Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Ekstra 4

Hari ke-592

#Sudut Pandang si Senpai#      

Oke, senpai. Terima kasih sudah memasaknya.”

30 April 2019. Pukul 21:13 malam.

Ini malam hari terakhir di era Heisei. Kouhai-chan datang ke rumahku untuk beberapa alasan.

Soba, ya.

Kita melewati era, bukan tahun baru.

Yah, aku sih tak malasah dengan itu, tapi ...

“Tapi?”

Maharu mengenakan celemek, saat dia menatapku sambil memiringkan kepalanya yang kecil. Bagaimanapun juga, dia imut. Ini tidak adil.

Kenapa Kouhai-chan yang membuatnya?

Ibu berkata bahwa ini disebut pacaran.

Aku tidak menanyakan itu ...

Kami membagi mie ke dalam mangkuk, atasnya ditambah kecap asin dan menaburkannya dengan rempah-rempah. Dengan ini, soba yang melewati era telah selesai dimasak.

Aku mau tinggal di sisi Senpai, terus?(TN : Senpai no SOBA ni itakatta) 

Ehh…

Yah, itu bohong ... tidak juga, itu kebenaran ~

Jadi itu yang sebenarnya?

Tentu saja ~

Maharu berkata begitu ketika dia meletakkan sendok yang dari tadi dia pegang, berjalan selangkah lebih dekat ke arahku dan menatap ke mataku.

... Ada pepatah yang mengatakan Kamu akan terbiasa dengan wanita cantik dalam tiga hari, tapi itu benar-benar bohong. Aku masih belum terbiasa dengannya. Bahkan sekarang saja sudah membuat jantungku berdebar-debar.

Sobanya akan meregang, jadi ayo kita lakukan hal seperti ini nanti.

Apa gadis ini benar-benar mengerti kalau ibu dan ayahku ada di seberang tembok?

Eh? Kau senang kalau waktu kita berdua semakin lama ? Ya ampun, Senpai memang pandai menggoda ~” (TN : SOBA ni iru jikan ga nobiru to ureshii tte?)

... Lakukan saja apa yang kau suka.

“Iya. Aku sangat menyukaimu, Senpai.”

Dia memelukku erat-erat.

... Aku tidak ingin menjadi satu-satunya yang dipermainkan. Jadi, Aku memeluknya balik.

... Ya, aku juga sangat menyukaimu.

Ya ampun, apa yang sedang kita lakukan di dapur? 

... Senpai, cepat lepaskan aku, rasanya memalukan ...

Setelah kami saling berpelukan erat selama sekitar satu menit, aku mendengarnya bergumam di sebelah telingaku.

Kaulah yang memelukku duluan, tahu?

Aku juga menjawab dengan suara kecil dan meniup telinganya. Telinga di depan mataku sedikit demi sedikit menjadi merah.

Dia benar-benar imut, ahh ...

Aku sudah puas! Sekarang Senpai yang memelukku! Bagaimanapun juga! Biarkan aku pergi!”

Eh, kalau dia mengatakan itu dengan suara keras—

Maharu-chan, apa kamu sudah selesai memasak sobanya?

Ibuku yang mengintip ke dapur dari dinding melihat kami. Oh ...

... Fufufu, silahkan dilanjutkan.

... Ini bukan yang kau pikirkan, Bu.

Yah, sebenarnya aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini.

Ah, benar juga. Bukan aku yang menempel padanya, tapi Kouhai-chan yang melompat ke arahku. Ya itu saja.

... Ibuku menyelinap di samping kami tanpa memberi kami waktu untuk membuat alasan dan membawa soba pergi.

Ini bukan apa yang kau pikirkan, sungguh ...

Setelah kami selesai makan mie soba (yang dibuat oleh Marahu. Rasanya lezat), Ibu dan Maharu melemparkanku ke kamarku. Sebaliknya, aku benar-benar ditarik oleh Kouhai-chan. Orang-orang ini memang pandai merencanakan sesuatu padaku.

Begitu aku duduk di bantal dengan tanganku ditarik, Kouhai-chan berkata dengan cemberut.

Belakangan ini, aku merasa kesepian. Ini salah Senpai.”

Benar. Aku juga.

Tapi, mau bagaimana lagi? karena tidak ada yang bisa aku lakukan tentang ini.

Karena aku berhasil diterima ke universitas tanpa masalah pada bulan April ini, waktu dan arah kereta yang aku tumpangi berbeda dengan Maharu.

Dengan kata lain, kita tidak bisa mengobrol di kereta pagi.

Kami sudah melakukannya selama sekitar satu tahun. Tidak bisa mengobrol lagi membuat kita merasa kesepian.

Ketika kehidupan kampusku dimulai, ini adalah pertama kalinya aku terkejut bahwa kebiasaan membaca buku di kereta telah menghilang dari diriku.

Hoo.

Itu sebabnya, tolong biarkan aku bertingkah manja untuk hari ini.

Sudah berapa hari kau mengatakan itu?

“Entah? Memangnya sudah berapa hari?”

Setelah menjulurkan lidahnya, Kouhai-chan mengistirahatkan kepalanya di pahaku. Dia telah melakukan ini setiap hari sejak kami memasuki Golden Week.

Sejujurnya, kami juga tidak banyak bertemu di akhir pekan. Karena aku juga kekurangan vitamin Maharu, situasi ini sama-sama untung untu kami berdua.

Hmm. Senpai, era Heisei akan segera berakhir.”

Jam menunjuk pukul 23:55. Nama era akan segera berubah.

Meski kau bilang begitu ... Kita tidak tahu era selain Heisei.

Eh, Kamu tidak tahu Taika dan Wado?

Aku tahu itu, tapi aku tidak sedang membicarakan itu.

“Fufufu”

Apa-apaan dengan 'fufufu' itu?

Entah bagaimana, Kouhai-chan mengeluskan kepalanya ke kepalaku. Dia terlihat bahagia.

“Baiklah. Senpai, ini pertanyaan hari ini dariku.”

Dengan wajah puas, dia memperbaiki postur tubuhnya dan menatap lurus ke arahku.

Iya. Untuk beberapa alasan, kami masih melakukan pertanyaan hari ini hingga sekarang.

Melihat bagaimana kita menjadi kuat, aku merasa kita akan terus melanjutkan ini sepanjang waktu bahkan setelah era berubah menjadi Reiwa.

―Senpai. Apa kamu akan selelu dekat denganku seperti ini bahkan di era berikutnya?”

Sebagian diriku ingin segera menjawabnya. Tapi hubunganku dengannya tidak terlalu membosankan.

Aku tidak yakin. Itu tergantung kita berdua?”

“Muu.”

Tapi. Aku yakin, Maharu dan aku akan selalu bersama selamanya.”

... Aku benci bagian dirimu yang itu.

Tapi, kau masih tetap marah jika aku segera menjawabmu, kan?

“Ah, ketahuan?”

Menurutmu sudah berapa tahun kita pacaran?

Baru dua tahun.

... Aku benci bagian dirimu iyang tu.

“Ya ya.”

Ketika kami berdebat, aku bisa mendengar sorak-sorai dari TV ruang tamuku.

Pada tanggal 1 Mei, kami menyambut era baru.

Tahun pertama dari era Reiwa.

Percakapan pertamaku di era baru adalah menyapa Kouhai-chan yang tercinta.

―Tolong jaga aku di era Reiwa juga, Maharu.

Aku juga, Senpai ♪




close

4 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama