Chapter 154
Sehari setelah mereka sampai di apartemen, hal pertama yang mereka
lakukan adalah bersih-bersih.
Amane merasa sangat lelah saat sampai di apartemennya, dan beristirahat
dulu. Apartemennya penuh dengan debu setelah ditinggalkan dua minggu, tidak
banyak, tapi akan lebih baik untuk membersihkannya sebanyak mungkin karena
Mahiru akan tinggal.
Karena itu, Amane mulai membersihkan apartemennya menggunakan trik yang
sudah Mahiru ajarkan padanya. Sekedar pemberitahu, tampaknya Mahiru juga
sedang membersihkan apartemennya sendiri, jadi Amane melakukan pekerjaan solo.
Berkat dia, Amane bisa menjaga kebersihan rumahnya, meski mungkin Ia
tidak bisa dianggap mahir. Kamu
tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga jika kamu melakukan ini dengan
rajin. Kamu akan menghabiskan banyak waktu karena membiarkannya
menumpuk. Seperti yang Mahiru katakan.
Amane mematuhi nasihatnya, dan hanya melakukan bersih-bersih sederhana
yang diperlukan untuk merapikan rumah.
Ada sedikit debu di perabotan, dan itu tidak memakan banyak waktu.
Amane dengan cekatan menyeka debu di perabotan, menyedotnya, mengelap
jendela, dan melihat waktu.
Sudah lewat jam 3 sore.
Supermarket yang sering Amane kunjungi sering mengadakan obral diskon
mulai pukul 16.00. Sudah waktunya baginya untuk pergi.
Kalau dipikir-pikir lagi, aku seperti seorang ibu rumah tangga saja.
Amane harus mengunjungi supermarket karena Ia mengosongkan isi kulkasnya
sebelum mereka kembali ke rumah, dan tidak ada bahan untuk makan malam. Sarapan
dan makan siang Amane cukup dengan ramen instan dan makanan beku, tetapi tidak
untuk makan malam.
Amane harus membeli bahan-bahannya, dan membagi setengah
biayanya. Itu normal untuk memikirkan pengeluaran lebih sedikit… tapi rasanya
masih agak aneh melihat cowok SMA memikirkan biaya makan.
Ia terkekeh melihat perubahan dalam dirinya. Bagaimanapun, Ia harus
mengganti pakaiannya yang sedikit kotor, jadi Amane pergi ke kamarnya.
*****
“… Hm?”
Amane sedang menuju ke supermarket dan berpapasan rambut berwarna rami
yang tampak familiar.
Ia secara naluriah berbalik, dan secara alami, hanya menemukan punggung
yang menghadapnya. Rambutnya tidak sepanjang Mahiru, dan jelas memiliki
jenis kelamin yang berbeda sejak awal. Jarang sekali melihat warna rambut
alami seperti itu.
Jadi Amane merenungkan tentang pertemuan langka itu saat Ia memasuki
supermarket. Ia memasukkan bahan makan malam ke dalam keranjang,
“Eh?” lalu mendengar suara familiar di belakangnya.
“Tumben sekali melihatmu ada di sini.”
“Ah, Kuju?”
Ia adalah cowok yang Amane kenal selama perlombaan pertempuran kavaleri
berkat Kadowaki, dan seperti Amane, Ia juga membawa keranjang di sikunya.
Intinya, Kuju memiliki permen dan manisan di keranjangnya, barang-barang
yang lebih khas dari pembelian anak SMA ketimbang Amane.
“Kau tinggal di sekitar sini, Fujimiya?”
“Ya. Aku tidak ingat kau tinggal di sekitar sini, Kuju… ”
“Cuma kebetulan lagi menginap di rumah teman, jadi aku pergi berbelanja. Tunggu…
makan malam?”
“Ya, bahan untuk makan malam.”
Sekilas, terlihat jelas sekali bahwa Amane membeli makanan yang tidak
akan pernah disalahartikan sebagai camilan, seperti ayam mentah, wortel, susu,
dan tahu.
“Ngomong-ngomong, kau tinggal sendiri? Itu sangat menakjubkan. ”
“Yah, aku mengandalkan Mahiru untuk makananku ...”
“... Oh iya kau pernah membicarakan hal itu ... kau menjalani kehidupan
yang luar biasa.”
“Ya. Aku selalu berterima kasih untuk Mahiru selama ini. "
Asupan gizi Amane mungkin akan berantakan jika bukan karena
Mahiru. Setidaknya Ia bisa merapikan rumah, tapi masih tidak jago dalam
memasak.
Tanpa Mahiru, Amane takkan memiliki gaya hidup ini untuk dibicarakan.
Aku benar-benar berterima kasih padanya, Amane bergumam dengan senyum masam, dan Kuju menghela nafas keras.
“Tapi yah, serius ... kau benar-benar cinta mati padanya, tahu?”
“Ya. Hal yang sama berlaku untuk Mahiru.”
“Kau terdengar sangat percaya diri.”
“Aku tahu dia sangat mencintaiku.”
Amane tidak pernah yakin dengan perasaan Mahiru sebelum mereka mulai
berpacaran, tapi kali ini berbeda. Amane tahu dia menghargai dan sangat mencintainya,
dan mengerti bahwa keinginannya yang sungguh-sungguh adalah untuk tetap di
sisinya.
Amane menyadari bahwa Ia tidak terlalu kepede-an, tapi itu adalah fakta. Ini adalah bukti yang cukup
bahwa Amane mendapatkan kepercayaan diri.
Kali ini, Kuju yang menunjukkan senyum kecut usai mendengar jawaban
Amane.
“Yah, bagus sekali kau memiliki kepercayaan diri, jauh lebih baik
daripada saat kalian berdua bermain tango meski kalian berdua jelas-jelas punya
rasa satu sama lain.”
“Sungguh kasar sekali.”
“Jelas sekali Shiina-san menyukaimu. Yah, meski tidak ada artinya
bagiku, tapi kurasa sebaiknya kalian berdua bahagia.”
Kuju mengangkat bahu. Amane mengerti bahwa itu adalah pujian
sepenuhnya darinya, dan tersenyum.
“… Yah, karena Yuuta juga sudah menerima ini, jadi kurasa ini akhir yang
bahagia.”
“Hm?”
“Ah, bukan apa-apa. Kalau begitu aku akan membayar dulu.”
Mengapa nama Kadowaki diungkit? Amane
bertanya-tanya, tapi Kuju segera pergi sebelum Ia bisa bertanya. Meski
penasaran, Amane berbalik, dan memasukkan bahan makan malam ke dalam keranjang
yang sudah Ia rencakan untuk dibeli.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya
Nahloh jgn ada drama lagi :(
BalasHapusSalah sendiri dulu ga berani ngambil start si kadowaki
BalasHapusWoii, awas aja kalau kadowaki mengusik
BalasHapusSemoga gaada drama yang aneh-aneh😥
BalasHapusGua dukung kadokawaki buat ngeNTR tentu saja pake black mail dan mind break
BalasHapuslu kebanyakan baca doujin NTR njirrr
BalasHapusPersiapan sebelum bulan puasa min
BalasHapusNa kalau kayak gini patut diacungi pistol
BalasHapusDi bacok langsung aja gan
BalasHapusYg kayak gini patut di acungi jempol
BalasHapus