Chapter 84
Pada akhirnya, Amane tidak tahu alasan mengapa Mahiru cemberut, tapi
suasana hatinya tampak membaik ketika dia bermain dengan kucing, dan dia
akhirnya tersenyum pada Amane.
Di tengah jalan, Mahiru mengabaikan Amane dan mulai bermain-main dengan
kucing-kucing itu. Amane tersenyum masam, tapi karena suatu alasan,
kucing-kucing itu mulai berkumpul di pangkuannya.
Begitu dia melihat itu, Mahiru cemberut sekali lagi. Astaga, bagaimanapun
Silk memberi pandangan seperti itu saat duduk di pangkuan Mahiru, dan menenangkannya.
Ketika Amane memanjakan kucing-kucing itu, kucing-kucing lain mulai berkumpul
di sekitarnya meski Ia tidak menyediakan makanan ringan untuk
mereka. Mungkin itu karena mereka menyukainya. Setelah merasakan pengalaman
yang sangat berharga, waktu bahagia bersama kucing berakhir.
Amane dan Mahiru membersihkan bulu-bulu yang menempel, dan mencuci
tangan mereka. Ketika Mahiru sedang mencuci, Amane pergi untuk membayar,
dan kemudian Mahiru menatapnya dengan pandangan yang agak tidak senang.
“Mengapa kau berekspresi seperti itu?”
“Kamu tidak perlu terlalu peduli padaku, Amane-kun.”
“Bukan itu. Aku juga melakukan ini untuk kesenanganku
sendiri. Jangan terlalu cemas.”
Amane mengatakan kalau Ia akan membayar, dan Ia tidak mau Mahiru mengkhawatirkan
hal ini.
“Yah, aku benar-benar berterima kasih karena kau mau memasuki kafe
kucing dengan seseorang seperti aku, tempat yang membuatku malu untuk masuk
sendirian. Oke?”
“…Tapi.”
“Kau harusnya sedikit lebih egois. Jika kau tidak dapat menerima ini
... bagaimana kalau kita kembali lagi ke sini lain kali?”
“... Tapi itu cuma aku saja yang diuntungkan?”
“Ini juga menguntungkanku, kok.”
Tidak masalah ‘kan? Amane
tersenyum. Mahiru mengerutkan bibirnya, menyandarkan kepalanya di lengan
Amane, dan memegang tangannya sekali lagi.
*****
Setelah makan siang di restoran yang sangat terkenal, mereka pergi ke
pusat perbelanjaan terbesar.
Sebagai pengingat, makanan di restoran itu benar-benar lezat, dan sesuai
dengan peringkatnya. Amane memiliki preferensi pribadi terhadap masakan
Mahiru, dan sekali lagi, Ia menyadari kalau memasak Mahiru adalah yang terbaik.
Karena sedang Golden Week, ada
lebih banyak pelanggan di pusat perbelanjaan daripada biasanya. Ketika Ia
memegang tangan Mahiru dengan kuat, Amane bersandar di dinding, kebingungan apa
yang harus mereka lakukan selanjutnya.
“Ngomong-ngomong, apa yang akan kita lakukan di pusat perbelanjaan
ini? Meski kita bilang akan berbelanja, tetapi apa kau memiliki sesuatu
yang kau inginkan?”
“Ti-tidak ada sih. Aku pikir aku akan senang dengan window shopping.di mall ... bo-boleh,
enggak?”
“Tidak, tidak, tidak, tentu saja boleh. Aku sedikit setuju dengan
ide window shopping. ”
Saat di kota asalnya, Amane sering diseret oleh ibunya, dan sering pergi
berbelanja bersama keluarganya. Ia memiliki kekebalan terhadap
tindakan-tindakan yang akan diderita cowok mana pun.
Juga, mungkin rasanya menarik melihat Mahiru melakukan window shopping..
“Kita mulai dari mana? Toko biasa? Pakaian? Desain
interior? Di sini ada banyak.”
Pusat perbelanjaan besar ini memiliki banyak toko pakaian, makanan,
barang umum, atau bahkan hiburan. Ada banyak sekali dari mereka, dan ukuran
mall itu sangat besar, orang tidak akan bisa mengunjungi semua toko dalam
sehari.
Mereka tidak bisa melihat semuanya, jadi perlu mempersempit daftar toko
yang mau dikunjungi sampai yang terkecil mungkin.
“Kalau begitu ... bagaimana kita mulai dari pakaian?”
“Boleh saja. Kau ingin membeli baju baru?”
“Jika ada yang bagus. Pakaian musim panas sudah mulai dijual, dan aku
ingin membeli yang baru. ”
“Musim panas ya ... memang sebentar lagi.”
Musim yang penuh terik matahari akan segera tiba, tapi pada titik ini,
hanya ada matahari yang hangat menyinari mereka. Amane merasa masih
terlalu cepat untuk membeli pakaian musim panas.
Memang masuk akal bila membeli barang sebelum musimnya, tetapi Amane
tidak bisa melepaskan perasaan musim semi.
“Musim panas ini ... ah, kau akan pergi ke kota asalku juga ... ‘kan
Mahiru?”
“Ah, i-ya. Jika Shihoko-san dan kamu tidak keberatan. ”
Dia mengangguk, mungkin mengingat saran Amane untuk menemaninya ke kota
asalnya.
“Aku bertanya kepada ibuku lagi setelah itu, dan dia bilang tidak
apa-apa. Yah, aku sudah menduga hal itu.”
Shihoko pasti akan setuju untuk itu bahkan jika Amane tidak
menanyakannya, tetapi Ia bertanya dulu karena mereka harus menyiapkan
kamar. “Dia sangat disambut di
sini!” itulah jawabannya. Amane mungkin akan kembali ke rumahnya
dengan Mahiru pada musim panas ini.
“Yah, tidak banyak yang bisa dilakukan di kota asalku. Meski ada banyak
fasilitas rekreasi. ”
“Benarkah?”
“Ya, ada banyak. Misalnya saja; pusat perbelanjaan seperti
ini, taman nasional yang sangat luas, water
park yang sangat besar.”
Kampung halaman Amane bukanlah kota besar, tapi juga bukan daerah pedesaan. Rasanya
tidak pernah membosankan di kota kelahirannya selama musim panas dan musim
dingin, karena itu adalah lokasi geografis yang cocok. Sebaliknya, mereka
mungkin tidak memiliki kesempatan untuk beristirahat. Itu adalah tempat
yang baik untuk menghabiskan waktu.
Water park akan dibuka pada musim panas, dan akan menyenangkan untuk duduk di
seluncuran, atau berenang perlahan-lahan.
“Di sekolah, pelajaran berenang itu pilihan, jadi mustahil bisa
menikmati kolam renang kalau tidak ada kesempatan. Mungkin itu ide yang
bagus untuk berenang di kolam renang di sana ... Mahiru?”
“Bu-Bukan apa-apa ...”
“Ah, jangan khawatir. Aku tidak memikirkan hal yang jorok seperti
melihatmu memakai pakaian renang, oke? Aku bisa pergi sendirian jika kau
tidak mau. "
“Ak-Aku tidak memiliki kesalahpahaman seperti itu. Ta-Tapi ko-kolam.
”
“Memangnya ada masalah?”
Amane merasa tidak aneh untuk memikirkan kolam ketika membicarakan musim
panas, tapi Mahiru menggelengkan kepalanya dengan agak kaku.
“E-erm ... yah.”
“Hm?”
“Ak-Aku mungkin mempertimbangkan, erm ... pergi juga, jika kita tidak
harus berenang ...”
“... Tunggu, kau tidak bisa berenang?"
Mahiru langsung memalingkan wajahnya ke samping.
Sepertinya Amane menebak dengan benar.
“... Kupikir kau bisa melakukan apa saja.”
“Ma-Mana mungkin. Karena pelajaran berenang adalah pelajaran pilihan,
aku jadi berasumsi kalau aku tidak perlu memberi tahu siapa pun ...”
Wajahnya semakin memerah karena malu.
“Tapi yah, rasanya sedikit mengejutkan ...”
“Bi-Bicara tentang berenangnya sudah selesai, oke? Ayo, ayo kita
pergi.”
Tampaknya Mahiru benar-benar tidak ingin berbicara tentang berenang,
karena wajahnya memerah ketika dia menarik tangan Amane. Sebenarnya, dia
menyandarkan tubuhnya ke lengan Amane, mengayun dan sepertinya mengangkatnya.
Amane tahu bahwa Mahiru menyeretnya karena dia ingin menghindari topik
ini, tapi postur tubuhnya sangat buruk buat jantung Amane.
Kain akan menipis sesuai saat musim semakin panas.
Blus sifon Mahiru agak halus, dan kainnya tipis. Orang bisa melihat
kulitnya yang indah melalui décolleté terbuka. Pakaian
dalamnya sudah sangat tertutup, tetapi bagi Amane, bagian yang tertutup masih
bisa terlihat, dan bahkan menyentuhnya.
Tetapi jika Amane menunjukkan itu, wajah Mahiru mungkin akan semakin
memerah dan melarikan diri. Ia jadi tidak mengatakan apa-apa, dan dengan
lembut memindahkan lengannya darinya, sebelum memegang tangannya.
Amane dengan masam berkata pada dirinya sendiri bahwa Ia tidak akan
menderita jika Ia bisa menikmati bagian-bagian yang kenyal itu. Namun hal
pertama yang Amane rasakan adalah rasa bersalah, dan Ia hanyalah seorang
pengecut.
"Oke oke. Jangan lari-lari. Kau nanti akan jatuh.”
“... Aku bukan anak kecil.”
Mahiru memalingkan kepalanya, tidak tahu seberapa menderitanya
Amane. Amane kemudian mengambil kesempatan untuk melihat sedikit ke luar,
menghindari pandangan matanya.
Amane mati-matian menyingkirkan sensasi lembut yang melekat di lengannya, dan mendesah kecil supaya Mahiru tidak bisa mendengarnya.
Dapet asupan glukosa dipagi hari emang bikin semangat!!!
BalasHapusBelum Fix Couple, tapi interaksi, skinship, dll udah kek Pasutri (≧▽≦)
BalasHapusAhh~ Masih menunggu hingga mereka Fix Jadian dah :v
Ngiri anjir hahaha
BalasHapusNgeri
BalasHapusBelum pacaran aja udah begini apalagi pacaran, jangan-jangan langsung bagian itu? Hmmm
BalasHapusHm
BalasHapusGula teruss, kapan nih jadiannya
BalasHapusAku benci novel ini
BalasHapus