga dia tidak menatap mataku saat dia mengatakan bahwa dia ingin
Aku mengajarinya.
Ada ujian akhir yang besar.
Dengan 28 tahun pengalaman di
kehidupanku yang lalu, Aku hampir tidak berhasil mempertahankan nilai penuh dalam
semua mata pelajaran. Aku tidak tahu bahwa Aku yang berbicara, tapi Aku harus
belajar sedikit.
Tak usah dikatakan Anja menempati
peringkat kedua di kelas dan dia menyingkirkan 750 poin di delapan mata
pelajaran.
Itu adalah nilai bagus, tapi bagi
Anja, rupanya bukan hal untuk dirayakan.
Tampaknya perbedaan nilai 50 denganku sulit baginya untuk menerima, dan
saat Aku bertanya kepadanya, nampaknya terlepas dari persaingannya denganku,
dia merasa tesnya sendiri adalah sebuah kegagalan. Itu adalah ujian yang sangat
sulit jadi kurasa tidak ada sesuatu yang
dapat membantu nilainya, tapi tetap saja, dia mengatakan bahwa ini adalah
pertama kalinya dia merasa jengkel dalam sesuatu tanpa ada hubungannya denganku.
Dia menurunkan kebanggaannya sendiri
dan mulai belajar dariku.
Ini adalah pertama kalinya terjadi
dalam tujuh tahun sejak Aku mengenalnya.
Tubuhnya gemetardengan ringan,
wajahnya merah padam, saat Aku baru saja melihat dari samping, Aku bisa
merasakan panasnya yang tinggi dan detak jantungnya yang cepat.
"… Mengerti. Aku akan membantumu
belajar. "
Jawabku dengan singkat.
Aku menyiapkan tempat duduk di
seberang tempat dudukku sendiri dan diduduki gadis kaku itu.
Meninggalkan seperti ini akan sangat
menyedihkan sehingga kami mulai belajar sekaligus. Mengingat kepribadiannya, Aku
pikir dia akan menyelinap masuk ke dalamnya.
Tentu saja, ke sisi meja, sudah kusiapkan
permen yang kubeli.
"Seperti yang kukatakan sebelumnya, tapi hal yang paling
penting adalah memahami akar unit. Semuanya terletak pada unit dasar, dan
segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu tumbuh dari dasar itu. "
"... Tumbuh?"
"Benar. Jangan melakukan sesuatu yang signifikan seperti
menghafal segala sesuatu di buku teks dari awal sampai akhir, pertama yang
harus Kamu lakukan adalah memahami akar dari isinya. Dari situ, Kamu belajar
seolah-olah tumbuh di luar cabang-cabangnya.
Misalnya, ketika menyangkut sejarah ... benar ... peristiwa
terpenting dalam ujian kali ini adalah Pertempuran Lesvokis. Pengaruh
pertempuran itu tetap ada dalam sejarah yang harus diikuti. Dan sejarah yang
terjadi sebelum juga sering menjadi penyebabnya, faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya Pertempuran Lesvokis. Sebagian besar era berubah dengan pertempuran
di pusatnya, dan bukan hanya sejarah negara ini, namun juga memberi pengaruh pada
sejarah negara-negara lain.
Jika Anda memikirkan pengaruhnya kedepan, pikirkan apa yang
mengikat mereka dari sisi ke sisi, dan pelajari saat Kamu menghubungkan dengan
beberapa kejadian, ini memudahkan pemikiranmu, dan memperdalam pemahamanmu dari
sekedar hanya membaca teks ... "
"Mengikat…?"
"Benar, mengikat."
Saat dia gemetar begitu banyak, Anja memang cukup sesuatu, dan hanya dengan sedikit ceramah, kepalanya telah memasuki mode
belajar. Dengan wajah bermartabat, dia berkonsentrasi dan mendengarkan kata-kataku.
"Kamu bisa mengatakan hal yang sama tentang subjek
lainnya.
Dalam matematika, hal penting yang harus Kamu pelajari adalah
rumus ini. Semua cara berpikir mendasar dalam unit terbentuk dengan rumus itu
sebagai dasar, dan rumus lainnya serta masalah aplikasi lainnya disusun di
sekitar rumus dasar itu. Bila Kamu bermasalah dengan masalah aplikasi, pertama,
cobalah kembali ke dasar dan mencoba untuk memastikan tujuannya.
Tujuannya berada di dalam dasar, dan untuk mencapainya, kemajuan
seperti apa yang harus Kamu lakukan, dan nilai seperti apa yang Kamu butuhkan?
Yang tersisa hanya memikirkannya. "
"... Dasarnya?"
"Benar, dasar. Apa yang salah dalam tes ini? Apakah Kamu
bisa menunjukkannya kepadaku?"
Kami belajar dengan serius di sudut
kelas, dan saat matahari terbenam, sampai seorang guru datang untuk
mengingatkan kami, kami bahkan tidak berpikir untuk pergi.
Pada saat Aku memperhatikan, matahari
hampir lenyap di balik cakrawala, membuat kelas menjadi merah padam dalam
cahaya terakhirnya.
"Sieg ... Kamu pandai
mengajar."
Rambut birunya yang pucat diwarnai
rona hangat.
Tags:
Oneshot