XxxX
Gadis Rawa 03
"…………..sungguh buruk
sekali."
Pagi berikutnya, itu adalah hal pertama yang kukatakan saat aku terbangun di kamarku sendiri.
Apanya "yang terburuk", kau bilang?
Jawabannya sudah jelas, fakta bahwa aku dirampok dari kesenangan harianku, lokasi memancing milikku. Jika memungkinkan, aku berharap bahwa itu hanyalah mimpi, tapi, setelah aku bangun, aku menyadari bahwa itu pasti bukan mimpi. Bahkan jika kota itu berada dalam suasana “Hore Pahlawan”, secara pribadi, aku dalam suasana hati “Dasar berengsek kau, Pahlawan”.
Memasuki dapurku, aku mengisi cangkir dengan air dan meminumnya, membasahi tenggorokanku yang kering dan mengambil nafas.
ー Aku mengerti.
ー Sejujurnya, aku hanya melampiaskan kemarahanku
padanya.
Party Pahlawan itu, secara kebetulan, hanya mampir dan disambut di kota ini dan setelah mendengar walikota dan masalah warga kota, menawarkan diri untuk menghancurkan rawa itu dari kebaikan hati mereka atau sesuatu seperti itu.
Lagipula dari awal, tempat itu diperlakukan sebagai rawa menyeramkan oleh penduduk kota.
Itulah mengapa ini adalah kemarahanku yang salah tempat.
“Siapa yang peduli kalau kau pergi memancing di rawa seperti ini!”
“Jika kau punya keluhan, katakan pada walikota!”
Aslinya, itu takkan menjadi aneh bagi Pahlawan untuk mengatakan kalimat semacam itu padaku, namun, sebaliknya, dia melakukan hal yang dewasa dan hanya menerima pelecehan lisanku. Tidak hanya itu, dia juga meminta maaf kepadaku dari lubuk hatinya. Berdasarkan hanya itu saja, Hero Rufus, seperti yang diharapkan, dan mirip apa yang rumor beredar bahwa dia adalah seorang pria yang jantan.
Tapi, untuk diriku yang berhati kecil, jika mungkin, aku benar-benar tidak ingin bertemu dengannya lagi.
Dan, begitulah, aku keluar dari rumahku. Tujuanku adalah tempat yang biasa. Tapi, tidak seperti biasanya, kali ini aku tidak membawa pancingku.
★ ☆
"... Seperti yang kupikirkan, ini tidak baik ..."
Tidak bisa menyembunyikan rasa kekecewaanku, aku merasa depresi. Aku sedang berada di tempat rawa……maksdunya bekas rawa, yang berada di bagian dalam hutan. Sekarang, tempat itu hanya tersisa lubang besar.
Aku berpegang teguh pada harapan optimisku bahwa mungkin, setelah tidur semalam, rawa itu mungkin akan kembali. Oleh karena itu, aku datang untuk memeriksanya namun dunia tidak begitu baik padaku. Lubang itu terbuka lebar seolah-olah dari awal tidak pernah ada rawa di sana. Sementara hatiku juga merasakan kehilangan seperti lubang yang terbuka, aku merasakan kehadiran seseorang yang mendadak menyelinap dari belakangku. Setelah berbalik, aku melihat bahwa itu adalah Hero Rufus.
Ke-Kenapa?
Saat aku tengah panik, Pahlawan mendekatiku dan membuat wajah lega.
"Syukurlah, kita bertemu lagi."
“Huh…? Haah…?”
Kebalikan dari Pahlawan yang semakin dekat selangkah demi selangkah, aku mundur menjauh darinya.
"Setelah itu, kamu lari begitu saja ..."
Hahahaha.
Sekarang baru aku memikirkannya, kemarin, aku melarikan diri begitu saja setelah aku selesai mencaci maki dirinya. Belum lagi, kalimat terakhir yang kukatakan ialah "Pusar ibumu itu bodong" ... sungguh kalimat yang kekanak-kanakan.
"Aku seharusnya segera mengejarmu tapi ... karena dampaknya ..."
Lalu, tepat dihadapanku, sang Pahlawan mulai berlutut dengan satu kaki dan menatapku dari bawah. Mata hijau segarnya mulai berkilauan. Aku merasa bahwa matanya berkilau dengan sukacita hidup, benar-benar kebalikan dari hutan yang gelap ini.
“Kau mengatakannya kemarin, bukan? ‘Amankan dan pastikan gaya hidup masa depanku mulai sekarang ー ー!' Setelah itu, aku benar-benar memikirkannya. ”
Tolong lupakan itu! Itu hanya pelampiasan kemarahanku. Ini bukanlah sesuatu yang harus dipikirkan dengan serius oleh seorang pahlawan Rank-SS seperti dirimu! Segera lupakan itu dan kumohon cepatlah pergi ke kota berikutnya!
“Aku akan bertanggung jawab dan memastikan gaya hidup masa depanmu. Aku menjanjikanmu kehidupan tanpa kesulitan. Karena itulah ... ”
Aku berdiri di sana, merasa bingung, saat dia meraih tangan kananku. Pada saat dia menggenggam tanganku, dia berkata:
"Mulai sekarang, mohon marahi ... tidak, maksudku, tolong siksa diriku yang tak berguna ini!"
Apa !?
... Apa-apaan ituー ー ー !?
Bahkan jika kau bilang begitu dengan mata berbinar dan nada seperti itu, itu masih menakutkan! Aku tak bisa mengerti—!
"…Kotor!"
Merasa merinding, aku hanya bisa mengatakan perasaanku yang sebenarnya. Karena terlalu mendadak, aku tak punya waktu untuk lebih bijaksana. Oh tidak, pada saat aku menyadarinya, itu sudah terlambat.
... Karena itu, aku tidak memujimu! Tidak peduli bagaimana pun kau melihatnya, tadi itu bukan pujian! Itu sebabnya, bisakah kau berhenti tersipu dan dengan senang hati mengalihkan pandanganmu dariku sambil tersenyum dan gelisah?
"Dan juga ... bagaimana kau mengetahuinya?"
"Ta-tahu apa?"
"Fakta bahwa ibuku, Ratu Gran, memiliki pusar yang bodong."
"……………"
Tidak, yaa..sebenarnya itu adalah kalimat klise yang dikatakan oleh anak kecil selama perkelahian dari jaman dulu. Jadi, aku tidak tahu sama sekali bahwa itu memang benar.
Entah bagaimana, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan pahlawan ini yang terus menatapku dengan tatapan penuh pemujaan.
"... Ngomong-ngomong, aku juga punya pusar yang bodong."
"Mana aku peduli!"
"... Aku merasa ditakdirkan untuk bersamamu saat kau melihat semua rahasiaku pada pandangan pertama ..."
Benar-benar berlawanan dari diriku yang bermasalah, Pahlawan itu terasa tenang sambil mengarahkan tatapannya yang membara ke arahku. Tatapannya begitu panas sampai aku hampir mulai khawatir jika dia demam dan demam itu telah mencapai otaknya, lalu membuat bunga mekar di sana. Sambil memikirkan itu, Pahlawan menjatuhkan ciuman ke tangan kananku yang digenggamnya.
"Tuan Putri ..." dia diam-diam bergumam.
GYAAA! Siapa yang tuan Putri!? (*T-Note)
Tanpa berpikir, aku menginjak wajah pucat Pahlawan.
Ah.
Oh tidak, ini gawat.
Karena dorongan yang tiba-tiba, aku menginjak wajahnya, tapi, meskipun pahlawan ini terlihat seperti begini, dia memiliki kekuatan yang cukup untuk memusnahkan rawa besar dalam sekejap. Jika pahlawan ini cukup serius, dia mungkin bisa, dalam sekejap, mengubah seseorang seperti diriku menjadi debu, puing-puin, dan abu.
Merasakan bahaya yang akan datang, aku perlahan-lahan~ memindahkan kakiku darinya.
Di wajahnya, jejak kakiku masih tertinggal. Dengan mata berair dan senyum lebar, untuk beberapa alasan, sang Pahlawan tampak bahagia.
Dibandingkan menjadi peringkat SS, bukankah pahlawan ini benar-benar peringkat-M?
Tidak! Peringkat semacam itu tak pernah ada!
Tapi, tepat di depan mataku sekarang. Apa yang harus aku lakukan dengan ini?
Catatan
Penerjemah Inggris: Si Heroine menggunakan Kansai-ben di sini, lebih tepatnya,
Osaka-ben. Aku tak tahu apakah ada yang mendengar Kansai-ben sebelumnya, tetapi
ini sangat menggemaskan! Bagaimanapun, sebelum aku keluar jalur, orang Jepang
memiliki kebiasaan menggunakan Kansai-ben untuk menunjukkan kejutan atau
kejutan karakter untuk humor. Jadi, dia pada dasarnya melakukan reaksi super
berlebihan.
Catatan mimin: Tahu Heiji dari serial Detective Conan? Ya.. Kansai-ben adalah cara bicara si Heiji. Contoh dari kansai-ben ya mungkin seperti “nandeya” atau “seyana~” (Efek Yuru Camp :’v)