Chapter 116
Begitu sampai di halaman sekolah, ada lebih banyak yang menatap mereka.
Meski Chitose ada di sebelah mereka, Amane dan Mahiru jelas mendapat
banyak perhatian ketika mereka berpegangan tangan berjalan ke ruang
kelas. “Woah, banyak sekali yang melihat.” Chitose berseru dengan
acuh tak acuh, tapi Amane masih belum terbiasa dengan tatapan di sekitar
mereka.
Mahiru sendiri mungkin sudah terbiasa dengan itu, karena dia berjalan
dengan sangat tenang. Dia memegang tangan Amane dengan kuat, mungkin bermaksud
untuk mengumumkan hubungan mereka secara terbuka.
“Tenshi dan cowok itu ...” “Shiina-san terlihat berbeda dari biasanya
...” “Cowok itu? Ia benar-benar berbeda dari yang ada di festival olahraga
... ” ada suara bisik-bisik seperti itu di koridor. Sayangnya, Amane
adalah 'orang penting' yang
disebutkan Mahiru di festival olahraga.
Mahiru tidak menjawab suara-suara itu, dan sebaliknya beralih mode
tenshi, tersenyum manis,dan menyebarkannya kepada orang-orang di sekitar
mereka.
“Amane-kun.”
“Hm?”
“Sebentar lagi kita akan sampai di ruang kelas. Apa kamu baik-baik
saja dengan itu?”
Mahiru bertanya saat mereka hendak mencapai ruang kelas.
“Aku baik-baik saja. Aku siap secara mental saat memutuskan untuk
muncul seperti ini.”
“…Begitu ya.”
“Tapi kurasa semua orang akan terkejut. Mahirun bilang kalau kau
merubah total penampilanmu selama akhir pekan, Amane.”
Bahkan aku sendiri merasa terkejut, Chitose
tertawa kecil, dan Amane mulai menyesalinya. Mungkin Ia seharusnya
memberitahu dia, Itsuki dan Kadowaki.
Amane merasa ragu mengenai masalah ini karena Ia malu mengungkapkan
kalau mereka sudah resmi berpacaran, dan tidak memberitahunya. Ia
seharusnya memberi tahu mereka yang sudah direpotkan olehnya.
“... Chitose?”
“Hm?”
“Erm, maaf karena tidak memberitahumu.”
“Tidak masalah. Itu dimulai tepat setelah festival olahraga
berakhir, ‘kan? Kurasa kalian berdua sibuk bermesraan, dan kamu tidak suka
mengumumkannya melalui pesan karena lebih suka mengatakannya langsung. Aku
tidak keberatan, kok.”
Sibuk bermesraan. Amane
merasa galau untuk mengenali hal ini, tapi pada kenyataannya, Mahiru dan Amane
memang menghabiskan seluruh waktu kemarin untuk saling menempel, dan tidak
memikirkan hal lain.
Dan seperti yang dikatakan Chitose, karena Amane berada dalam perawatan
mereka, Ia ingin memberitahu mereka secara pribadi. Namun Chitose tahu
sebelum itu, dan datang untuk menggoda Amane, yang mengkonfirmasi masalah ini
alih-alih mengungkapkannya.
“…Terima kasih.”
“Jangan pedulikan itu. Aku bekerja keras untuk mengikat benang merah
di antara kalian berdua, jadi pujilah diriku ~ ”
“Mengerti. Aku akan mentraktirmu crepes di depan stasiun,
Chitose-sama. ”
“Baiklah kalau begitu ~”
Chitose bercanda, dan Amane setuju. Sambil mengobrol, dia memasuki
ruang kelas bersama Mahiru.
“Ah, selamat pagi Shiina-s ... eh?”
Yang pertama menyadari keberadaan mereka adalah cewek-cewek yang
berkumpul di dekat pintu masuk kelas.
Mereka duduk di atas meja, mengobrol dengan riang ketika mereka melihat
Mahiru memasuki ruang kelas, dan mengangkat kepala mereka ... sebelum
memperhatikan Amane memegang tangan Mahiru.
Pandangan mata mereka kemudian bergerak dari tangan menuju ke wajahnya.
Ekspresi di wajah mereka jelas menyiratkan, siapa cowok ini?
Tidak mengherankan, karena Amane tidak pernah menunjukkan penampilan
seperti ini di sekolah.
Beberapa dari mereka mungkin ada yang pernah melihatnya, tetapi Ia tidak
pernah bersekolah dengan penampilan seperti Amane Fujimiya. Ia mungkin tampak
seperti orang asing bagi mereka.
Namun, Mahiru secara terbuka mengungkapkan bahwa Amane adalah orang
penting baginya selama festival olahraga minggu lalu, dan ingatan itu masih
terasa segar dalam ingatan para siswa.
Mereka bisa dengan mudah menyamakan cowok yang berpegangan tangan dengan
Amane jika mereka memerhatikannya sedikit lebih rinci.
Sebelum mereka sampai pada kesimpulan itu, Amane melepaskan tangan
Mahiru, dan pergi ke kursinya sendiri untuk meletakkan tasnya.
Hal tersebut dengan jelas menunjukkan siapa dirinya.
Dan sebelum Ia sadari, suasana di ruang kelas menjadi lebih tenang dari
biasanya.
Teman sekelas yang biasanya ribut sendiri menatap Amane.
“Pagi Fujimiya.”
Di tengah kesunyian yang canggung ini, Kadowaki dan Itsuki mendekati
Amane dengan senyum mereka yang biasa.
Ia senang ada yang mengenalinya, dan memperlakukannya seperti biasa.
“Pagi, kalian berdua.”
“Katakan, apa kau akhirnya mendapat pencerahan?”
“Pencerahan apanya ... yah, bisa dibilang dia yang selangkah lebih maju,
dan aku membalasnya balik.”
Amane telah membahas masalah ini dengan mereka berkali-kali, dan Itsuki
adalah orang pertama yang menyadari kalau Amane memendam perasaan pada Mahiru. Mereka
segera menyadari kalau Amane dan Mahiru resmi berpacaran, karena Amane memasuki
kelas sambil berpegangan tangan dengan penampilan itu.
“Ya, selamat. Aku hanya berhubungan baik denganmu belakangan ini,
Fujimiya. Bukannya kita sudah saling kenal sejak lama, tapi aku
benar-benar cemas dengan kalian berdua. Aku merasa seperti aku akhirnya menunggu
saat ini untuk datang.”
“Aku justru menunggu setengah tahun, dasar pengecut.”
“Diam. Ini memang salahku, oke?”
Faktanya, Itsuki mungkin merasa emosional menlihat Amane dan Mahiru
semakin dekat satu sama lain. “Butuh waktu yang lama.” Ia mengangguk
sambil bergumam.
Dalam artian baik atau buruk, Itsuki selalu membantu Amane, dan
memberinya dorongan, atau lebih tepatnya, tendangan di punggungnya. Amane
berterima kasih atas upaya Itsuki; meski Ia kadang-kadang suka ikut
campur, Ia selalu mendukung pada Amane yang merengek.
Dari semua orang yang Amane tahu, Itsuki mungkin adalah orang yang
paling memberkati hubungannya.
“Jadi, kau memutuskan untuk berpenampilan seperti ini.” (Itsuki)
“Ya.” (Amane)
“Ah, tapi aku benar-benar belum terbiasa dengan ini. Rasanya
sedikit aneh.” (Itsuki)
“Ya. Aku tidak pernah melihatnya lagi sejak kejadian itu.”
(Kadowaki)
Kadowaki terakhir melihat Amane berpenampilan ikemen seperti ini selama
Golden Week, yang artinya sudah sekitar sebulan lalu. Wajar saja Ia masih
belum terbiasa dengan citra Amane ketika Ia hanya melihatnya
sekali. Mahiru adalah satu-satunya yang terbiasa melihat Amane seperti
ini.
Dan Mahiru sendiri sedang disibukkan oleh Chitose yang menempel padanya
dan menepuk kepalanya, sementara mereka dikelilingi oleh teman sekelas lainnya.
Ruang kelas benar-benar sunyi, dan meski Amane agak jauh dari mereka, Ia
bisa mendengar apa yang mereka tanyakan kepada Mahiru. Yah, Amane sudah
menduga apa yang mereka tanyakan bahkan jika Ia tidak bisa mendengarnya.
“Erm, Fujimiya-kun!”
Ya ampun, dia pasti ke sini untuk bertanya, pikir Amane ketika Ia menoleh, hanya untuk diajak bicara.
Amane kemudian menoleh ke arah suara itu, dan menemukan beberapa gadis
berkumpul memberinya tatapan kegirangan, bergerombol di sekitarnya.
Amane masih belum terbiasa berurusan dengan cewek-cewek di kelasnya, dan
situasi ini buruk untuk ususnya. Namun Ia tahu ini akan terjadi, jadi Ia
melihat ke arah mereka dengan tenang.
“…Ya, ada apa?”
“Wow, ini beneran kamu, Fujimiya-kun! Ini mengagetkanku melihatmu sangat
berbeda dari yang aku tahu! ”
“Itu perubahan besar dalam kesan.”
“Ya ya! Kamu terlihat sangat datar terakhir kali.”
“Tidak sopan untuk menyebutnya datar, tahu?”
“Ah, maaf Fujimiya-kun.”
“Tidak apa-apa. Kau tidak salah mengatakan itu. ”
Amane hampir kewalahan oleh semangat yang ditunjukkan oleh cewek-cewek
itu, tetapi Ia melakukan yang terbaik untuk tidak terjebak dalam alur
pembicaraaan mereka, dan menunjukkan senyum masam.
Mereka sepenuhnya benar, jadi Ia tidak ingin membantah mereka, dan tidak
marah.
Ia dulu orang yang berpenampilan polos, tidak menonjol dalam
kepribadian, jadi Ia mempertahankan kesan seorang cowok jujur dan tidak berbahaya di kelas.
Tampaknya semua orang di kelas telah mengecap Amane sebagai anak cowok
biasa.
Tidak mengherankan kalau mereka merasa terganggu dengan perubahan
mendadak ini.
“Itu perubahan yang sangat besar dalam penampilanmu.”
“Ya. Apa aku terlihat aneh?”
“Tidak, tidak, tidak, kok, aku pikir kamu terlihat jauh lebih baik.”
“Ini lebih seperti, kami sangat terkejut melihatmu menjadi sangat
tampan.”
“Kurasa usahaku tidak sia-sia jika kau memujiku begitu.”
Amane merasa malu karena dipuji secara langsung, tapi tidak ada gunanya
untuk menyangkalnya. Ia belajar bahwa kadang-kadang terlalu rendah hati
itu buruk, jadi Ia dengan ramah menerima pujian ini.
Ia mencoba yang terbaik untuk menunjukkan ekspresi lembut sebanyak
mungkin saat mengangguk, dan mereka balas tersenyum senang.
“Hei, boleh aku bertanya sesuatu?”
“Boleh saja, jika itu sesuatu yang bisa aku jawab.”
“Aku penasaran, apa itu kamu yang berjalan bersama Shiina-san saat
Golden Week, Fujimiya-kun?”
Kurasa pertanyaan aslinya muncul juga, pikir Amane.
Hanya tinggal masalah waktu sampai seseorang bertanya, jadi Ia
memutuskan untuk menjawab dan menyampaikan pandangannya tentang masalah ini.
Teman sekelas yang lain mungkin menguping pembicaraan ini. Jika Ia
mengumumkannya, kemungkinan berita ini akan menyebar ke seluruh penjuru sekolah.
“Ya, itu memang aku.”
“Ap-Apa kalian berdua pacaran? Aku melihat kalian berdua berpegangan
tangan saat berangkat ke sekolah tadi...”
“Ya. Berkat kalian, kami mulai resmi berpacaran minggu lalu.”
Begitu Amane mengkonfirmasi ini, ada teriakan memekik di ruang
kelas. Ia bisa mendengar suara putus asa dan gerutuan anak cowok, tapi
Amane memutuskan untuk mengabaikan mereka.
Lagipula, cowok-cowok itu akan mengajukan pertanyaan lebih lanjut
kepadanya; Ia akan menanganinya ketika mereka datang.
“Erm, bagaimana kamu dan Shiina-san itu ...”
“Itu dimulai tahun lalu, dan hubungan kami secara alami
membaik. Benar ‘kan, Mahiru? ”
“Iya.”
Tampaknya Mahiru sudah selesai menjawab pertanyaannya, tapi kemungkinan
besar dia merasa percakapan dengan Amane akan membuat segalanya lebih mudah,
ketika dia mendekati Amane dengan wajah berseri-seri.
Begitu Mahiru berdiri di sebelah Amane, dia menunjukkan senyum indah
pada gadis-gadis yang menanyai Amane, dengan jarak yang dekat dengannya,
sampai-sampai mereka tampak bersentuhan.
“Rasanya sedikit sulit untuk dijelaskan, tapi setelah ada banyak
kejadian yang terjadi, kami mulai berpacaran. Aku menyukainya, jadi aku
benar-benar bahagia sekarang… rasanya seperti memamerkan hubungan kita saat
datang ke sini sambil berpegangan tangan. ”
Mahiru meletakkan tangannya pada tangan Amane, sama seperti yang mereka
lakukan saat berangkat ke sekolah. Amane tersenyum masam saat Ia memegang
balik tangannya.
“Tidak, aku pikir aku duluan yang menyukaimu.”
“Itu aku, tahu? Jika tidak, Kamu tidak akan menembakku, Amane-kun.”
“Maaf tentang itu. Aku sudah menembakmu dengan benar, maafkan aku.”
“... Kupikir aku duluan yang menembakmu.”
“Aku akan melakukannya dengan benar lain kali.”
“Apa yang akan kamu rencanakan?”
“…Entah?”
Hanya ada satu tujuan yang biasa diwujudkan oleh para pasangan pada
umumnya, dan Mahiru akan langsung paham jika dia memikirkannya ... tapi dia merasa
skeptis.
Amane merasa bahwa Ia seharusnya tidak mengatakannya pada saat ini, dan
Ia masih belum cukup umur untuk mengemban tanggung jawab yang besar itu, jadi Ia
memutuskan untuk menyimpannya untuk dirinya sendiri. Tampaknya kata-kata
ini takkan pernah pudar bahkan setelah bertahun-tahun,
Ia berharap untuk menyimpan kata-kata ini untuk dirinya sendiri sampai
saat itu, saat Ia bermaksud mengatakannya pada Mahiru langsung.
Mahiru mengangkat kepalanya dengan tidak senang ke arahnya ketika dia
menarik kepalanya dengan cepat, tapi begitu Amane menepuk kepalanya,
ketidakpuasannya teratasi.
“... Kamu membodohiku lagi.”
“Aku akan mengatakannya nanti. Tolong, ampuni aku sekarang. ”
“Ya ampun.”
Mulutnya menyatakan ketidakbahagiaannya, namun wajahnya tampak gembira.
Mahiru buru-buru menutupi wajahnya yang semakin memerah, lalu tersentak
seakan-akan menyadari sesuatu.
Amane tidak tahu apa yang sedang terjadi ketika Ia melihat ke sekelilingnya,
dan mendapati teman-teman sekelasnya tetap diam.
Pandangan mereka tertuju pada Mahiru dan Amane.
Aku mengacaukannya.
Amane memang berniat menunjukkan seberapa mesra hubungan mereka, dan
menegaskan kalau Ia adalah pacar Mahiru. Namun Ia tidak berniat untuk berbicara
dengannya seperti biasa mereka lakukan di apartemen.
Dan begitu Amane dengan sembarangan mengelus kepala Mahiru, sudah jelas
apa yang akan dipikirkan teman sekelas mereka.
“... Amane, kalian berdua tanpa sadar saling menggombal. Ingat itu
baik-baik.”
Bahkan Itsuki, yang dijuluki sebagai pasangan bodoh sejati, mengingatkan Amane. Ia dengan tergesa-gesa menjauhkan tangannya dari kepala Mahiru, menggigit bibirnya, dan berusaha mencegah panas yang muncul di pipinya.
Ane seyum seyum sendiri baca nya sumpah kemaren stress karena ending novel haturako maoh liat novel ini ane jadi seger lagi
BalasHapushaaa leganya liat seperti ini. Gue harap hubungan tetap lanjut hingga maut memisahkan
BalasHapusStelah Galau Liat Ending Hataraku Maou Sama, Langsung Dolan Ke Sini Buat Ngilangin Stress Wkwmw
BalasHapusAwowk pada galau chiho yg win..sama gw jg bro:)
BalasHapusBtw makasih min udah terima saranku...semangat! -,-
Chiho saha?
HapusHataraku Maou sama.. Chiho yang win, emi kalah
HapusMantapp minn lanjut teruss 😃😃
BalasHapusPasangan bodoh v2...
BalasHapusThanks for the chapter~ 😘
BalasHapusKyaaaaa kyaaaaaaaaaaaa
BalasHapusAkhirnya mahiruuu tannnnnnn.. 😊😊😊
Too much sweetness
BalasHapus>//<
BalasHapusAduh kena diabetes aku
BalasHapusMakin kesini makin bikin iri aja njirr...
BalasHapusGw jadi iri bos
BalasHapusBaka Couple
BalasHapusMalah pamer asw
BalasHapus>//<
BalasHapusSungguh Terlalu:)
Banyak yg komen tentang chiho win asuu gua jadi keinget wkwkwk
BalasHapusSebelum pacaran malu malu,pas pacaran malah pamer asw
BalasHapusAnda sekarang bagian dari Riaju dengan tambahan Ikkemen. Ahhh konoyaro
BalasHapusKyaaa!\\>_<//
BalasHapusKyaaa!\\>_<//!
BalasHapusThis is too much, awwwwwwwww 😍
BalasHapusUwU sekali
BalasHapusWkwkkw
BalasHapusAnime hataraku maou sama dapet season 2, tapi ending LN nya kayak gitu asw-_-
BalasHapusNais
BalasHapuspas lagi baca, dalem hati gw teriak teriak " woe itu di dalam kelas woeeee"
BalasHapusTolong Aku tak tahan dengan keuwuan ini
BalasHapusSama anjng bukan lu doang, rasanya pengan pengen gua benturin kepala gua sampe kepala amane
BalasHapusBucin gak tau tempat, aku benci novel ini
BalasHapusBgsd emang 😂
BalasHapusBang*at lah emang :v
BalasHapus