Mary-san Comes on Foot Chapter 08 [END] Bahasa Indonesia





Hari 19: Bersama Mary-san

“...!”
Setiap kali melihat seseorang yang memakai baju warna putih, aku langsung menaruh semua perhatianku dan menemukan diriku kecewa. Sekali lagi, aku terus mengegas motorku. Aku terus mengulangi ini sampai tak bisa kuhitung lagi.
Sudah berapa jam sejak telepon terakhir?
Karena aku terus berada postur yang sama begitu lama, sendi-sendiku terasa kaku.
Seolah-olah ini adalah hal biasa, maksudku, satu-satunya saat aku menghentikan motorku hanyalah waktu untuk mengisi bensin. Selain hal itu, waktu yang dihabiskan hanya melaju ke arah Mary.
Ketika aku mendongak ke atas langit, sinar matahari menerpa wajahku.
Sinar matahari yang belakangan ini tidak diarasakan tubuhku, daripada terasa menyegarkan, justru rasanya gatal. Pancaran panas tersebut terasa menyakitkan di permukaan kulitku, dan rasanya aku ingin menggaruknya.
... Aku harus segera beristirahat. Motor ini bukanlah jenis kendaraan yang bisa dikendarai lama-lama, dan ditambah pula aku sendiri belum tidur sama sekali. Aku tak tahu apa ini karena aku lelah, tapi pandanganku mulai sedikit kabur. Kepalaku juga mulai terasa pusing, dan barusan saja, aku salah mengira kantung kresek plastik yang terbawa angin sebagai Mary.
Tentu saja, daripada memaksakan diri, aku tahu kalau aku harus beristirahat terlebih dahulu dan melanjutkan perjalananku mencari Mary dengan kepala yang tenang.
Namun aku tidak bisa membiarkan diriku berisitirahat, jika kau bertanya alasannya, aku sendiri tidak tahu. Mungkin sederhananya, tidak ada kesempatan untuk berisitirahat, atau mungkin aku ingin merasakan hal yang sama pada rasa sakit Mary, atau mungkin aku merasa jika aku berhenti sekarang, aku punya firasat kalau aku takkan mampu melanjutkannya lagi.
Tapi yang pasti, aku sedang mengendari motorku untuk bertemu Mary.

◇◇◇

Yeah. Ada kalanya aku berpikiran seperti itu, dulu, dulu sekali.
Tapi seiring berjalannya waktu, aku sedikit pintar dan harus berpikir secara berbeda.
Apa yang mustahil tak pernah terjadi. Sangat penting untuk tahu kapan waktunyna untuk menyerah.
Motorku terus meluncur ke depan dengan terhuyung-huung seolah-olah bisa jatuh kapan saja. Satu-satunya alasan aku tidak kena kecelakaan, karena aku berada di jalan gunung yang menurun dimana jarang sekali ada mobil, dan bila aku pergi ke suatu tempat dengan jalanan yang ramai, tanpa diragukan lagi aku akan tertabrak.
Tidak, coba lihat, aku sedang berusaha keras. Aku berusaha mati-matian.  
Tapi, tubuh manusia pasti memiliki batas.
Lagian, Aku ini manusia. Bukan seorang hantu ataupun dedemit.
Beristirahat. Aku serius butuh waktu istirahat.
Aku tidak membutuhkan semangat yang membara atau upaya lagi. Aku benar-benar sudah di ambang batasku.
Untuk saat ini, tolong, berikan aku selimut.
……………………………
……………
Pemikiran tersebut terlintas di kepalaku saat aku mengendarai motor dengan keadaan setengah sadar. Aku tidak bisa menemukan alasan untuk berhenti, jadi aku terus lanjut.
…. Di lampu merah berikutnya, aku akan beristirahat. Pasti beristirahat.
Sudah berapa kali aku berpikir seperti itu? Bidang penglihatanku sudah semakin kabur, dan aku sedang berada dalam keadaan di mana aku bahkan tidak tahu dimana ada lampu merah, jadi pada akhirnya, aku tidak bisa berhenti. Sebaliknya, jika aku tanpa sengaja menginjak rem, aku akan jatuh berguling di tengah jalan.
Mungkin, setelah berkendara sampai mati, aku akan menjadi legenda urban baru, iya ‘kan ... oh anjirrrr, itu keren sekali.
Aku membayangkan akhir tak menarik tersebut seraya terus menarik gas motor, lalu dilewati oleh seorang gadis berbaju one-piece dan bertopi jerami tepat di pinggir jalan, dan langsung menyadari kalau aku akhirnya telah mencapai Mary. Aku menyesali karena harusnya aku jatuh dengan cara yang keren, dan setidaknya meminta rincian lebih lanjut tentang lokasinya saat ini, dan setelah beberapa detik kemudian, aku mengingat bagaimana penampilan Mary …...
“...........!”
Aku tiba-tiba menarik rem.
Gkkkkk, suara cekingan rem yang kutarik, dan motor yang kupaksa berhenti menjadi tidak stabil. Sesaat sebelum jatuh, aku lompat dari atas motor, dan mendarat mati-matian. Kulepas helm full-face milikku dan membalikkan badan.
“... Dia tidak ada di sana.”
Namun. Gadis yang baru saja kulihat tadi telah menghilang.
... Apa aku melewatinya? Tidak, sebelum itu, dia mungkin hanyalah halusinasi.
Aku meragukan apakah kepalaku masih waras atau tidak dan hendak berbalik melihat motor ...
“... Jangan berbalik.”
“... !?”
Lembut.
Bobot ringan  dan hangat menempel di punggungku.
Saat aku ingin berbalik, aku langsung membatalkan niat tersebut.
“Aku tidak diizinkan untuk berbalik?”
“... Legenda urban yang disebut Mary-san akan selesai ketika sang target berbalik ... hanya sedikit saja. Tolong sebentar saja, jangan akhiri saat ini. Untuk sesaat, biarkan aku jangan jadi Mary-san dulu, tapi hanyalah Mary-san dalam pelatihan.”
“... Begitu ya.”
Kita bisa merasakan kehangatan masing-masing karena saling membelakangi.
Meski di hari yang panas-panas begini, suhu tubuh Mary tak disangka mudah dibedakan. Tidak, aku bahkan bisa menyebutnya panas. Dan, keheningan yang panjang pun terjadi. aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, dan Mary juga terlihat sama bingungnya saperti diriku.
"... Hey."
"... Uum."
Kami berdua ingin mengatakan sesuatu pada saat yang sama, yang mana hal itu malah membuat suasanya menjadi lebih canggung.
“Um, silakan duluan.”
“... Oke.”
Karena sudah mendapat ijin dari Mary, demi menghilangkan suasana yang canggung ini, aku berbicara padanya dengan nada menggoda.
“Apa-apaan kau, Mary? Ternyata kau bisa berjalan sendiri. Kurasa aku tak perlu repot-repot keluar? ... Sebaliknya, ini agak terlambat, tapi aku cukup terkejut ternyata aku benar-benar menemuimu ..”
“... Akira, apa kamu lupa?”
“Tentang apa?”
“Aku punya Clairvoyance ... bagiku, mudah sekali untuk mengetahui kalau kamu ingin menemuiku dan memprediksi rutemu”
“... Ah.”
Aku ingin menutupi wajahku dari rasa malu ini.
Itu benar, aku lupa ......itu berarti…. Saat aku mencoba bertindak sok keren  karena aku punya urusan yang harus kulakukan, dan dia tahu kalau aku langsung meninggalakn apartemen demi mencarinya ... Ahh…rasanya memalukan.
Setelah aku dibungkam karena rasa malu, Mary merajuk.
“... Ini karena salahmu.”
Suara Mary begitu tenang, berbeda dari yang kemarin, suaranya sekarang terdengar lancar dan jelas seperti air mengalir.Rasanya begitu nyaman di telingaku. Aku hanya mendengarkan perkataan gadis di belakangku.
“Ini semua salahmu ... karena dirimu, aku akhirnya bisa berjalan lagi. Aku tidak punya niat untuk berjalan lagi, aku tidak ingin berjalan lagi. Walau begitu, aku berjalan lagi.”
 “…...”
“Maksudku, kamu datang mencariku. Akira si pecundang datang demi diriku ... aku tidak punya pilihan selain mulai berjalan ...!”
Aku menghela napas ringan.
“Bagian si pecundangnya sama sekali tidak perlu. Tapi, aku mengerti.”
Pada akhirnya, dia mampu berjalan dengan kekuatannya sendiri. Aku tidak perlu melakukan apapun.
Memang begitulah seharusnya. Itulah Mary yang aku kenal.
Saat aku sedang memikirkan itu, aku mendengar suara ragu-ragu di belakangku.
"Mengapa…"
Bobot ringan yang menekan punggungku bergoyang.
"Kenapa kamu datang kesini…? ... Ketika ini semua mereda, aku adalah Mary-san dalam pelatihan. Bahkan aku masih tidak tahu apa yang harus aku lakukan ketika aku berdiri di belakangmu ... tapi, kenapa kamu jauh-jauh datang ke sini ...?”
Mendengar perkataan itu, aku merasa seperti akan runtuh. Apa-apaan dengan pertanyaan itu?
"… Sesuatu seperti itu."
Pikirkan sejenak dan semuanya akan jelas.
Tidak, apa kau bahkan harus memikirkan tentang hal itu?
... aku ini orang egois, serta punya sifat setangah-setengah yang mana tidak punya hobi sama sekali. Aku bahkan tidak bisa bekerja keras demi diriku sendiri. Walau begitu, meski aku orang seperti ini…..
“Wajar saja untuk mengulurkan tangan kepada gadis yang sudah bekerja lebih keras dari siapa pun.”
“... Maksudmu ...”
“Tentu saja itu kau. Memangnya siapa lagi ... Kau bekerja sangat keras. Hari demi hari, dari pagi sampai malam, tanpa bergantung pada siapa pun, Kau berjalan sampai di sini sendirian ... jika begitu, tak perlu dipermasalahkan, bukan? Apa ini memang harus dipedulikan jika aku mengendarai beberapa ratus kilometer demi bertemu denganmu?”
Fuu, aku mengeluakan napas lega.
Ini bukan hal yang mudah untuk menyatakan perasaan memalukan ini padanya…….. ini sebabnya Mary sangat merepotkan. Saat aku naif, sangat naif, dia mengatakan segala sesuatu di pikirannya begitu jelas.
Tidak ada respon dari Mary ... Saat aku mengira kalau aku salah membaca suasana lagi, aku masih merasakan kehadirannya dari belakang.
“~~~~”
Aku melewati waktu dengan keraguan.
Daya tahan Mary akhirnya rusak, dan dia mulai menangis keras.
Uwaaaaaah, Mary berteriak layaknya anak kecil saat dia menangis ... tidak, itu salah. Dia memang masih anak-anak. Tapi, dia sudah berjalan dari jarak yang jauhnya keterlaluan.
“Kau bekerja keras ... Kau bekerja sangat keras, Mary.”
Di bawah dengungan suara serangga, suara menangis Mary mirip seperti hujan.

◇◇◇
 
Sekitar sepuluh menit berlalu, akhirnya, tangisan mereda.  snnf, snnf, aku masih bisa mendengar terisak hidungnya. Tak lama suara tersebut mereda juga, dan akhirnya, paduan suara jangkrik yang berdengung mengelilingi sekitar kita.
Yeaaaah ... Ini sangat canggung.
Di atas kecanggunganku sendiri karena sudah mengatakan sesuatu yang memalukan, di tambah pula aku mendengar Mary menangis, suasana canggung ini bertambah dua kali lipat. Sementara aku merenungkan bagaimana cara untuk melarikan diri dari situasi ini, berat di punggungku tiba-tiba menghilang.
Pada saat yang sama, aku mendengar nada dering telepon masuk di ponselku.
Panggilan telepon, tentu saja, dari nomor yang sama seperti biasa.
Aku mengambil smartphone-ku dari kantong dan menekan tombol terima.
“... Halo?”
Saat aku berbalik, gadis berbaju putih dan bertopi jerami ada di sana.
Dia sedikit mengangkat rambut dan topinya ke atas sembari mengarahkan ponselnya ke samping telinganya yang kecil.
Dan setelah menangis sedikit, dia berdehem untuk membersihkan tenggorakannya.
“Aku tepat di depanmu. Ini adalah-"
Ketika aku melihat ekspresinya,  jantungku berdetak sangat cepat.
... Oy, oy, hingga akhir, dia datang untuk membunuh.
Maksudku, Saat dia menyeka air matanya, di bawah terik panas yang kuat dari pertengahan musim panas, dia tersenyum bak bunga matahari yang mekar ... wajar saja bagiku untuk membuang rasa kebanggaanku yang kecil dan berdiri terpesona.
Aku yakin inilah yang dimaksud kalah dalam satu pukulan.
“Mary-san.”
Gadis itu mengucapkan namanya sendiri. Dengan suara lembut layaknya cahaya sore yang tersaring melalui pohon-pohon, wajahnya sedikit memerah karena malu, matanya menatap lurus ke arahku.
Untuk beberapa alasan, aku merasa sangat ingin memeluknya.















_______________________________________________________






  
Setelah itu, dia mengijinkanku untuk tidur di pangkuannya.
 (TN: Bikin iri aja njirrr :v)
=>Xx TAMAT xX<=



close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

  1. Itu pas terakhir ny knp cma titik doang
    Gw mau tau isi ny
    Jdi baper aing Nyeuh

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama