Chapter 75 – Makan Siang bersama Tenshi
“Amane ~, hari ini ayo makan bareng~”
Amane melihat Chitose mendekatinya ketika dia berjalan bersama Mahiru,
dan wajahnya berkedut ketika Ia mengingat kata-kata Mahiru beberapa hari yang
lalu, aku sudah punya solusinya.
Namun memang benar bahwa Chitose bisa membawa Mahiru dengan dalih makan
bersama dengan Itsuki. Meski akan ada beberapa kecemburuan di sekitar mereka,
tetapi itu tidak menimbulkan kecurigaan.
Tangan Mahiru ditarik, menunjukkan sosok tenshi-nya yang biasa dengan
senyum di wajahnya.
Itu mungkin cuma imajinasi Amane, tapi dia tampak senang karena telah
mencapai tujuannya, dan Ia memiliki keinginan untuk menutupi kepalanya.
“Ah, apa aku boleh duduk di sini?”
“Tolong jangan bilang begitu. Akulah yang menyarankan untuk duduk
bersamamu, tolong jangan pedulikan.”
Kamu tidak bisa lari. Mahiru jelas
menyiratkan demikian.
Chitose setuju untuk melakukan ini dengan Mahiru ... atau lebih
tepatnya, Amane merasa kalau ini semua adalah ide Chitose. Amane memelototi
Chitose, yang menyeringai, atau lebih tepatnya, melirik, namun dia mencoba
bersiul di tempat lain.
Itsuki mungkin telah diberi tahu oleh Mahiru, atau mungkin Ia merasa
senang bisa makan bersama Chitose, “Kenapa kita tidak makan bersama?” Ia
tersenyum seperti biasanya.
Sementara Amane telah menyetujuinya beberapa hari yang lalu, pandangan
iri di sekitar mereka membuatnya gelisah.
“Eh, kalian bermaksud makan siang bareng, Shirakawa-san dan Shiina-san?”
Tampaknya Kadowaki juga ingin bergabung, dan kemunculannya yang mendadak
membuat Amane sedikit meringis.
“Aku memang punya niatan seperti itu.”
“Begitu ya. Ini membuatnya semakin menarik, ya? ”
Kadowaki berkomentar dengan acuh tak acuh, tapi Amane tidak berpikir itu
adalah waktu yang tepat untuk hal-hal menarik.
Kadowaki tidak terlihat menentang hal ini, dan sebaliknya, hanya
terkejut kalau Mahiru akan bergabung dengan mereka untuk makan siang.
Amane tidak punya tempat untuk melarikan diri.
“... Menyerah saja Amane. Kau sudah terkepung.”
Itsuki berbisik pelan sehingga Kadowaki tidak bisa mendengarnya, dan
Amane hanya bisa menghela nafas panjang, lesu.
“Kau membawa bekal, Shiina-san?”
Amane dan Itsuki biasanya makan di kantin, jadi Mahiru dan Chitose, yang
biasanya makan di ruang kelas, mengikuti mereka ke kantin.
Para cowok pergi membeli makan siang mereka, duduk di kursi yang biasa,
dan Kadowaki memperhatikan Mahiru membawa bento.
Sekadar diketahui, Mahiru duduk tepat di seberang Amane. Chitose
lah yang mendorong Mahiru untuk duduk di sana, tidak memberi Amane kesempatan
untuk melarikan diri.
“Mmm, ini sisa dari makan malam.”
Sebagian dari sisa makan malam digunakan untuk membuat sarapan Amane,
dan kadang-kadang, Mahiru mengambil beberapa untuk bekal-nya, yang mungkin dia
lakukan pada hari ini. Bahkan, kotak bekal dipenuhi dengan ayam teriyaki bulat
dari makan malam kemarin.
“Eh? Kau membuatnya sendiri?”
“Iya. Namun itu bukan sesuatu yang mengesankan.”
“Kamu seharusnya tidak berbohong, Mahirun ~ Bukannya kamu pandai
memasak?”
“Bagaimana kalau kamu mengambil pelajaran memasak dari Shiina-san,
Chii?”
“Kamu kejam, Ikkun~.”
“Shiina-san, kau hanya perlu mengajari Chii cara membumbui. Dia
setidaknya bisa memasak ... tapi dia selalu membuat rasa yang aneh-aneh.”
Chitose bukannya tidak bisa memasak, tetapi dia selalu memiliki
keinginan untuk mencoba rasa baru yang mewah, dan berakhir dengan rasa-rasa
yang aneh. Akan lebih
bagus jika dia tidak memiliki kebiasaan seperti itu , bahkan
Itsuki sering mengomentari kebiasaan aneh pacarnya.
“Mahirun, adakan kelas memasak pribadi denganku, dong ~ aku akan membuat
Amane mencicipi racun.”
“Hei, apa maksudmu dengan racun !? Itu akan merepotkan Shiina, ‘kan?
”
“Nn, kurasa itu tidak merepotkan. Kedengarannya menarik untuk
memasak dengan Chitose-san. ”
“Wahhh aku mencintaimu Mahirun! Aku menantikannya ~! Pastikan
kamu punya waktu untuk ini, Amane ~! ”
Chitose duduk di sebelah Mahiru, dan menempel padanya dengan wajah
berseri-seri.
Mahiru juga tersenyum ketika dia menerima hasil ini. Amane melihat
bagaimana mereka berhubungan baik – lalu Ia baru menyadari sesuatu.
Apa aku diajak keluar untuk kencan di depan semua orang?
Amane memandang ke arah Chitose, yang terus mengobrol dengan gembira
dengan Mahiru. Ia tidak tahu apakah itu jebakan Chitose, atau cuma
kebetulan.
Namun, semua teman di sekitar mereka menatapnya dengan tatapan tajam,
dan ketika Amane meihatnya, ada rasa kecemburuan yang tak terkatakan dari
mereka, yang menyebabkan wajahnya merasa ngeri.
“Hei Itsuki.”
“Hm?”
“Entah kenapa aku merasa akan dibantai. Apa ini benar baik-baik saja?”
“Tidak apa-apa. Mungkin.”
Amane benar-benar tidak bisa tenang ketika Ia dipelototi oleh para penggemar
Mahiru, para cowok yang berharap untuk merayunya.
Mereka tidak melepaskan niat membunuh terhadap Amane, karena Chitose
yang memulainya dulu. Rasanya bakal lebih menakutkan jika Mahiru sendiri
mengatakan sesuatu setelah mereka bergaul secara terbuka. “Kenapa Ia ...”
itu akan menjadi hal pertama yang akan mereka pikir,
“Bukannya itu tidak apa-apa, Fujimiya?”
“... Aku tidak akan dicemburui jika aku sepertimu.”
Jika itu adalah Kadowaki, seorang cowok tampan multi-talenta yang cocok
untuk Mahiru, cowok lain akan sadar posisi mereka dan mundur tidak peduli seberapa
besar cemburunya mereka.
“Tapi aku merasa agak iri padamu, Fujimiya.”
“Apa yang membuat iri?”
“Ada banyak sekali.”
Kadowaki tersenyum kecut ketika kata-katanya mengisyaratkan sesuatu, tapi
Amane tidak tahu apa itu.
“Yah, aku agak memahami apa yang dipikirkan Yuuta.”
“Serius?”
“Orang sering memiliki harta yang tidak mereka sadari, dan menginginkan
sesuatu yang tidak pernah mereka dapatkan. Chii sering mempunyai sesuatu
yang tidak bisa dia dapatkan. ”
“Misalnya?”
“Misalnya saja sesuatu yang Shiina-san miliki, tapi Chii tidak ...”
“Kau pasti memikirkan sesuatu yang aneh-aneh ‘kan, Ikkun?”
Tampaknya Chitose mendengar kata-kata Itsuki, karena wajahnya tersenyum
cerah, tetapi tidak ada aura senyum di matanya.
Amane merasa bahwa Itsuki baru saja menginjak ranjau darat, dan
menyaksikan interaksi intim mereka terungkap, sebelum melirik ke arah Mahiru.
Mahiru tampak agak bingung ketika Itsuki dan Chitose mulai pertengkaran
bodoh mereka, tapi begitu tatapan matanya bertemu Amane, dia tersenyum.
Yang terlihat di matanya bukanlah senyum ala malaikat, melainkan senyum yang lebih mirip dengan senyum malu-malu saat di apartemennya, dan Amane juga mengalihkan pandangannya dengan malu-malu.
Njirr dari Vol.1 sampe sekarang diabetes gwe baca beginian😅😅😅 semangat Min
BalasHapusNikmat mana lagi yang kau dustakan
BalasHapusUwU
BalasHapusKadar gulanya sama kek novel ryoushin no shakkin
BalasHapusmanisssssssss
BalasHapusEntah kenapa gua gak ingin sisi mahiru yang kayak gini terekspos. Gua pengen amane memonopoli mahiru seutuhnya. Kayaknya gua udah rusak dahh
BalasHapusCepat periksa ke dokter, udah halu parah njirr
BalasHapusEmang mimin gak pengen memonopoli mahiru untuk diri mimin sendiri?
BalasHapusGua malah pengen mereka buat ngungkapin hubungannya di sekolah kek miyamura sama Hori mungkin kondisinya sama
BalasHapusYaa......kalo itu sih.......gimana ya...
BalasHapusLebih baik mimin jujur kepada diri mimin sendiri min. Apa mimin tega sisi mahiru yang polos kayak gitu diketahui dan dinikmati orang lain? Kagak kan? Orang2 yang menghirup udara yang sama dengan mahiru aja udah sebuah kesalahan dan harus dijatuhi hukuman mati. Jadi mari kita bersama2 momonopoli mahiru untuk diri kita didunia utopia kita masing2
BalasHapusApalo tega melihat orang menikmati sisi mahiru yang begitu polos dan manis sama orang lain? Enggak kan?
BalasHapusYahh, ke ekspos dehh
BalasHapusaku akan mendukungmu kapten
BalasHapus