Boku no Sensei wa, Houkago Kawaii Konyakusha Chapter 03 Bahasa Indonesia

Chapter 3 - Koutaro-kun dan Reina-san

 

Keesokan harinya.

Setelah menyantap sarapan yang lezat, kami mulai membersihkan tempat-tempat yang belum kami bersihkan kemarin.

Kami memutuskan untuk menangani sejumlah besar kantong sampah di ruang tamu, dan kemudian membagi pekerjaan di antara kami berdua.

Pada awalnya, aku pensaran mengapa kaleng semprotan dan semacamnya masuk dengan kaleng lain, tetapi setelah Sensei menjelaskannya padaku, dan aku mengerti, dan mulai memilah sampah.

Ketika aku memikirkannya lagi, aku menyadari bahwa Sensei sangat mahir dalam menjelaskan sesuatu.

Aku selalu merasakan atmosfir berbahaya di sekitarnya saat menyimak pelajarannya di kelas, tapi ketika dia menjelaskan proses kepadaku sekarang, aku merasakan atmosfir yang imut darinya, dan kegugupanku jadi hilang.

“Baiklah, ini yang terakhir.”

Jadi, kami selesai memilah-milah kantong sampah, dan kemudian mengikatnya rapat-rapat agar baunya tidak tersebar.

Untuk memastikan kantong sampah tidak menghalangi kegiatan beres-beres, kami memindahkannya ke gudang kebun.

“Itu berjalan cukup baik! Kamu cukup pandai membersihkan, bukan?”

“Eh, aku?”

Itu adalah pertama kalinya aku mendengar Sensei mengatakan sesuatu seperti itu.

“Mungkin aku harus bekerja untuk bisnis pembersihan rumah di masa depan ...”, pikirku dalam hati. Sensei lalu mengangguk padaku dan berkata,

“Ya. Itu sebabnya kamu harus mengganti pola pikir supaya kamarmu tetap bersih. Paling tidak, gunakan vakum cleaner setiap 3 hari sekali. Oke?”

“Y— Ya!”

Aku menganggukkan kepalaku, dan Sensei mengangguk puas.

Dan kemudian, sesuatu muncul di pikiran Sensei.

“Betul. Kenapa kita tidak mempraktikkannya langsung?”

“Eh?”

Sehabis mengatakan itu, dia pergi ke atas, sambil membawa penyedot debu di tangan, dan berhenti di depan pintu kamarku.

Apa ... Apa dia akan ... !?

“Jadi, kamarmu perlu dibersihkan. Kapan terakhir kali kamu membersihkannya?”

“Eh, itu ...”

“Aku bertanya kapan terakhir kali kamu membersihkannya. Cepat jawab.”

“Um, mungkin lebih dari setahun yang lalu ...”

Saat aku dengan gugup menjawab, Sensei menjawab dengan “Begitu ya.”

brak.

“Tunggu!? Sensei !?”

Sebelum aku menyadarinya, Sensei sudah membuka pintu kamarku dan menerobos masuk.

Jangan panik, Shirase Koutarou !!

Seharusnya tidak ada apa-apa di ruangan ini yang tidak boleh dilihatnya. Puisi-puisi yang aku tulis saat masih muda, dan apa pun yang berhubungan dengan sejarah kelamku seharusnya sudah kubuang.

In—Ini akan baik-baik saja ... Ini akan baik-baik saja ...

“Di sini sangat berdebu. Bagaimana kalau kita membuka jendelanya?”

“Ah, tentu saja ...”

Sensei mengatakan itu, lalu aku membuka jendela.

Angin sepoi-sepoi menyebar ke seluruh ruangan. Sensei memberiku pel dan berkata:

“Baiklah, Shirase-kun, kamu mulai membersihkan debu, dan aku akan menjemur kasur.”

“Me—Mengerti.”

“Dan, aku ingin kamu melihat bagaimana aku menggunakan penyedot debu. Lalu, kamu bisa menggunakannya sendiri, oke?”

“Y— Ya, Kau benar.”

Sensei terus menjelaskan dengan penuh ketegasan, sementara yang bisa aku lakukan hanyalah menganggukkan kepalaku.

Aku, cowok yang cukup umur untuk menikah, jadi aku tidak ingin diejek karena tidak tahu cara membersihkan kamar. Dia mengajariku dengan niat baik.

Aku pikir yang terbaik adalah mengikuti arahannya.

“Kalau begitu kamu bisa menggunakannya sendiri," kata Sensei sebelumnya. Aku pikir dia mungkin mengerti perasaanku juga.

“Sekarang, ayo kita mulai membersihkan.”

“Iya.”

Aku mengangguk, dan Sensei mulai membawa kasur.

Dan aku melakukan apa yang Sensei katakan sebelumnya, dan membersihkan area itu dengan menyeluruh.

“Uhuk uhuk…”

Tentu saja, ada banyak debu yang menumpuk karena aku tidak membersihkan kamarku lebih dari setahun. Itu membuat mataku berair.

Meski sangat kotor, aku bisa tidur di kamar ini dengan baik.

Tapi Sensei benar, aku harus sering membersihkan kamarku.

Beberapa menit kemudian.

“Bagaimana dengan ini? Kita berhasill menyingkirkan banyak debu, bukan?”

Kata Sensei, setelah kasurku sepenuhnya dijemur.

“Ya, kita mungkin belum membersihkan sepenuhnya, tapi kita membersihkan sebagian besar debu yang ada.”

“Iya. Sekarang, kita akan menggunakan penyedot debu. Setelah itu, kita akan membersihkan lantai dengan pel. Jika kita tidak punya banyak waktu tersisa, kita dapat menggunakan sprei basah sekali pakai untuk membersihkan lantai, tapi lebih baik untuk menghindari menggunakan sprei sekali pakai, karena cara membersihkannya berbeda.”

“Baiklah, kalau begitu aku mau mengisi air di ember dulu.”

Ketika aku mengatakan itu, aku pergi ke kamar kecil untuk mengambil seember air.

“Ya, silakan lakukan.”

Ketika aku meninggalkan ruangan, aku mendengar suara dengung penyedot debu.

Tidak sopan membuat orang menunggu, jadi aku bergegas.

“Ah, aku mungkin harus membawa deterjen juga. Aku pikir yang dia gunakan kemarin adalah ...”

Ketika aku tiba di kamar mandi, aku mengisi ember dengan air, dan mengambil deterjen dari bawah wastafel.

Aku juga membawa kain pel, dan kembali ke kamarku, tapi ...

“Hm?”

Aku melihat Sensei sedang duduk di lantai, dengan punggung menghadap ke arahku.

Kapan dia berhenti menyedot debu?

Mungkin dia masih lelah karena kemarin ...? Saat aku mulai khawatir tentang Sensei, aku mencoba memanggilnya.

“Um, Sensei ...? Tunggu apa!?”

Dan kemudian, aku melihatnya.

Sensei, yang tidak bisa berkata-kata, dengan erat memegangi majalah.

Itu adalah majalah yang penuh dengan sekelompok wanita seksi. Tak perlu dikatakan lagi, itu adalah majalah porno.

Oh ya, aku memang membeli ini ...

Tunggu, apa yang harus aku lakukan tentang ini !?

Masalah utamanya ialah mengapa Sensei memegangi majalah porno itu.

Aku bahkan mencoba untuk menyamarkan majalah porno dengan sampul buku tahunan ...

“Uh, um !! Itu adalah sesuatu yang temanku beritahu agar aku menyimpannya !!”

Jadi aku mencoba membela diri ...

Tidak, aku sudah mati. Aku akan mati hari ini ...

Dan kemudian..

“Shirase-kun”

“Y— Ya !?”

Sensei tiba-tiba memanggil namaku, dan aku tanpa sadar berteriak menjawabnya.

Aku gemetar ketakutan, menunggu omelan yang Sensei akan berikan padaku. Namun, kata-kata yang keluar dari mulut Sensei cukup tak terduga.

“Kamu tidak perlu berbohong. Hal semacam ini normal untuk seusiamu, bukan? Apa yang membuatmu malu?”

“Eh ... Ah ... Ya ... Maaf ...”

Aku pikir dia akan lebih mencemoohku, tapi aku kira dia adalah seorang guru.

Sensei sepertinya mengerti, dan dadaku merasa lega.

“Tapi, apa ini?”

“Eh?”

Saat Sensei mengatakan itu, aku melihat apa yang dia pegang di tangannya.

“Ajaran mesum guru berpayudara besar Reiko”

“Hogeee !?”

Dia memegang majalah dengan nama konyol. Aku tidak tahan lagi, namun pekikan yang terdengar seperti tangisan kesakitan.

Judul, dan genre dengan skenario terburuk. Gadis yang ada di sampul majalah itu lebih tua dariku, tapi itu menyerupai skenario siswa x guru.

“Aku ingin kamu menjelaskan yang ini dengan detail juga.”

kaget.

“Pelajaran mesum spesial Sensei berpayudara besar”

“Sensei berdada besar sepulang sekolah”

“Aku suka payudara Sensei!”

“KYAAAAAAAAAA !?”

Tolong hentikan! Aku meratap pada diriku sendiri, tapi serangan Sensei tidak akan berakhir.

“Jadi, kenapa semua ini berhubungan dengan guru berdada besar?”

“Jangan salah paham! Wanita-wanita ini kebetulan saja semua guru, bukan karena aku memikirkanmu, Sensei!”

“Eh, benarkah? Lalu, “Ajaran mesum guru berpayudara besar Reiko” tidak ada hubungannya denganku? Namanya hampir mirip denganku, Reina, bukan?”

“Yah, ya, tapi! Saat aku membelinya, aku pikir itu hanya sedikit menyerupai Sensei ... tapi bukan itu intinya, oke !?”

Aku bingung, dan secara tidak sengaja mengungkapkan emosiku yang sebenarnya.

“!!”

Tapi semuanya sudah terlambat. Sensei terlihat sudah muak, dan mulai cemberut.

Lalu…

“Jadi selama ini kamu memikirkan aku !! Aku tidak bisa mempercayaimu !! ”

Sensei mengayunkan tangannya di sekitar tempat itu, dan aku mencoba menenangkannya, tapi dia tidak mau mendengarkan apa yang aku katakan. Dia jadi emosian.

“Itu jelas menarik perhatianmu, jadi apa kamu tidak bisa menganggap ini lebih serius !? Jangan salah paham !!”

“Tapi itu apa boleh buat, oke !? Aku tidak bisa mengubah apa yang aku sukai !!”

“Hah ... hah ... cukup ... Pokoknya, kamu perlu dihukum.”

“Di—Di hukum ...?”

Apa yang akan dia lakukan padaku ...? Saat aku mengkhawatirkan itu, Sensei berkata dengan tegas.

“Tentu saja! Karena ... itu akan membuatku jadi daya tarik seks buatmu. Itu akan memenuhi kepalamu, tahu? Dan yang akan kamu lakukan hanyalah melihat payudaraku.”

“Ti—Tidak, itu bukan ... yah, mungkin cuma sedikit ...”

“...”

Dan kemudian, dia tiba-tiba dengan malu-malu menyembunyikan dadanya.

“Sensei, bukannya kau terlalu mengkhawatirkan hal ini !?”

“Dia— Diam! Astaga, remaja dalam masa pubertas memang yang terburuk ...”

Aku menjatuhkan pundakku, melihat wajah Sensei yang berwarna merah cerah.

Sensei berdeham, dan melanjutkan

“Pokoknya, aku akan membuatnya agar kamu tidak melihatku sebagai target lagi. Sebenarnya, aku akan membuatnya seperti pacar yang seusiamu.”

“Seorang pacar yang sebaya denganku !?”

“Ya betul. Tolong tunggu sebentar.”

Usai mengatakan itu, Sensei turun ke bawah, mengambil kotak kardus dari ruang tamu, dan kemudian menuju ke kamar mandi.

sret sret.

“Ini dia. Apa ini cocok buatku?”

“Tidak, mungkin aku terlalu besar untuk itu ...? Tidak, ini akan pas.”

“Rasanya agak ketat di bagian dada. Apa boleh buat. Aku hanya perlu membuka kancing atas ...”

sret sret.

“Ara, ini mengejutkan ... Sekarang aku terlihat seperti di masa remajaku ...”

“...”

Aku bisa mendengarnya ...

Sensei terus bergemerisik di kamar mandi, dan dia akhirnya selesai mempersiapkan.

Dia membuka pintu, berkata, “... Maaf sudah menunggu”.

“Tunggu!?”

Aku tidak bisa mempercayai penglihatanku sendiri.

Itu adalah reaksi yang wajar—

Seragam.

Ya, Sensei, yang terlihat malu-malu, mengenakan seragam SMA.

Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkan seragam itu, tetapi blazer itu asli.

Dadanya menyembul keluar, dan aku bisa melihat lembah belahan dadanya.

“Eh, apa yang sedang kau pikirkan !?” Aku berpikir sendiri. Sensei menarik ujung roknya, dan berkata:

“Bagaimana penampilanku?”

“Eh ... ah ... itu cocok untukmu! Sangat imut!”

Itu adalah perasaan tulusku.

Jujur, dia terlihat sangat menarik.

“Benarakah? Terima kasih…”

Sialan! Dia imut sekali!

Apa yang sebenarnya terjadi !?

Ketika aku mencoba untuk menekan kegembiraan yang meluap-luap dalam diriku, Sensei mulai gelisah, dan berkata.

“Jadi, bagaimana ini? Aku pikir aku akan mencoba berpura-pura menjadi pacar seusiamu ...”

“...”

Siapa saja, tolong beritahu apa yang sedang terjadi di sini ...

Aku berusaha untuk tidak memedulikan Sensei imutku ini, tapi akhirnya malah kepikiran terus…

“!!!”

Tapi kemudian aku menyadari sesuatu.

Alasan mengapa Sensei berubah menjadi cewek SMA yang imut ialah karena dia tidak puas dengan situasi sebelumnya.

Dengan kata lain, dia ingin terlihat seperti cewek SMA karena ingin mencoba berpura-pura menjadi pasanganku.

Aku sampai pada kesimpulan bahwa Sensei ingin mencoba bermain Senpai x Kouhai denganku.

Jadi, aku menyarankan beberapa hal kepadanya.

“Permisi, Sensei. Aku tahu kau hanya berpakaian seperti cewek SMA, tapi apa kau bisa berbicara seperti layaknya cewek SMA juga? Ada gerakan akan menyenangkan juga. Bayangkan sebuah situasi di mana kau menembak cowok.”

“Permintaanmu terlalu banyak. Tapi aku akan melakukannya ...”

Sensei berdeham. Dia menatapku, dan berkata.

“... Um, Shirase-kun. Aku mencintaimu ... aku benar-benar mencintaimu ...”

“Guah !?”

Saat itu juga, hatiku seperti kena sambaran petir.

Ini sih sudah instant kill.

“Eh, tunggu, Shirase-kun !?”

Sensei bergegas menghampiriku, tapi damage hati yang kualami sangat fatal. Aku menjatuhkan diri ke lantai, terengah-engah.

Ah, itu luar biasa ...

Rasa penasaranku yang bodoh baru saja melahirkan raja iblis ...

Aku sedang memikirkan hal-hal berbahaya tadi ....

“Shirase-kun !? Kuatkan dirimu!! Apa ada yang salah!?”

Saat Sensei mengkhawatirkanku, aku mendapatkan kembali kemampuanku untuk bernapas, dan menyatakan.

“Se—Sensei, ada sesuatu yang perlu kita janjikan.”

“Apa? Janji apa?”

“Cosplay cewek SMA itu, tolong hanya pakai di depan yang pria yang kau cintai.”

“Eh?”

“Dan pengakuan cinta tadi, jangan pernah lakukan itu kepada orang lain ...”

“Apa maksudmu dengan itu? Cepat jelaskan alasanmu”

“Ah, hanya saja ...”

“Cepat jelaskan! Aku berhak tahu!”

Nada suaranya kasar. Aku tidak punya pilihan selain untuk mengatasi rasa maluku dan memberitahunya.

“…Karena.”

“Apa? Aku tidak bisa mendengarmu. Katakan lagi.”

“... Karena Sensei ...”

“Aku tidak bisa mendengarmu !? Katakan dengan jelas!”

Aku sudah tidak tahan lagi!

“Karena Sensei sangat imut sampai-sampai bisa membuatku pingsan!”

“Ha—Hah !? Apa yang kamu katakan? Aku? Imut? ... Jangan ngaco!”

Aku mengangkat suaraku untuk argumen balasan Sensei, yang berwarna merah padam dengan suara bingung.

“Tidak, aku serius! Sensei memang dari awal sudah cantik, jadi seragam SMA itu membuatmu lebih imut! Dan melihat Sensei melakukan pengakuan cinta dengan wajah malu-malu seperti itu membuatmu semakin imut! Sudah cukup untuk membuatku koma! Aku serius menganggapmu sebagai bidadari!”

“Ap-Ap-Ap-Ap-Ap-Ap-Apa... !?”

Uap yang dipancarkan dari kepala Sensei seperti emoji.

Aku mungkin sudah terlalu berlebihan memberi tanggapan seperti itu. Sensei mulai pergi “U ... U ...”

“Uwah !? Shirase-kun no bakaaaaaaaa !!”

“Eh, tunggu, Sensei !?”

Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, dan melarikan diri ke ruang bergaya Jepang.

Lalu.

“Hei, tunggu, Sensei !? Apa yang sedang kamu lakukan? Sensei !?”

“Waaaaaaaaaah !!”

Kedengarannya seperti wajahnya terkubur di bantal, dan menghentakkan kakinya ke kasur. Dia mungkin tidak akan keluar untuk sementara waktu.

Bahkan setelah kecelakaan itu, kami akhirnya selesai membersihkan seluruh ruangan pada sore hari.

Dan tentu saja, tidak ada lagi kotak kardus yang dibuka.

Kami berdua mandi bergantian, lalu makan siang.

Dan kemudian, Sensei menyarankan sesuatu.

“Kita hampir membersihkan semuanya, ini semua berkat menggunakan kain lap basah itu.”

“Ah, itu agak berantakan. Maaf tentang semua ini.”

Selain itu, karena itu adalah wadah deterjen yang sama dengan yang digunakan nenekku, kami menghabiskan semuanya.

Aku benar-benar tidak terbiasa bersih-bersih ...

“Tolong jangan khawatir tentang itu. Deterjen diperlukan untuk tempat-tempat yang sulit dibersihkan. Ayo kita beli persediaan yang baru. Juga, kemarin aku mendapat telepon dari ibuku, dia menanyakan apa dia bisa mampir kemari untuk memastikan bahwa pindahannya berjalan dengan baik. Kamu tidak keberatan ‘kan, Shirase-kun?”

“Ya, tidak apa-apa. Kita sudah sejauh ini, jadi kita tidak boleh melakukan sesuatu yang mencurigakan supaya tidak ketahuan.”

“Ya kamu benar. Lalu, bagaimana kalau kita pergi berbelanja di supermarket dekat stasiun?”

“Baiklah.”

Setelah selesai makan siang, kami bersiap untuk berjalan ke stasiun.

Tentu saja, Sensei tidak akan pergi ke luar dengan kaos Daru-nya. Dia mengganti pakaiannya, mirip dengan pakaian yang dia kenakan saat aku menabraknya saat di restoran keluarga. Pakaian yang bagus, keren, dan menyegarkan.

Aku tidak tahu banyak tentang fashion, tapi aku kira celana itu adalah termasuk fashion.

Dia juga mengenakan baju yang memperlihatkan bahunya, dan aku hanya bisa melihatnya sebagai model.

“Orang-orang yang lewat akan melihat seorang wanita seperti ini ..." itulah yang ada dalam pikiranku.

“Ayo, waktunya hampir habis, jadi ayo pergi.”

“Eh, Sensei !?”

Sensei menarik tanganku.

Kami mengambil troli, pergi ke supermarket yang menjual barang-barang lain, dan dengan ragu-ragu membeli barang.

“Pertama-tama, kita perlu lebih banyak deterjen. Jika kita bisa mendapatkan yang murah, itu bahkan lebih bagus. Serta, ada produk-produk tertentu yang aku rekomendasikan. Bagaimana menurutmu?”

“Kedengarannya bagus. Sensei adalah ahli dalam pekerjaan rumah, jadi aku akan menerima rekomendasimu kapan saja.”

Aku mengangguk, dan Sensei terlihat sangat gembira.

“Terima kasih. Aku ingin menggunakan produk yang aku kenal. Nah, ayo kita beli ini dan ini, lalu, ini dan ini, dan akhirnya, ini dan ini. Ah, dan setidaknya 3 masing-masing. Kedengarannya bagus?”

“Eh, ah ... tentu saja ...”

Hah?

Bukankah ada yang aneh dengan ini?

“Ayo, jangan buang waktu. Ayo terus lanjut.”

“Tunggu!?”

Aku mendorong troli, dan mengikuti Sensei yang buru-buru.

“Fiuh ~”

Dan setelah Sensei selesai membeli barang dengan kecepatan tinggi, aku duduk di bangku, dan melihat troli yang sudah terisi.

Isinya ada peralatan dapur dan sikat gigi; bahan yang pasti akan menipu orang tuanya.

Satu-satunya masalah adalah kita harus membawa semua ini kembali ke rumah.

“Lakukan yang terbaik, diriku ...”

Aku menurunkan pundakku, dan melihat cincin perak menyilaukan yang dikenakan Sensei di lehernya.

Itu adalah cincin pasangan yang kami beli.

Aku tidak pernah berpikir akan ada hari di mana aku benar-benar membeli cincin pasangan.

Dan untuk membuatnya tampak seperti Sensei dan aku sebenarnya adalah sepasang kekasih, inisial “K & R” diukir.

Jika kita ketahuan, maka semuanya akan berakhir. Hal semacam ini diperlukan untuk membuat semua rencananya berjalan lancar.

Aku tidak punya pilihan selain pasrah dan menerima usulannya.

Untuk beberapa alasan, aku merasakan kebahagiaan aneh, meski ini adalah cincin pasangan pertamaku.

Ketika kami mendapatkan ukiran, Sensei berkata kepada pengrajin itu: “In— Inisial, tolong ...”. Dia mengatakannya seolah-olah dia hampir pingsan. Aku pikir dia tidak harus memaksakan dirinya sendiri jika dia merasa malu.

Yah, kurasa itu bagian imut darinya.

Ngomong-ngomong, aku merasa jika mengenakan kalung di sekolah akan membuat teman sekelasku curiga terhadapku dan Sensei, karena Sensei dikenal sebagai guru galak bagi laki-laki.

Sensei terasa seperti seorang ibu, tapi jika aku mengatakan itu padanya, aku mungkin akan menyebabkan kesalahpahaman.

Tapi cincin pasangan, wow ...

Saat hatiku berseri-seri, Sensei mengangkat sebuah kaleng dan berkata:

“Kerja bagus. Kamu mau kakao?”

“Ah, terima kasih.”

Sensei memberiku kakao dingin, dan aku mengambilnya.

Sangat dingin dan lezat.

Seolah-olah glukosa ini menyegarkan tubuhku yang lelah.

“Aku pikir kita sudah membeli semua yang penting.”

“Anda benar. Haruskah kita kembali ke rumah?”

Malam mulai menjelang dan di luar mulai sedikit gelap.

“Tidak, masih ada sesuatu yang ingin aku lakukan sebelum kita pulang.”

“Sesuatu yang ingin anda lakukan?”

Aku memiringkan kepalaku dan Sensei menjawab dengan anggukan “Ya”.

“Aku sudah memikirkan ini sebentar, tapi apa kamu selalu memakai jenis pakaian yang sama?”

“Eh? Hmm….ya. Aku benar-benar tidak tertarik dengan fashion, jadi aku hanya memakai apa pun yang bisa aku pakai.”

“Itu tidak baik.”

“Eh? Aku kira itu kebiasaan buruk, ya ...?”

Sensei memarahiku, mengatakan bahwa itu jelas kebiasaan buruk.

“Ya, ini sangat buruk. Kamu takkan populer dengan gadis-gadis dengan kebiasaan itu. Kamu tidak mau mengahbiskan masa-masa SMA-mu dengan perasaan kesepian, bukan?”

“Ya—Yah, kurasa tidak ...”

“Kalau begitu, coba lebih memperhatikan penampilanmu. Rawat pakaianmu, tata alismu, luruskan rambutmu, dan ubah segala sesuatu tentang dirimu menjadi bersih, oke?”

“Ak—aku mengerti.”

Bersih ...

Aku tahu semua pria populer di sekolah sangat peduli dengan penampilan mereka, tapi aku tidak tahu persis bagaimana rasanya menjadi seperti mereka.

Kurasa aku pernah bertanya pada Aoi tentang itu, tapi yang dia katakan hanyalah: “Eh, kebersihan? Maksudmu yang itu! Hygiene!”, Dan membuat pengulangan tak terbatas yang tidak berarti.

Kalau aku pikir-pikir lagi, apa sebenarnya artinya bersih?…

Selain dengan Sensei, aku tidak punya kesempatan untuk berbicara tentang kebersihan.

Aku pikir aku harus bertanya padanya.

Lagipula aku belum pernah punya pacar ...

“Lalu, menurut Sensei apa yang harus aku lakukan?”

“Aku akan membantumu dengan itu. Untungnya, tempat di sini menjual pakaian trendi. Aku akan membantumu menemukan baju yang bagus.”

“Oke. Terima kasih banyak.”

“Ya, serahkan saja padaku.”

Dan kemudian, kami mulai berjalan lagi.

“Ayo masuk ke toko ini.”

“Tentu.”

Dan toko yang Sensei pilih adalah tempat yang sepertinya menjual banyak pakaian modis.

Ini adalah jenis toko yang takkan pernah aku masuki sendiri.

“Selamat datang ~”

Meski aku tahu bahwa ini adalah toko pakaian, karyawan itu tetap terlihat modis bagiku.

Aku tidak bisa terbiasa dengan perasaan ini, jadi aku merasa gugup ...

“Oh ya, Shirase-kun akan terlihat bagus dalam pakaian ini, bukan begitu?”

“Anda pikir begitu?”

Sensei mengambil kemeja putih, dan membandingkannya dengan tubuhku.

Itu adalah baju berlengan, tapi aku tidak terlalu yakin tentang itu, jadi kami pindah ke yang lain.

“Ini hanya pendapat pribadiku, tapi aku pikir sederhana lebih baik ketimbang yang terlalu rumit.”

“Begitu ya.”

“Itu sebabnya aku pikir celana ini akan cocok dengan T-shirt ini. Dan, kemeja bisnis ini bersama dengan Haori—“

“...”

Ketika aku melihat Sensei memilih pakaian untukku seolah-olah kami adalah teman dekat, aku merasa sangat bersyukur dari lubuk hatiku.

     Mungkin situasi ini bisa disebut kencan.

Aku sudah pernah mengatakan ini sebelumnya, tapi aku belum pernah punya pacar.

Oleh karena itu, aku belum pernah merasakan apa itu kencan.

Tentu saja, aku pernah pergi berbelanja dengan Aoi sebelumnya, tapi kali ini rasanya berbeda.

Terkadang, aku dan Aoi pergi keluar untuk makan, dan mampir di game center.

Ini sangat berbeda.

Meski dia guru wali kelasku, kami sedang dalam menjalin hubungan di mana dia dapat dengan nyaman memilih pakaian untukku dan mengenakan cincin pasangan.

Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, ini tampak seperti kencan. Aku jadi merasa gugup, dan jantungku berdebar kencang.

Tak diragukan lagi mengenai hal itu.

“Kencan dengan Sensei ...”, pikirku.

“Kenapa kamu nyengir-nyengir terus? Kendalikan dirimu.”

“Ah, um ... Aku hanya berpikir, ini seperti kencan ...”

“Apa!? Apa yang kamu katakan!? Kencan? ... Jangan bodoh, fokuslah pada pakaian.”

“Y— Ya, maaf ...”

Ada suasana canggung di sekitar kami setelah itu, dan pipi Sensei terlihat berwarna memerah. Kami saling mengalihkan pandangan, dan agak sulit untuk berbicara ...

Lebih baik aku mengganti topik pembicaraan, dan juga bergegas memilih pakaian ini.

“Selamat datang! Es krim dengan diskon 50% hari ini!”

““Eh?””

Suara yang kukenal tiba-tiba terdengar dari suatu tempat, dan itu datang dari arah depanku.

“Geh !?”

Itu berasal dari orang yang bekerja sambilan.

Gadis itu tersenyum lebar dan mengenakan seragam toko es krim.

Dan, kami hanya berjarak 5 meter dari dirinya.

“Ke—Kenapa Gunjou-san bisa ada di sini !?”

Sepertinya Sensei menyadari keberadaan Aoi juga.

Dia berbalik cepat, dengan wajah pucat.

“Ngomong-ngomong, kurasa aku ingat dia pernah mengatakan kalau dia bekerja di toko es krim pada hari Minggu ...”

“Eh, benarkah?”

“Ya, tapi aku tidak pernah menyangka dia ada di sini ...”

Lalu…

“Berapa diskon es krimnya? 50%! ... Hm?”

“Ah, sial !?”

“!?”

Sesaat, rasanya seperti Aoi melihat kami, dan kami mulai panik.

Sensei meraih lenganku, berkata, “Lewat sini!”, Dan mulai menyeretku.

“Sensei !?”

“Ayo pergi! Kita nanti bisa ketahuan!”

- Sak Sak Sak

“Hah? Aku merasa melihat Koutaro ... Koutaro? Apa kamu disini?”

Ketika Aoi mulai memanggilku, dia mulai mendekat.

Tapi sepertinya dia tidak bisa melacak kemana kita pergi.

Yang bisa aku pikirkan adalah kenapa malah jadi seperti ini.

(Hya !? Shi—Shirase-kun, kamu pikir dimana kamu menyentuhku !?)

(Ah, maafkan aku! Tapi mendapatkan posisi yang nyaman itu sulit ...)

Kami bersembunyi di ruang ganti yang diperuntukkan bagi satu orang, yang mana artinya kami saling berdempetan satu sama lain.

Meski Sensei menggunakan sampo yang sama denganku, hal itu tetap saja membuatku malu dengan aroma wanginya.

Namun, hal yang paling bermasalah adalah seluruh situasi ini.

Sedikit langkah salah, bisa menyebabkan Sensei banyak masalah. Ditambah lagi, Aoi mungkin akan menemukan kita.

Jadi, untuk bergerak sesedikit mungkin, aku mencoba mempertahankan posisi ini.

(Se—Sensei, aku akan bergerak sedikit ...)

(Jangan ngaco. Ruangan ini sangat sempit jadi ... Hya !?)

- Remas

(Mogoh !?)

Aku mengerti apa yang terjadi, dan Sensei mulai panic.

(Aku mohon, tolong jangan bergerak lagi ...)

(Meski anda mengatakan itu, saya harus bergerak ...)

Sensei memegangi kepalaku di tempat, dan kami harus memastikan bahwa kami berdua tidak akan bergerak sedikitpun.

“Hm, kurasa itu cuma imajinasiku ... Aku pikir aku melihat Koutaro ...”

“Selamat datang, apa yang anda cari ~?”

“Ah, permisi. Aku pikir aku melihat seorang cowok yang terlihat populer di sekitar sini, usianya sebaya denganku. Apa anda melihatnya?”

Oi, siapa yang kau panggil cowok terlihat populer?

“Cowok yang terlihat populer? Hm, biar aku ingat apa aku melihatnya? Ada 2 orang yang terlihat seperti pasangan barusan ...”

“Ah, bararti itu cuma imajinasiku. Maaf.”

“Tidak masalah ~”

“Aneh sekali ...” kata karyawan itu. Kami mendengar langkah kakinya semakin jauh, dan akhirnya kami bisa lega.

““... Hah””

Pokoknya, kami senang kalau ini sudah berakhir.

“Um, anda bisa melepaskan kepala saya sekarang ...”

“Y— Ya, kamu benar. Maaf.”

Kami berdua merasa canggung, dan menjaga jarak.

Setelah itu, kami merasa cemas apa Aoi masih ada di sekitar kami, jadi kami bergegas dan membeli barang-barang kami, pulang ke rumah, dan membawa barang-barang lainnya ke ruang tamu.

Dan kemudian, Sensei memberitahuku bahwa dia akan keluar lagi untuk membeli bahan untuk makan malam. Aku menyarankan sesuatu padanya.

Aku menyarankan untuk membuat pesta penyambutan Sensei.

Dia telah melakukan banyak hal untukku, dan kami telah melalui banyak hal, jadi aku pikir akan lebih bagus bila kita bisa rukun.

Tentu saja, kami ingin hubungan ini tetap di antara batas bagaimana seharusnya hubungan siswa dan guru. Dia menjawab saranku dengan: “Jika Shirase-kun tidak keberatan...”, dan menerimanya.

Setelah itu, aku juga pergi membantunya membeli bahan makan malam.

—Drsss.

““...””

Hujan pun turun di luar.

Meski sebelumnya terlihat cerah, aku tidak percaya hujan akan turun setelah membeli barang-barang dari supermarket.

“Kuh, aku salah perhitungan. Aku tidak percaya bahwa hujan akan turun...”

“Ya ... Sekarang bagaimana? Hujan ini merepotkan, bukan?”

“Ya. Padahal tadi masih cerah. Mungkin jika kita menunggu sebentar, itu akan berhenti—”

Pada saat aku masih berbicara, Sensei menatapku dan berteriak.

“Gawat! Jemuran baju masih ada di luar!”

“Geh !? Masa!!”

“Kita harus cepat dan kembali ke rumah! Ayo lari!”

“Uohh !?”

Setelah Sensei mengatakan itu, kami mencoba bergegas kembali ke rumah.

Gah, tanahnya basah.

“Aduh…”

“!”

Aku bertanya-tanya apakah kaki Sensei terkilir, karena dia mendadak berhenti berlari.

“Apa anda baik-baik saja?”

“Ya aku baik-baik saja. Aku hanya berlari terlalu berlebihan, jadi jangan khawatirkan aku. Kamu pulanglah dulu tanpa aku.”

“Tidak, aku tidak bisa melakukan itu. Um ... Ah, ayo kita ke sana dulu sekarang. Tolong pegang bahuku.”

“Oh terima kasih.”

Sensei mengangguk, lalu meraih ke pundakku, dan aku membawanya di bawah atap sebuah toko.

Sekarang Sensei tidak lagi basah. Aku meletakkan semua yang aku bawa ke samping.

“Tolong tunggu sebentar. Aku akan membeli payung.”

“Tapi jemurannya jadi basah ...”

“Kita bisa mencucinya lagi nanti. Saat ini, aku lebih mengkhawatirkan kaki Sensei.”

Aku tersenyum pada Sensei, dan pipinya menggembung seolah-olah dia merasa malu, dan berkata:

“…Begitu ya. Terima kasih.”

“Tidak, jangan khawatir tentang itu. Baiklah, aku akan pergi sekarang.”

 

*****

 

“Baiklah, kita sudah tiba”

“Terima kasih, kamu benar-benar menyelamatkanku tadi.”

“Itu bukan masalah besar.”

Setelah aku membeli payung dari toko terdekat, kami entah bagaimana bisa sampai di rumah, meletakkan tas belanjaan, dan mendesah lega.

“Ngomong-ngomong, apa kaki anda baik-baik saja?”

“Ya terima kasih. Aku pikir jika aku mendinginkannya pakai es, itu akan sembuh besok.”

“Syukurlah. Kalau begitu, aku akan mengambil jemuran, jadi Sensei, tolong istirahatlah dulu.”

“Terima kasih, Shirase-kun. Kamu benar-benar baik.”

“Ahaha, tidak juga, tapi terima kasih.”

Setelah tertawa malu-malu, aku mengambil tas belanjaan, lalu membawanya ke ruang tamu, dan mengambil jemuran dari kebun dengan cepat.

Jemurannya memang dalam kondisi buruk, tapi kurasa tidak apa-apa karena Sensei pada akhirnya baik-baik saja.

“Selesai.”

Aku mengeringkan semua cucian dan membawanya ke ruang tamu. Aku mengunci pintu geser, dan menutup gorden.

“Kerja bagus. Aku memanaskan kembali air mandi, jadi untuk memastikan supaya tidak masuk angin, jadi mandilah dulu.”

“Te—Terima kasih.”

Aku sangat berterima kasih, tapi aku pikir itu agak memalukan.

Karena Sensei juga basah kuyup.

“Tapi, dengan alasan itu, Sensei juga harus masuk ke kamar mandi. Biar aku yang menyiapkan makan malam.”

“Boleh nih? Aku tidak keberatan, tapi aku merasa tidak enakan karena membiarkan Shirase-kun memanjakanku seperti itu ...”

“Jangan khawatir tentang itu.”

“Oke. Maaf, tapi aku akan masuk kamar mandi duluan.”

Ketika dia mengatakan itu, dia mulai melepas mantelnya.

“!?”

Hujan membuat tanda lebih besar dari yang aku kira.

Aku bisa melihat kulitnya melalui kamisol.

Tidak bagus, tidak bagus.

Ini tidak baik untuk dilihat oleh remaja di masa pubertas seperti diriku.

Itu tidak baik untuk hatiku.

Bertahanlah, aku ...

Ketika hatiku sedang menderita, aku mendapatkan kembali kemampuan bernapas, dan aku melihat-lihat isi kantong itu.

“Ya ampun, aku tidak berpikir aku akan basah kuyup sampai ke celana dalamku. Astaga…”

“...”

Sedikit saja tidak apa-apa, kan ...?

Godaan manis mendapatkan yang terbaik dari diriku, dan supaya Sensei tidak memperhatikanku, aku bergerak sesedikit mungkin, dan melirik ke dalam.

Tapi…

“...”

“...”

Dan entah bagaimana, pandangan mata kami bertemu.

Sensei, yang terdiam dan tanpa ekspresi, melihat ke arahku selama beberapa detik.

Aku mengalami kesulitan menahan diri, dan mengalihkan pandanganku.

“Permisi…”

“Iya.”

 

*****

 

Kemudian, aku memasuki kamar mandi, dan membersihkan keringatku.

Banyak hal terjadi hari ini, dan aku kelaparan.

“Maaf sudah menunggu. Nah, ayo kita makan.”

“Iya. Sekarang, kita akan merayakan Sensei yang tinggal bersamaku mulai hari ini ... sebenarnya, aku bahkan tidak tahu apakah ini pantas. Ngomong-ngomong, ini semacam perayaan.”

“Ya terima kasih.”

Kami mendentingkan gelas kami, dan memulai pesta penyambutan Sensei.

Menu hari ini adalah sushi dengan hors d'oeuvre, dan kue setelah makan.

Tentu saja, ada juga sayuran acar Sensei yang disiapkan.

Dan agar dia bisa menikmati dirinya sendiri sepenuhnya, ada juga sake yang dia sukai.

“Oh, lauk ini cukup enak juga.”

“Ara, benar. Aku bisa membuatnya dengan cukup baik baru-baru ini. Semua makanan yang direbus ini juga cukup lezat.”

“Memang. Ini sangat lezat.”

Hors d'oeuvre bukan baru dibuat, tetapi masih enak karena dipanaskan kembali. Kami berdua sepakat bahwa semua makanan enak.

Saat sedang menikmati makanan, Sensei teringat sesuatu dan tiba-tiba berkata.

“Oh iya. Kenapa kita tidak membuat beberapa aturan sekarang karena kita hidup bersama?”

“Aturan?”

Itulah yang dia katakan, dan kemudian aku pikir dia akan menyarankan bagaimana kita tidak boleh memasuki kamar tanpa izin, tapi,

“Ya itu betul. Misalnya, "Kita harus selalu makan bersama", dan sejenisnya.”

“Ah, kedengarannya bagus. Mirip seperti pengantin baru.”

“!?”

Aku tidak tahu apa yang sudah aku katakan.

“Uhuk! Uhuk ... Apa yang barusan kamu katakan !?”

Sensei sangat khawatir sampai-sampai dia tersedak makanannya.

“Maaf. Aku hanya mengatakan apa yang terlintas di pikiranku ... Apa kau baik-baik saja?”

“Iya. Aku baik-baik saja. Astaga, jangan katakan hal seperti itu.”

Kata Sensei, yang menyeka mulutnya dengan wajah merah.

Kurasa hal itu benar-benar memalukan baginya ...

Tapi kami sudah melakukan banyak hal memalukan ...

Aku ini ngomong apa sih ...

“Po—Pokoknya, ayo kita kembali ke topik yang kita bicarakan tadi. Yang jelas, kita tidak boleh memasuki kamar tanpa izin, dan kamu harus mengetuk pintu dulu sebelum memasuki kamar ganti dan kamar mandi, mengerti?”

“Oke. Ya, itu cukup jelas.”

Aku mengangguk, tapi kemudian ...

“...”

Jii.

“Apa ada yang salah?”

Sensei memelototiku, membuatku khawatir.

Aku tahu bahwa apa yang dia katakan jelas, tapi kurasa dia tidak percaya kepadaku.

“Tidak, hanya saja kamu tidak mengetuk kemarin dan kamu masuk ke dalam kamarku seenaknya, jadi aku hanya berpikir.”

“Geh !?”

Dia benar, itu memang terjadi.

“Tapi itu sebelum kita mulai hidup bersama secara resmi. Saat itu kita sedang membersihkan rumah ...”

“Omong kosong. Sejak aku tiba di rumah ini, aku sudah menganggapnya tinggal bersamamu. Kamu secara resmi bersalah.”

“Bersalah !?”

“Iya. Sebagai hukuman, Kamu akan mencuci piring denganku setelah ini.”

“Eek !?”

Itu sangat kejam ... tunggu, kalau cuma mencuci piring, kurasa tidak masalah.

“Jadi, kamu harus mengetuk dulu, oke? Dan kemudian kita juga akan menggunakan sapaan, oke?”

“Ya. Hal-hal seperti “Selamat pagi” atau “Selamat malam”, “Itadakimasu” atau “Terima kasih atas makanannya”, serta “Aku pergi” dan “Aku pulang”. Kita harus memastikan untuk mengatakan itu.”

“Betul. Seperti yang kamu katakan. Tetapi kita juga harus memikirkan lingkungan sekeliling kita. Aku pikir mungkin kita harus meninggalkan rumah pada saat bersamaan, tapi jika seseorang melihat kita, itu akan menjadi berita buruk.”

“Kau benar…”

Aku tidak ingin peristiwa yang terjadi pada siang hari terulang kembali.

“Aku tidak pernah menyangka kita akan bertemu dengan Aoi ...”

“Ya. Kita harus berhati-hati saat di swalayan dan sekolah, dan kita tidak bisa gegabah. Lagipula, dia bekerja beberapa pekerjaan sambilan.”

“Betul. Dia benar-benar mengambil banyak pekerjaan sambilan. Itu berarti dia akan muncul di banyak tempat ...”

Suatu kali saat aku berziarah ke kuburan ibuku (100 kilo jauhnya dari rumahku), aku mendengar “Hei, itu Koutaro! Yahho!” Dari toko terdekat.

“Begitu ya. Kamu cukup dekat dengan Gunjou-san, eh?”

“Ya. Aku sudah berteman dengannya sejak kecil. Tapi sekarang sepertinya aku memperlakukannya sebagai musuh,”

Ahaha, aku tertawa pahit pada diriku sendiri. Sensei mengangguk, dan menatapku dengan lembut.

“Begitu ya. Kita harus berhati-hati dengan lingkungan sekitar. Kita tidak tahu siapa yang bisa melihat.”

“Ya. Untuk berjaga-jaga, aku sudah memberi tahu beberapa orang kalau anda adalah seorang pembantu rumah tangga. Kita tidak ingin siapa pun mengetahui bahwa sebenarnya kita adalah siswa dan guru, jadi kita harus melakukan tindakan pencegahan. Aku pikir kita tidak harus keluar rumah pada saat bersamaan.”

Saat aku menyarankan itu, Sensei menanggapi dengan “Kedengarannya bagus” dan terus berbicara.

“Kalau begitu, aku akan memanggilmu “Koutarou-kun”. Seorang pembantu rumah tangga memanggilmu Shirase-kun akan terdengar aneh.”

“Anda benar. Kemudian…”

Aku bermasalah.

Jika aku memanggilnya “Sakura-san” secara normal, dan seseorang seperti Aoi mendengarku, kami pasti akan ketahuan.

Aku harus memikirkan nama langka untuk Sensei.

Nama yang takkan membuat kami ketahuan.

Mungkin nama panggilan? Atau mungkin nama palsu juga bagus.

Tapi jika aku memanggilnya dengan nama palsu, dan orang tuanya mendengarnya, itu akan menjadi kabar buruk.

Pada saat-saat seperti ini, aku harus memanggilnya dengan nama aslinya, tapi sepanjang hari, aku harus memanggilnya dengan sesuatu yang lain.

Aku pikir nama panggilan adalah yang terbaik.

Misalnya, jika aku memanggilnya “Ibu Rumah Tangga”, itu akan berisiko diketahui orang tuanya. Jadi aku perlu nama panggilan.

“Rei-chan” mungkin akan membuatnya lengah.

Jadi, lebih bagus kalau memanggilnya

“Reina-san, bagaimana itu?”

Pada akhirnya, hanya itu yang bisa aku pikirkan.

Sederhana adalah yang terbaik.

Nama panggilan memang memiliki kemungkinan bakal ketahuan oleh Aoi , tapi menggunakan nama keluarga Sensei membuat dampak besar, dan itu akan mudah untuk menipu orang.

“Yah, kurasa itu tidak apa-apa.”

Sepertinya Sensei ... Maksudku, Reina-san, merasakan hal yang sama,

Aku menanggapinya sambil mengangguk dan berkata:

“Dimengerti. Kemudian, Sensei akan dipanggil "Reina-san" mulai sekarang.”

“Ya, aku mengerti.”

Reina-san mengangguk ke arahku, dan kemudian aku mencoba mengujinya.

Bagaimanapun juga, latihan itu perlu.

“Lalu ... Reina-san?”

“Ada apa? Koutarou-kun?”

“...”

“...”

Apa-apaan ini?

Ini terasa sangat memalukan.

Aku merasa sangat malu sampai-sampai bisa mati, dan Sensei memasang ekspresi dingin.

Wajahnya terlihat sangat merah, tapi kupikir itu karena efek minum sake.

Aku harus berpikir mendalam tentang namanya supaya tidak mengacaukannya nanti dan mengatasi rasa malu.

“Reina-san ... Reina-san ... Reina-san ...”

“Hmm? Membiasakan diri dengan itu?”

“Ya, begitulah...”

Dan kemudian aku mengatakannya sambil berbisik.

“- Reina-san.”

“!?”

- * Pui *.

Hah?

Untuk suatu alasan ... Sensei mengalihkan pandangannya dariku.

Kurasa karena aku beberapa kali aku memanggil namanya membuat dia merasa terganggu.

“Um, Reina-san?”

“... Fiuh, aku merasa agak panas. Mungkin itu karena sudah begitu lama sejak aku meminum sake yang begitu lezat?”

Reina-san mengipasi dirinya dengan tangan.

Aku kira dia tidak terganggu.

“Apa kau baik-baik saja? Mau aku bawakan air?”

“Aku baik-baik saja, terima kasih.”

Saat dia mengatakan itu, dia mengambil gelas yang diisi sake dan meneguknya.

Dia minum lebih cepat dari biasanya. Pasti karena itu sangat enak.

“Begitu ya. Jika kau membutuhkan sesuatu, tolong beri tahu aku. Aku akan membawanya kepadamu kapan saja.”

“Oke. Tapi aku baik-baik saja. Lagipula, aku sangat toleran terhadap sake ...”

Hm?

“Hah? Reina-san?”

“Apa~ Koutaro-kun ~ ...”

“...”

Ah, dia mabuk.

Aku melihat ke gelas yang berisi sake.

Hanya 30% yang tersisa, yang berarti dia sudah minum banyak.

“Eheheh, acar sayurnya enak sekali ~…”

Reina-san benar-benar mabuk.

Dan juga, kepribadiannya benar-benar berubah.

Reina-san sedang mengunyah acar sayuran itu sambil tersenyum lebar.

“Eheh, Koutaro-kun, kamu juga ikut nyobain ~…”

“Ah, terima kasih ...”

Tunggu, apa yang sedang terjadi !?

Bukannya ini ciuman tidak langsung !?

“..?”

Sensei dengan manis memiringkan kepalanya ke samping. Aku menjawab dengan “Ah, tentu!”, Dan bersiap untuk makan.

Ini adalah pertama kalinya aku merasa seperti ini sambil membuka mulut.

“... Nom nom”

Rasanya enak dalam banyak artian ...

“Apa itu enak ...?”

“Ah iya, ini enak.”

Gadis yang imut.

Dia mengingatkanku pada salah satu karakter maskot yang itu,

Sensei terus senyam-senyum, dan aku tidak bisa melupakan betapa lucunya dia.

“Aku benci washabi ...”

Dia sebelumnya makan sushi dengan normal, tapi sekarang dia menolak untuk makan wasabi.

Oh ya, dia juga tidak suka kopi hitam.

Aku tidak ingin terlalu ikut campur urusan pribadinya. Aku tidak tahu berapa banyak dari dirinya yang akan dia ungkapkan kepadaku.

“Di sini, makan beberapa wasabi ...”

“Eh? ...”

Apa yang terjadi?

Kau tidak seharusnya makan wasabi dengan cara seperti itu.

“!?”

Wasabi benar-benar efektif di hidungku, dan mataku mulai berair.

“Eheheh, terima kasih ~…”

Wajah Reina-san langsung sumringah, dan dia mengucapkan terima kasih dengan wajah imutnya.

“Sa—Sama-sama. Kau bisa meninggalkan wasabi kepada aku.”

Jadi, aku bertindak tangguh untuknya.

Dan tepat seperti itu, pesta penyambutan Sensei berakhir, dan Reina-san tertidur dalam sekejap mata.

Kemabukannya pasti membuatnya mengantuk.

Setiap kali dia hampir roboh, aku akan berkata, “Jangan tertidur, tolong !?” berulang kali.

Masalahnya ialah…

“Fuu..Fuuu...”

“...”

Dia dan aku tidur di ranjang yang sama.

Dan payudaranya menempel ke kepalaku.

Jarak di antara sangat dekat, tapi bukan dalam artian yang baik.

Aku mencoba membawanya ke tempat tidur, tapi dia malah mulai memelukku.

Tentu saja, aku sudah berusaha untuk melarikan diri, tapi dia akan mengatakan “Piyopu ~ ...”, jelas-jelas mencampurkanku dengan bantal Piyopu ~, dan aku tidak bisa pergi.

Apa yang harus aku lakukan? ...

Rasanya lembut, hangat, baunya wangi, dan suara napasnya sangat erotis ...

“... Hah”

Aku akan terbunuh oleh Reina-san besok ... Karena aku khawatir tentang hal itu, aku sama sekali tidak bisa tidur nyenyak.

Keesokan paginya, Reina-san mengingat semuanya, dan dia menjerit, “U ...U ... Uwaaaah !?”. Dia meraih piyopu-nya - dan menggebrak-gebrakkan kakinya.

Aku diam-diam meninggalkan dia, dan berusaha berpura-pura melupakan kejadian tadi malam.





close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama