Chapter 4 – Sensei adalah Istriku.
“Kalau begitu, aku akan pergi
dulu.”
“Ya, aku akan keluar sebentar
lagi.”
Keesokan harinya di pagi hari.
Aku bertukar salam pada
Reina-san di pintu masuk.
Sebenarnya, akan lebih efisien
jika kami berdua pergi bersama-sama, karena kami memiliki tujuan yang sama,
tapi sekarang Reina-san dalam mode guru, mengenakan setelan ketat, dengan
rambut lurus dikepang dan mengenakan kacamata, dan berhati-hati agar tidak
terlihat.
Jadi, Reina-san membuka pintu
dan melihat sekeliling.
Ternyata, tidak ada masalah.
“Baiklah kalau begitu, sampai
jumpa di sekolah nanti.”
“Ya, hati-hati di jalan.”
Aku mengangguk dan Reina-san
berjalan keluar.
“Yah, kurasa aku akan pergi
sekitar 10 menit lagi.”
Jadi aku sendirian dan menuju
ke ruang tamu untuk meminum kopi lagi.
“Aku pergi dulu.”
Setelah santai-santai sekitar
sepuluh menit, aku menutup pintu depan dan menuju ke sekolah.
Karena aku berangkat lebih
awal, aku tidak melihat banyak siswa dalam perjalanan ke sekolah, jadi aku
merasa lega bahwa ini tidak akan menimbulkan masalah nanti.
─Celingak-celinguk.
“......”
Entah bagaimana, itu ada di
sana ...
Di depanku ada seorang wanita
dalam setelan jas bersembunyi di belakang tiang lampu seperti ninja.
Apa yang sedang dia lakukan
...?
“......”
─Celingak-celinguk.
Sambil waspada, dia dengan
cermat mengamati area sekelilingnya dan ketika dia merasa aman, dia langsung berlari
ke tiang lampu berikutnya.
Ya, tidak peduli bagaimana kau
melihatnya, dia tampak seperti orang yang benar-benar mencurigakan.
Untungnya area sekitar sini
masih sepi, tapi aku benar-benar ingin tahu apa yang sedang dia lakukan ...
Mungkin dia terlalu fokus untuk
berhati-hati sehingga tidak menyadari tingkah lakunya yang tidak wajar.
Bagaimanapun juga, dia harus menghentikannya
secepat mungkin.
“Sensei.”
“Hyauh?!”
Karena kaget, Reina-san dengan
gugup melihat ke belakang.
“Eh, Koutaro-kun ...?”
Tentu saja, Reina-san tampak
terkejut ketika dia melihat kalau orang yang memanggilnya adalah aku, tapi
tidak perlu dikatakan bahwa ini adalah rute ke sekolah.
Jadi aku memberitahunya dengan
cara yang mudah dimengerti.
“Lewat sini,
Sakurakouji-sensei. Setelah meninggalkan rumah, Anda tidak perlu berjalan
dengan tegang begitu, tahu?”
“Eh? Ah ...”
Kemudian dia akhirnya menyadari
apa yang ingin aku katakan.
Setelah dengan tenang
membersihkan tenggorokannya, Reina-san menyilangkan lengannya dan berkata dengan
wajah seriusnya yang biasa.
“Aku tahu hal itu,
Shirase-kun.”
Tidak, itu sudah terlambat
untuk mengatakan itu.
“Tapi aku menghargai saranmu.
Kalau begitu, pastikan kamu tidak terlambat. ”
“Ya aku tahu. Harap hati-hati
di jalan, Sensei. ”
“Ya, terima kasih.”
Usai mengangguk, Reina-san
mulai berjalan biasa dengan sepatu hak tingginya yang berbunyi keras.
Sosok dirinya dari belakang
terlihat sangat menakjubkan, tetapi bagiku, yang melihat tahu tingkah lakunya
tadi, dia hanya tampak seperti berusaha menutupi rasa malunya.
*****
“Menggunakan kata kerja bantu
di sini—”
Dan kemudian selama jam
pelajaran.
Ketika aku melihat Reina-san,
yang mengajar dengan tatapan dingin seperti biasa, aku memikirkan betapa
sulitnya kejadian-kejadian yang terjadi kemarin.
Namun, hal yang paling
membuatku terkesan adalah kepribadiannya berubah 180 derajat ketika dia mabuk
dan mulai banyak tertawa.
Reina-san memberitahuku dengan
susah payah untuk melupakannya, tapi mana mungkin aku bisa melupakannya ...
Sejujurnya, dia terlihat sangat
imut dan aku rasa tidak perlu menyembunyikannya.
Dan kemudian.
“Takahashi-kun, apa yang kamu
makan selama pelajaran?”
“Hm?! Ap-Apa yang anda
bicarakan, Sensei? ”
Takahashi dari klub memasak
menerima peringatan dari Sensei.
Ia mungkin merasa lapar sebelum
makan siang.
Aku bisa memahami perasaannya,
tapi Ia seharusnya tidak memakan makanan selama pelajaran Reina-san.
Dengan langkah kakinya yang
menderu, Reina-san mendekati Takahashi dengan ekspresi tegas.
Kemudian dia menatap Takahashi,
yang gemetaran seperti chihuahua, dan berkata dengan suara dingin.
“Apa kamu tidak punya minat
untuk mendengarkan pelajaranku—?”
Dan kemudian.
─
Kehilangan keseimbangan.
“......!”
Reina-san hampir tersandung.
Tapi..
“—Awas!”
Bam!
“Eek ?!”
Reina-san secara paksa
melakukan gerakan elegan.
Gerakannya seperti seorang
seniman bela diri Cina.
Sepertinya dia akan memukul
wajah Takahashi.
Tentu saja, dia tidak
melakukannya dengan sengaja, tapi dari sudut pandang orang luar kelihatannya
seperti itu.
Dia mungkin telah membuat
kesalahan seperti biasa dan entah bagaimana berhasil menutupi mereka sampai
sekarang.
Lagipula, dia terlihat seperti
ninja pagi ini.
Dia ragu bahwa itu harus begitu
sempurna, tapi kurasa itu tidak bisa dipungkiri, mengingat bahwa citranya sebagai
guru cantik yang tegas dan penuh disiplin.
Tapi seperti yang aku katakan
sebelumnya, aku pikir dia akan lebih populer jika dia bertindak sedikit lebih
alami.
Aku pikir itu akan memberi
kesan "gap moe".
Tidak seperti sebelumnya, ada
kalanya Reina-san tampak sangat imut bagiku.
Pada dasarnya, dia adalah
seorang guru yang sangat peduli dengan murid-muridnya dan tidak mau di cap
buruk di hadapan muridnya...
“Tulis 50 halaman essai
permintaan maaf untuk besok pagi. (Tampak mengancam).”
“Eek ~?!”
Tapi, Kurasa itu mustahil ...
*****
“Lalu? Bagaimana kamu menjalani
hidup bersama itu?”
Guru UKS, Hashibami-sensei,
yang dikenal sebagai Moppy, bertanya padaku sambil mengunyah salah satu roti
yakisoba yang terbatas (yang tampaknya diperolehnya sebelum dijual dengan
menggunakan hak istimewanya sebagai guru).
Setelah pelajaran selesai,
Reina-san menyuruhku untuk pergi UKS seperti terakhir kali, jadi itu sebabnya
aku berkunjung ke sini lagi.
“Yah, entah bagaimana aku bisa
melakukannya. Dan, aku baru tahu kalau Reina-san memiliki sisi kekanak-kanakan
yang mengejutkan dan sejujurnya dia itu sangat menggemaskan.”
“Hmm, tentu saja ada sisi
canggungnya. Aku juga berpikir itu menggemaskan. Terutama ketika dia minum sake,
IQ-nya tiba-tiba jadi turun. ”
“Ya, memang.”
Sambil mengingat-ingat sikapnya
kemarin, Hashibami-sensei mengeluarkan roti yakisoba kedua dan berbicara.
Tunggu, kenapa kau punya dua
roti yakisoba saat itu menjadi produk terbatas?
“Ngomong-ngomong, sejak kapan
kamu mulai memanggil Reina dengan namanya? Dan kalau aku ingat-ingat lagi, dia bahkan
memakai cincin, Aneh sekali. Apa yang itu? Jangan bilang padaku kalau hubungan
kalian sudah berkembang sangat jauh sampai kalian sudah terhubung? Dasar pria
tidak setia, padahal kamu sudah memiliki aku. Moppy kecewa.”
Haah
...
Moppy mengangkat bahu.
Aku harap orang ini kesambar
petir...
Dan apa yang kau maksud dengan
terhubung ...?
“Oh, omong-omong, 'Moppy'
adalah nama panggilanku, jika kamu tidak tahu. Ketika aku makan bersama
beberapa murid, mereka mulai memanggilku begitu tanpa aku sadari . ”
Yum,
yum,
Moppy menggigit roti yakisoba.
“Tidak, Saya sudah tahu dengan
nama panggilan itu, tapi apa yang anda katakan tiba-tiba ... Anda juga seorang
guru, jadi tolong sedikit lebih sopan ...”
“Hahaha, maaf. Tetapi kamu
sepertinya lupa kalau aku adalah guru kesehatan. Ya, aku baru saja mengatakan
istilah medis.”
"Tidak, aku tidak tahu
dari mana kata itu berasal, tetapi kata “terhubung” pasti bukan istilah medis.”
Ketika aku membalas begitu,
Hashibami-sensei, atau Moppy, menatapku dengan ekspresi nihilistik dan berdecak
“Fu”.
Aku tidak yakin apa maksud dari
"Fu" itu, tapi kupikir itu terlalu melelahkan untuk bertanya, jadi
aku tidak melakukannya.
“Bagaimanapun juga, tidak ada
yang terjadi antara Reina-san dan aku. Kami hanya mengubah cara panggil sehingga
kami takkan ketahuan dan cincin itu juga untuk alasan yang sama.”
“Wow, jadi begitu ya. Ini
adalah alasan yang sangat normal. Moppy sangat kecewa.”
Tampaknya apa pun jawabanku, kau
akan selalu kecewa.
“Tapi aku punya harapan tinggi
padamu. Dia gadis yang baik, tapi dia terlalu serius. Jadi aku berpikir bahwa
jika dia berhubungan intim dengan seorang pria, dia mungkin menjadi lebih santai
...”
“Tidak, apa anda berusaha
mencomblangkan siswa ...?”
Ketika aku menatapnya dengan
curiga, Hashibami-sensei menyeringai seperti biasa dan berkata.
“Hahaha, jangan bilang begitu. Aku
serius ingin memperkuat hubunganmu dengannya. ”
“Tidak, aku tidak akan
melakukan apa pun yang mungkin bisa menyinggung perasaannya ...”
“Setidaknya cobalah untuk akrab
dengannya. Aku akan merasa senang jika kamu melakukannya. Aku akan memberimu
hadiah setiap kali kamu membuat kemajuan, jadi berjuanglah.”
Kemudian, Hashibami-sensei
berkata, “Ini,” entah bagaimana menarik keluar permen dari dadanya.
“Te-Terima kasih.”
Jika aku memakannya di sini,
itu akan mengolok-olokku lagi, jadi aku lebih baik memakannya nanti.
“Tentu saja, begitu kamu
menyelesaikan misimu dan menjadi lelakinya, ada makanan penutup yang enak di
sini menunggumu.”
Usai mengatakan itu,
Hashibami-sensei menonjolkan dadanya.
Seperti biasa, oppainya yang
erotis itu bermasalah.
Tapi aku takkan terperangkap
dalam jebakannya.
“Heh, apa anda pikir saya
gampang tergoda dengan hal itu?”
“Oh Jadi kamu tidak mau makanan
penutup? ”
“......?!”
Hashibami-sensei mulai menyembunyikan
dadanya, tetapi jika aku menyerah di sini, aku akan kehilangan harga diriku
sebagai seorang pria.
Setelah mengepalkan tanganku
erat-erat, aku mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang aku
rasakan.
“... Tentu saja tidak.”
“Fufu, aku mengerti.”
Sialan!
*****
Saat istirahat makan siang.
Entah kenapa, aku kehilangan
sesuatu yang penting sebagai seorng pria.
Ketika aku membuka bekal makan
siang yang disiapkan Reina-san, Aoi mendekatiku dengan tatapan kebingungan.
“Eh? Apa kamu membawa bento
hari ini juga? Apa pembantu rumah tanggamu menyiapkannya untukmu lagi? ”
“A-Ah, ya. Dia adalah orang yang
sangat perhatian.”
Ngomong-ngomong, untuk tanda
hati, aku sudah menjelaskannya dengan baik kepada Reina-san.
Jadi hari ini dia menyiapkan
nasi biasa yang didampingi rumput laut.
“Hmm, yah, tidak masalah. Aku
akan makan siang juga.”
Seperti biasa, Aoi membuka
kotak bento dan mengisi mulutnya dengan ayam goreng.
“Mmm, enak sekali ♪.”
Aku tersenyum ketika melihatnya
makan dengan senang, saat ...
“Ngomong-ngomong, apa kemarin
kamu pergi ke mal di depan stasiun,
Koutaro?”
“Buh?!”
Aku menyemburkan the yang
kuminum saat dia mengajukan pertanyaan yang mendadak tersebut.
“Hei, hei, apa kamu baik-baik
saja?!”
“Y-Ya ...”
Aku mengangguk sambil menyeka
mulutku dengan tangan.
Karena ddia tidak mengatakan
hal lain tentang bento, aku jadi sangat lengah.
“Ti-Tidak, kau pasti salah
orang. Kemarin aku membersihkan rumah sepanjang hari. ”
“Benarkah? Jadi, aku memang
salah orang kali, ya ...”
Aku mengajukan pertanyaan
kepada Aoi, yang mengerutkan keningnya dengan “Hmm”.
“Emangnya orang itu sangat
mirip denganku?”
“Ya, Ia mengenakan jenis
pakaian yang selalu kamu pakai, jadi kupikir itu kamu. Oh, tapi ada seorang
gadis cantik dengan rambut halus yang menemaninya, jadi aku mungkin salah orang.
Lagipula, kamu tidak kenal orang yang seperti itu, ‘kan, Koutaro? ”
“Ti-Tidak.”
Aku meninggikan suaraku karena
panik.
Ada banyak orang di dalam kelas
yang melirikku dari yang aku harapkan.
Ketika aku sampai di rumah
nanti, aku akan menyingkirkan pakaian yang aku kenakan kemarin ...
“Tapi tetap saja, gadis itu sangat
cantik sekali. Oppainya sebesar ukuran Sakurakouji-sensei. ”
“He-Heh, benarkah? Aku iri pada
cowok yang bersama seseorang seperti itu. ”
“Iya, ‘kan? Aku berharap
punyaku sedikit lebih besar. ”
Sambil mengatakan itu, Aoi
mulai mengelus dadanya dengan kedua tangan.
Tentu saja, payudaranya tidak
sebesar milik Reina-san atau Hashibami-sensei, tapi punyanya masih memiliki
daya tarik tersendiri, jadi aku heran kenapa dia harus pesimis tentang hal itu.
Bahkan, dalam masalah Aoi, aku
pikir lebih baik seperti itu.
Aku merasa ukurannya sudah
cocok untuknya dan bahkan seimbang.
Dan kemudian.
“Ja-Jangan lihat-lihat terus
... Echhi.”
Dengan malu-malu Aoi
menyembunyikan dadanya.
Sepertinya, tanpa sadar aku
terus-terusan menatapnya.
“Ma-Maaf! Aku tidak bermaksud
begitu ...”
“... Oke, itu tidak masalah.
Tapi apa kamu sangat tertarik dengan ini ...? ”
“Eh?”
Aoi bertanya padaku, dan aku
ragu sejenak untuk menjawabnya.
“Ya-Yah, kau juga seorang
wanita, jadi tentu saja aku tertarik ...”
Aku menjawabnya sembari
memalingkan muka, dan Aoi tersenyum senang, berkata, “Begitu ya.”
“Nishishi ♪. Aku bisa mengijinkanmu menyentuhnya jika kamu
mau.”
“Apa ?! A-Apa kau bilang?! ”
“Uwaa, wajahmu merah sekali ~ ♪. Koutaro, kamu sangat imut ~ ♪. ”
“Grrrh ...”
Berani-beraninya kau
mempermainkan perasaan polos cowok perjaka ...
Sambil mengerutkan bibir dan
menunjukkan ketidaksenanganku, Aoi berdeham dan melanjutkan.
“Tapi jika kamu benar-benar
ingin menyentuhku, kurasa kamu harus menjadi pacarku dulu, kan?”
“Kau, kau cuma kepengen
mengejekku, ‘kan ... Tapi syukurlah.”
“Hey?”
“Tidak, hanya saja ada beberapa
orang yang suka menggoda orang lain dengan membiarkan diri mereka disentuh ketika
mereka bahkan tidak punya perasaan terhadap orang itu.”
Jelas, yang aku maksudkan adalah
Moppy.
“Jadi aku senang kau bukan
orang seperti itu. Hargailah dirimu dengan baik.”
“Y-Ya. Oke ...”
“Baiklah kalau begitu, ayo
lanjut makan.”
Setelah memastikan bahwa
percakapan sudah selesai, aku mulai makan lagi.
“Hei, Koutaro.”
Kemudian Aoi memanggilku lagi.
“Hm? Ada apa? ”
“Tentang yang tadi, yah, kamu
tahu, aku tidak keberatan membiarkan orang yang kusukai menyentuhku ...”
“Yah, jika kau sendiri bilang
begitu, maka tidak apa-apa. Tapi siapa yang tahu orang seperti apa Ia dan aku
pikir lebih baik kau harus mengenal Ia lebih dekat dan memahami kepribadiannya
sedikit demi sedikit. Dengan begitu, bila terjadi sesuatu, kau tidak akan
tersakiti. ”
Ada beberapa cowok di luar sana
yang hanya mengejar tubuh wanita.
Aku tidak ingin Aoi menjadi korban
dari orang-orang semacam itu.
“Tersakiti, benar. Ya, aku mengerti.
Jadi satu hal lagi. Jika aku berpacaran dengan cowok baik yang tahu segalanya
tentang diriku, bukannya tidak apa-apa baginya untuk menjadi sedikit lebih
berani ...?”
“Ya, memang, bila cowok itu
benar-benar orang yang kau sukai. Karena aku yakin kau bisa menemukan cowok yang tepat, dan
selain itu, tidak ada cowok yang tidak suka menunjukkan kasih sayangnya kepada
seorang wanita.”
Ketika aku memberinya saran,
Aoi tersenyum gembira dan berkata:
“Nishishishi, begitu ya ♪. Terima kasih. Aku akan mencoba yang
terbaik!”
“Ya.”
Dan kemudian.
“Jadi, aku akan makan sosis
gurita ini!”
“Apa?!”
Tiba-tiba Aoi mencuri gurita
sosisku dan aku terkejut.
“Oi! Inikah caramu membalas
budi setelah aku memberimu saran?! ”
“Nishishi, salahmu sendiri
karena begitu ceroboh ~ ♪.”
Yum,
gurita sosis itu menghilang ke mulutnya.
Aku sengaja menyisakannya untuk
memakannya nanti...
“Sial ...!”
“Sudah, sudah, jangan marah
begitu. Dengar, aku akan memberimu ayam gorengku sebagai gantinya. Ini dia…. ”
“Eh, tidak ...”
Aku sedikit kaget dengan cara
Aoi memegang ayam goreng di depan aku.
Situasi ini seperti "buka mulut lebar-lebar dan katakan
ahh" ...
“A-Ayo, cepatlah. Nanti ayam
gorengnya jadi dingin.”
“Ah, ya ... Kalau begitu ...”
Aku membuka mulutku
lebar-lebar.
Kemudian, dia memasukkan ayam
goreng ke mulutku.
“Mmm ... yum, yum ...”
“Ba-Bagaimana? Enak, ‘kan? ”
Aoi bertanya pendapatku, dengan
pipinya yang memerah.
Tentu saja ini enak.
Aku ingin tahu apakah ibu Aoi
yang memasaknya.
“Y-Ya. Enak sekali.”
“Be-Begitu ya, ayo kita
barteran lagi lain kali ♪.”
Aoi tersenyum dengan wajah
lebih merah dari sebelumnya dan aku dengan ragu mengangguk dengan “Y-Ya”, tapi
...
“... Sudah…..”
“Sudah?”
“—Aku sudah tidak tahan lagi ~!
Uwaa ~ n!”
Tiba-tiba, Aoi berlari keluar,
menjerit.
“He-Hei! Tunggu, kau mau pergi
kemana, Aoi?! ”
Aku mencoba menghentikannya
segera, tapi tidak bisa mengimbangi kecepatan lari Aoi yang meninggalkan
ruangan secepat angin.
“Hah, dia itu kenapa sih ...?”
Tentu saja, aku kebingungan
dengan tingkah laku Aoi, tapi ...
“Ha, masa muda.”
“......!”
Tiba-tiba Takahashi, putra dari
keluarga bangsawan yang gemuk dan anggota klub memasak, mendekatiku dan
berkata:
“Ngomong-ngomong, apa kamu
keberatan kalau aku menghabiskan bento milik Mademoiselle?”
“Tidak, itu tidak boleh ...”
“......?!”
Tidak, kenapa kau malah terkejut?
Ngomong-ngomong, Aoi kembali
tepat sebelum istirahat makan siang selesai dan menghabiskan sisa makanannya.
Pada akhirnya, aku tidak tahu
apa penyebab mengapa dia lari.
****
Setelah sekolah, aku langsung pulang
ke rumah dan mulai membersihkan bak mandi, dan Reina-san kembali tepat setelah aku
selesai.
Dia mengatakan bahwa, jika
memungkinkan, aku harus mencuci bak mandi setiap hari atau setidaknya sekali
setiap hari dan mengganti airnya.
Karena jika tidak, semua jenis
kuman bisa tersebar.
Hal yang sama terjadi dengan
handuk mandi, yang menurutnya harus dicuci dengan baik daripada membiarkannya
kering.
“Selamat datang kembali. Bak
mandi sudah siap sekarang. ”
“Ya terima kasih. Aku akan
membuat makan malam segera.”
Sambil mengatakan itu,
Reina-san pergi ke kamar untuk mengganti bajunya, lalu mengenakan celemek
favoritnya dan pergi ke dapur.
Dia bertanggung jawab untuk
berbelanja hari ini, jadi aku tidak tahu apa menu makan malam sekarang. Tapi dilihat
dari belanjaan ayam, bawang, dan telur yang dia bawa, aku pikir menunya bakal
omurice atau sejenisnya.
Tentu saja, aku menyukai
omurice. Aku bersemangat untuk menyiapkan piring dan sayuran di atas meja.
“~~ ♪.”
“......!”
Tiba-tiba, aku menyadari bahwa
Reina-san sedang menyenandungkan sebuah lagu dan aku berhenti tanpa sadar.
Melihatnya berdiri di dapur
dengan celemek dan rambutnya dikuncir agar tidak mengacaukan dapur saat dia
mencicipi makanan, rasanya seperti—
“Kau terlihat seperti seorang
istri beneran.”
“......?!”
Klang,
Klang, Klang!
“Ehhh ?! A-Apa kau baik-baik
saja?! ”
Tiba-tiba, Reina-san
menjatuhkan barang dengan keras dan aku dengan cepat mendekatinya untuk melihat
apa yang terjadi.
Lalu dia berteriak padaku “He-Hei,
kamu!”, Dengan wajah semerah tomat.
“Su-Sudah kubilang jangan
mengatakan kalimat yang bisa membuatku salah paham!”
“Eh? A-Ah, maaf! Ta-Tapi itu
tidak sengaja, ketika aku melihatmu memasak, aku keceplosan ... Ah-Ahaha,
serius, apa yang sudah aku katakan.”
Menanggapi dengan tawa kering,
aku mencoba mengambil bahan-bahan yang dijatuhkan Reina-san, tapi ...
—nyes.
““~~?!””
Tangan kami tiba-tiba saling
bersentuhan dan buru-buru menariknya lagi.
“Ma-Maafkan aku ...”
“T-Tidak, aku juga minta maaf
...”
Berkat itu, suasana yang
cangung menyelimuti kami, dan untuk sementara waktu, kami tetap diam dan dalam
suasana canggung.
****
Setelah itu, aku menikmati
makan malam yang enak dan lezat (yang merupakan omurice), dan mandi duluan atas
saran Reina-san.
Berkat dia, aku sring mandi di
bak mandi selama beberapa hari terakhir dan rasa lelahku berkurang.
Aku bahkan bisa bangun dengan
segar di pagi hari.
Kamarku bersih, rapi dan
menyegarkan, dan aku keheranan sendiri mengapa aku tidak melakukan ini
sebelumnya.
“Tidak, aku sudah mencobanya, tapi
...”
Masalahnya, caraku melakukannya
sangatlah kacau.
Bagaimanapun juga, berkat
Reina-san, aku bisa menjalani kehidupan yang nyaman dan aku tidak bisa berkata
apa-apa untuk berterima kasih padanya.
Aku ingin dia benar-benar menjadi
pembantu rumah tanggaku, tapi aku pikir itu mustahil.
Aku bertanya-tanya sampai berapa
lama aku bisa melanjutkan kehidupan seperti ini.
Apa aku dapat mempertahankan cara
hidup ini setelah dia pergi ...?
“Ak-aku khawatir ...”
Aku menjatuhkan pundakku, tapi
tiba-tiba wajahku terpantul di permukaan air mengingatkanku pada percakapan
sebelumnya.
“Tapi aku bingung kenapa aku
malah bilang “istri” ... aku membuatnya marah ketika aku mengatakan “baru
menikah”, jadi aku harus berhati-hati untuk tidak mengatakan sesuatu yang aneh
...”
Dan, saat tangan kita
bersentuhan, aku merasa sangat malu.
Apa-apaan itu?
Aku mungkin lebih menyadarinya
sebagai seorang wanita daripada yang aku kira.
Mungkin karena kita hidup
bersama, tapi aku baru memikirkannya akhir-akhir ini.
Entah kenapa, dia itu sangat
menggemaskan ...
Dia adalah gadis yang lebih tua
dan cantik seperti yang aku sukai, tapi sisi kekanak-kanakan yang dia
perlihatkan terkadang membuatku terpesona.
Selain itu, dia selalu
berpakaian sangat terbuka dan memiliki gaya istri ...
Fuu ... Saat melamun, aku mengingat
penampilan Reina-san di dapur.
Jelas, dia terlihat sangat
menawan, tetapi yang paling mengesankan bagiku adalah, tentu saja, tengkuknya,
yang terlihat dari bawah kuncir kudanya.
Dan dikombinasikan dengan gaya
istri, hal tersebut sangat cocok dengan seleraku.
“Jadi aku benar-benar punya
fetish tengkuk leher, ya ...”
Aku menghela nafas lagi atas
fakta itu, tapi sekarang setelah aku tahu, tidak ada yang bisa kulakukan untuk
itu.
Mulai sekarang, aku akan hidup
tanpa malu sebagai seorang fetish tengkuk leher.
Sambil memikirkan sesuatu
seperti itu, aku keluar dari bak mandi dan menuju ke ruang tamu, di mana aku
melihat Reina-san sedang melipat pakaiannya.
“......”
Kemudian gambaran nenekku
tumpang tindih dengan dirinya dan aku hanya bisa menatapnya.
Kalau dipikir-pikir, aku pikir
nenekku biasa melipat pakaian seperti ini.
Dan dia selalu menyambutku
ketika aku sampai di rumah:
─
Selamat datang kembali, Ko-chan.
“.....?! Ak-Aku akan melakukan
sisanya. ”
Mengetahui bahwa beliau takkan
pernah mengatakan itu kepadaku lagi, aku merasa ingin menangis, jadi aku
berjuang untuk menyeka air mata dari mataku dan berbicara pada Reina-san dengan
suara bahagia.
“Oh benarkah? Kalau begitu
tolong.”
“Ya, serahkan saja padaku—”
Aku mengangguk untuk memenuhi
harapan, tapi ...
“—Nenek.”
“......”
“......”
Rupanya, aku belum menjernihkan
kepalaku.
Kami berdua membeku selama
beberapa detik.
“... Kamu barusan bilang apa?”
“Eek!”
Reina-san bertanya dengan nada mengancam
dan aku hanya bisa berteriak.
Ketimbang mirip istri yang baru
menikah, dia lebih mirip seperti seorang nenek.
Tidak mungkin Reina-san sendiri
berpikir bahwa dia akan melewati ambang tiga generasi dalam waktu sesingkat
itu.
Ada beberapa orang yang
memanggil guru mereka sebagai orang tua mereka karena kesalahan, tapi aku pikir
sangat jarang bahwa ada murid salah sebut seorang guru di usia dua puluhan
dengan neneknya.
Sebaliknya malah, tidak ada
yang seperti itu ...
Bagaimanapun juga, aku dengan
cepat membuat alasan.
“Bu-Bukan begitu maksudku!
Ha-Hanya saja ketika aku melihatmu melipat pakaian, kau entah bagaimana
terlihat seperti nenekku! ”
“Heh, nenekmu? Itu suatu
kehormatan. Ngomong-ngomong, aku baru berusia 25 tahun, tahu? ”
Eek!
Kau tidak perlu membuka matamu
selebar itu!
“Te-Tentu saja! Serius, apa
yang dikatakan cowok fetish tengkuk leher ini?! ”
“... Tengkuk leher?”
“Ah ...”
Kemudian aku menyadari kalau aku
mengacaukan lagi, jadi aku diam dan memalingkan muka.
“Panekuk, maksudku panekuk ...
Ahahaha ...”
“Begitu rupanya. Tidak heran
tatapanmu kepadakau tampak lebih tidak menyenangkan daripada biasanya.”
Usai bilang begitu, Reina-san
melepaskan pita yang mengikat rambutnya.
“Aahh ...”
“Haaa? Apa?”
“Bu-Bukan apa-apa ...”
Secara alami, Reina-san
mencaciku ketika aku sedang ketakutan.
“Dengar, aku tahu kamu
laki-laki dan tertarik pada tubuh wanita. Tapi aku ini gurumu ... Kurasa itu
bukan ide bagus untuk melihat guru dengan mata ca-cabul! ”
Reina-san mengepalkan kedua
tangannya erat-erat di dadanya, bersamaan dengan wajahnya yang merah padam.
Aku tidak berniat menatapnya
dengan mata mesum, tapi dia terus menunjukku dan melanjutkan.
“Jadi, sebagai hukuman, kamu
akan mendapat pelajaran tambahan yang setara dengan dua hari pelajaran!”
“Ehhh?!”
Itu keterlaluan! Tentu saja, aku
memastikan dia tidak mendengar protesku, dan Reina-san dengan cepat naik ke
atas dan kemudian turun lagi sambil membawa tas kesayangannya di tangan.
Jadi, dia mengeluarkan buku
teks bahasa Inggris dari tasnya dan berkata.
“Pelajari dari sini ke sini. Aku
akan mencuci pakaian, jadi kamu fokus belajar. Mengerti? ”
“Y-Ya. Mengerti ...”
“Baiklah. Jadi segera bawa alat
tulis dan buku catatanmu. Aku tidak akan membiarkanmu tidur sampai kamu
selesai.”
“... Ya.”
Aku tertunduk lesu dan pergi ke
kamarku untuk mengambil materi belajarku.
*****
Jadi, aku bekerja keras di
pelajaran tambahan bahasa Inggris, seperti kata Reina-san, tapi ...
“Pada dasarnya, ini adalah
bentuk progresif masa kini. Jadi jawabannya adalah—”
“......”
Ak-Aku tidak bisa fokus ...
Keringatku terus bercucuran dengan deras.
Tapi, wajar saja.
Karena Reina-san, yang tubuhnya
masih basah setelah mandi, terus-menerus memancarkan aura sensualitas yangdi
sisiku.
Aku mengerti kalau kau memiliki
rasa tanggung jawab yang besar, tapi aku akan sangat menghargainya jika kau
setidaknya memakai baju yang benar saat menemaniku belajar.
Karena ... Aku sedikit
mengalihkan tatapanku ke samping dan menemukan payudaranya yang montok
terbungkus kaos longgar.
Selain itu, lembah terlarangnya
memancarkan sedikit rona kemerahan karena kelembaban dan berkeringat.
Meski dia berusaha membantuku belajar,
dia sangat dekat denganku sampai-sampai aku tidak bisa fokus sama sekali.
Namun, dia sudah
memperingatkanku untuk tidak menatapnya dengan mata mesum.
Jadi aku terus menatap lurus ke
depan, mataku terbuka begitu lebar sehingga tampak seperti peserta ujian masuk
universitas.
*****
Dua jam kemudian.
“Ak-Aku sudah selesai ~ ...”
Aku ambruk di atas meja.
Kemudian Reina-san menyimpan
materi studinya dan memberi selamat padaku.
“Kerja bagus. Kamu melakukannya
dengan sangat baik.”
“Tidak, terima kasih karena
sudah mengajariku. Berkat ini, aku pikir aku bisa menanganinya bahkan jika kau
bertanya kepadaku saat pelajaran.”
“Begitu ya, aku senang
mendengarnya. Jadi apa aku harus bertanya padamu saat pelajaran besok?”
“Eh?!”
Yang benar saja?! Saat aku
menyesali celotehku dari lubuk hatiku, Reina-san tertawa senang dan berkata.
“Fufu, aku hanya bercanda.
Karena aku tahu lebih baik dari siapa pun seberapa banyak kamu belajar.”
“Reina-san ...”
Saat kehangatan menyebar di
dadaku, dia melihat jam di dinding dan berkata.
“Yah, sudah larut malam, sekarang
waktunya tidur. Kamu harus bangun pagi-pagi besok, jadi jangan sampai begadang,
oke? ”
“Baiklah. Selamat malam,
Reina-san. ”
“Ya, selamat malam,
Koutaro-kun.”
Dengan ucapan selamat malam
tersebut, aku mengumpulkan materi belajarku dan bersiap untuk kembali ke
kamarku, tapi ...
“Eh? Apa kau masih belum mau tidur,
Reina-san? ”
Tiba-tiba, aku melihat
Reina-san menaruh beberapa salinan dan hal-hal lain di atas meja, dan aku
berhenti.
Lalu, dia mengangguk dan
berkata "Tidak".
“Kau tahu, sebentar lagi ada
ujian semester, ‘kan? Jadi aku menyiapkan semua materi soal yang penting dari
awal untuk digunakan supaya bisa mengevaluasi semuanya.”
“Oh, begitu. Maaf sudah
merepotkanmu saat kau sedang sibuk ... ”
Aku menundukkan kepala untuk
meminta maaf, tetapi dia menggelengkan kepalanya dan berkata.
“Jangan khawatir, aku tidak
peduli. Karena kamu adalah salah satu muridku yang berharga. Jadi, kamu selalu
bisa mengandalkanku. Aku akan membantumu dengan segala kemampuanku. ”
“Ya, terima kasha banyak.”
Bagaimanapun, Reina-san adalah
guru yang baik.
Aku yakin dia selalu memikirkan
muridnya seperti itu sampai larut malam.
“Selamat malam. Sampai besok.”
“Ya Tolong jangan terlalu
banyak bekerja.”
“Ya, terima kasih.”
Reina-san tersenyum dan aku
membungkuk padanya sekali lagi dan kembali ke kamarku.
◇◇◇◇
“Hei, boleh aku pergi bermian ke
rumahmu hari ini?”
“Eh?”
Saat makan siang pada keesokan
harinya.
Tiba-tiba Aoi bertanya seperti
itu dan membuatku terkejut.
Tentu saja, jika dia mampir ke
rumahku, ada kemungkinan kalau dia akan tahu bahwa aku tinggal bersama
Reina-san.
Jadi, bahkan jika aku merasa
tidak enakan, aku akan melakukan yang terbaik untuk menolaknya.
“Ah, kalau hari ini agak sulit
...”
“Benarkah? Kalau besok,
gimana?”
“Ah, besok juga agak sulit ...”
“Hmm. Lusa?”
“Ah, lusa juga sedikit ...”
Dan kemudian.
“Ahh! Hari ini tidak bisa,
besok tidak bisa! Lalu bisanya kapan?! ”
Tampaknya kesabarannya sudah
habis dan dia mengangkat suaranya dengan keras.
Namun, aku tidak tahu sampai berapa
lama Reina-san akan tinggal di rumah.
Jadi aku merasa tidak enakan
pada Aoi, tapi aku harus memintanya untuk menyerah sekarang.
“Te-Tenanglah dulu.
Pertama-tama, kenapa kau ingin datang ke rumahku?”
"Eh? Ka-Karena aku belum
ke sana baru-baru ini ... ”
“......?”
Aku memiringkan kepalaku saat
Aoi bermian-main dengan jari telunjuknya.
Kemudian, entah dari mana, pria
gemuk, Takahashi dari klub memasak, muncul, dan untuk beberapa alasan,
berbicara dengan marah-marah.
“Serius, kau masih belum paham
saja?!”
“Hm?”
Kenapa kau mlaha mendadak marah
begitu?
“Gadis ini mengatakan kalau dia
ingin pergi ke rumah cowok sambil menanggung rasa malu! Cobalah peka sedikit! ”
“Tu-Tunggu, Takahashi-kun!”
Aoi bergegas menghentikan
Takahashi, tapi aku mengerutkan kening dan membalasnya.
“Tidak, bahkan jika kau
mengatakan itu ... Aoi sudah sering ke rumahku berkali-kali sebelumnya ...”
Sambil memiringkan kepalanya
dengan “Hmm”, Takahashi berkata “Dasar bego!” dengan gusar.
“Pokoknya! Kau harus mengundang
Nona Gunjo ke rumahmu sekarang juga! Ayo, beri tahu dia juga, Nona Gunjo! ”
“Be-Benar ... Bi-Biarkan aku
mampir!”
Aoi, yang didorong oleh
Takahashi, mengangkat tinjunya ke udara dengan matanya membentuk ">
<".
Kenapa kamu berbicara seperti
Perry ...? Sambil tertegun, Takahashi mulai mendukungnya.
“Benar! Kau harus berpikir
lebih hati-hati, dasar tidak peka! Ayo KATAKAN! "
“Biarkan aku mampir!”
“Biarkan dia mampir!”
“Lebih sedikit penghargaan
tahunan!”
“Lebih sedikit penghargaan
tahunan!”
“Perbanyak roti yakisoba
terbatas!”
“Lebih banyak produksi!”
“......”
Hei, apa-apaan ini?
Sebenarnya, sejak penghargaan
tahunan itu tidak ada hubungannya denganku.
Dan untuk roti, bukannya karena
Moppy tersayangmu selalu membeli banyak roti terbatas?
Aku bisa membayangkan Moppy
dengan wajah serius membuat tanda peace
dan berkata "Yay", dan kemudian aku berbicara kepada dua orang yang
terus-terusan berteriak.
“Lagipula, sekarang situasinya
sedang tidak baik. Jadi lain kali saja.”
“Eh ~, kamu egois ~.”
“Egois ...?”
Aoi menggembungkan pipinya
tidak puas dengan "Booboo," dan sambil menatapnya dengan mata
menghina, Takahashi menyisir rambutnya dengan sombong dan berkata.
“Kalau begitu, izinkan aku
mengundangmu ke tempatku, Mademoiselle.”
“Ah, aku masih punya urusan
lain, jadi tidak usah, terima kasih.”
“Ugh.”
Tidak, jangan menangis segala,
Takahashi.
*****
Setelah kembali ke rumah, aku
memberitahu Reina-san tentang apa yang terjadi pada istirahat makan siang dan
mengatakan kepadanya bahwa aku ingin dia berhati-hati jika ada kunjungan
mendadak.
Jadi, selama waktu bersantai
setelah makan malam, Reina-san membuat saran seperti ini.
“Ngomong-ngomong, seperti yang
pernah aku katakana, ada juga masalah orang tuaku, jadi ayo kita lakukan
semacam tindakan pencegahan jika sesuatu yang tidak terduga terjadi.”
“Tindakan pencegahan?”
“Ya, benar. Ini juga berlaku
untuk orang lain, seperti Gunjo-san, misalnya, jika kamu bertemu seseorang saat
kamu tidak benar-benar waspada, atau jika mereka memintamu sesuatu yang
berkompromi ... "
“Begitu ya. Memang benar bahwa
orang tuamu akan segera datang, jadi mungkin kita perlu mengambil langkah-langkah
seperti itu. ”
“Ya Jadi ayo kita berlatih
sedikit.”
Mengangguk setuju, Reina-san
meletakkan cangkir teh di atas meja.
Dan kemudian.
“—Apa kamu punya seseorang yang
kamu sukai?”
“Eh?! A-Apa yang kau katakan?!
”
Tiba-tiba Reina-san menanyakan
pertanyaan itu padaku, dan tanpa kusadari, aku hampir saja berteriak.
Tapi..
“Hei, kamu tidak boleh bereaksi
seperti itu. Kamu harus selalu tetap tenang.”
“O-Oh, jadi itu ...”
Sepertinya pertanyaan itu hanyalah praktik dan aku merasa lega.
Tentunya, jika aku kesal dengan
hal seperti itu, aku bakal takkan bisa menangani dengan kunjungan orang tuanya
atau Aoi.
Sepertinya itu layak untuk
dilatih.
Lalu, aku juga akan bertanya
pada Reina-san sesuatu yang bisa membuatnya kesal.
Sejujurnya, aku pikir itu salah
untuk menanyakan pertanyaan begini kepada seorang wanita, tetapi karena ini
adalah latihan yang penting, aku yakin Reina-san akan memaafkanku.
“Ngomong-ngomong, berapa ukuran
payudaramu?”
“Ap-Apa ?! Ap-Apa yang kamu
pikirkan ?! I-Itu adalah pelecehan seksual! ”
Dia menyembunyikan dadanya
dengan tangan dan mengangkat suaranya, wajahnya merah padam.
Jadi, ketika mencoba
menenangkan Reina-san, aku menjelaskan padanya, "Ta-Tapi ini
latihan", tapi ...
“Ta-Tapi bukan berarti kamu
bisa bertanya apa saja! Kamu pasti mencoba membandingkanku dengan Reiko-sensei,
bukan ?! Dasar orang cabul, Koutaro-kun! ”
“Ti-Tidak, aku tidak berniat seperti
itu! Sebenarnya, kenapa kau malah mengaitkannya dengan Reiko-sensei?! ”
Aku melakukan protes, tetapi
dia tidak mendengarkanku sama sekali.
*****
Bagaimanapun juga, kami terus
berlatih, dan meski pada awalnya kami gampang kesal, sedikit demi sedikit kami mulai
terbiasa sampai merasa cukup percaya diri bila ada tak tak diundang bisa datang
kapan saja.
Jika ada kunjungan mendadak
dari Aoi, yang merupakan masalah saat ini, aku akan memastikan bahwa sikat gigi
Reina-san disembunyikan di tempat yang sulit dilihat, meletakkan sepatunya
ketika dia sampai di rumah, dan memastikan bahwa pakaian yang digantung di
teras itu tidak bisa dilihat dari ruang tamu.
Pokoknya, aku mulai lebih berhati-hati
sehingga aku tidak akan tahu kapan itu datang.
Namun, setelah itu, Aoi tidak
datang untuk mengunjungi rumahku, dia juga tidak mengatakan apapun di sekolah,
dan keseharian yang kujalani pun berlalu dengan sangat tenang.
Waktu yang berlalu begitu damai
sampai-sampai aku ragu apa aku perlu tetap berhati-hati.
Mungkin dia terlalu sensitif.
Jadi sampai orang tua Reina-san
datang berkunjung, kami memutuskan untuk menurunkan kewaspadaan kami dan mengembalikan
semua barang ke tempatnya semula.
Lalu, akhir pekan telah tiba.
“Selamat pagi, Koutaro-kun.”
“Ya, selamat pagi ... Eh ...?”
Aku meragukan penglihatanku
sejenak.
Yah wajar saja aku meragukannya.
Karena, Reina-san tidak
mengenakan kaos longgar, melainkan memakai baju yang tak terduga, yaitu, dia
mengenakan “seragam.”
Apa yang sedang kau lakukan
pagi-pagi begini ...?
Yah, kelihatannya bagus, tapi
...
“Ini, ada apa? Kenapa kau
memakai pakaian itu?”
“Sepertinya kamu sudah
menyadarinya.”
Ujar Reina-san sambil
meletakkan secangkir kopi di atas meja untukku.
Rasanya bahkan lebih aneh jika
aku tidak menyadarinya.
“Aku sudah pernah bilang
sebelumnya, ‘kan? Kalau kita akan berlatih sampai kamu melihatku sebagai gadis
seusiamu.”
“Y-Ya ... Sensei memang pernah
mengatakan sesuatu seperti itu, tapi ...”
Malahan, apa kita masih akan
melakukannya?
“Ya. Karena terakhir kali kita
berhenti di tengah jalan, jadi kali ini aku ingin kita berlatih dengan benar. ”
“Itu sebabnya kau memakainya
...?”
“Memang.”
“......”
Maksudmu gimana, sih ...?
Justru, apa-apaan dengan guru
yang berpakaian seperti anak sekolah yang tersenyum lebar di pagi hari di hari
libur ...?
“Karena itulah aku memutuskan
untuk mengenakan seragamku hari ini ketimbang kaos yang biasa. Jadi anggap aku
sebagai teman sekelasmu. ”
“Ya ...”
Ini tidak masuk akal.
“Jika kamu mau, aku bisa
bertingkah sebagai Senpai-mu. Kau tahu, sesuatu yang sering disebut 'Senpai yang mengagumkan'. ”
“Senpai yang mengagumkan ...?”
Rasanya luar biasa sekali kau
berani menyebut dirimu “mengagumkan”.
“Ya, benar. Sekarang anggap aku
seperti Senpai-mu. ”
“Tidak, meski kau bilang begitu
...”
Aku pikir itu permintaan yang
tidak masuk akal, tapi dia menatapku dengan senyum sembari membusungkan dadanya
dengan bangga.
Kurasa aku akan menurutinya
untuk saat ini.
“Se-Selamat pagi, Senpai.”
“Ya, selamat pagi. Apa tidurmu
nyenyak, Kouhai-kun? ”
“Y-Ya, lumayan.”
“Begitu ya, aku senang. Jadi,
minumlah kopimu sebelum dingin. ”
“Ah ya. Baiklah kalau begitu
... "
Sambil mengangguk, aku
mengambil cangkir kopi yang sudah disediakan.
“... Fuu.”
“Bagaimana? Apa rasanya enak? ”
“Ya, seperti biasa, Reina-sa
... Kopi yang kamu siapkan lezat, Senpai.”
“Fufu, terima kasih. Aku juga
suka kopi yang kamu buat, Kouhai-kun. ”
“Te-Terima kasih.”
Apa-apaan ini? Rasanya sangat
memalukan ?!
Wajahku jadi merah padam!
Ketika aku merasa ingin segera
meninggalkan tempat ini, Reina tertawa pelan dengan “Fufu” dan berkata:
“Rasanya tidak terlalu buruk.
Sebenarnya, sejak aku bersekolah di sekolah khusus perempuan, aku tidak pernah
punya Kouhai cowok sepertimu. ”
“Ah, begitu ya. Jadi kau
sepertinya menikmatinya sedikit.”
“A-Aku tidak menikmatinya. Aku hanya
terbiasa hidup bersama dan berpikir akan menyenangkan jika sedikit
bermain-main. ”
Reina-san membuang muka sakan-akan
merajuk dengan wajah merah.
“Haha, tapi tidak masalah, ‘kan?
Ini mungkin cuma latihan, tapi tidak ada salahnya untuk bersenang-senang.”
“Ya. Kamu mungkin benar. Kalau
begitu, ayo kita lakukan dan bersenang-senang sedikit.”
“Ya, aku pikir akan lebih mudah
seperti itu.”
“Ya, mungkin. Kalau begitu, aku
akan membuat sarapan.”
“Ah, tapi sebelum itu,
seragamnya ...”
Seolah-olah dia tidak
mendengarku, Reina-san langsung mengenakan celemek di atas seragamnya dan mulai
membuat sarapan.
Aku ingin dia melepas
seragamnya ... Tapi dia terlihat terlalu manis.
Dan seperti biasa, tengkuknya terlihat
luar biasa.
“Reina-san ... Maksudku, Senpai
...?”
“Ada apa?”
Reina-san berbalik dan
memiringkan kepalanya, ada sosis yang mengganjal mulutnya.
Aku sangat senang bisa memiliki
Senpai yang imut, tapi itu akan buruk bagi kesehatanku bila terus melanjutkan
ini sepanjang hari.
Dana, apa yang akan kau lakukan
jika seseorang melihatmu berpakaian seperti itu?
“Yah, begini, aku berpikir
bahwa akan menjadi masalah jika orang tuamu tiba-tiba datang ...”
“Jangan khawatir. Memang benar
kalau mereka bilang akan segera datang, tapi orang tuaku tidak akan datang
berkunjung tanpa memberitahu dulu. Mereka pasti bakal menghubungiku dulu setidaknya
beberapa hari sebelumnya.”
“Yah, itu benar ...”
“Jadi, jangan khawatir, oke?
Sarapannya akan segera siap, jadi tunggu sebentar. Ah, bisakah kamu menata
piringnya? ”
“Oh ya ...”
Sesuai perintah Reina-san, aku
meletakkan mangkuk dan peralatan makan lainnya di atas meja.
Aku benar-benar ingin dia
berhenti mengenakan seragam itu segera, tapi dia sangat bersemangat sampai dia
menyebut dirinya Senpai yang mengagumkan, jadi sulit bagiku untuk
memberitahunya ...
“Terima kasih untuk
makanannya.”
“Ya, sama-sama.”
Sementara aku bertanya-tanya
bagaimana cara untuk memberitahunya, waktu sarapan pun berakhir.
“Hmm ...”
Sembari mengerutkan keningku,
aku menggantungkan baju yang dicuci di teras.
Aku masih tidak bisa memikirkan
cara yang baik untuk memberitahunya, jadi aku pikir hal terbaik untuk dilakukan
adalah memberitahunya dengan jujur apa yang aku pikirkan.
Ding
dong.
“Oh, siapa? Tolong tunggu
sebentar!”
Tidak, tapi itu ... Hm?
“Apa baruan bel pintu berdering
...? Tunggu, Reina-san! ”
Aku bergegas menghentikan
Reina-san, yang mencoba keluar ke pintu masuk dengan seragam, seolah-olah dia
lupa apa yang dipakainya, tapi ...
Dia langsung membuka pintu.
“Siapa?”
Aku tidak bisa menghentikannya
selangkah pun dan dia membuka pintu di depanku.
Apa ini sekarang waktunya
menggunakan alasan yang sudah lama ditunggu-tunggu kalau kau adalah pembantu
rumah tanggaku?
Ya Tuhan, semoga saja itu
pengantar paket! Aku berpegang teguh pada secercah harapan di hatiku.
Tapi..
“Ah. Koutaro. Sebenarnya, aku
tidak mengerti sesuatu tentang pekerjaan rumah ... ya? Seorang wanita ...?
"
Ketimbang pengantar paket, orang
yang berdiri di sana adalah orang yang tidak ingin aku harapkan malah muncul,
Aoi.
“......”
Secara alami, Reina-san juga
menyadari keseriusan situasi saat ini.
Dia berbalik ke arahku dengan
gemetaran dan berkata:
“Ko-Koutaro-kun ~ ...”
“......”
Tanpa diduga, aku menemukan alasan untuk memberitahunya mengapa dia tidak boleh mengenakan seragam.