Chapter - 31
“Jadi, kalian
berdua sudah berada di sini. Selamat pagi."
Di depan balai kebudayaan,
Wada-sensei menyapa Mamiko dan aku, yang sedang memiliki suasana aneh di antara
kami.
"Selamat pagi."
"Selamat……pagi."
Kami masing-masing
menanggapi salam Wada-sensei.
Namun, suara Mamiko tampak
frustrasi, menunjukkan sedikit suasana hatinya yang buruk.
Sementara itu, dia terus
menatapku yang berada di sampingnya. Apa yang terjadi sebelumnya adalah
kesalahanku, dan aku akhirnya melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, tidak
menunjukkan tanda bahwa aku merenungi tindakanku.
Ngomong-ngomong, saat
Mamiko tiba, Ueno langsung melarikan diri entah kemana. Dia benar-benar
cepat melarikan diri. Kemampuannya yang tersembunyi sama tingginya saat di
sekolah SMP juga. Saat aku sedang memikirkan
itu, aku tiba-tiba disikut dari samping tubuhku. Dan itu cukup kuat juga.
Aku tidak bisa menahan sisi
tubuhku ketika aku melihat ke arah di mana sikutan itu datang dan melihat Mamiko. Melihatnya,
dia melihatku dengan tatapan yang lebih tajam dari sebelumnya.
"Mengapa kau berpikir
tentang gadis itu?"
Kemudian, suaranya, yang
terdengar lebih marah dibandingkan kesal mencapai di telingaku. Eh, kenapa
dia tahu apa yang aku pikirkan? Memang benar, aku memikirkan tentang
Ueno. Tapi tetap saja, itu hanya sesaat, aku tidak memikirkannya selama
itu. Bahkan jika aku mengatakan itu padanya, suasana hati Mamiko mungkin
takkan membaik, jadi aku hanya pasrah diam terus disikut sisi tubuhku. Itu
sangat menyakitkan ...
Akhirnya, dengan suasana
hati Mamiko yang tak kunjung membaik, kami masuk melalui pintu belakang aula kebudayaan. Di
pintu depan ada banyak siswa SMP, namun berjalan masuk melalui pintu belakang,
hampir tidak ada orang. Hanya ada beberapa siswa SMA yang juga datang
untuk mewakili sekolah mereka seperti yang aku lakukan.
“Kalau begitu, kalian
berdua bisa menunggu di ruangan ini. Aku akan pergi menyapa guru lainnya.
”
Setelah Wada-sensei
mengatakan itu, dia berjalan ke belakang. Seperti yang dikatakan guru
kami, kami tetap berada di ruang tunggu yang ditujukan untuk siswa SMA. Di
dalam ruangan, ada sebuah meja panjang ditempatkan di tengah-tengah ruangan
dengan sekitar sepuluh kursi atau lebih dijajarkan di sepanjang meja.
Di satu sisi meja ada
pendingin air, cangkir, dan beberapa makanan ringan. Mamiko dan aku
mengamati murid-murid lain melalui sudut mata kami saat tengah memilih tempat
kosong untuk duduk.
"Entah mengapa,
sepertinya semua orang terlihat sangat pintar ..."
Sembari mengamati siswa
lain, aku berkata begitu dengan suara kecil pada Mamiko. Namun, Mamiko
hanya melihat ke arah lain. Dia benar-benar marah ... Apa yang harus aku
lakukan ...?
Aku ingin melakukan sesuatu
untuk membuat suasana hati Mamiko sedikit membaik, tapi sepertinya dia takkan
mendengarkan apa pun yang aku katakan ... Sungguh, apa yang harus aku lakukan
...? Saat aku sedang berpikir, mataku bertemu dengan Ueno yang duduk dari jauh.
Rupanya, Ueno sudah sampai
sebelum kita. Duduk di sebelah Ueno adalah seorang anak laki-laki yang
tampak serius dan mengenakan kacamata. Karena dia memakai seragam yang
sama, mereka mungkin berasal dari sekolah yang sama. Kemudian, setelah
Ueno melihat Mamiko, dia melihat ke arahku dan memberiku tatapan yang sepertinya
berkata, "Jangan khawatir".
Dia benar-benar berpikir
ini adalah masalah orang lain. Tidak, yah, kukira itu memang masalah orang
lain ... Tapi tetap saja, aku ingin setidaknya dia merasa sedikit menyesal
tentang ini. Begitulah yang kurasakan, tapi tetap saja, tidak peduli seberapa
banyak aku memikirkannya, ini masih salahku. Memikirkan itu, aku tidak
mengatakan apapun saat menjatuhkan jidatku di atas meja. Sungguh, apa yang
bisa kulakukan untuk memperbaiki ini ...?
"Hey apa yang
salah? Yoshiki. "
Pada saat yang sama saat aku
mendengar suara itu, seorang anak laki-laki meletakkan tangannya di pundakku. Ternyata
dia adalah teman sekelasku saat SMP dulu, Kenji Kawachi. Kudengar dia
memasuki klub rugby di SMA, jadi meski tidak ada banyak perbedaan di antara
ketinggian kami, Dia tampak lebih besar dibandingkan orang di sekitarnya.
Meskipun begitu, rambutnya
diatur dengan baik, memberikan suasana rapi sampai batas tertentu. Dia
seorang teman dari taman kanak-kanak, dan dia adalah orang yang cukup
baik. Dia masuk ke sekolah SMA Oumi, jadi kami akhirnya berpisah, tapi
sesekali ketika aku melihatnya di kereta, kami selalu berbincang.
"Kenji, kau datang ke
sini juga?"
"Ya, aku datang
jauh-jauh ke sini di hari libur."
Sungguh mengejutkan. Kenji
sama denganku dan bukan tipe orang yang melakukan hal-hal yang merepotkan
seperti ini. Aku penasaran berapa banyak karakternya telah berubah.
"Tapi tetap saja, ini
tak terduga ... untuk Yoshiki melakukan hal semacam ini."
“Yah, ada beberapa hal yang
terjadi. Lebih penting lagi, kau juga, Kenji, tak biasanya kau melakukan
ini juga. ”
"Bagiku, juga ... ummm
... ada banyak hal terjadi ..."
Kenji yang berdiri di sana
seperti itu membuatku merasa ada yang salah. Kenji biasanya lelaki yang
cukup kuat dan biasanya takkan menyerah seperti ini. Selain itu, entah
mengapa wajahnya tersipu merah. Kami sering bersama di sekolah SMP, tapi
ini pertama kalinya aku melihatnya seperti ini. Hampir seperti ... dia mulai
terbakar atau sesuatu ...
"Begitu ya. Kita
berdua memiliki kesulitan. ”
Aku tidak bertanya lebih
jauh lagi. Lalu, dia tersenyum ringan kepadaku.
“Tidak, ini tidak seburuk
itu. Aku datang ke sini dengan orang yang aku sukai. ”
"Apa? Orang yang
kau suka? ”
"Ya, itu orang lain
yang datang bersamaku ke sesi informasi sekolah ini."
Kenji tersenyum malu. Ini
adalah pertama kalinya aku melihat ekspresi itu darinya. Jika aku ingat
dengan benar, ini mungkin pertama kalinya Kenji menyukai seseorang. Aku
khawatir karena Kenji menempel ke ibunya sepanjang waktu di sekolah SMP, tapi
tampaknya hal itu tidak perlu.
"Heeeh. Apa dia gadis
yang cantik? ”
“Ya, dia cukup cantik. Aku
jatuh cinta pada pandangan pertama. Kau mungkin sama, ya? ”
Saat Kenji mengatakan itu,
Mamiko memelototiku dengan lebih marah.
“Tidak, tidak, aku sudah punya
pacar yang sangat cantik.”
“Ehh! Kau sudah punya
pacar !? ”
"Yeah, gadis yang
duduk di sebelahku."
"... Halo."
Mungkin karena dia masih marah
padaku, Mamiko memberi salam yang tumpul. Saat Kenji melihat Mamiko,
seluruh tubuhnya menegang. Dia mulai bergerak beberapa detik kemudian dan
melingkarkan tangannya di pundakku. Dia kemudian berbicara kepadaku dengan
suara dimana Mamiko tak bisa mendengar.
"Kau….. apa kau
benar-benar berpacaran dengan gadis yang secantik itu?"
"Aku memang pacarnya. Meski
mungkin kita tidak terlihat cocok. ”
"Ya, kalian pasti
tidak cocok."
"Kau mengatakannya
dengan blak-blakan ..."
Tanpa mendengar kata-kata
terakhirku padanya, Kenji menjauh sedikit dariku dan menghadap ke arah Mamiko.
“Kanojo-san[1], dia
memang seperti ini, tapi kuharap kau akan terus merawatnya mulai dari sekarang.”
(TN: panggilan buat pacar yang cewek,
kalo pacar yang cowok di panggilnya kareshi-san)
Apa kau ini orang tuaku
atau semacamnya? Yah, kukira bahkan orang tuaku tidak mengatakan itu.
"… Aku mengerti."
Setelah membalasnya dengan
suara kecil, Mamiko dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Kenji dan
melihat kembali smartphone miliknya.
“Yoshiki, apa kau membuat
dia marah?”
"Yah, ada beberapa hal
yang terjadi ..."
Kenji memberiku tatapan
ragu. Jika Mamiko bertindak sangat dingin, apa boleh buat kalau dia akan
berpikir bahwa sesuatu telah terjadi.
“Lebih penting lagi, siapa
orang yang kau suka? Dia ada di sini sekarang, ‘kan? ”
Aku mencoba mengubah
topik. Sejujurnya, jika aku mulai berbicara tentang Mamiko, pasti tidak
ada akhirnya, aku harus memikirkan cara untuk membalasnya….
"Tidak, aku tak
berpikir dia ada di sini ... Ah, dia baru saja tiba. Echizen-san, sebelah
sini. ”
Tampaknya orang yang Kenji
suka baru saja tiba. Rupanya nama gadis itu adalah
"Echizen-san”. Echizen… SMA Oumi… Echizen…
Hmm ...?
Mungkinkah ...
Aku mengalihkan pandanganku
ke pintu masuk ruang tunggu.
"Selamat pagi,
Kawachi-ku ..."
Lalu, mataku akhirnya
bertemu dengan orang itu. Ketika orang itu melihatku, dia langsung
membeku. Orang yang berdiri di sana adalah rekan kerjaku, Echizen.
OK seperti yang kuharapkan kembali dari chapter sebelumnya,
BalasHapusINI BENAR BENAR-BENAR TERJADI CUK!!
Haa.. nampaknya Ku sudah terlalu banyak mengikuti sebuah cerita RomCom hingga bisa membaca kelanjutannya ..
Tapi ya disanalah rasa seru nya XD
Dan berikutnya nampaknya akan ditampilkan dalam POV Echizen-san dan Dia akan sedikit bertindak salah tingkah, ya tentu saja juga ada kemungkinan pula akan ada adegan dimana Dia akan berseteru dengan Mamiko atau mungkin makin jatuh karena ternyata karena Mamiko lebih cantik darinya
Menuju ke Next Chap, dan Terimakasih untuk chapter kali ini!