TN
: Mimori adalah terjemahan dari RAW
“gioku”, berasal dari kata plesetan “ Kioku (Memori)”, kata “gi”
memiliki arti “ buatan”, jadi Mimori adalah Memori buatan/ingatan
buatan/kenangan buatan.
Oh! Isi kantong kita sudah
penuh,
Kita menyairkan, kata-kata
cinta, yang ditulis untuk Chloes,
Daphnes - kreasi dari pemikiran kita -.
Wanita kita - tercinta -
khayalan dari otak kita -
Mimpi-mimpi yang tertiup
bagai gelembung sabun! Datanglah!
Ambilah, dan ubahlah
kata-kata cinta palsu ini menjadi kenyataan.
- Edmond Rostand, "Cyrano de Bergerac"
Chapter 01 - Green Green
Aku
memiliki seorang teman masa kecil yang tidak pernah aku temui. Aku tak pernah
melihat wajahnya, tak pernah mendengarnya berbicara. Bahkan, aku tak pernah menyentuhnya. Walau begitu, aku tahu
seberapa rupawan wajahnya, seberapa lembut suaranya. Serta, Aku tahu betul
kehangatan telapak tangannya.
Dia
tidak ada. Atau lebih tepatnya, dia hanya ada dalam ingatanku. Mungkin
terdengar seperti aku sedang membicarakan seseorang yang sudah meninggal dunia,
tapi bukan itu maksudku. Dari awal, dia memang tidak pernah ada.
Dia
adalah seorang gadis yang diciptakan hanya untukku, dan namanya adalah Touka
Natsunagi.
Seorang Pengganti. Itulah sebutan bagi orang yang ada di Mimori. Lebih jelasnya, seseorang yang fiktif.
Orang
tuaku sangat menyukai fiksi lebih dari apapun. Atau bisa juga dibilang, mereka
membenci kenyataan lebih dari apapun. Ketimbang memilih berlibur, mereka akan
membeli Mimori yang isinya berlibur.
Alih-alih mengadakan pesta, mereka akan membeli Mimori yang isinya mengadakan pesta. Mereka tidak merencanakan
pernikahan, tapi mereka akan membeli Mimori
pernikahan. Jenis orang seperti itulah yang membesarkan diriku.
Keluargaku
benar-benar keluarga yang tidak biasa.
Ayahku
sering salah memanggil nama Ibuku. Bahkan dari apa yang aku dengar sendiri,
setidaknya Ia punya lima nama yang berbeda untuk memanggil ibuku. Meski sebagai
pria yang sudah menikah, dia membeli beberapa Mimori bulan madu. Mulai dari yang cukup tua hingga seumur ibunya
sampai umur yang setara dengan anaknya. Rupanya, Ia memiliki mantan istri
pengganti dengan usia yang berjarak sekitar 10 tahun.
Ibuku
tidak pernah salah memanggil nama Ayahku. Justru, diriku yang selalu dipanggil
dengan nama yang salah. Meski aku adalah anak tunggal, ibu sepertinya memiliki
empat anak. Aku, dan tiga anak pengganti yang dilahirkan oleh Angel. Nama mereka juga mengikuti pola
yang tidak aku miliki.
Sekarang,
jika aku selalu salah memanggil nama Ayahku, maka kami akan membentuk lingkaran
yang sempurna. Tapi sayangnya, aku tidak pernah mendapat Mimori saat aku masih kecil. Orang tuaku tidak pernah menyentuh
memoriku. Bukan berarti mereka kekurangan uang untuk membeli Mimori untuk anak mereka. Meski keluarga
kami tidak biasa, hanya uang yang satu-satunya kami miliki. Mungkin ini pilihan
mereka untuk membesarkanku.
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa menanamkan Mimori
yang penuh kasih sayang kepada anak-anak di awal periode kehidupan mereka, akan
menyebabkan efek yang menguntungkan pada perkembangan emosional. Dalam beberapa
kasus, ini bisa jauh lebih efektif daripada pengalaman yang asli. Karena
ingatan-ingatan palsu yang dibuat, sudah disesuaikan dengan individunya dan
bekerja lebih bagus daripada pengalaman asli yang penuh dengan gangguan.
Aku
ragu orang tuaku tidak tahu tentang penemuan itu. Namun, mereka memilih untuk
tidak membelikanku satu pun Mimori.
"Mimori itu mirip seperti tangan atau
mata buatan - mereka hanya dimaksudkan untuk mengisi apa yang tidak
ada," ucap ayahku berkali-kali. "Setelah kau sedikit dewasa dan tahu
apa yang hilang, maka kau bisa membeli semua Mimori yang kau suka."
Mereka
hanya menerima omong kosong yang
dibuat oleh toko dan klinik tentang mengubah ingatan – sebuah alasan menghibur
untuk menghilangkan rasa bersalah karena mengarang masa lalumu dengan Mimori. Aku sulit membayangkan apanya
yang "hilang" untuk memiliki lima mantan istri.
Mereka
berdua yang tinggal di masa lalu fiktif menghindari kontak langsung dengan
keluarga mereka sendiri. Mereka menjaga komunikasi seminimal mungkin, memakan
hidangan secara terpisah, pergi meninggalkan rumah pagi-pagi buta dan pulang
larut malam, serta keluar pada hari libur tanpa memberitahu yang lain ke mana
mereka pergi. Mereka tampak yakin bahwa diri mereka yang ada di sini, bukanlah
diri mereka yang sebenarnya. Atau mungkin mereka harus berpikir seperti itu
untuk terus menjalani hidup. Dan tak perlu dikatakan lagi, saat mereka
melakukan hal seperti itu, mereka berdua benar-benar mengabaikan keberadaanku.
Jika
mereka tidak berniat untuk menjadi orang tua yang baik, seharusnya mereka
berdua membiarkan anaknya menikmati Mimori
sama seperti mereka. Itulah yang selalu ada dipikiranku saat aku kecil.
Tumbuh
tanpa merasakan cinta sejati maupun cinta fiktif, aku dibesarkan menjadi
seseorang yang tidak tahu bagaimana mencintai orang atau menerima cinta. Aku
tidak bisa membayangkan bagaimana bisa diterima oleh orang lain, jadi dari
awal, aku menjauhkan diri untuk berkomunikasi. Meski aku cukup beruntung jika
ada seseorang yang tertarik padaku, tapi
muncul sebuah ketakutan tak berdasar kalau mereka akan segera merasa kecewa
padaku, jadi aku menjauhkan mereka sebelum itu terjadi. Akibatnya, aku memiliki
masa muda yang sangat kesepian.
Saat
beranjak usia lima belas tahun, orang tuaku bercerai. Mereka menjelaskan
kepadaku bahwa mereka telah memutuskannya sejak lama, tapi yang bisa aku
pikirkan hanyalah, terus apa? Apa mereka berpikir matang-matang untuk keputusan
mudah seperti itu? Tentunya pembunuhan terencana lebih kejam daripada
pembunuhan mendadak.
Setelah
menyelesaikan beberapa masalah, ayahku mendapat hak asuh atas diriku. Pernah
sekali, aku berpapasan dengan ibu di tengah jalan, tapi dia melewatiku tanpa
menengok, seolah-olah aku ini tidak memasuki jarak penglihatannya.
Sepengetahuanku, ibuku bukanlah aktor yang cukup mahir untuk memalsukan sikap
seperti itu. Aku berkesimpulan kalau dia menggunakan Lethe untuk menghapus semua kenangan keluarganya.
Sekarang,
aku adalah orang asing baginya.
Aku
sangat terkejut sekaligus takjub. Aku benar-benar merasa iri dengan komitmen
cara hidupnya. Aku bisa mengikuti contoh
seperti itu, pikirku.
uuuu
Ini
terjadi sekitar setengah tahun setelah aku menginjak usia 19 tahun.
Saat
aku menyalakan lampu di kamar, meminum bir yang murah, dan merenungkan
kehidupanku sejauh ini, aku menyadari bahwa selama 19 tahun menjalani hidup,
aku tidak memiliki satupun memori yang layak disebut sebagai kenangan.
Hari-hariku
terasa sangat kelabu. TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi ... Tanpa ada warna,
tanpa ada cahaya, tanpa ada intensitas. Hanya warna kelabu monoton yang
membentang sampai ke ujung cakrawala. Bahkan kesegaran "masa kecil yang
tidak pernah berjalan baik" tidak bisa ditemukan.
Lalu,
aku mulai memahami. "Aku paham
sekarang. Tentu saja orang sehampa ini akan melekat pada kenangan palsu."
Meski
begitu, aku tetap tidak ingin membeli Mimori.
Mungkin ini adalah bentuk pemberontakan terhadap keluarga yang hidup dalam
kebohongan yang membesarkanku, tapi aku membenci Mimori, dan segala jenis fiksi lainnya. Bahkan kehidupan yang
paling hambar terasa jauh lebih baik ketimbang kehidupan bahagia yang penuh
dengan kesombongan palsu. Bahkan cerita yang paling hebat sekalipun tampak
tidak berharga dimataku, karena itu hanya dibuat-buat.
Aku tidak membutuhkan Mimori, tapi ide untuk merusak memori itu sendiri tidaklah
buruk. Sejak hari itu, aku hanya fokus bekerja part-time. Ayahku
mengirimiku uang untuk biaya hidup, namun aku ingin menyelesaikannya dengan
usahaku sendiri semaksimal mungkin.
Tujuanku adalah membeli beberapa Lethe.
Ini
adalah kehidupan yang kosong, pikirku, mungkin aku bisa segera melupakan ini
semuanya.
Jika tidak ada apapun di suatu tempat yang
mana seharusnya ada sesuatu, itu membuatmu merasa hampa. Tetapi jika kau
menyingkirkan "tempat" itu
sepenuhnya, kehampaan pun akan ikut lenyap.
"Kehampaan" tak bisa terjadi tanpa
adanya wadah untuk menjadi hampa.
Aku ingin mendekati nol mutlak.
Aku menabung selama empat bulan. Lalu
aku mengambil semua gaji kerja part-time dari rekening bank-ku, berjalan ke
klinik, lalu menghabiskan setengah hari dalam konseling untuk membuat catatan
pribadi, dan pulang ke rumah dengan lunglai. Dan aku merayakannya dengan
minuman, sendirian. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa
seperti sudah mencapai sesuatu.
Selama konseling, aku masuk ke dalam keadaan hipnotis dengan depressant, jadi aku tidak ingat apa yang sudah aku katakan. Tapi, begitu aku meninggalkan klinik dan merenungkannya, ada sebuah penyesalan mencuat di dalam hatiku: "Aku terlalu banyak bicara." Kemungkinan besar, aku terlalu blak-blakan mengenai beberapa keinginan yang memalukan atau semacamnya. Rasanya tidak jelas, tapi itulah yang kurasakan. Meski otakku tidak mengingatnya, namun di suatu tempat di bagian dalam tubuhku masih mengingatnya.
Faktanya, kegiatan konseling biasa dilakukan selama beberapa hari, tapi dalam kasusku, ini hanya berakhir dalam setengah hari, itu adalah bukti yang tak terbantahkan mengenai betapa kosongnya masa laluku.
Satu bulan kemudian, aku menerima paket yang berisi Lethe. Aku sering melihat orang tuaku mengambil dosis nanobots yang mengubah memori berkali-kali, jadi aku tidak perlu membaca instruksi yang ada. Aku menuangkan nanobots yang berbentuk bubuk dari paket kertas ke dalam air, lalu meminumnya dengan satu tegukan. Lalu aku rebahan ke lantai, dan menunggu hari kelabuku berubah menjadi putih kosong.
Sekarang aku bisa melupakan segalanya, pikirku.
Tentu saja, dalam kenyataannya, ini tidak menghilangkan semua memori yang ada. Ini dirancang untuk menjaga memori yang kau butuhkan untuk menjalani kehidupanmu sehari-hari, dan lagi pula, Lethe hanya mempengaruhi memori episodik saja. Memori deklaratif dan memori semantik sama sekali tidak terpengaruh.
Selama konseling, aku masuk ke dalam keadaan hipnotis dengan depressant, jadi aku tidak ingat apa yang sudah aku katakan. Tapi, begitu aku meninggalkan klinik dan merenungkannya, ada sebuah penyesalan mencuat di dalam hatiku: "Aku terlalu banyak bicara." Kemungkinan besar, aku terlalu blak-blakan mengenai beberapa keinginan yang memalukan atau semacamnya. Rasanya tidak jelas, tapi itulah yang kurasakan. Meski otakku tidak mengingatnya, namun di suatu tempat di bagian dalam tubuhku masih mengingatnya.
Faktanya, kegiatan konseling biasa dilakukan selama beberapa hari, tapi dalam kasusku, ini hanya berakhir dalam setengah hari, itu adalah bukti yang tak terbantahkan mengenai betapa kosongnya masa laluku.
Satu bulan kemudian, aku menerima paket yang berisi Lethe. Aku sering melihat orang tuaku mengambil dosis nanobots yang mengubah memori berkali-kali, jadi aku tidak perlu membaca instruksi yang ada. Aku menuangkan nanobots yang berbentuk bubuk dari paket kertas ke dalam air, lalu meminumnya dengan satu tegukan. Lalu aku rebahan ke lantai, dan menunggu hari kelabuku berubah menjadi putih kosong.
Sekarang aku bisa melupakan segalanya, pikirku.
Tentu saja, dalam kenyataannya, ini tidak menghilangkan semua memori yang ada. Ini dirancang untuk menjaga memori yang kau butuhkan untuk menjalani kehidupanmu sehari-hari, dan lagi pula, Lethe hanya mempengaruhi memori episodik saja. Memori deklaratif dan memori semantik sama sekali tidak terpengaruh.
Memori non-deklaratif sebisa mungkin tetap
tidak tersentuh. Itu adalah hal yang umum untuk semua nanobots yang mengubah memori, jadi, pembatasan yang sama pun
berlaku untuk menanamkan memori. Itu sebabnya perkembangan Mnemosyne, yang menyediakan pengetahuan
dan kekuasaan instan, mengalami kesulitan. Mustahil bisa melupakan
pengetahuan atau keterampilan dengan Lethe. Satu-satunya
yang hilang hanyalah kenangan.
Aku memilih untuk menghapus semua memoriku dari usia 6 sampai 15 tahun. Umumnya kau memesan penghapusan memori dengan menetapkan "kenangan yang berhubungan dengan ..."; akan tetapi, orang-orang seperti diriku yang menginginkan seluruh periode waktu terhapus tampaknya tidak biasa. Aku rasa itu masuk akal. Orang seperti itu hanya ingin memotong penderitaan dari kehidupan, bukan untuk membasmi secara keseluruhan.
Aku melihat jam yang ada di atas meja. Aku menunggu dan terus menunggu, namun tidak ada gejala kehilangan ingatan. Biasanya, nanobot akan mencapai otak setelah 5 menit dan menyelesaikan penghapusan memori selama 30 menit. Tapi satu jam kemudian, aku mengamati tidak ada perubahan pada ingatan masa kecilku. Aku ingat hampir tenggelam saat pelajaran renang saat berusia enam tahun, aku ingat berada di rumah sakit karena radang paru-paru selama sebulan saat aku berusia sebelas tahun, aku ingat kecelakaan itu ketika aku berusia empat belas tahun dan mendapatkan tiga jahitan di lututku. Aku bahkan masih mengingat semua nama anak fiksi ibuku dan mantan istri fiksi ayahku. Aku semakin gelisah. Jangan bilang aku diberi produk palsu? Atau mungkin ini memang cara kerja penghapusan memori. Saat kau benar-benar lupa ingatan, mungkin kau sendiri tidak sadar kalau ingatan itu sudah lenyap.
Aku memilih untuk menghapus semua memoriku dari usia 6 sampai 15 tahun. Umumnya kau memesan penghapusan memori dengan menetapkan "kenangan yang berhubungan dengan ..."; akan tetapi, orang-orang seperti diriku yang menginginkan seluruh periode waktu terhapus tampaknya tidak biasa. Aku rasa itu masuk akal. Orang seperti itu hanya ingin memotong penderitaan dari kehidupan, bukan untuk membasmi secara keseluruhan.
Aku melihat jam yang ada di atas meja. Aku menunggu dan terus menunggu, namun tidak ada gejala kehilangan ingatan. Biasanya, nanobot akan mencapai otak setelah 5 menit dan menyelesaikan penghapusan memori selama 30 menit. Tapi satu jam kemudian, aku mengamati tidak ada perubahan pada ingatan masa kecilku. Aku ingat hampir tenggelam saat pelajaran renang saat berusia enam tahun, aku ingat berada di rumah sakit karena radang paru-paru selama sebulan saat aku berusia sebelas tahun, aku ingat kecelakaan itu ketika aku berusia empat belas tahun dan mendapatkan tiga jahitan di lututku. Aku bahkan masih mengingat semua nama anak fiksi ibuku dan mantan istri fiksi ayahku. Aku semakin gelisah. Jangan bilang aku diberi produk palsu? Atau mungkin ini memang cara kerja penghapusan memori. Saat kau benar-benar lupa ingatan, mungkin kau sendiri tidak sadar kalau ingatan itu sudah lenyap.
Selagi aku mencoba meredakan ketakutanku
dengan alasan yang nyaman itu, aku menyadari kehadiran asing di masa
laluku.
Aku buru-buru bangun, mengambil bungkus paket
dari tempat sampah, dan membaca kertas yang terlampir.
Aku berdoa semoga bukan apa yang aku
kira. Tapi…..
Ada semacam kesalahan. Aku tidak
dikirimi Lethe. Ini adalah nanobot yang berbeda - sering digunakan bagi mereka yang memiliki
masa kecil yang kelam - yang diprogram untuk menyediakan teman masa kecil
fiktif.
Green
green.
Itulah yang aku telan.
Horison abu-abu tidak berubah menjadi putih,
melainkan berubah menjadi hijau.
Aku bisa mengerti mengapa pihak klinik akan
mencampuradukkan keduanya. Mungkin konselorku mendengar, "Aku tidak
memiliki kenangan masa kecil yang baik, jadi aku ingin melupakan
semuanya," hanya mendapat bagian pertama, dan mendapat kesimpulan yang
gegabah.
Tentu saja, normalnya kau akan mengambil
kesimpulan seperti itu pula. Ini adalah kesimpulan alami: jika kau tidak
memiliki ingatan yang baik, tinggal dapatkan saja. Dan ini juga sebagian
kesalahanku karena tidak menekankan bagian yang paling penting, itu adalah
kesalahan fatal karena aku juga tidak mengecek ulang dokumen yang
kutandatangani.
Karena kesalahan ini, tanpa sengaja aku
menjadi bagian dari beberapa jenis orang yang sangat aku benci.
Namun, entah bagaimana aku merasa bernasib
baik.
Aku melapor pada pihak klinik kalau aku
menerima barang yang bukan aku pesan, dan segera mendapat panggilan permintaan
maaf. Sekitar dua minggu kemudian, aku dikirimi dua paket Lethe. Satunya adalah untuk
menghapus ingatan masa kecilku, dan yang satunya lagi untuk menghapus
pengalaman palsuku dengan orang fiksi yang bernama Touka Natsunagi.
Tapi aku tidak ingin meminumnya sekarang,
jadi aku menaruhnya di lemari tanpa membuka segelnya. Aku bahkan ragu
menaruhnya di tempat yang bisa tertangkap mataku.
Aku takut.
Aku tidak ingin memiliki perasaan itu
lagi.
Sejujurnya, saat aku menyadari kalau aku
mengkonsumsi Green Green daripada Lethe, diam-diam aku merasa lega.
Kupikir aku mengerti, alasan kenapa ada
beberapa penggunaan ulang Lethe
dibandingkan dengan nanobots
lainnya.
Dan dengan demikian, aku telah ditanamkan
dengan kenangan masa kecil fiktif. Tapi mimori ini sedikit bias. Biasanya, Mimori yang disediakan oleh Green
Green seharusnya tersebar, memori menyenangkan bersama teman-teman untuk
mengatasi kesulitan bersama mereka. Tapi untuk beberapa alasan, Mimoriku hanya difokuskan pada satu
orang teman masa kecil.
Mimori dibuat berdasarkan dokumen -
"catatan pribadi" - dihasilkan secara sistematis dengan memiliki
program menganalisis data yang diperoleh dalam konseling. Dengan kata
lain, insinyur Mimori yang membuat Mimori ini memeriksa catatan pribadiku
dan memutuskan "Masa lalu semacam inilah yang dibutuhkan pria ini."
Aku memiliki firasat mengapa hanya ada satu
teman masa kecil. Sang insinyur pasti berpikir, karena aku adalah seorang
remaja yang kesepian di mana aku tidak menerima kasih sayang dari keluargaku,
tidak memiliki teman atau pacar, memberiku seseorang yang dapat merasa seperti
keluarga, teman, dan seorang pacar rasanya lebih efisien. Menggabungkan
tugas-tugas itu ke dalam satu orang akan menghemat waktu dibandingkan membuat
banyak orang, dan dengan energi seefisien itu, Kau bisa menggali lebih dalam
dengan karakter tunggal.
Sebenarnya, Touka Natsunagi adalah sosok yang
ideal bagiku. Dia cocok dengan seleraku dalam segala hal; Aku mungkin
akan menyebutnya sebagai gadis yang sempurna. Setiap kali aku memikirkan
dirinya, aku selalu berpikir "Ahh, jika aku benar-benar memiliki teman
masa kecil seperti ini, betapa indahnya hari-hari itu."
Itu sebabnya aku tidak menyukai Mimori ini.
Apa yang lebih hampa dari kenyataan kalau
memoriku yang paling indah adalah buatan orang lain?
uuuu
“Kamu harus segera bangun,” ucapnya.
"Aku masih ngantuk," jawabku dengan
mata tertutup.
"Aku akan menjahilimu jika kamu tidak
bangun," dia berbisik di telingaku.
"Coba saja," aku bergumam, dan
berbalik di tempat tidur.
"Apa yang harus aku lakukan?" Dia
terkikik.
"Terserah,," aku tertawa.
"Pak," ucapnya dengan sopan.
"Kau juga sebaiknya tidur di sini,
Touka," aku mengajaknya.
"Pak?!"
Aku pun terbangun.
Aku menengok ke arah suara itu, dan melihat
seorang karyawan wanita dengan seragam seperti yukata yang menunduk ke bawah untuk
melihat wajahku. Aku cepat-cepat duduk dan melihat sekeliling, dan setelah
itu, aku teringat tengah berada di sebuah bar. Aku pasti tertidur sambil
minum.
"Apa Anda baik-baik saja?", Dia
bertanya padaku lagi. Dia terlihat agak tersipu karena mendengar
celotehku. "Apa ada air putih?", Aku bertanya dengan
tenang. Dia tersenyum dan mengangguk, lalu pergi mengambil air.
Aku melihat jam tanganku. Kalau tidak
salah jam 3 sore saat aku mulai minum dan sekarang sudah jam 6.
Aku meneguk air yang dibawa pelayan, membayar
minumanku, dan langsung pergi. Segera setelah aku keluar dari bar,
keringat lengket menempel di bajuku. Saat aku memikirkan kamarku yang
tidak ber-AC, membuatku merasa depresi. Mungkin rasanya sama seperti sauna
sekarang.
Distrik perbelanjaan terlihat ramai dari
biasanya. Gadis-gadis mengenakan yukata asli, bukan tiruan seperti yang
dikenakan pelayan tadi, mereka lewat di depanku dengan riang. Asap putih
yang membawa aroma daging panggang menggelitik hidungku. Keriuhan orang
yang berbicara, para pedagang yang
memanggil pelanggan, suara sinyal penyeberangan, dengung mesin dari dinamo, dan
bunyi seruling dan drum taiko yang menggelegar - semuanya bercampur menjadi satu
dan memenuhi suasana kota.
01 Agustus. Hari ini ada festival musim
panas.
Aku menganggapnya sebagai peristiwa yang
tidak ada hubungannya denganku.
Aku berjalan melawan kerumunan yang menuju
festival demi menuju ke apartemenku. Saat matahari semakin terbenam di
ufuk barat, kerumunan orang semakin padat; jika aku tidak hati-hati, aku
bisa terseret arus kerumunan. Wajah berkeringat para pejalan kaki
diterangi oleh sinar matahari, memancarkan cahaya oranye.
Aku membuat kesalahan. Aku berniat pergi
ke kuil karena kupikir bisa memakai jalan memutar untuk sampai ke apartemen.
Daerah itu penuh sesak dengan gerobak penjual yang ditempatkan di sepanjang
jalan, serta orang-orang yang beristirahat. Saat aku berusaha melewati
arus keramaian, rokok di saku dadaku hancur, ada noda saus yang menimpa bajuku,
dan jari-jari kakiku diinjak dengan sandal geta. Sepertinya mustahil
melawan kerumunan arus, jadi aku pasrah menyerahkan diri mengikuti arus dan
sampai di luar kuil. (TN: Sandal geta : sandal kayu yang biasa di pakai pas hari
festival)
Akhirnya, aku berhasil keluar dari area kuil,
dan ketika aku mulai menuruni tangga ke pintu keluar ...
Tiba-tiba, aku mendengar suara.
"Hei, mau berciuman?"
Aku tahu ini. Ini adalah ulah dari Green Green. Ini tidak lebih dari
halusinasi yang disebabkan oleh gabungan suasana festival musim
panas. Mungkin masih ada jejak yang tersisa dari mimpi yang aku alami di
bar tadi.
Aku mencoba memikirkan hal yang lain untuk
mengalihkan perhatianku. Tapi, begitu penggabungan dimulai, semakin kau
mencoba untuk menghentikannya; Mimori
yang muncul dari bagian bawah pikiranmu akan menjadi lebih hidup saat kau
mencoba untuk menghindari mengingatnya. Tanpa aku sadari, kesadaranku
telah kembali ke masa remajaku yang fiktif.
…………
"Rupanya teman-teman mengira kita
pacaran."
Touka dan aku mengunjungi kuil
setempat. Setelah berkeliling dan mengunjungi semua stand di festival, kami duduk bersama di pojok tangga belakang, dan
menatap kerumunan yang ada di bawah.
Aku sendiri mengenakan pakaian biasa, tapi
Touka mengenakan yukata. Yukata berwarna biru dengan pola kembang api,
beserta bunga krisan merah di rambutnya. Keduanya adalah warna yang lebih
lembut dibandingkan dengan apa yang dikenakannya tahun lalu, yang mana hal itu
membuatnya terlihat lebih dewasa.
"Meski kita cuma teman masa
kecil?"
Dengan itu, Touka meneguk minuman ringan
dengan warna yang tampak tidak sehat, lalu dengan tersedak ringan. Dia
melirikku untuk melihat reaksiku.
"Jika ada seseorang melihat kita bersama
seperti ini, itu mungkin akan menambah kesalahpahaman," aku menjawab dengan
hati-hati.
"Benar juga." Touka
terkikik. Lalu seolah-olah mengingat sesuatu, dia meletakkan tangannya di
tanganku. "Jika mereka melihat sesuatu seperti ini,
mungkin akan memperburuk keadaan."
"Hentikan itu."
Itulah yang mulutku katakan, tapi tanganku
tidak menolak Touka. Malah sebaliknya, aku melihat area sekeliling. Aku
bimbang antara kekhawatiran seseorang yang aku kenal akan melihat dan menggoda
kami, dan harapan bahwa seseorang akan datang dan melakukan hal itu.
Yah, mungkin yang terakhir lebih menang
sedikit.
Ketika Aku berusia lima belas tahun, dan saat
itulah aku mulai melihat Touka dalam pandangan romantis. Saat kelas dua
SMP, kami masuk ke kelas yang berbeda, yang mana hal itu mengurangi jumlah
waktu yang kami habiskan bersama - dan inilah penyebabnya. Pada tahun itu,
aku mendapat kesadaran menyakitkan bahwa teman masa kecilku, yang sampai saat
itu aku anggap seperti keluarga, sebenarnya adalah gadis biasa seperti
gadis-gadis lain di kelas.
Dan pada saat yang sama, aku menjadi sadar
akan ketertarikan romantisku padanya. Setelah aku bisa melangkah menjauh
dari prasangka untuk melihatnya, aku melihat bahwa Touka Natsunagi adalah
seorang gadis yang sangat cantik. Sejak saat itu, aku merasa diriku selalu
melihat wajahnya yang seharusnya sudah sangat aku kenal, dan aku sering merasa
gelisah hanya karena melihat dirinya berbicara dengan cowok lain.
Mungkin alasan kenapa aku tak tertarik pada
gadis manapun sampai sekarang, karena pasangan idealku sudah ada di sampingkku
sejak awal.
Karena kami sudah kenal lama, aku dengan
cepat menyadari bahwa Touka sedang mengalami perubahan mental yang
sama. Dari musim panas kelas dua SMP, dia mulai memperlakukanku dengan
cara yang lebih canggung. Meski di permukaan dia bertindak seperti biasa,
melalui pengamatan yang cermat, aku bisa melihat kalau dia hanya mencoba meniru
tingkah lakunya yang dulu. Dia pasti melakukan yang terbaik untuk
mempertahankan hubungan kami.
Saat memasuki kelas tiga SMP dan kami kembali
berada di kelas yang sama, kami mulai selalu bersama-sama lagi, seperti mundur
dari tahun sebelumnya. Kami tidak menanyakan secara langsung perasaan
masing-masing, tapi kadang-kadang kami saling melakukan
penyelidikan. Dengan metode seperti "kita disalahpahami berpacaran lagi"
dan melihat ekspresi masing-masing -
seperti yang baru saja dia lakukan - atau setengah bergurau berpegangan tangan
dan menunggu reaksi pihak lain.
Melalui trial
and error, kami berdua memperdalam keyakinan kalau kami merasakan hal yang
sama.
Dan di hari itu, Touka melakukan konfirmasi
terakhir.
"Hei, apa kamu mau ciuman?"
Dia bilang begitu padaku ketika aku duduk di
sampingnya, dengan tatapannya yang masih tertuju pada pemandangan yang ada di
bawah.
Dia mengatakan itu seolah-olah ide itu
mendadak muncul padanya, tapi aku tahu kalau dia sudah berusaha mengatakan
kalimat tersebut dari dulu.
Lagi pula, sedari dulu, aku juga sudah
menyiapkan sesuatu yang mirip.
"Ayo kita uji apakah kita benar-benar
hanya teman atau bukan," Touka segera menjelaskan. "Mungkin kita
akan kaget karena mengetahui hati kita berdetak kencang."
"Siapa yang tahu," jawabku sesantai
mungkin. "Aku yakin kita takkan merasakan apa-apa."
"Kamu pikir begitu?"
"Mungkin."
"Baiklah, Ayo kita coba."
Touka menghadap ke arahku dan menutup matanya.
Touka menghadap ke arahku dan menutup matanya.
Ini hanya main-main. Sebuah percobaan
atas nama keingintahuan. Dan maksudku, ciuman bukanlah masalah besar.
Setelah melepaskan semua alasan itu, bibir kami saling menempel satu sama
lain.
Setelah bibir kami berpisah, kami saling
berhadapan lagi seolah itu bukan apa-apa.
"Bagaimana?", Tanyaku. Suaraku
terdengar sangat kering, hampir seperti itu bukan suaraku sendiri.
"Hmm ..." Touka menundukkan
kepalanya sedikit. "Hatiku tidak deg-degan.
Kalau kamu?"
"Aku juga tidak."
"Hah."
"Hei, sudah kubilang, ‘kan? Kita takkan
merasakan apa-apa."
"Ya. Benar juga, kurasa kita hanya teman
masa kecil biasa."
Ini adalah percakapan yang penuh
kebohongan. Aku ingin segera mencium Touka lagi, dan ingin memastikan
segala macam hal di balik itu juga. Dia mungkin merasakan hal yang sama, hal
itu dibuktikan dari gerakan matanya dan suaranya yang gemetar.
Sungguh, mungkin ini adalah rencana untuk
merahasiakan kejadian semacam ini sampai waktu pengakuan. Dan sebenarnya,
aku telah menyusun rencana yang sangat mirip. Namun, sesaat bibir kami
menyentuh, pikiranku berubah drastis. "Kau tidak boleh lebih jauh dari ini," sel-sel di tubuhku
memperingati.
Jika kau melangkah lebih jauh, semuanya akan
berubah.
Sebagai imbalan untuk rangsangan dan
kegembiraan sesaat, hal yang nyaman di antara kita akan hilang untuk
selamanya.
Dan hubungan yang sudah kita miliki sekarang
takkan pernah ada lagi.
Touka pasti menyadari itu juga. Dia
buru-buru mengubah rencana, tampaknya, untuk memainkannya sebagai
candaan.
Aku bersyukur atas keputusannya yang bijaksana. Karena
jika dia takkan mengubah rencananya dan malah membuka hatinya untukku, aku
takkan bisa menolaknya.
Dalam perjalanan pulang, Touka teringat
sesuatu dan berbicara.
"Ngomong-ngomong, itu adalah pertama
kalinya bagiku."
Aku pura-pura tidak tahu. "Apanya
yang pertama kali?"
"Tentu saja ciuman tadi. Kalau kamu,
Chihiro?"
"Kalau aku, ini sudah ketiga
kalinya."
"Hah?" Mata Touka melebar, dan
dia berhenti berjalan. "Kapan? Dengan siapa?"
"Kau tidak ingat?"
"... Apa ciuman yang lainnya juga denganku?"
"Di dalam lemari saat di rumahku ketika
aku berusia 7 tahun, dan di ruang belajar di rumahmu ketika aku berumur 10
tahun."
Setelah diam sejenak: "Oh, kamu
benar," Touka bergumam.
"Wow, kamu punya ingatan yang bagus." lanjutnya
"Wow, kamu punya ingatan yang bagus." lanjutnya
"Kau saja yang melupakannya,
Touka."
"Maaf."
“Aku bertaruh kau juga akan melupakan hari
ini dalam beberapa tahun kemudian”
“Hah, jadi itu yang ketiga kalinya….”
Touka terdiam sesaat, lalu menyeringai.
"Yah, kalau begitu sebenarnya ini yang
keempat."
Kali ini, giliranku yang dibuat
terkejut.
"Kapan?"
"Ayo tebak," katanya dengan
ekspresi tenang. "Tapi itu baru belakangan ini."
"Aku tidak ingat."
"Wajar saja, karena kamu
tengah tertidur, Chihiro."
"... Aku tidak menyadarinya."
"Ahaha. Memang itu tujuanku."
"Dasar licik."
"Touka gitu, loh?"
Touka membusungkan dadanya dan tertawa.
Touka membusungkan dadanya dan tertawa.
Kalau
begitu, ini yang kelima, aku
bergumam pelan.
Setidaknya, kita berdua sama-sama
licik.
………
Tak terhitung kenangan indah nan manis
seperti itu memenuhi otakku. Dan setiap rincian kecil yang muncul jauh
lebih jelas daripada ingatan asliku, hal tersebut sangat mengguncang keras
hatiku.
Tidak seperti memori normal, kau tidak bisa
membuat Mimori lupa seiring
berjalannya waktu. Ini bagaikan tato; Mimori takkan hilang secara alami. Menurut sebuah studi kesehatan,
pasien dengan penyakit Alzheimer Baru yang memiliki implan Mimori, walau semua memori asli mereka hilang, namun Mimori mereka bisa bertahan untuk
sementara waktu yang lebih lama. Hal ini membuktikan seberapa kuat nanobot yang mengubah ingatan. Satu-satunya
cara untuk melupakan Mimori dari Green Green adalah dengan menggunakan Lethe yang dirancang khusus untuk
menghapusnya.
Menghadapi ketakutanku dan meminum Lethe, atau menerima dengan ikhlas Mimori yang ada. Aku merasa bimbang
pada dua pilihan itu.
Selama aku tidak menghapus Mimori ini, aku akan selamanya terjebak
oleh kenangan teman masa kecil yang tidak pernah ada.
Aku bersungut dan mendesah. Merasa muak
dengan keraguanku sendiri.
Aku mendongak dan melihat torii* yang ada di
depanku. Tampaknya aku sudah sampai di pintu masuk saat merenung
tadi. Aku merasa lega: sekarang aku akhirnya bisa lolos dari
festival. Selama aku di sini, aku akan terus memikirkan kenangan masa lalu
yang tidak pernah ada. (TN: Gerbang yang biasa ada di kuil)
Kemudian, aku mendengar suara
ledakan. Aku refleks melihat ke atas, dan melihat kembang api yang
diluncurkan ke langit malam. Di kota sebelah pasti sedang mengadakan
pertunjukan kembang api. Aku hendak melanjutkan langkahku, dan disaat
itulah aku merasa mendengar seseorang berkata "berbaliklah sekarang."
Tanpa sadar aku memperlambat langkahku.
Lalu membalikkan badan.
Di antara kerumunan yang ada, aku langsung
melihatnya.
Dan dia juga, melihat langsung ke
arahku.
Ya, ada seorang gadis yang sedang berdiri di
sana.
Rambut hitam tergerai di bahunya.
Dia mengenakan yukata berwarna biru gelap dengan
pola kembang api.
Dengan kulitnya yang pucat.
Serta hiasan bunga krisan merah di
rambutnya.
Kemudian, mata kami bertemu.
Sejenak, waktu seakan-akan terhenti.
Secara naluri, aku tahu.
Dia memiliki kenangan yang sama
denganku.
Kebisingan festival mulai terdengar
menjauh.
Hanya sosok dirinya yang menjadi pusat
perhatianku.
Aku
harus mengejarnya,
pikirku.
Aku
harus berbicara dengannya, pikirku.
Kuputuskan untuk menuju ke arahnya.
Dia pula memutuskan untuk menuju ke
arahku.
Tapi keramaian orang-orang tanpa ampun
menyeret kami menjauh, dan memisahkan kami.
Dalam sekejap mata, aku kehilangan
sosoknya.
Tags:
Kimi no Hanashi
Boleh juga seru...
BalasHapus