Omae wo Onii-chan Vol.2 Chapter 06 Bahasa Indonesia




Sabtu, 27 April - Semuanya. Berkumpul. Batas waktu.

Pada hari Sabtu, ruangan701 sudah terlihat sibuk sejak pagi.
Para calon adik datang berkunjung ke ruanganku bersama-sama.
Kali ini mereka tidak mengenakan pakaian cosplay maid, mereka memakai pakaian santai milik mereka masing-masing. Aku tidak benar-benar …... mengharapkan apapun. Melihat mereka bukan pasukan adik maid, aku merasa lega.
Pakaian yang Selene kenakan bergaya gothic. Seperti biasa, kesenjangan antara pakaian normal untuk memakai di dalam ruangan dan di luar cukup besar.
Mika memakai pakaian lolita. Seperti yang kuduga, mungkin yang memilih pakaian untuknya adalah Murasaki-san?
Tomomi mengenakan celana pendek yang tomboy, itu cocok dengan sifat aktifnya.
Bahkan jika dia sudah punya pacar, dia takkan merubah cara berpakaiannya hanya dalam satu atau dua hari, ‘kan. Tapi, aku penasaran apakah nanti dia akan mengubah cara  berpakaiannya untuk menyesuaikan selera pacarnya.
Yuuki berpakaian dengan gaya klasik-nya, yaitu, T-shirt dan celana jeans. Sepertinya dia terlihst stylish dengan baju apapun yang dia kenakan. Aku merasa seperti memberinya larangan mengenakan jeans untuk membuat dia terbiasa memakai rok.
Meski aku berkata begitu, jika aku memaksanya memakai rok, dia mungkin akan panik, jadi untuk sekarang aku hanya mengawasinya saat dia bertindak secara independen.
Adapun Sayuri, dia tidak memakai wig dan muncul dengan gaun one-piece yang lucu hari ini.
Tidak terlalu mencolok dan cukup rapi, aku merasa itu adalah pilihan yang membuatnya terlihat sangat feminin.
Dan kemudian, Sayuri langsung memakai celemek dan segera menuju ke dapur  untuk mempersiapkan sarapan. Yuuki berniat membantunya hari ini.
Selene dan Mika bersama-sama mulai menonton anime di TV.
Sembari menguap, Tomomi mulai mengatur hidangan di atas meja.
"Hei, Nii-chan juga bantu, dong! Mereka yang tidak bekerja, tidak boleh makan!"
Inilah Tomomi yang biasanya.
"Bagaimana dengan dua anak itu?"
Dua orang duduk berdampingan di atas sofa dan fokus menonton TV. Program ini adalah tentang pahlawan transformasi. Tomomi tersenyum puas.
"Selene sedang mengumpulkan data dan itu juga edukasi emosional bagi Mika jadi tak ada masalah. Daripada itu, apa tidak ada baju kotor untuk dicuci, Nii-chan?"
Setelah selesai mengatur beberapa piring dan gelas di meja, dengan langkah cepat, Tomomi segera menuju ke mesin cuci yang ada di kamar mandi.
Aku pergi bersama Tomomi. Ini lebih mudah untuk bertanya saat hanya ada kami berdua.
Saat dia berdiri di depan mesin cuci dengan pelembut dan deterjen di tangannya "Hmm. Ternyata ada dua ya, yang mana dulu nih?", terlihat bingung, aku pun berbicara.
"He-Hei, Tomomi."
"Ah! Pas sekali Nii-chan. Aku harus memakai yang mana dulu?"
"Pertama, pakai deterjen cair dulu, lalu setelah beberapa lama, baru pakai pelembut."
"Terima kasih!"
Saat mesin cuci mulai melakukan tugasnya, Tomomi berbalik dan menatap wajahku.
"Jadi, ada apa Nii-chan? Mungkinkah, karena tidak bisa memelukku, kau menjadi kesepian dan menunggu sampai kita berduaan?"
"Ti-Tidak!"
"Terus apaaaa. Coba katakan dengan jujur."
"Umm ... benar .... itu ... eh ..."
Aku bingung harus bilang apa. Apa benar kalau kau sudah punya pacar? Jika aku mendadak bertanya begitu, Tomomi pasti akan curiga.
Kamu dengar kabar itu dari siapa? Jika dia bertanya begitu, pasti akan berakhir lebih buruk.
Wajah Tomomi terlihat bingung.
"Ada apa Nii-chan?"
Aku buru-buru menunjuk ke arah mesin cuci.
"Oh benar! Jika kau menekan tombol ini untuk fungsi pengeringan, itu akan dilakukan secara otomatis."
"Oh! Maaf, aku lupa menekan itu."
Setelah itu, Tomomi masih terus melihat wajahku.
"Jadi, bukan itu saja ‘kan?"
"Ti-tidak juga ... tapi, biarkan aku minta maaf dulu."
"Apa boleh buat. Akhir-akhir ini cuacanya memang sedang buruk."
Tomomi tertawa acuh tak acuh. Apa dia ....... tidak marah?
"U-umm ... apa ada sesuatu yang berubah baru-baru ini?"
"Berubah?"
Menatapku dengan sungguh-sungguh, Tomomi tiba-tiba menempel ke tubuhku. Dia menekan dadanya yang menggembung padaku. Lembut. Saat jarak kita berdua sangat dekat, ada aroma harum yang tak terlukiskan.
"He-Hei! Apa yang kau ..."
"Nii-chan, jika kamu berteriak, semuanya akan datang kesini, tahu?"
Aku menanggapinya dengan merendahkan suaraku.
"Jangan mengancamku. Tolong menjauh sedikit!"
"Tapi Nii-chan sendiri yang bertanya apakah ada sesuatu yang berubah."
"Dan aku penasaran, apa ada hubungannya dengan memelukku?"
"Banyak. Aku sudah menjadi lebih besar baru-baru ini. Tentu saja, aku tidak gemuk ,tahu!"
"Oke. Aku ngerti. Aku sangat mengerti."
"Sangat baik."
Tersenyum puas, Tomomi akhirnya melepaskanku.
Saat aku merasa lega, ada hawa kehadiran yang muncul di belakangku. Saat aku membalikkan badanku dengan keringat dingin, sosok Sayuri dengan celemek  berdiri di sana.
"Ara ara, jadi Onii-sama berada di tempat seperti ini?"
Kita ketahuan? !! Dengan senyum kaku, Sayuri berbicara monoton. Rasanya seperti dia sedang menahan amarahnya.
Tomomi membalasnya dengan senyum.
“Ada apa, Sayuri?”
“Sarapannya sudah selesai. Kalian berdua, cepat bergabung dengan yang lain .”
Seolah-olah melawan senyum Tomomi, Sayuri berkata begitu dengan senyuman dan berbalik pergi tak bersuara.
“Ayo kita pergi Nii-chan.”
Tomomi meraih tanganku, dan dengan mulut yang setengah terbuka seakan hampir setengah dari jiwaku terkuras, Aku diseret menyusuri lorong.
*****
Sarapan pagi ini terdiri dari croissant, orak-arik telur, sosis rebus dan sup labu. serta ada mini salad dan jus sayuran. (TN: sejenis roti berbentuk sabit)
Semuanya terasa lezat.
Sembari makan, Tomomi mulai berbicara denganku.
"Nii-chan. Omong-omong ... aku sudah pacar."
Aku sudah tahu. Aku tidak bisa mengatakan itu. Saat aku membuat wajah linglung, Tomomi menggembungkan pipinya dan mengerutkan bibirnya.
"Apa-apaan itu. Reaksimu terlalu lembek,."
"Ti-tidak, bukan apa-apa. Maaf."
"Jika kamu meminta maaf, Kamu akan membuatku bermasalah."
"Ka-Kalau begitu, selamat Tomomi!"
"Terima kasih, Nii-chan."
"Rasanya seperti ... ini bukan pertama kalinya yang lain mendengar ini."
"Yup. Aku sudah memberitahu ke semuanya, jadi tinggal Nii-chan yang terakhir. Aku tidak berniat untuk mengejutkanmu sih. Aku akan berusia 16 tahun di musim panas juga, ‘kan? Ini adalah waktu yang tepat untukku mendapatkan satu atau dua pacar."
"Kau tidak boleh memiliki dua pacar!"
"Aku hanya berbicara hipotetis."
Aku melihat sekeliling meja. Selene membuat ekspresi mengantuk dengan mata setengah tertutup, seolah-olah itu tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Sayuri menggeliat, sepertinya dia sedang berusaha untuk menghindari sesuatu.
Yuuki melihat ke arah Mika dengan khawatir. Omong-omong tentang Mika, dia kelihatannya tidak terlalu semangat. Bagi Mika, sepertinya ini adalah masalah serius.
Tomomi masih menatap ke arahku.
"Dan, aku punya permintaan untuk Nii-chan ..."
Saat Tomomi bertanya pada masalah utama, deringan bel pintu terdengar.
"Maaf Tomomi. Tampaknya kita memiliki pengunjung."
Hanya ada satu orang yang aku tahu siapa yang berkunjung. bahu Tomomi terkulai. mata Selene setengah-terbuka terbuka lebar. Sayuri  menjadi lebih cemas, Yuuki ... mengangguk ke arahku dengan ekspresi serius. Mika menatapku lekat.
"Ini mungkin Murasaki-san."
Setelah aku pergi ke interkom dan membuka pintu, Murasaki-san muncul di ruang makan mengenakan setelan jas. Semua calon adik berdiri.
"Aku minta maaf untuk muncul pada saat kalian makan."
Dengan kperkataan itu sebagai pendahuluan, Murasaki-san mengkonfirmasi dengan aku.
"Apa kau sudah memutuskan siapa yang akan menjadi adikmu?"
"Aku takkan memilih."
"Begitu ya..."
"Aku akan menyerah pada warisan. Itulah yang akan terjadi kecuali aku tidak memilih sebelum batas waktu, bukan?"
"Ya, memang seperti Yoichi-san katakan."
"Batas waktunya ... sudah lewat, bukan?"
Semuanya termasuk diriku menunggu jawaban Murasaki-san. Dia menghela napas ringan dan tanpa ada gerakan dari alisnya, dia berbicara acuh tak acuh.
" Belum. "
"Itu berarti batas waktunya belum terlewat?"
"Memang."
"Lalu, mengapa ada batas waktu dua minggu? Apa itu sebenarnya jangka waktu yang lama?"
"Aku adalah orang yang menentukan batas waktu dua minggu."
"Apakah itu juga, ada dalam wasiat?"
"Itu ... ya."
Sesaat, Murasaki-san terdiam. Seakan dia sedang ragu-ragu.
"Kapan batas waktu sebenarnya?"
"Aku tidak bisa menanggapi apapun menyangkut wasiat ... namun."
Murasaki-san berbicara kepadaku dengan tampilan lebih dingin dari es.
"Aku menyarankanmu untuk segera memilih ... supaya kamu tidak menyesal nanti."
"Menyesal ... kau bilang."
"Tak satu pun dari para calon adik memiliki hak veto. Keputusan Yoichi-san adalah mutlak. Jangan lupakan itu."
"Aku ....... tidak akan memilih."
Sebuah penyesalan setelah memilih satu orang dan penyesalan setelah kehilangan warisan. Biasanya, penyesalan yang terakhir akan lebih besar bila dibandingkan yang pertama.
"Jadi begitu. Lalu, aku permisi dulu."
Setelah permintaan maaf pendek, Murasaki-san pun pergi. Suasana tegang tadi mulai berubah santai lagi.
Aku menghela napas berlebihan dan bergumam.
"Apa yang dia maksud ... 'menyesal', ?."
Selama kunjungannya hari ini, dia memberi kesan lebih bisnis. Juga, karena sepertinya dia bertindak sampai mengancam, rasanya mencurigakan.
Seperti yang kukira, bagi Murasaki-san, hubungan kita hanya sebatas karena pekerjaan, hingga akhir dia bersikeras berniat untuk memenuhi kontrak dengan kliennya.
Para calon adik kembali duduk di kursi mereka masing-masing.
Tomomi dengan canggung bergumam.
"U-um, Nii-chan, jangan dipikirkan!"
"Kau bilang jangan dipikirkan ….... Aku heran, apa aku sudah melakukan sesuatu yang salah? Atau keberadaanku sendiri yang buruk?"
Sayuri menggelengkan kepalanya.
"Orang yang menanyakan sesuatu yang tidak bisa kamu jawab, adalah Murasaki-san. Onii-sama tidak bersalah."
Yuuki berulang kali mengangguk.
"I-itu benar, Nii-san. Aku tidak baik dengan hal yang sulit, tapi aku akan mengatakan kita harus bertindak optimis."
Mika memeluk Maple dengan erat.
"Apa itu oke untuk Mii-chan dan lainnya untuk tetap bersama lebih lama?"
Aku perlahan-lahan mengangguk dalam menanggapi kata-kata Mika.
"Ya. Sepertinya tak masalah."
Namun, setelah diberitahu "jika kamu tidak segera memilih, kamu akan menyesal", aku merasa gelisah.
Kemudian Selene bergumam dengan suara yang jelas. pupil matanya cekung, seakan dia melihat sesuatu yang ktidak bisa kita lihat, dia memiliki tampilan misterius.
"... Onii-chan. Sebenarnya, apa memang ada batas waktu?"
"Batas waktu, ya. Dilihat dari apa yang Murasaki-san katakan, aku kira ada."
Selene mengangguk malu-malu dalam menanggapi ucapanku.
"... alasan ... Kamu harus memilih adalah ...."
Seolah waktu telah terhenti, Selene berhenti bergerak. Khawatir tentang dirinya, aku bertanya.
"Aku harus memilih karena?"
"... * suu * ............ * suu * ... eh? Selamat pagi, Onii-chan."
Selene mengusap matanya sambil menguap lebar. Mungkinkah dia masih setengah tertidur?
Sayuri mencubit dagu kecilnya dan membuka mulutnya.
"Kita tidak dapat menemukan apakah seleksi tersebut dilakukan sesegera mungkin atau tidak. Rasanya sulit untuk memperoleh informasi itu dari Murasaki-san."
Tomomi berkobar sambil tersenyum.
"Kalau begitu, ayo kita menikmati kehidupan saat ini sampai kita diusir!"
Ini adalah cara yang positif dalam situasi yang pesimis begini.
Tidak, bisa aku membiarkan diriku terseret oleh alur pembicaraan ini?
Saat aku masih melamun, Tomomi terus berbicara dengan ceria.
"Jadi, kembali ke topik sebelumnya ... apa aku boleh meminta sesuatu dari Nii-chan?"
Karena kemunculan Murasaki-san, Tomomi terganggu, bukan itu. Sekali lagi aku berbalik ke arahnya.
"Oh iya, tadi kita sedang ada pembicaraan. Tetapi aku menyatakannya dulu. Aku akan mendengarkan permintaan ... tapi aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu bila itu melampaui apa yang bisa aku lakukan."
"Kamu bisa melakukannya! Ayo, ayolah! Nii-chan ... pergi berkencan denganku!"
"Ke-Kenapa?"
"Kau tahu, sebelum terjadi kencan yang nyata dengan pacarku, aku ingin berlatih. Sepertinya masih ada waktu sampai batas waktu pemilihan adik, ini adalah permintaan dari adik kecilmu yang lucu, Kamu akan mendengarkannya ‘kan?"
Aku memeriksa ekspresi Sayuri. Wajahnya terlihat lemah lembut. Aku mengira dia akan menjadi pertama menentangnya, tapi tampaknya memang benar kalau dia bekerja sama dengan Tomomi.
Sayuri menyadari tatapanku dan tersenyum.
"Ini keinginan murni Tomomi-san. Tolong kabulkan permintaanya, Onii-sama. Meski waktu yang terbatas. Aku mengharapkan kebahagiaan untuk saudariku. Jika masing-masing mencari pacar, aku akan memberi mereka  dukunganku sepenuhnya."
Saat Sayuri menyatakan itu dengan tersenyum, aku merasa tulang-tulangku gemetar.
Jika Selene, Yuuki, Mika menemukan pacar dan Sayuri tidak bisa mendapatkanya ...
Aku tertarik untuk melihat Sayuri pada prospek masa depan, bukankah itu berarti Sayuri dan aku ditinggalkan sendirian bersama-sama?
Tidak aneh kalau dia tidak marah saat melihat pertemuan rahasiaku dan Tomomi tadi.
Mendengar deklarasi Sayuri, air mata mulai berlinangan di mata Mika.
"Begitu ya. Cara berpikir Mii-chan masih dangkal. Sayuri-neechama ingin Tomomi-neechama bahagia. Mii-chan sangat menghormati Sayuri-neechama."
Mendengar Mika yang polos kalau dia menghormatinya, Untuk sesaat, ekspresi Sayuri terlihat tidak nyaman, merespon dengan kerendahan hati.
"Tentu saja, kita ini bersaudara. Lagi pula, kita adalah keluarga... hahaha."
Menanggapi senyum kaku Sayuri, Yuuki memasang ekspresi yang bermasalah. Selene tetap linglung.
Tomomi mengintip ke wajahku dan membungkuk di atas meja.
"Jadi, Nii-chan, apa kau mau membantuku?"
"Te-Tentu saja. Aku akan mencoba melakukannya! Biarkan aku membantu!"
Selama adik -adikku dekat denganku dan menginginkan sesuatu, aku ingin memberikan itu semua kepada mereka.
"Omong-omong, kau ingin pergi kencan di mana? Di dekat stasiun?"
"Nii-chan masih naif. Kencan di dekat rumah tidak akan seru. Karena kita sudah sepakat, ayo kita coba tantangan yang lebih sulit."
"Lebih sulit kau bilang ..... memangnya di kencan ada tingkat kesulitannya ?"
"Nah, memang ada level yang terlalu sulit untuk ditaklukan. Namun, jika kita menang di kota besar, aku akan memperoleh kepercayaan diri. Aku pikir itu layak dicoba. Jika aku bisa melampaui tempat sulit itu, aku pasti bisa menikmati kencan di setiap kota!."
Aku ingin tahu apakah berkencan itu  sama dengan permaina baginya.
"Dan kota besar mana yang kau maksud?"
Tomomi cepat menunjuk langit-langit.
"Kota Shibuya, Nii-chan.”
“S-Shibuya? Maksdumu Shibuya dengan patung Hachiko?”
“Itu benar Nii-chan. Itu adalah tanah suci untuk berkencan, bukan? Apa kamu tidak ingin pergi berziarah di sana?”
Aku tidak pernah mengunjungi Shibuya. Dari gambaran yang aku miliki, samar-samar terasa seperti tempat yang menakutkan.
“Nah, Nii-chan bisa menyerahkan padaku, Kamu hanya perlu datang dan menikmatinya. Aku sudah memikirkan rute untuk menangkap. Juga, jika kita dalam keadaan darurat, Selene akan menavigasi kita. “
Saat aku berbalik ea rah Selene, dia mengangguk dua kali.
“… Aku akan memberikan dukungan dari ruangan.”
“O-ohh. Terima kasih Selene. Jadi, kapan kita pergi?”
“Besok, Nii-chan! Pepatah bilang, seranglah saat besinya masih panas.”
Aku sekali lagi memandang adik-adikku. Mika memeluk Maple di kedua tangannya dan mengangkatnya dalam pose “banzai”.
“Mii-chan ingin pergi kencan juga! Ditemani Maple!”
Menanggapi suara Mika, Sayuri mengangguk.
“Kami akan menemanimu besok. Tentu saja, kami akan membuat jarak agar tidak mengganggu kencan kalian.”
Yuuki pun ikut menyuarakan opininya.
“A-aku juga akan datang. Di Shibuya ada toko pakaian terkenal, aku merasa bisa menaikkan kekuatan gadisku di sana.”
****
Dan begitulah, ini berubah menjadi bahwa aku ... aku menemani adikku Tomomi, berkencan besok.
Hari Sabtu berlalu begitu cepat seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Semuanya memainkan game yang dibawa Tomomi, menonton TV dan melihat cara mengakses peta Shibuya pada smartphone.
Kami selesai makan di malam hari, kemudian bergiliran memakai kamar mandi dan melakukan persiapan untuk besok. Sekali lagi, semuanya masuk ke ruangan dengan tempat tidur besar.
Aku ingin tahu apakah itu semua bisa aku lakukan.
Mengenai pacar Tomomi dan kata "menyesal" dari Murasaki-san. Saat aku merasa sangat cemas, malam telah berlalu bersamaan kelopak mataku yang tertutup.






close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama