Tsuki no Sango Chapter 04 [END] Bahasa Indonesia

Chapter 04

Kamu pun bisa mengukur masa hidup tahun ini.
Bulan purnama ke-12 menggantung di langit malam. Dalam waktu kurang dari sepuluh hari, tahun ini pun akan dihabiskan, dan tahun baru tanpa tujuan akan dimulai lagi. Aku menatap garis pantai dari tanah yang agak tinggi. Malam ini, lautnya terlihat lebih cerah. Angin yang berhembus tidak terasa hangat maupun dingin. Pulau ini tak mempedulikan apa yang namanya musim dingin.
Air di langit, langit di air. Di langit bulan adalah laut yang hancur.
Menurut beberapa legenda, alasan mengapa tanaman hijau di pulau ini bisa hidup kembali adalah karena meteor yang jatuh di dekatnya.
Setelah itu, dunia baru yang disebut Karang Bulan pun muncul.
Kebetulan, leluhurku tak pernah kembali setelah dia melangkah ke lautan pada detik-detik terakhir hidupnya.
Ada yang bilang bahwa setelah itu, karang-karang akan bersinar pada malam saat kamu bisa melihat bulan purnama.
Bintang-bintang berkelap-kelip mengikuti riak lautan. Terumbu karang menyanyi untuk cinta sang pria.
Layaknya ubur-ubur, kita hidup hari demi hari, mengambang, singkat.
"Nah sekarang, kau tampak lebih ceria hari ini."
Pria kecil itu tiba dengan kapal kecilnya.
Jejak cahaya yang Ia tinggalkan dengan kapalnya mengingatkanku pada bintang jatuh.
Aku mungkin sedang ceria karena bulan purnama. Belakangan ini, nafsu makanku mulai meningkat, dan dengan kesempatan untuk intropeksi diri, aku merasa sangat senang malam ini. Di sisi lain, Ia tampak sedikit amburadul. Saat aku bertanya kepadanya, Ia menjelaskan bahwa persediaan makanannya akan segera habis.
“Ini bukuku. Silakan diambil. Sebagai gantinya, aku akan menerima kerang pemberianmu. "
“Hebat. Aku senang kita dapat melakukan barter pada akhirnya. "
Lambung kapalnya terbuka seperti tutup panci. Dia mengangkat buku yang lebih besar darinya dan perlahan masuk. Aku mengambil kesempatan untuk mengintip isi kapalnya. Isi kapalnya terhubung ke dunia yang berbeda, dan isi di dalamnya tampak lebih besar dari kamarku sendiri, aku bisa melihat tumpukan emas dan perak. Dia menempatkan buku itu di atas tumpukan harta tersebut. Aku merasa sedikit malu, tapi juga sedikit bangga.
"Lalu? Apa kamu tak berencana untuk kembali ke pulau ini? ”
“Bukan hanya pulau, tapi seluruh sisi ini sulit aku kunjungi. Terlepas dari penampilanku, aku sudah bersusah payah untuk bisa ke sini. Gravitasi Bumi sangat berat bagiku. Tubuh ini bahkan diciptakan untuk menjadi lebih ringan.”
Aku menahan nafasku karena kaget . 
Sama seperti tahun sekarang yang akan menyambut kematian, dia juga akan menghilang tanpa meninggalkan kenangan apapun.
Tidak ada gunanya untuk meratapi hal tersebut. Untuk keadaan umat manusia saat ini, bertemu dan tidak pernah bertemu lagi adalah hal yang normal. Selain itu, aku memiliki reputasi sebagai seorang putri yang tak memiliki perasaan untuk orang lain. Untuk diriku yang berusaha untuk mencegah kepergiannya bukanlah seperti — tunggu, tidak. Mengapa aku mencoba mengikuti jejak leluhurku? Percakapan kami mungkin sedikit berat, tapi tidak seperti leluhurku, kami bisa berbicara dengan normal.
“Selama ini aku memikirkan sesuatu.  Apa kamu tak keberatan untuk memberikan opinimu tentang diriku?”
Aku berbicara dengan nada menantang, dan Ia berbalik untuk menghadapku dengan sungguh-sungguh.
Tentu saja, aku tidak memikirkan apa-apa. Ada banyak hal yang muncul di pikiranku, dan aku akhirnya berbicara tentang lamaran pernikahan yang aku dapatkan. Mengenai bagaimana manusia akan datang dari pulau utama dan sesuai tradisi, meminta bantuanku dari balik tirai bambu. Dan apa yang Ia pikirkan tentang pencarian aneh yang akan aku tuntut dari mereka.
Pria kecil tersebut melipat tangan mungilnya dan menganggukkan kepalanya.
“Kau memiliki sifat yang sangat jujur. Aku mengenal seseorang yang mirip seperti dirimu. Tanpa bukti yang meyakinkan, kau merasa bahwa simpati orang hanyalah pelindung untuk tipuan mereka. Sifat tersebut berasal dari dirimu yang memprioritaskan kehidupan orang lain daripada hidupmu sendiri. Cintamu sangat mirip dengan manusia. ”
Sang rembulan bersinar sangat terang.
Aku menghabiskan beberapa menit menggerakkan tanganku untuk menghentikannya, seakan-akan sedang berusaha menangkap seekor burung atau menyambar serangga bersayap di udara.
“Waktuku sudah habis. Jika aku membiarkan siklus ini berlalu, aku tidak bisa kembali. Membaca dan menulis adalah dasar dari budaya, jadi cobalah untuk mengingat semampumu. ”
"Ya, lain kali aku akan melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik."
"Lain kali?"
"Iya. Aku memutuskan untuk menulis cerita yang lain. Kisah Ini akan menyertakan beberapa interpretasi tambahan yang hilang dari cerita yang aku berikan kepadamu. ”
Aku serius tentang hal ini. Setelah mendengarkan suara dari kerang itu, aku merasa harus meninggalkan cerita baru.
“Itu sangat menarik. Kau lebih baik dalam tawar-menawar. Kalau boleh tau berapa harganya? ”
“Apa kamu bisa membawakanku ikan dari Bulan?"
Tugas mustahil yang ditolak oleh siapa pun. Dan Pria kecil ini, yang pasti mengetahui kesulitan tugas itu bukan hanya dalam teori tetapi dalam kenyataannya, mulai menjawab,
‘ ikan ’?, maksudmu bentuk kehidupan yang dulu ada di lautan purba? Hmm rasanya sangat sulit untuk menciptakan lautan di Bulan. Meski sulit, jika itu yang kau inginkan sebagai gantinya, maka aku menganggapnya sepadan. ”
Kemudi kapal muncul dari dek.
Ia memegangnya dan mengarahkan ujung kapalnya ke langit barat.
“Ngomong-ngomong, apa kau sudah menemukan kebenaran tentang terumbu karang di pulau ini?”
"Tidak. Tapi sepertinya keinginan nenekku menjadi kenyataan. ”
Namun, cerita itu, aku akan menyimpannya untuk buku baru.
“Bagus. Aku akan menantikannya saat itu, saat kau sudah mengungkap misteri dari terumbu karang yang ada di pulau ini. ”
Dia mengucapkan selamat tinggal padaku, dan perahu kecil tersebut terbang menuju kekosongan.
Besok malam, dia akan melintasi bulan yang baru menyusut, dan turun ke langit jauh.
Pada saat yang sama, aku mendengar suara yang indah.
Lagu di dalam kerang mulai terngiang kembali di ingatanku.
Sudah beberapa abad sejak saat itu terjadi. Mereka berdua masih melanjutkan perpisahan kekal mereka.
Bunga yang bermekaran di Bulan telah jatuh ke Bumi dan menjadi bunga biasa, namun juga meninggalkan banyak benih lain, untuk melaksanakan apa yang telah Ia ajarkan padanya. Ia bilang bahwa cinta adalah hobi, tapi terkadang hobi bisa tumbuh lebih kuat dari naluri primitif. Begitulah cara orang-orang mampu berjuang dan terus melanjutkan hidup.
"Ahh ..."
Jadi itu jawaban dari misteri terumbu karang yang bercahaya.
Mereka tidak bisa berkomunikasi atau menyampaikan pikiran mereka satu sama lain hingga akhir.
Perasaan cinta satu arah. Kebulatan tekad yang egois.
Tetapi keduanya berdoa untuk kebahagiaan satu sama lain.
Meski, sepertinya mereka berdua tidak percaya bahwa akan ada yang tersisa. “Sunguh orang-orang yang bahagia."
Aku bersenandung meniru suaranya.
Lagu nostalgia muncul didalam pikiranku.
Walau tidak bisa disentuh, tapi ada kehidupan di ujung langit yang jauh.
Laut yang bersinar, karang yang bernyanyi.
Bahkan sekarang, aku masih mencintaimu.

=>XxTAMATxX<=


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama