Boku no Sensei wa, Houkago Kawaii Konyakusha Chapter 04 Bahasa Indonesia

Chapter 4 – Sensei adalah Istriku.

 

“Kalau begitu, aku akan pergi dulu.”

“Ya, aku akan keluar sebentar lagi.”

Keesokan harinya di pagi hari.

Aku bertukar salam pada Reina-san di pintu masuk.

Sebenarnya, akan lebih efisien jika kami berdua pergi bersama-sama, karena kami memiliki tujuan yang sama, tapi sekarang Reina-san dalam mode guru, mengenakan setelan ketat, dengan rambut lurus dikepang dan mengenakan kacamata, dan berhati-hati agar tidak terlihat.

Jadi, Reina-san membuka pintu dan melihat sekeliling.

Ternyata, tidak ada masalah.

“Baiklah kalau begitu, sampai jumpa di sekolah nanti.”

“Ya, hati-hati di jalan.”

Aku mengangguk dan Reina-san berjalan keluar.

“Yah, kurasa aku akan pergi sekitar 10 menit lagi.”

Jadi aku sendirian dan menuju ke ruang tamu untuk meminum kopi lagi.

“Aku pergi dulu.”

Setelah santai-santai sekitar sepuluh menit, aku menutup pintu depan dan menuju ke sekolah.

Karena aku berangkat lebih awal, aku tidak melihat banyak siswa dalam perjalanan ke sekolah, jadi aku merasa lega bahwa ini tidak akan menimbulkan masalah nanti. 

─Celingak-celinguk.

“......”

Entah bagaimana, itu ada di sana ...

Di depanku ada seorang wanita dalam setelan jas bersembunyi di belakang tiang lampu seperti ninja.

Apa yang sedang dia lakukan ...?

“......”

─Celingak-celinguk.

Sambil waspada, dia dengan cermat mengamati area sekelilingnya dan ketika dia merasa aman, dia langsung berlari ke tiang lampu berikutnya.

Ya, tidak peduli bagaimana kau melihatnya, dia tampak seperti orang yang benar-benar mencurigakan.

Untungnya area sekitar sini masih sepi, tapi aku benar-benar ingin tahu apa yang sedang dia lakukan ...

Mungkin dia terlalu fokus untuk berhati-hati sehingga tidak menyadari tingkah lakunya yang tidak wajar.

Bagaimanapun juga, dia harus menghentikannya secepat mungkin.

“Sensei.”

“Hyauh?!”

Karena kaget, Reina-san dengan gugup melihat ke belakang.

“Eh, Koutaro-kun ...?”

Tentu saja, Reina-san tampak terkejut ketika dia melihat kalau orang yang memanggilnya adalah aku, tapi tidak perlu dikatakan bahwa ini adalah rute ke sekolah.

Jadi aku memberitahunya dengan cara yang mudah dimengerti.

“Lewat sini, Sakurakouji-sensei. Setelah meninggalkan rumah, Anda tidak perlu berjalan dengan tegang begitu, tahu?”

“Eh? Ah ...”

Kemudian dia akhirnya menyadari apa yang ingin aku katakan.

Setelah dengan tenang membersihkan tenggorokannya, Reina-san menyilangkan lengannya dan berkata dengan wajah seriusnya yang biasa.

“Aku tahu hal itu, Shirase-kun.”

Tidak, itu sudah terlambat untuk mengatakan itu.

“Tapi aku menghargai saranmu. Kalau begitu, pastikan kamu tidak terlambat. ”

“Ya aku tahu. Harap hati-hati di jalan, Sensei. ”

“Ya, terima kasih.”

Usai mengangguk, Reina-san mulai berjalan biasa dengan sepatu hak tingginya yang berbunyi keras.

Sosok dirinya dari belakang terlihat sangat menakjubkan, tetapi bagiku, yang melihat tahu tingkah lakunya tadi, dia hanya tampak seperti berusaha menutupi rasa malunya.

 

*****

 

“Menggunakan kata kerja bantu di sini—”

Dan kemudian selama jam pelajaran.

Ketika aku melihat Reina-san, yang mengajar dengan tatapan dingin seperti biasa, aku memikirkan betapa sulitnya kejadian-kejadian yang terjadi kemarin.

Namun, hal yang paling membuatku terkesan adalah kepribadiannya berubah 180 derajat ketika dia mabuk dan mulai banyak tertawa.

Reina-san memberitahuku dengan susah payah untuk melupakannya, tapi mana mungkin aku bisa melupakannya ...

Sejujurnya, dia terlihat sangat imut dan aku rasa tidak perlu menyembunyikannya.

Dan kemudian.

“Takahashi-kun, apa yang kamu makan selama pelajaran?”

“Hm?! Ap-Apa yang anda bicarakan, Sensei? ”

Takahashi dari klub memasak menerima peringatan dari Sensei.

Ia mungkin merasa lapar sebelum makan siang.

Aku bisa memahami perasaannya, tapi Ia seharusnya tidak memakan makanan selama pelajaran Reina-san.

Dengan langkah kakinya yang menderu, Reina-san mendekati Takahashi dengan ekspresi tegas.

Kemudian dia menatap Takahashi, yang gemetaran seperti chihuahua, dan berkata dengan suara dingin.

“Apa kamu tidak punya minat untuk mendengarkan pelajaranku—?”

Dan kemudian.

─ Kehilangan keseimbangan.

“......!”

Reina-san hampir tersandung.

Tapi..

“—Awas!”

Bam!

“Eek ?!”

Reina-san secara paksa melakukan gerakan elegan.

Gerakannya seperti seorang seniman bela diri Cina.

Sepertinya dia akan memukul wajah Takahashi.

Tentu saja, dia tidak melakukannya dengan sengaja, tapi dari sudut pandang orang luar kelihatannya seperti itu.

Dia mungkin telah membuat kesalahan seperti biasa dan entah bagaimana berhasil menutupi mereka sampai sekarang.

Lagipula, dia terlihat seperti ninja pagi ini.

Dia ragu bahwa itu harus begitu sempurna, tapi kurasa itu tidak bisa dipungkiri, mengingat bahwa citranya sebagai guru cantik yang tegas dan penuh disiplin.

Tapi seperti yang aku katakan sebelumnya, aku pikir dia akan lebih populer jika dia bertindak sedikit lebih alami.

Aku pikir itu akan memberi kesan "gap moe".

Tidak seperti sebelumnya, ada kalanya Reina-san tampak sangat imut bagiku.

Pada dasarnya, dia adalah seorang guru yang sangat peduli dengan murid-muridnya dan tidak mau di cap buruk di hadapan muridnya...

“Tulis 50 halaman essai permintaan maaf untuk besok pagi. (Tampak mengancam).”

“Eek ~?!”

Tapi, Kurasa itu mustahil ...

 

*****

 

“Lalu? Bagaimana kamu menjalani hidup bersama itu?”

Guru UKS, Hashibami-sensei, yang dikenal sebagai Moppy, bertanya padaku sambil mengunyah salah satu roti yakisoba yang terbatas (yang tampaknya diperolehnya sebelum dijual dengan menggunakan hak istimewanya sebagai guru).

Setelah pelajaran selesai, Reina-san menyuruhku untuk pergi UKS seperti terakhir kali, jadi itu sebabnya aku berkunjung ke sini lagi.

“Yah, entah bagaimana aku bisa melakukannya. Dan, aku baru tahu kalau Reina-san memiliki sisi kekanak-kanakan yang mengejutkan dan sejujurnya dia itu sangat menggemaskan.”

“Hmm, tentu saja ada sisi canggungnya. Aku juga berpikir itu menggemaskan. Terutama ketika dia minum sake, IQ-nya tiba-tiba jadi turun. ”

“Ya, memang.”

Sambil mengingat-ingat sikapnya kemarin, Hashibami-sensei mengeluarkan roti yakisoba kedua dan berbicara.

Tunggu, kenapa kau punya dua roti yakisoba saat itu menjadi produk terbatas?

“Ngomong-ngomong, sejak kapan kamu mulai memanggil Reina dengan namanya? Dan kalau aku ingat-ingat lagi, dia bahkan memakai cincin, Aneh sekali. Apa yang itu? Jangan bilang padaku kalau hubungan kalian sudah berkembang sangat jauh sampai kalian sudah terhubung? Dasar pria tidak setia, padahal kamu sudah memiliki aku. Moppy kecewa.”

Haah ... Moppy mengangkat bahu.

Aku harap orang ini kesambar petir...

Dan apa yang kau maksud dengan terhubung ...?

“Oh, omong-omong, 'Moppy' adalah nama panggilanku, jika kamu tidak tahu. Ketika aku makan bersama beberapa murid, mereka mulai memanggilku begitu tanpa aku sadari . ”

Yum, yum, Moppy menggigit roti yakisoba.

“Tidak, Saya sudah tahu dengan nama panggilan itu, tapi apa yang anda katakan tiba-tiba ... Anda juga seorang guru, jadi tolong sedikit lebih sopan ...”

“Hahaha, maaf. Tetapi kamu sepertinya lupa kalau aku adalah guru kesehatan. Ya, aku baru saja mengatakan istilah medis.”

"Tidak, aku tidak tahu dari mana kata itu berasal, tetapi kata “terhubung” pasti bukan istilah medis.”

Ketika aku membalas begitu, Hashibami-sensei, atau Moppy, menatapku dengan ekspresi nihilistik dan berdecak “Fu”.

Aku tidak yakin apa maksud dari "Fu" itu, tapi kupikir itu terlalu melelahkan untuk bertanya, jadi aku tidak melakukannya.

“Bagaimanapun juga, tidak ada yang terjadi antara Reina-san dan aku. Kami hanya mengubah cara panggil sehingga kami takkan ketahuan dan cincin itu juga untuk alasan yang sama.”

“Wow, jadi begitu ya. Ini adalah alasan yang sangat normal. Moppy sangat kecewa.”

Tampaknya apa pun jawabanku, kau akan selalu kecewa.

“Tapi aku punya harapan tinggi padamu. Dia gadis yang baik, tapi dia terlalu serius. Jadi aku berpikir bahwa jika dia berhubungan intim dengan seorang pria, dia mungkin menjadi lebih santai ...”

“Tidak, apa anda berusaha mencomblangkan siswa ...?”

Ketika aku menatapnya dengan curiga, Hashibami-sensei menyeringai seperti biasa dan berkata.

“Hahaha, jangan bilang begitu. Aku serius ingin memperkuat hubunganmu dengannya. ”

“Tidak, aku tidak akan melakukan apa pun yang mungkin bisa menyinggung perasaannya ...”

“Setidaknya cobalah untuk akrab dengannya. Aku akan merasa senang jika kamu melakukannya. Aku akan memberimu hadiah setiap kali kamu membuat kemajuan, jadi berjuanglah.”

Kemudian, Hashibami-sensei berkata, “Ini,” entah bagaimana menarik keluar permen dari dadanya.

“Te-Terima kasih.”

Jika aku memakannya di sini, itu akan mengolok-olokku lagi, jadi aku lebih baik memakannya nanti.

“Tentu saja, begitu kamu menyelesaikan misimu dan menjadi lelakinya, ada makanan penutup yang enak di sini menunggumu.”

Usai mengatakan itu, Hashibami-sensei menonjolkan dadanya.

Seperti biasa, oppainya yang erotis itu bermasalah.

Tapi aku takkan terperangkap dalam jebakannya.

“Heh, apa anda pikir saya gampang tergoda dengan hal itu?”

“Oh Jadi kamu tidak mau makanan penutup? ”

“......?!”

Hashibami-sensei mulai menyembunyikan dadanya, tetapi jika aku menyerah di sini, aku akan kehilangan harga diriku sebagai seorang pria.

Setelah mengepalkan tanganku erat-erat, aku mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang aku rasakan.

“... Tentu saja tidak.”

“Fufu, aku mengerti.”

Sialan!

 

*****

 

Saat istirahat makan siang.

Entah kenapa, aku kehilangan sesuatu yang penting sebagai seorng pria.

Ketika aku membuka bekal makan siang yang disiapkan Reina-san, Aoi mendekatiku dengan tatapan kebingungan.

“Eh? Apa kamu membawa bento hari ini juga? Apa pembantu rumah tanggamu menyiapkannya untukmu lagi? ”

“A-Ah, ya. Dia adalah orang yang sangat perhatian.”

Ngomong-ngomong, untuk tanda hati, aku sudah menjelaskannya dengan baik kepada Reina-san.

Jadi hari ini dia menyiapkan nasi biasa yang didampingi rumput laut.

“Hmm, yah, tidak masalah. Aku akan makan siang juga.”

Seperti biasa, Aoi membuka kotak bento dan mengisi mulutnya dengan ayam goreng.

“Mmm, enak sekali .”

Aku tersenyum ketika melihatnya makan dengan senang, saat ...

“Ngomong-ngomong, apa kemarin kamu  pergi ke mal di depan stasiun, Koutaro?”

“Buh?!”

Aku menyemburkan the yang kuminum saat dia mengajukan pertanyaan yang mendadak tersebut.

“Hei, hei, apa kamu baik-baik saja?!”

“Y-Ya ...”

Aku mengangguk sambil menyeka mulutku dengan tangan.

Karena ddia tidak mengatakan hal lain tentang bento, aku jadi sangat lengah.

“Ti-Tidak, kau pasti salah orang. Kemarin aku membersihkan rumah sepanjang hari. ”

“Benarkah? Jadi, aku memang salah orang kali, ya ...”

Aku mengajukan pertanyaan kepada Aoi, yang mengerutkan keningnya dengan “Hmm”.

“Emangnya orang itu sangat mirip denganku?”

“Ya, Ia mengenakan jenis pakaian yang selalu kamu pakai, jadi kupikir itu kamu. Oh, tapi ada seorang gadis cantik dengan rambut halus yang menemaninya, jadi aku mungkin salah orang. Lagipula, kamu tidak kenal orang yang seperti itu, ‘kan, Koutaro? ”

“Ti-Tidak.”

Aku meninggikan suaraku karena panik.

Ada banyak orang di dalam kelas yang melirikku dari yang aku harapkan.

Ketika aku sampai di rumah nanti, aku akan menyingkirkan pakaian yang aku kenakan kemarin ...

“Tapi tetap saja, gadis itu sangat cantik sekali. Oppainya sebesar ukuran Sakurakouji-sensei. ”

“He-Heh, benarkah? Aku iri pada cowok yang bersama seseorang seperti itu. ”

“Iya, ‘kan? Aku berharap punyaku sedikit lebih besar. ”

Sambil mengatakan itu, Aoi mulai mengelus dadanya dengan kedua tangan.

Tentu saja, payudaranya tidak sebesar milik Reina-san atau Hashibami-sensei, tapi punyanya masih memiliki daya tarik tersendiri, jadi aku heran kenapa dia harus pesimis tentang hal itu.

Bahkan, dalam masalah Aoi, aku pikir lebih baik seperti itu.

Aku merasa ukurannya sudah cocok untuknya dan bahkan seimbang.

Dan kemudian.

“Ja-Jangan lihat-lihat terus ... Echhi.”

Dengan malu-malu Aoi menyembunyikan dadanya.

Sepertinya, tanpa sadar aku terus-terusan menatapnya.

“Ma-Maaf! Aku tidak bermaksud begitu ...”

“... Oke, itu tidak masalah. Tapi apa kamu sangat tertarik dengan ini ...? ”

“Eh?”

Aoi bertanya padaku, dan aku ragu sejenak untuk menjawabnya.

“Ya-Yah, kau juga seorang wanita, jadi tentu saja aku tertarik ...”

Aku menjawabnya sembari memalingkan muka, dan Aoi tersenyum senang, berkata, “Begitu ya.”

“Nishishi . Aku bisa mengijinkanmu menyentuhnya jika kamu mau.”

“Apa ?! A-Apa kau bilang?! ”

“Uwaa, wajahmu merah sekali ~ . Koutaro, kamu sangat imut ~ .

“Grrrh ...”

Berani-beraninya kau mempermainkan perasaan polos cowok perjaka ...

Sambil mengerutkan bibir dan menunjukkan ketidaksenanganku, Aoi berdeham dan melanjutkan.

“Tapi jika kamu benar-benar ingin menyentuhku, kurasa kamu harus menjadi pacarku dulu, kan?”

“Kau, kau cuma kepengen mengejekku, ‘kan ... Tapi syukurlah.”

“Hey?”

“Tidak, hanya saja ada beberapa orang yang suka menggoda orang lain dengan membiarkan diri mereka disentuh ketika mereka bahkan tidak punya perasaan terhadap orang itu.”

Jelas, yang aku maksudkan adalah Moppy.

“Jadi aku senang kau bukan orang seperti itu. Hargailah dirimu dengan baik.”

“Y-Ya. Oke ...”

“Baiklah kalau begitu, ayo lanjut makan.”

Setelah memastikan bahwa percakapan sudah selesai, aku mulai makan lagi.

“Hei, Koutaro.”

Kemudian Aoi memanggilku lagi.

“Hm? Ada apa? ”

“Tentang yang tadi, yah, kamu tahu, aku tidak keberatan membiarkan orang yang kusukai menyentuhku ...”

“Yah, jika kau sendiri bilang begitu, maka tidak apa-apa. Tapi siapa yang tahu orang seperti apa Ia dan aku pikir lebih baik kau harus mengenal Ia lebih dekat dan memahami kepribadiannya sedikit demi sedikit. Dengan begitu, bila terjadi sesuatu, kau tidak akan tersakiti. ”

Ada beberapa cowok di luar sana yang hanya mengejar tubuh wanita.

Aku tidak ingin Aoi menjadi korban dari orang-orang semacam itu.

“Tersakiti, benar. Ya, aku mengerti. Jadi satu hal lagi. Jika aku berpacaran dengan cowok baik yang tahu segalanya tentang diriku, bukannya tidak apa-apa baginya untuk menjadi sedikit lebih berani ...?”

“Ya, memang, bila cowok itu benar-benar orang yang kau sukai. Karena aku yakin  kau bisa menemukan cowok yang tepat, dan selain itu, tidak ada cowok yang tidak suka menunjukkan kasih sayangnya kepada seorang wanita.”

Ketika aku memberinya saran, Aoi tersenyum gembira dan berkata:

“Nishishishi, begitu ya . Terima kasih. Aku akan mencoba yang terbaik!”

“Ya.”

Dan kemudian.

“Jadi, aku akan makan sosis gurita ini!”

“Apa?!”

Tiba-tiba Aoi mencuri gurita sosisku dan aku terkejut.

“Oi! Inikah caramu membalas budi setelah aku memberimu saran?! ”

“Nishishi, salahmu sendiri karena begitu ceroboh ~ .”

Yum, gurita sosis itu menghilang ke mulutnya.

Aku sengaja menyisakannya untuk memakannya nanti...

“Sial ...!”

“Sudah, sudah, jangan marah begitu. Dengar, aku akan memberimu ayam gorengku sebagai gantinya. Ini dia…. ”

“Eh, tidak ...”

Aku sedikit kaget dengan cara Aoi memegang ayam goreng di depan aku.

Situasi ini seperti "buka mulut lebar-lebar dan katakan ahh" ...

“A-Ayo, cepatlah. Nanti ayam gorengnya jadi dingin.”

“Ah, ya ... Kalau begitu ...”

Aku membuka mulutku lebar-lebar.

Kemudian, dia memasukkan ayam goreng ke mulutku.

“Mmm ... yum, yum ...”

“Ba-Bagaimana? Enak, ‘kan? ”

Aoi bertanya pendapatku, dengan pipinya yang memerah.

Tentu saja ini enak.

Aku ingin tahu apakah ibu Aoi yang memasaknya.

“Y-Ya. Enak sekali.”

“Be-Begitu ya, ayo kita barteran lagi lain kali .”

Aoi tersenyum dengan wajah lebih merah dari sebelumnya dan aku dengan ragu mengangguk dengan “Y-Ya”, tapi ...

“... Sudah…..”

“Sudah?”

“—Aku sudah tidak tahan lagi ~! Uwaa ~ n!”

Tiba-tiba, Aoi berlari keluar, menjerit.

“He-Hei! Tunggu, kau mau pergi kemana, Aoi?! ​​

Aku mencoba menghentikannya segera, tapi tidak bisa mengimbangi kecepatan lari Aoi yang meninggalkan ruangan secepat angin.

“Hah, dia itu kenapa sih ...?”

Tentu saja, aku kebingungan dengan tingkah laku Aoi, tapi ...

“Ha, masa muda.”

“......!”

Tiba-tiba Takahashi, putra dari keluarga bangsawan yang gemuk dan anggota klub memasak, mendekatiku dan berkata:

“Ngomong-ngomong, apa kamu keberatan kalau aku menghabiskan bento milik Mademoiselle?”

“Tidak, itu tidak boleh ...”

“......?!”

Tidak, kenapa kau malah terkejut?

Ngomong-ngomong, Aoi kembali tepat sebelum istirahat makan siang selesai dan menghabiskan sisa makanannya.

Pada akhirnya, aku tidak tahu apa penyebab mengapa dia lari.

 

****

Setelah sekolah, aku langsung pulang ke rumah dan mulai membersihkan bak mandi, dan Reina-san kembali tepat setelah aku selesai.

Dia mengatakan bahwa, jika memungkinkan, aku harus mencuci bak mandi setiap hari atau setidaknya sekali setiap hari dan mengganti airnya.

Karena jika tidak, semua jenis kuman bisa tersebar.

Hal yang sama terjadi dengan handuk mandi, yang menurutnya harus dicuci dengan baik daripada membiarkannya kering.

“Selamat datang kembali. Bak mandi sudah siap sekarang. ”

“Ya terima kasih. Aku akan membuat makan malam segera.”

Sambil mengatakan itu, Reina-san pergi ke kamar untuk mengganti bajunya, lalu mengenakan celemek favoritnya dan pergi ke dapur.

Dia bertanggung jawab untuk berbelanja hari ini, jadi aku tidak tahu apa menu makan malam sekarang. Tapi dilihat dari belanjaan ayam, bawang, dan telur yang dia bawa, aku pikir menunya bakal omurice atau sejenisnya.

Tentu saja, aku menyukai omurice. Aku bersemangat untuk menyiapkan piring dan sayuran di atas meja.

“~~ .”

“......!”

Tiba-tiba, aku menyadari bahwa Reina-san sedang menyenandungkan sebuah lagu dan aku berhenti tanpa sadar.

Melihatnya berdiri di dapur dengan celemek dan rambutnya dikuncir agar tidak mengacaukan dapur saat dia mencicipi makanan, rasanya seperti—

“Kau terlihat seperti seorang istri beneran.”

“......?!”

Klang, Klang, Klang!

“Ehhh ?! A-Apa kau baik-baik saja?! ”

Tiba-tiba, Reina-san menjatuhkan barang dengan keras dan aku dengan cepat mendekatinya untuk melihat apa yang terjadi.

Lalu dia berteriak padaku “He-Hei, kamu!”, Dengan wajah semerah tomat.

“Su-Sudah kubilang jangan mengatakan kalimat yang bisa membuatku salah paham!”

“Eh? A-Ah, maaf! Ta-Tapi itu tidak sengaja, ketika aku melihatmu memasak, aku keceplosan ... Ah-Ahaha, serius, apa yang sudah aku katakan.”

Menanggapi dengan tawa kering, aku mencoba mengambil bahan-bahan yang dijatuhkan Reina-san, tapi ...

—nyes.

““~~?!””

Tangan kami tiba-tiba saling bersentuhan dan buru-buru menariknya lagi.

“Ma-Maafkan aku ...”

“T-Tidak, aku juga minta maaf ...”

Berkat itu, suasana yang cangung menyelimuti kami, dan untuk sementara waktu, kami tetap diam dan dalam suasana canggung.

 

****

Setelah itu, aku menikmati makan malam yang enak dan lezat (yang merupakan omurice), dan mandi duluan atas saran Reina-san.

Berkat dia, aku sring mandi di bak mandi selama beberapa hari terakhir dan rasa lelahku berkurang.

Aku bahkan bisa bangun dengan segar di pagi hari.

Kamarku bersih, rapi dan menyegarkan, dan aku keheranan sendiri mengapa aku tidak melakukan ini sebelumnya.

“Tidak, aku sudah mencobanya, tapi ...”

Masalahnya, caraku melakukannya sangatlah kacau.

Bagaimanapun juga, berkat Reina-san, aku bisa menjalani kehidupan yang nyaman dan aku tidak bisa berkata apa-apa untuk berterima kasih padanya.

Aku ingin dia benar-benar menjadi pembantu rumah tanggaku, tapi aku pikir itu mustahil.

Aku bertanya-tanya sampai berapa lama aku bisa melanjutkan kehidupan seperti ini.

Apa aku dapat mempertahankan cara hidup ini setelah dia pergi ...?

“Ak-aku khawatir ...”

Aku menjatuhkan pundakku, tapi tiba-tiba wajahku terpantul di permukaan air mengingatkanku pada percakapan sebelumnya.

“Tapi aku bingung kenapa aku malah bilang “istri” ... aku membuatnya marah ketika aku mengatakan “baru menikah”, jadi aku harus berhati-hati untuk tidak mengatakan sesuatu yang aneh ...”

Dan, saat tangan kita bersentuhan, aku merasa sangat malu.

Apa-apaan itu?

Aku mungkin lebih menyadarinya sebagai seorang wanita daripada yang aku kira.

Mungkin karena kita hidup bersama, tapi aku baru memikirkannya akhir-akhir ini.

Entah kenapa, dia itu sangat menggemaskan ...

Dia adalah gadis yang lebih tua dan cantik seperti yang aku sukai, tapi sisi kekanak-kanakan yang dia perlihatkan terkadang membuatku terpesona.

Selain itu, dia selalu berpakaian sangat terbuka dan memiliki gaya istri ...

Fuu ... Saat melamun, aku mengingat penampilan Reina-san di dapur.

Jelas, dia terlihat sangat menawan, tetapi yang paling mengesankan bagiku adalah, tentu saja, tengkuknya, yang terlihat dari bawah kuncir kudanya.

Dan dikombinasikan dengan gaya istri, hal tersebut sangat cocok dengan seleraku.

“Jadi aku benar-benar punya fetish tengkuk leher, ya ...”

Aku menghela nafas lagi atas fakta itu, tapi sekarang setelah aku tahu, tidak ada yang bisa kulakukan untuk itu.

Mulai sekarang, aku akan hidup tanpa malu sebagai seorang fetish tengkuk leher.

Sambil memikirkan sesuatu seperti itu, aku keluar dari bak mandi dan menuju ke ruang tamu, di mana aku melihat Reina-san sedang melipat pakaiannya.

“......”

Kemudian gambaran nenekku tumpang tindih dengan dirinya dan aku hanya bisa menatapnya.

Kalau dipikir-pikir, aku pikir nenekku biasa melipat pakaian seperti ini.

Dan dia selalu menyambutku ketika aku sampai di rumah:

─ Selamat datang kembali, Ko-chan.

“.....?! Ak-Aku akan melakukan sisanya. ”

Mengetahui bahwa beliau takkan pernah mengatakan itu kepadaku lagi, aku merasa ingin menangis, jadi aku berjuang untuk menyeka air mata dari mataku dan berbicara pada Reina-san dengan suara bahagia.

“Oh benarkah? Kalau begitu tolong.”

“Ya, serahkan saja padaku—”

Aku mengangguk untuk memenuhi harapan, tapi ...

“—Nenek.”

“......”

“......”

Rupanya, aku belum menjernihkan kepalaku.

Kami berdua membeku selama beberapa detik.

“... Kamu barusan bilang apa?”

“Eek!”

Reina-san bertanya dengan nada mengancam dan aku hanya bisa berteriak.

Ketimbang mirip istri yang baru menikah, dia lebih mirip seperti seorang nenek.

Tidak mungkin Reina-san sendiri berpikir bahwa dia akan melewati ambang tiga generasi dalam waktu sesingkat itu.

Ada beberapa orang yang memanggil guru mereka sebagai orang tua mereka karena kesalahan, tapi aku pikir sangat jarang bahwa ada murid salah sebut seorang guru di usia dua puluhan dengan neneknya.

Sebaliknya malah, tidak ada yang seperti itu ...

Bagaimanapun juga, aku dengan cepat membuat alasan.

“Bu-Bukan begitu maksudku! Ha-Hanya saja ketika aku melihatmu melipat pakaian, kau entah bagaimana terlihat seperti nenekku! ”

“Heh, nenekmu? Itu suatu kehormatan. Ngomong-ngomong, aku baru berusia 25 tahun, tahu? ”

Eek!

Kau tidak perlu membuka matamu selebar itu!

“Te-Tentu saja! Serius, apa yang dikatakan cowok fetish tengkuk leher ini?! ”

“... Tengkuk leher?”

“Ah ...”

Kemudian aku menyadari kalau aku mengacaukan lagi, jadi aku diam dan memalingkan muka.

“Panekuk, maksudku panekuk ... Ahahaha ...”

“Begitu rupanya. Tidak heran tatapanmu kepadakau tampak lebih tidak menyenangkan daripada biasanya.”

Usai bilang begitu, Reina-san melepaskan pita yang mengikat rambutnya.

“Aahh ...”

“Haaa? Apa?”

“Bu-Bukan apa-apa ...”

Secara alami, Reina-san mencaciku ketika aku sedang ketakutan.

“Dengar, aku tahu kamu laki-laki dan tertarik pada tubuh wanita. Tapi aku ini gurumu ... Kurasa itu bukan ide bagus untuk melihat guru dengan mata ca-cabul! ”

Reina-san mengepalkan kedua tangannya erat-erat di dadanya, bersamaan dengan wajahnya yang merah padam.

Aku tidak berniat menatapnya dengan mata mesum, tapi dia terus menunjukku dan melanjutkan.

“Jadi, sebagai hukuman, kamu akan mendapat pelajaran tambahan yang setara dengan dua hari pelajaran!”

“Ehhh?!”

Itu keterlaluan! Tentu saja, aku memastikan dia tidak mendengar protesku, dan Reina-san dengan cepat naik ke atas dan kemudian turun lagi sambil membawa tas kesayangannya di tangan.

Jadi, dia mengeluarkan buku teks bahasa Inggris dari tasnya dan berkata.

“Pelajari dari sini ke sini. Aku akan mencuci pakaian, jadi kamu fokus belajar. Mengerti? ”

“Y-Ya. Mengerti ...”

“Baiklah. Jadi segera bawa alat tulis dan buku catatanmu. Aku tidak akan membiarkanmu tidur sampai kamu selesai.”

“... Ya.”

Aku tertunduk lesu dan pergi ke kamarku untuk mengambil materi belajarku.

 

 *****

Jadi, aku bekerja keras di pelajaran tambahan bahasa Inggris, seperti kata Reina-san, tapi ...

“Pada dasarnya, ini adalah bentuk progresif masa kini. Jadi jawabannya adalah—”

“......”

Ak-Aku tidak bisa fokus ... Keringatku terus bercucuran dengan deras.

Tapi, wajar saja.

Karena Reina-san, yang tubuhnya masih basah setelah mandi, terus-menerus memancarkan aura sensualitas yangdi sisiku.

Aku mengerti kalau kau memiliki rasa tanggung jawab yang besar, tapi aku akan sangat menghargainya jika kau setidaknya memakai baju yang benar saat menemaniku belajar.

Karena ... Aku sedikit mengalihkan tatapanku ke samping dan menemukan payudaranya yang montok terbungkus kaos longgar.

Selain itu, lembah terlarangnya memancarkan sedikit rona kemerahan karena kelembaban dan berkeringat.

Meski dia berusaha membantuku belajar, dia sangat dekat denganku sampai-sampai aku tidak bisa fokus sama sekali.            

Namun, dia sudah memperingatkanku untuk tidak menatapnya dengan mata mesum.

Jadi aku terus menatap lurus ke depan, mataku terbuka begitu lebar sehingga tampak seperti peserta ujian masuk universitas.

 

*****

Dua jam kemudian.

“Ak-Aku sudah selesai ~ ...”

Aku ambruk di atas meja.

Kemudian Reina-san menyimpan materi studinya dan memberi selamat padaku.

“Kerja bagus. Kamu melakukannya dengan sangat baik.”

“Tidak, terima kasih karena sudah mengajariku. Berkat ini, aku pikir aku bisa menanganinya bahkan jika kau bertanya kepadaku saat pelajaran.”

“Begitu ya, aku senang mendengarnya. Jadi apa aku harus bertanya padamu saat pelajaran besok?”

“Eh?!”

Yang benar saja?! Saat aku menyesali celotehku dari lubuk hatiku, Reina-san tertawa senang dan berkata.

“Fufu, aku hanya bercanda. Karena aku tahu lebih baik dari siapa pun seberapa banyak kamu belajar.”

“Reina-san ...”

Saat kehangatan menyebar di dadaku, dia melihat jam di dinding dan berkata.

“Yah, sudah larut malam, sekarang waktunya tidur. Kamu harus bangun pagi-pagi besok, jadi jangan sampai begadang, oke? ”

“Baiklah. Selamat malam, Reina-san. ”

“Ya, selamat malam, Koutaro-kun.”

Dengan ucapan selamat malam tersebut, aku mengumpulkan materi belajarku dan bersiap untuk kembali ke kamarku, tapi ...

“Eh? Apa kau masih belum mau tidur, Reina-san? ”

Tiba-tiba, aku melihat Reina-san menaruh beberapa salinan dan hal-hal lain di atas meja, dan aku berhenti.

Lalu, dia mengangguk dan berkata "Tidak".

“Kau tahu, sebentar lagi ada ujian semester, ‘kan? Jadi aku menyiapkan semua materi soal yang penting dari awal untuk digunakan supaya bisa mengevaluasi semuanya.”

“Oh, begitu. Maaf sudah merepotkanmu saat kau sedang sibuk ... ”

Aku menundukkan kepala untuk meminta maaf, tetapi dia menggelengkan kepalanya dan berkata.

“Jangan khawatir, aku tidak peduli. Karena kamu adalah salah satu muridku yang berharga. Jadi, kamu selalu bisa mengandalkanku. Aku akan membantumu dengan segala kemampuanku. ”

“Ya, terima kasha banyak.”

Bagaimanapun, Reina-san adalah guru yang baik.

Aku yakin dia selalu memikirkan muridnya seperti itu sampai larut malam.

“Selamat malam. Sampai besok.”

“Ya Tolong jangan terlalu banyak bekerja.”

“Ya, terima kasih.”

Reina-san tersenyum dan aku membungkuk padanya sekali lagi dan kembali ke kamarku.

 

◇◇◇◇

 

“Hei, boleh aku pergi bermian ke rumahmu hari ini?”

“Eh?”

Saat makan siang pada keesokan harinya.

Tiba-tiba Aoi bertanya seperti itu dan membuatku terkejut.

Tentu saja, jika dia mampir ke rumahku, ada kemungkinan kalau dia akan tahu bahwa aku tinggal bersama Reina-san.

Jadi, bahkan jika aku merasa tidak enakan, aku akan melakukan yang terbaik untuk menolaknya.

“Ah, kalau hari ini agak sulit ...”

“Benarkah? Kalau besok, gimana?”

“Ah, besok juga agak sulit ...”

“Hmm. Lusa?”

“Ah, lusa juga sedikit ...”

Dan kemudian.

“Ahh! Hari ini tidak bisa, besok tidak bisa! Lalu bisanya kapan?! ”

Tampaknya kesabarannya sudah habis dan dia mengangkat suaranya dengan keras.

Namun, aku tidak tahu sampai berapa lama Reina-san akan tinggal di rumah.

Jadi aku merasa tidak enakan pada Aoi, tapi aku harus memintanya untuk menyerah sekarang.

“Te-Tenanglah dulu. Pertama-tama, kenapa kau ingin datang ke rumahku?”

"Eh? Ka-Karena aku belum ke sana baru-baru ini ... ”

“......?”

Aku memiringkan kepalaku saat Aoi bermian-main dengan jari telunjuknya.

Kemudian, entah dari mana, pria gemuk, Takahashi dari klub memasak, muncul, dan untuk beberapa alasan, berbicara dengan marah-marah.

“Serius, kau masih belum paham saja?!”

“Hm?”

Kenapa kau mlaha mendadak marah begitu?

“Gadis ini mengatakan kalau dia ingin pergi ke rumah cowok sambil menanggung rasa malu! Cobalah peka sedikit! ”

“Tu-Tunggu, Takahashi-kun!”

Aoi bergegas menghentikan Takahashi, tapi aku mengerutkan kening dan membalasnya.

“Tidak, bahkan jika kau mengatakan itu ... Aoi sudah sering ke rumahku berkali-kali sebelumnya ...”

Sambil memiringkan kepalanya dengan “Hmm”, Takahashi berkata “Dasar bego!” dengan gusar.

“Pokoknya! Kau harus mengundang Nona Gunjo ke rumahmu sekarang juga! Ayo, beri tahu dia juga, Nona Gunjo! ”

“Be-Benar ... Bi-Biarkan aku mampir!”

Aoi, yang didorong oleh Takahashi, mengangkat tinjunya ke udara dengan matanya membentuk "> <".

Kenapa kamu berbicara seperti Perry ...? Sambil tertegun, Takahashi mulai mendukungnya.

“Benar! Kau harus berpikir lebih hati-hati, dasar tidak peka! Ayo KATAKAN! "

“Biarkan aku mampir!”

“Biarkan dia mampir!”

“Lebih sedikit penghargaan tahunan!”

“Lebih sedikit penghargaan tahunan!”

“Perbanyak roti yakisoba terbatas!”

“Lebih banyak produksi!”

“......”

Hei, apa-apaan ini?

Sebenarnya, sejak penghargaan tahunan itu tidak ada hubungannya denganku.

Dan untuk roti, bukannya karena Moppy tersayangmu selalu membeli banyak roti terbatas?

Aku bisa membayangkan Moppy dengan wajah serius membuat tanda peace dan berkata "Yay", dan kemudian aku berbicara kepada dua orang yang terus-terusan berteriak.

“Lagipula, sekarang situasinya sedang tidak baik. Jadi lain kali saja.”

“Eh ~, kamu egois ~.”

“Egois ...?”

Aoi menggembungkan pipinya tidak puas dengan "Booboo," dan sambil menatapnya dengan mata menghina, Takahashi menyisir rambutnya dengan sombong dan berkata.

“Kalau begitu, izinkan aku mengundangmu ke tempatku, Mademoiselle.”

“Ah, aku masih punya urusan lain, jadi tidak usah, terima kasih.”

“Ugh.”

Tidak, jangan menangis segala, Takahashi.

 

*****

Setelah kembali ke rumah, aku memberitahu Reina-san tentang apa yang terjadi pada istirahat makan siang dan mengatakan kepadanya bahwa aku ingin dia berhati-hati jika ada kunjungan mendadak.

Jadi, selama waktu bersantai setelah makan malam, Reina-san membuat saran seperti ini.

“Ngomong-ngomong, seperti yang pernah aku katakana, ada juga masalah orang tuaku, jadi ayo kita lakukan semacam tindakan pencegahan jika sesuatu yang tidak terduga terjadi.”

“Tindakan pencegahan?”

“Ya, benar. Ini juga berlaku untuk orang lain, seperti Gunjo-san, misalnya, jika kamu bertemu seseorang saat kamu tidak benar-benar waspada, atau jika mereka memintamu sesuatu yang berkompromi ... "

“Begitu ya. Memang benar bahwa orang tuamu akan segera datang, jadi mungkin kita perlu mengambil langkah-langkah seperti itu. ”

“Ya Jadi ayo kita berlatih sedikit.”

Mengangguk setuju, Reina-san meletakkan cangkir teh di atas meja.

Dan kemudian.

“—Apa kamu punya seseorang yang kamu sukai?”

“Eh?! A-Apa yang kau katakan?! ”

Tiba-tiba Reina-san menanyakan pertanyaan itu padaku, dan tanpa kusadari, aku hampir saja berteriak.

Tapi..

“Hei, kamu tidak boleh bereaksi seperti itu. Kamu harus selalu tetap tenang.”

“O-Oh, jadi itu ...”

Sepertinya pertanyaan itu  hanyalah praktik dan aku merasa lega.

Tentunya, jika aku kesal dengan hal seperti itu, aku bakal takkan bisa menangani dengan kunjungan orang tuanya atau Aoi.

Sepertinya itu layak untuk dilatih.

Lalu, aku juga akan bertanya pada Reina-san sesuatu yang bisa membuatnya kesal.

Sejujurnya, aku pikir itu salah untuk menanyakan pertanyaan begini kepada seorang wanita, tetapi karena ini adalah latihan yang penting, aku yakin Reina-san akan memaafkanku.

“Ngomong-ngomong, berapa ukuran payudaramu?”

“Ap-Apa ?! Ap-Apa yang kamu pikirkan ?! I-Itu adalah pelecehan seksual! ”

Dia menyembunyikan dadanya dengan tangan dan mengangkat suaranya, wajahnya merah padam.

Jadi, ketika mencoba menenangkan Reina-san, aku menjelaskan padanya, "Ta-Tapi ini latihan", tapi ...

“Ta-Tapi bukan berarti kamu bisa bertanya apa saja! Kamu pasti mencoba membandingkanku dengan Reiko-sensei, bukan ?! Dasar orang cabul, Koutaro-kun! ”

“Ti-Tidak, aku tidak berniat seperti itu! Sebenarnya, kenapa kau malah mengaitkannya dengan Reiko-sensei?! ”

Aku melakukan protes, tetapi dia tidak mendengarkanku sama sekali.

 

 *****

Bagaimanapun juga, kami terus berlatih, dan meski pada awalnya kami gampang kesal, sedikit demi sedikit kami mulai terbiasa sampai merasa cukup percaya diri bila ada tak tak diundang bisa datang kapan saja.

Jika ada kunjungan mendadak dari Aoi, yang merupakan masalah saat ini, aku akan memastikan bahwa sikat gigi Reina-san disembunyikan di tempat yang sulit dilihat, meletakkan sepatunya ketika dia sampai di rumah, dan memastikan bahwa pakaian yang digantung di teras itu tidak bisa dilihat dari ruang tamu.

Pokoknya, aku mulai lebih berhati-hati sehingga aku tidak akan tahu kapan itu datang.

Namun, setelah itu, Aoi tidak datang untuk mengunjungi rumahku, dia juga tidak mengatakan apapun di sekolah, dan keseharian yang kujalani pun berlalu dengan sangat tenang.

Waktu yang berlalu begitu damai sampai-sampai aku ragu apa aku perlu tetap berhati-hati.

Mungkin dia terlalu sensitif.

Jadi sampai orang tua Reina-san datang berkunjung, kami memutuskan untuk menurunkan kewaspadaan kami dan mengembalikan semua barang ke tempatnya semula.

Lalu, akhir pekan telah tiba.

“Selamat pagi, Koutaro-kun.”

“Ya, selamat pagi ... Eh ...?”

Aku meragukan penglihatanku sejenak.

Yah wajar saja aku meragukannya.

Karena, Reina-san tidak mengenakan kaos longgar, melainkan memakai baju yang tak terduga, yaitu, dia mengenakan “seragam.”

Apa yang sedang kau lakukan pagi-pagi begini ...?

Yah, kelihatannya bagus, tapi ...

“Ini, ada apa? Kenapa kau memakai pakaian itu?”

“Sepertinya kamu sudah menyadarinya.”

Ujar Reina-san sambil meletakkan secangkir kopi di atas meja untukku.

Rasanya bahkan lebih aneh jika aku tidak menyadarinya.

“Aku sudah pernah bilang sebelumnya, ‘kan? Kalau kita akan berlatih sampai kamu melihatku sebagai gadis seusiamu.”

“Y-Ya ... Sensei memang pernah mengatakan sesuatu seperti itu, tapi ...”

Malahan, apa kita masih akan melakukannya?

“Ya. Karena terakhir kali kita berhenti di tengah jalan, jadi kali ini aku ingin kita berlatih dengan benar. ”

“Itu sebabnya kau memakainya ...?”

“Memang.”

“......”

Maksudmu gimana, sih ...?

Justru, apa-apaan dengan guru yang berpakaian seperti anak sekolah yang tersenyum lebar di pagi hari di hari libur ...?

“Karena itulah aku memutuskan untuk mengenakan seragamku hari ini ketimbang kaos yang biasa. Jadi anggap aku sebagai teman sekelasmu. ”

“Ya ...”

Ini tidak masuk akal.

“Jika kamu mau, aku bisa bertingkah sebagai Senpai-mu. Kau tahu, sesuatu yang sering disebut 'Senpai yang mengagumkan'. ”

“Senpai yang mengagumkan ...?”

Rasanya luar biasa sekali kau berani menyebut dirimu “mengagumkan”.

“Ya, benar. Sekarang anggap aku seperti Senpai-mu. ”

“Tidak, meski kau bilang begitu ...”

Aku pikir itu permintaan yang tidak masuk akal, tapi dia menatapku dengan senyum sembari membusungkan dadanya dengan bangga.

Kurasa aku akan menurutinya untuk saat ini.

“Se-Selamat pagi, Senpai.”

“Ya, selamat pagi. Apa tidurmu nyenyak, Kouhai-kun? ”

“Y-Ya, lumayan.”

“Begitu ya, aku senang. Jadi, minumlah kopimu sebelum dingin. ”

“Ah ya. Baiklah kalau begitu ... "

Sambil mengangguk, aku mengambil cangkir kopi yang sudah disediakan.

“... Fuu.”

“Bagaimana? Apa rasanya enak? ”

“Ya, seperti biasa, Reina-sa ... Kopi yang kamu siapkan lezat, Senpai.”

“Fufu, terima kasih. Aku juga suka kopi yang kamu buat, Kouhai-kun. ”

“Te-Terima kasih.”

Apa-apaan ini? Rasanya sangat memalukan ?!

Wajahku jadi merah padam!

Ketika aku merasa ingin segera meninggalkan tempat ini, Reina tertawa pelan dengan “Fufu” dan berkata:

“Rasanya tidak terlalu buruk. Sebenarnya, sejak aku bersekolah di sekolah khusus perempuan, aku tidak pernah punya Kouhai cowok sepertimu. ”

“Ah, begitu ya. Jadi kau sepertinya menikmatinya sedikit.”

“A-Aku tidak menikmatinya. Aku hanya terbiasa hidup bersama dan berpikir akan menyenangkan jika sedikit bermain-main. ”

Reina-san membuang muka sakan-akan merajuk dengan wajah merah.

“Haha, tapi tidak masalah, ‘kan? Ini mungkin cuma latihan, tapi tidak ada salahnya untuk bersenang-senang.”

“Ya. Kamu mungkin benar. Kalau begitu, ayo kita lakukan dan bersenang-senang sedikit.”

“Ya, aku pikir akan lebih mudah seperti itu.”

“Ya, mungkin. Kalau begitu, aku akan membuat sarapan.”

“Ah, tapi sebelum itu, seragamnya ...”

Seolah-olah dia tidak mendengarku, Reina-san langsung mengenakan celemek di atas seragamnya dan mulai membuat sarapan.

Aku ingin dia melepas seragamnya ... Tapi dia terlihat terlalu manis.

Dan seperti biasa, tengkuknya terlihat luar biasa.

“Reina-san ... Maksudku, Senpai ...?”

“Ada apa?”

Reina-san berbalik dan memiringkan kepalanya, ada sosis yang mengganjal mulutnya.

Aku sangat senang bisa memiliki Senpai yang imut, tapi itu akan buruk bagi kesehatanku bila terus melanjutkan ini sepanjang hari.

Dana, apa yang akan kau lakukan jika seseorang melihatmu berpakaian seperti itu?

“Yah, begini, aku berpikir bahwa akan menjadi masalah jika orang tuamu tiba-tiba datang ...”

“Jangan khawatir. Memang benar kalau mereka bilang akan segera datang, tapi orang tuaku tidak akan datang berkunjung tanpa memberitahu dulu. Mereka pasti bakal menghubungiku dulu setidaknya beberapa hari sebelumnya.”

“Yah, itu benar ...”

“Jadi, jangan khawatir, oke? Sarapannya akan segera siap, jadi tunggu sebentar. Ah, bisakah kamu menata piringnya? ”

“Oh ya ...”

Sesuai perintah Reina-san, aku meletakkan mangkuk dan peralatan makan lainnya di atas meja.

Aku benar-benar ingin dia berhenti mengenakan seragam itu segera, tapi dia sangat bersemangat sampai dia menyebut dirinya Senpai yang mengagumkan, jadi sulit bagiku untuk memberitahunya ...

“Terima kasih untuk makanannya.”

“Ya, sama-sama.”

Sementara aku bertanya-tanya bagaimana cara untuk memberitahunya, waktu sarapan pun berakhir.

“Hmm ...”

Sembari mengerutkan keningku, aku menggantungkan baju yang dicuci di teras.

Aku masih tidak bisa memikirkan cara yang baik untuk memberitahunya, jadi aku pikir hal terbaik untuk dilakukan adalah memberitahunya dengan jujur apa yang aku pikirkan.

Ding dong.

“Oh, siapa? Tolong tunggu sebentar!”

Tidak, tapi itu ... Hm?

“Apa baruan bel pintu berdering  ...? Tunggu, Reina-san! ”

Aku bergegas menghentikan Reina-san, yang mencoba keluar ke pintu masuk dengan seragam, seolah-olah dia lupa apa yang dipakainya, tapi ...

Dia langsung membuka pintu.

“Siapa?”

Aku tidak bisa menghentikannya selangkah pun dan dia membuka pintu di depanku.

Apa ini sekarang waktunya menggunakan alasan yang sudah lama ditunggu-tunggu kalau kau adalah pembantu rumah tanggaku?

Ya Tuhan, semoga saja itu pengantar paket! Aku berpegang teguh pada secercah harapan di hatiku.

Tapi..

“Ah. Koutaro. Sebenarnya, aku tidak mengerti sesuatu tentang pekerjaan rumah ... ya? Seorang wanita ...? "

Ketimbang pengantar paket, orang yang berdiri di sana adalah orang yang tidak ingin aku harapkan malah muncul, Aoi.

“......”

Secara alami, Reina-san juga menyadari keseriusan situasi saat ini.

Dia berbalik ke arahku dengan gemetaran dan berkata:

“Ko-Koutaro-kun ~ ...”

“......”

Tanpa diduga, aku menemukan alasan untuk memberitahunya mengapa dia tidak boleh mengenakan seragam.





close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama