Chapter 14
Suasana kelas Tooru selalu
ramai di pagi hari. Namun, begitu Ia memasuki ruang kelas, hampir semua
orang mengalihkan pandangan mereka.
Amane mungkin
menyebarkan rumor lain atau dia mengancam semua orang.
Tooru mengerti
bagaimana ini, jadi Ia berjalan ke kursinya dengan tubuh tegap. Ia tidak
melakukan apa pun untuk merasa bersalah.
Teman-temannya
biasanya akan menyambutnya di pagi hari, tapi hari ini, mereka hanya menatapnya
dari kejauhan.
Rasanya sedikit sepi,
tapi Ia tidak merasa marah dan benci pada mereka. Apa mereka benar-benar
teman sejati atau tidak tergantung dari bagaimana sikap mereka terhadap masalah
yang dialami Tooru
“Yo,
Tooru. Pagi.”
“Pagi, Jun. Hei ...
apa Amane mengatakan sesuatu kepadamu?”
Tooru diam-diam
bertanya pada Jun yang duduk di depannya dan Ia menjawab dengan wajah santai.
“Ya, dia melakukannya,
tapi aku mengabaikannya.”
“Tolol. Kau juga
nanti akan masuk dalam daftar targetnya.”
“Hmm ...”
Jun mengambil waktu
sejenak untuk memikirkan sesuatu sebelum menanggapi dengan ceria.
“Aku temanmu,
Tooru. Bukan temannya. Dia bisa melakukan apa yang dia suka. Aku? Aku
akan terus bersenang-senang. Itu lebih mirip seperti diriku banget, kan? ”
Kata-kata Jun membuat
Tooru tersentuh.
Tooru senang memiliki
Jun di sisinya meski Ia tidak pernah memahami apa yang ada di isi kepala
Jun. Ini mungkin tidak tampak seperti itu, tapi itu sangat
berarti. Tooru sudah siap sendirian mulai sekarang.
“Aku juga benar-benar
berpikiran begitu! Penggosip favoritmu Akane ada di sini! Aku di sini
karena mencium bau kasus menarik!”
“Whoa, dari mana kau
datang ?!”
Tampaknya Akane
muncul di belakang Tooru dengan catatan kecil di tangan dan senyum di wajahnya.
“Ini bukan urusanmu,
Nishino.”
“Dasar kasar. Di
mana ada skandal, disitulah aku berada — bahkan jika aku harus dekat dengan
musuh para gadis! ”
Dia menunjuk langsung
ke Tooru yang menatapnya dengan wajah melongo.
Dan apa maksudnya dengan musuh para gadis?
Dan apa maksudnya dengan musuh para gadis?
“Apa maksudmu?”
Satu-satunya saat ia
menjadi orang jahat terhadap seorang gadis adalah tadi malam di kamarnya ketika
Ia membuat Satsuki menangis.
Akane memindai buku
catatannya dengan senyum licik di wajahnya.
“Menurut
kecerdasanku, orang itu tidak hanya menolak pengakuan Amane dengan kejam tapi juga
meraba-raba payudaranya. Apa yang dikatakan terdakwa tentang hal itu ?!”
“Apa yang harus aku
katakan tentang itu? Ya, setengah dari itu benar ...”
“Setengah dari itu benar,
katamu ?!”
“Ahaha, kawan, dasar
playboy!”
“Siapa yang
playboy?!”
Tooru balas membentak
Jun sambil menjauhkan Akane dari dirinya sendiri. Jun berpura-pura tidak
bersalah dan melihat ke satu sisi. Dasar penghianat! Tooru juga
begitu tersentuh oleh kata-katanya!
Yah, ini mungkin
tidak terlalu buruk.
Jun masih menjadi temannya
dan Akane membawa kasus baru di tangannya. Kehidupan baru yang mendebarkan
ini mungkin lebih baik daripada kehidupan yang membosankan yang pernah
dimilikinya.
“Tergugat! Pengadilan
ditunda, tapi kita belum selesai!”
“Hei, jangan panggil
aku tergugat!”
Guru pun masuk ke
dalam kelas sementara Tooru sedang diinterogasi dan Amane diam-diam kembali ke
tempat duduknya.
*****
Cuacanya tidak
terlalu cerah, tapi setidaknya tidak hujan saat makan siang hari ini.
Keduanya bertemu di tempat biasa dan Satsuki membuka kotak makan siang hari ini.
Keduanya bertemu di tempat biasa dan Satsuki membuka kotak makan siang hari ini.
Di dalamnya ada bayam
yang dibungkus kedelai, dadar gulung, dan tumis ayam ukuran sedang, semuanya di
atas nasi putih. Keseimbangan yang sehat seperti biasa.
Dadar yang digulung
halus beraroma seperti kaldu. Sederhana tapi enak.
Tooru menyantap makan siang dengan sangat cepat.
Tooru menyantap makan siang dengan sangat cepat.
“Melihat kamu
menikmati masakanku hanya membuatku ingin lebih memasak untukmu.”
“Benarkah?”
“Ya. Itu membuatku
sangat senang bisa memasak untukmu.”
Cara dia dengan
polosnya tersenyum pada Tooru membuatnya sangat menggoda. Itu semua adalah
bagian dari pesonanya.
Tooru menelan
makanannya sementara jantungnya berdegup kencang.
Kalau dipikir-pikir, dia makan siang bersama si imut ini dan dia imut bukan hanya karena penampilannya saja yang bagus.
Kalau dipikir-pikir, dia makan siang bersama si imut ini dan dia imut bukan hanya karena penampilannya saja yang bagus.
Aku benar-benar
menyukaimu.
Suara Satsuki
terngiang kembali di dalam pikiran Tooru, membuatnya sadar akan fakta bahwa dia
adalah gadis yang seumuran dengannya
Ini hampir seperti
pernyataan cinta. Memikirkan hal itu membuatnya tersedak karena
malu. Sebuah bom kejutan.
“Apa kamu baik-baik
saja?”
Si Pelaku menatapnya
dengan wajah santai. Ini salahmu, aku merasa malu , adalah apa
yang ingin Tooru katakan, tetapi mana mungkin Ia melakukannya.
Tooru lebih menyukai
dia sebagai teman. Ia tidak bisa melihatnya dalam kesan romantis.
Ia tahu bahwa dia
menyukai Satsuki sebagai junior dan sebagai temannya. Tapi selain hal itu,
Tooru akan membutuhkan dorongan darinya.
“Oh, uhh, aku baru
saja memikirkan sesuatu.”
“Oh,
begitu. Hehe, kamu imut saat melamun juga.”
“Im-Imut?”
“Yap.”
Tidak ada niat
terselubung di balik kata-katanya dan senyum yang menyertainya. Itu adalah
bagian lain dari pesonanya.
“Hei, Satsuki.”
“Ya?”
“Apa kau punya aktor
atau aktris yang kau suka? Seperti bintang muda yang kau lihat di TV?”
“Aku tidak
benar-benar menonton televisi, jadi ...”
“O-Oh, iya, iya.”
Dia pernah
membicarakannya bahwa jika dia tidak membantu di rumah, dia akan sibuk
belajar. Masuk akal jika dia tidak tahu banyak tentang hal itu.
Tooru memutar otak
untuk mencari topik menyenangkan yang bisa dibicarakannya dengan Satsuki.
Memasak? Tidak,
Tooru tidak bisa memasak.
Olahraga? Tidak,
dia tidak menonton TV.
Mode? Tidak, dia
tidak cukup tahu untuk membuat percakapan dengan seorang gadis.
Saat Ia panik dari
semua ide yang muncul, suara Satsuki datang untuk menyelamatkannya.
“Aku sedang berpikir
untuk pergi berbelanja.”
“Hmm? Seperti
bahan makanan dan semacamnya?”
“Bukan, lebih seperti
belanja pribadi untuk pakaian. Lihat, aku tidak tahu banyak tentang ke
mana harus berbelanja ... aku berharap mungkin kau bisa membawaku berkeliling.
”
Ada sedikit warna
merah di pipi Satsuki saat dia mendongak ke arah Tooru. Itu membuatnya
tegang dan semakin tersedak.
Satu-satunya masalah
adalah kapan waktunya. Jika itu benar-benar terjadi, Ia selalu bisa
meminta rekan kerjanya untuk mengganti shift-nya.
Tapi yang lebih
penting, apa selera Tooru pada pakaian wanita cukup baik? Jika tidak, ada
seseorang yang bisa Ia andalkan.
“Ah.”
“Ada apa?”
Satsuki terlihat
sedikit bingung ketika Tooru mengacungkan jari telunjuknya.
“Apa aku boleh
mengajak Jun?”
“Temanmu? Tentu
saja. Lebih banyak, lebih meriah, kan?”
Tooru senang bahwa
dia tidak menolak untuk tidak pergi berduaan. Ini kesempatan bagus baginya
untuk memperkenalkan Ju juga.
“Enaknya kapan? Aku
tidak punya waktu dalam waktu dekat, tapi mungkin dalam dua, tiga minggu ke
depan?”
“Kapan saja tidak
masalah. Aku berharap bisa mendapatkan sesuatu untuk dipakai di musim
panas.”
Bukannya itu terlalu
cepat? Sekarang masih musim semi. Tapi Tooru mengira itu sedikit
berbeda untuk para gadis. Gadis SMA macam apa yang tidak ingin menjadi
modis?
“Woke. Kalau
begitu sudah diputuskan. Aku akan berbicara dengan manajerku tentang hal
itu.”
“Aku menantikannya!” Kata
Satsuki dengan senyum mempesona.
Min, di chapter sebelumnya bukannya si Akane beda kelas Ama si tooru? Kok di chp ini kayaknya si Akane tiba2 jadi sekelas deh
BalasHapusAh sialan
HapusAkane dan amane itu orang yg berbeda :3