Chapter – 14
"Jadi? Siapa gadis
itu?"
Tak lama setelah kereta
meninggalkan stasiun, Kii-san mengembungkan pipinya dan bertanya padaku.
"Dia hanya temanku
saat SMP dulu."
"Hmph!"
"... Umm, apa kau
marah?"
"Tentu saja."
"…Maaf."
Saat aku mengatakan itu, Kii-san,
yang sedang berada dalam suasana hati yang sangat buruk, memelototi diriku.
"Bahkan setelah semua
yang sudah kau lakukan, yang kau lakukan hanyalah meminta maaf?"
"..."
Ummm, apa yang harus aku lakukan? Kali
ini, memang kesalahanku, tapi aku tak tahu apa yang harus kuperbuat selain
meminta maaf.
Mungkin, dia menginginkan
uang? Tidak, aku tidak berpikir Kii-san adalah orang semacam itu...
Karena aku tidak mengerti
apa yang membuat Kii-san menjadi sangat marah, sampai dia mulai mengomeliku,
mengatakan beberapa hal satu demi satu tanpa henti.
"Aku selalu
memikirkanmu, Yoshiki-kun. Kapan pun aku naik kereta, aku berharap bahwa kereta
akan tiba lebih cepat di stasiun tempatmu berada. Namun, kau terlihat
akrab dengan gadis lain ... Dan kau bahkan bilang, aku menyukaimu, padanya? Apa maksudnya ini? Apa yang sedang
kau pikirkan, Yoshiki-kun? "
Karena tertekan oleh
kemarahannya, aku mulai terdiam lagi. Yah, bukan tidak beralasan baginya
untuk semarah ini ... maksudku, jika Kii-san melakukan hal yang sama padaku,
aku mungkin akan marah juga. Tidak, yah, mungkin tidak terlalu marah
seperti dirinya.
"Baiklah, bagiku, itu
hanya aku yang berbicara dengan seorang teman seperti biasanya ..."
"Lalu bagaimana dengan
bagian aku menyukaimu?
"Itu ... hanya aliran pembicaraan
..."
"Apa pembicaraan yang
normal memang seperti itu? Kurasa tidak."
"…Maafkan aku."
"Seperti yang kubilang,
meminta maaf saja tidak cukup."
"Lalu, apa yang harus
kulakukan ...?"
Ketika aku bertanya
kepadanya, suasana hati Kii-san berubah sedikit memburuk.
"Katakan padaku, aku
menyukaimu."
"..."
Ahhhh ... di sini? Di dalam
kereta?
Karena percakapan
sebelumnya, kami sudah cukup menonjol. Mengatakan padanya, "Aku
menyukaimu", akan sangat memalukan Namun, aku tidak bisa tidak memberitahunya. Aku
harus mengatakannya.
"Aku, menyukaimu."
Aku menatap langsung mata
Kii-san. Itulah perasaanku yang sebenarnya.
Memang benar bahwa aku
disuruh untuk mengatakannya, dan aku hanya sedikit mengikuti aliran saat
menyetujui untuk berpacaran dengannya. Namun, ketika ditembak oleh gadis
imut seperti dia, tidak ada pria yang takkan menyukainya juga. Ini mungkin
terlihat sangat sederhana, tapi mau bagaimana lagi.
Lagi pula, aku tidak jatuh
cinta padanya hanya karena itu saja. Dia memiliki kepribadian yang sedikit
berat, tapi ketika aku menghabiskan waktu bersamanya, akhirnya aku menikmatinya
setiap saat. Aku juga sangat menyukai bagian dirinya itu.
Aku mencoba memasukkan
semua pemikiran itu ke dalam kata-kataku. Namun, reaksi Kii-san tak
terduga.
"Lalu, gadis yang kau
tembak sebelumnya dan aku, siapa yang lebih kau sukai?"
Dia menanyakan hal ini
padaku.
Sejujurnya, perasaanku
lebih kuat saat aku menyukai Ueno. Aku tidak menyadarinya saat itu, tapi
mengingatnya kembali sekarang, perasaanku cukup kuat. Jadi apa boleh buat. Aku
sudah menghabiskan lebih dari 10 tahun bersama Ueno, sementara itu, aku hanya
menghabiskan waktu beberapa bulan saja dengan Kii-san.
Tapi, jika aku mengatakan
itu, kemungkinan besar dia akan berada dalam suasana hati yang buruk lagi ...
Mencoba untuk tidak menunjukkannya di wajahku, dengan hati-hati aku
mengeluarkan suaraku.
"Tentu saja, aku lebih
menyukai Kii-san."
"Ah, kau pasti sangat menyukai
gadis itu sebelumnya. Ini terlihat diwajahmu sendiri. "
"..."
Eh? Aku menunjukkannya
di wajahku?
"Ah, begitu ya~. kau
lebih menyukai dia~ "
Kii-san yang baru saja
menunjukkan ekspresi lega sebelumnya, mulai menunjukkan ekspresi marahnya lagi.
"Lagi pula, kau masih
memanggilku dengan nama margaku ..."
"Uuu, maksudku, aku
masih belum terbiasa."
"Kau sudah pernah
mengatakannya bukan? Panggil aku dengan nama pertamaku ... kau ini pacarku,
kan? "
"... A-Aku
mengerti."
"Kalau begitu, coba
katakan itu."
"Umm, sekarang?"
"Sekarang."
"... Umm,
Mamiko."
"Ya itu
bagus. Panggil aku seperti itu mulai dari sekarang. "
Ini buruk, ini sangat
memalukan.
Kii-s, tidak, maksudku
Mamiko, saat kau berbicara dengan suara yang keras seperti itu, orang-orang
akan memperhatikan kita.
Yah, Kii-s-Mamiko sendiri nampaknya
sedang dalam mood yang lebih baik sekarang.
"Selanjutnya ~ SMA Touyama~"
Jadi, dengan ini semua
masalah sudah beres, kami akan tiba di stasiun.
Mamiko, yang duduk di kursi dekat lorong, pertama pergi, saat murid-murid lain dari SMA Touyama juga mulai pada turun.
Mamiko, yang duduk di kursi dekat lorong, pertama pergi, saat murid-murid lain dari SMA Touyama juga mulai pada turun.
Semua siswa mengenakan
earphone, tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Mereka mungkin tidak
memperhatikan kita, gadis tercantik di sekolah dan aku, berbicara
bersama. Dibantu oleh fakta ini, rasanya rumor tentang kita tidak akan
menyebar di sekolah. Bersama-sama, kami berjalan di belakang para siswa
ini dan menuju ke sekolah. Kami masih belum bisa saling memegang tangan.
Aku tidak menganggap diriku
sebagai orang yang naif, tapi ketika kita membicarakan gadis tercantik di
sekolah, kurasa itu tak apa-apa. Selama kita secara bertahap menutup jarak
antara kita, dan belajar lebih banyak tentang satu sama lain, kita akan
baik-baik saja.
Dengan begitu, aku mungkin
bisa lebih menyukainya daripada Ueno. Ya, itulah yang aku pikirkan.
"... !!"
Dan itu terjadi secara
mendadak.
Itu hanya sekilas. Jujur
saja, pada awalnya aku tidak memahaminya. Namun, ini adalah pertama
kalinya aku merasakan sensasi itu di bibirku. Aku merasa bingung,
terkejut, dan berbagai emosi lain yang tercampur di dalam kepalaku saat
pikiranku mulai menjadi kosong.
Wajahku mungkin sangat
merah. Gadis di hadapanku juga sama. Mencoba untuk menyembunyikannya,
dia berjalan sedikit di depanku. Kemudian, dengan punggungnya menghadapku,
dia mengulurkan tangan kanannya ke arahku.
"..."
Meskipun aku dalam keadaan
panik, aku bukan orang yang terlalu bodoh mengapa dia mengulurkan
tangannya. Aku menghapus beberapa keringat dari tangan kiriku dan
berpegangan pada tangannya. Tangan seorang gadis ternyata lebih kecil dan
lembut dari yang aku duga. Seolah-olah hanya dengan sedikit tenaga ke
dalam genggamanku akan mampu menghancurkannya.
Sambil berpegangan pada tangan yang rapuh
itu, aku berjalan ke sekolah di jalan yang rasanya sedikit berbeda dari
biasanya.
njut min
BalasHapusSiip :D
Hapuslanjuuuu, saia lagi bosen ama isekai wkwkwk
BalasHapusSaya juga sama udah bosen yang namanya isekai wkwkwkwk
HapusKita sepemikiran
Hapus