Otonari no Tenshi-sama Chapter 198 Bahasa Indonesia

Chapter 198

 

Dua minggu menjelang acara festival budaya, mereka diberi tahu bahwa pakaian yang dipesan telah dikirimkan.

“Hm, jadi ini baju-baju yang sudah dikirim. Mohon tunggu sebentar, aku akan membagikannya satu per satu! Ada penjelasan lebih lanjut setelah mendapatkan pakaianmu, jadi tolong tunggu sebentar ~”

Kido tersenyum saat membagikan pakaian itu kepada teman-teman sekelasnya. Begitu dia melihat ke arah Amane, ini, dia langsung berseri-seri saat pergi ke Amane, dan menyerahkan pakaian itu padanya.

“Ah, Fujimiya-kun, ada ruang kelas khusus untukmu buat ganti baju. Pergilah ke sana nanti.”

“Mengapa cuma aku sendiri?”

“Hmm yah… karena ada situasi khusus.”

“Ada apa dengan situasi khusus ini?”

“Ini permintaan kecil dari Shiina-san, dan kupikir kita harus memenuhinya untuknya. Dia bilang dia ingin menunjukkanmu dulu, Fujimiya-kun… ”

Tentu saja, semua orang setuju, Kido kemudian mengatakan sesuatu untuk meyakinkannya. Amane merasa menyesal tentang itu, dan berterima kasih kepada Kido karena bersedia melakukan ini demi Mahiru.

“Terima kasih.” Ujar Amane kepada Kido dan gadis-gadis lain yang dengan sepenuh hati menerima permintaan kecil Mahiru.

Selama waktu yang dialokasikan ini, Amane menunggu di depan ruang kelas itu, karena Ia mendengar kalau Mahiru sedang berganti pakaian.

Tentu saja, gorden kelas ditarik ke atas. Setiap orang seharusnya menuju ke ruang ganti mereka, tapi mereka meminjam ruang kelas untuk berlatih menyajikan hidangan mereka. Ditambah, baju maid yang berenda akan menarik banyak perhatian jika mereka keluar, ada banyak barang, cat di koridor, yang bisa mengotori kelas. Ini mungkin alasan utama pengaturan ini.

Kenapa aku jadi sangat gugup begini?

Amane merasa aneh dan sangat canggung ketika  membayangkan ada seorang gadis yang berganti pakaian di balik pintu ini, Itu pacarnya, dan Amane pernah melihatnya dalam pakaian dalam, namun hatinya tetap gelisah.

Ia bersandar di depan pintu, dan menunggu dengan tenang. Kamu boleh masuk, ada jawaban tegang datang dari dalam kelas.

Mahiru sendiri mungkin terasa gugup, dan Amane tertawa saat Ia melangkah masuk ke ruang kelas. Mahiru berdiri agak jauh dari pintu.

Amane lalu menutup pintu di belakangnya, dan menatap Mahiru yang ada di hadapannya.

Dia mengenakan baju maid rok panjang yang mencapai pergelangan kakinya, baju maid klasik yang dipadukan dengan gaya zaman modern. Ada gumpalan di lengan siku, seolah-olah ada udara di dalamnya. Itu adalah gaun one-piece biru dengan celemek.

Kido pernah bilang kalau saat mengenakan rok mini, mereka akan memakai rok lain di bawahnya agar tidak mengembang. Mahiru mengenakan gaun panjang yang tidak terlalu besar, dan membentuk siluet yang rapi dan langisng.

Ada renda pada celemek sebagai hiasan, dan hampir tidak ada kulit yang terbuka, menumbuhkan citra polos dan murni. Di bawah ujung gaun itu ada pergelangan kaki yang ditutupi kaus kaki hitam.

Sebagai pengingat, kaus kaki hitam itu milik Mahiru. Dia akan memakai kaus kaki sepanjang tahun, agar tidak mengekspos kulit apapun. Ini juga situasinya.

“Bagaimana?”

Mahiru memiringkan kepalanya perlahan, dan rambut yang terjatuh di sampingnya berkibar.

Dia harus melayani pelanggan, dan mengirimkan pesanan mereka. Rambut berwarna rami diikat di belakang untuk menghindari ketidaknyamanan.

Hiasan kepala bando renda putih menghiasi kepalanya, menekankan getarannya sebagai seorang maid.

“... Lebih cocok dari yang aku harapkan.”

“Benarkah? Terima kasih. Ini pertama kalinya aku memakai pakaian seperti ini… ”

Pujian tulus Amane diterima dengan jawaban yang malu-malu.

Baju tersebut sangat cocok untuknya sebagian karena wajahnya yang cantik, dan sebagian yang lain karena perilakunya cocok dengannya lebih baik dari yang diharapkan.

Mahiru sendiri orang yang suka melayani orang lain, dan terus terang saja, dia orang yang penurut, dan karena sebab itulah baju itu tampak sangat cocok untuknya.

Amane melihat senyum lembutnya, dan tentu saja ingin menahannya untuk tidak melayani pelanggan.

“… Amane-kun?”

“Ah… ahhhh, maaf. Baju itu sangat cocok padamu sampai-sampai aku tidak ingin menunjukkan ini kepada orang lain. Itu terlalu merusak. ”

“Fufu, merusak apa?”

“Kewarasanku?”

“Aku akan mengelus kepalamu nanti, jadi mohon bersabarlah untuk saat ini. Aku juga tidak ingin orang lain melihatmu dalam pakaian butler… ”

“Tidak apa-apa, lagipula mana ada yang akan melemparkan diri ke arahku.”

“Tapi tetap saja ada masalah.”

Mahiru marah karena suatu alasan, jadi Amane meminta maaf. Sepertinya Mahiru juga menyadari kalau dia berlebihan, seharusnya aku yang meminta maaf, dan dengan lembut meminta maaf.

“… Kamu lebih gampang didekati sejak kamu mengubah penampilanmu. Erm, aku mendengar gadis-gadis lain memujimu, Amane-kun. ”

“Tapi aku tidak pernah mendengarnya, kok.”

“Mereka tidak berani mengatakan hal seperti itu kepadamu. Ini cuma obrolan antar gadis ... dan mereka takkan mendekatimu dengan berani dengan adanya aku.”

Amane tidak tahu apa yang gadis-gadis bicarakan tentang dirinya, dan merasakan getaran di punggungnya. Pandangan mereka sebagian besar bersifat baik, menurut Mahiru.

Namun, Amane tidak berpikir Ia menerima niat baik mereka, dan paling banyak, beberapa tatapan hangat.

Bagaimanapun juga, Ia merasa bahwa gadis-gadis yang akan mendekatinya meskipun dia terikat tidak dapat diterima, dan harus menolak. Amane tidak ingat bertemu dengan gadis semacam itu, dan mati rasa mendengar kata-kata Mahiru.

Tampaknya Mahiru sadar bahwa Amane hanya mendengar setengah dari kata-katanya, karena dia mengerutkan bibirnya dengan manis.

“Sudah aku bilang, gadis-gadis akan lebih jujur ​​di antara mereka sendiri, tahu? Bagaimana dengan masalah hubungan, bagaimana kepribadiannya, apa pengalamannya, dan sebagainya. Kami juga membicarakan hal-hal yang tidak boleh didengar oleh cowok-cowok. ”

“Pacarku terlibat di dunia macam apa, sih?”

“Ini obrolan para gadis. Tidak ada masalah, dan itu semua adalah pembicaraan yang sungguh-sungguh… mereka mengatakan kalau kamu luar biasa, Amane-kun, jadi aku mulai… khawatir. ”

Tampilan ragu-ragu Mahiru menyerupai maid yang menggemaskan, yang membuat Amane merasa bersalah, bersama dengan sedikit kesadis.

“Jadi, apa yang mereka katakan?”

“… Mereka bilang kalau kamu sopan… dan kamu tidak terbiasa berurusan dengan perempuan, yang mana sisi tersebut adalah sesuatu yang mereka sukai.”

“Ak-Aku tidak berpikir mereka sedang memujiku ...”

“... Dan kamu tidak akan jatuh cinta pada orang lain setelah kamu memiliki seseorang.”

Wajar saja Ia memberi perhatian lebih ke orang yang Ia cintai. Tidak sopan merayu gadis lain saat Ia masih berkencan, dan juga tidak jujur.

Amane tidak berpacaran dengan Mahiru dengan setengah hati seperti itu. Fujimiya sering dikatakan tulus, penuh cinta, dan sejujurnya, Amane tidak punya niat untuk peduli pada orang lain selain Mahiru.

“Kau juga sama, ‘kan? Apa kau mengincar cowok lain? ”

“Tentu saja tidak!”

“Kalau begitu tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentangmu… kaulah satu-satunya bagiku, dan aku hanya peduli padamu. Selain itu, aku tidak ingin orang lain melihatmu dengan tatapan nafsu, dan itulah mengapa aku tidak ingin orang lain melihatmu dalam penampilan ini.”

Mereka kembali ke topik awal, dan Mahiru sedikit mengernyit, sebelum mengusap dahinya ke lengan atasnya beberapa kali.

“... Mari kita bertahan untuk saat ini.”

“Ya.”

“… Selain itu, aku ingin menyembunyikanmu untuk diriku sendiri.”

“Aku  juga sama.”

Amane dengan lembut menepuk punggung Mahiru sambil terus mengusap dahinya ke tubuhnya. Mairu kemudian mengangkat kepalanya, dan menatap Amane.

“... Aku ingin melihatmu memakai pakaian butler lebih cepat, Amane-kun.”

“Saatnya giliran cowok meminjam tempat ini dan pamer. Tunggulah sebentar. ”

Berkat Itsuki, Chitose dan Kido, Amane bisa melihat Mahiru dalam balutan baju maid lebih awal. Awalnya dimaksudkan untuk ditampilkan kepada semua orang.

Segera giliran cowok-cowok untuk mengenakan pakaian sewaan mereka.

“… Tapi anggap saja ini dulu, tidak ada yang mewah.”

“Tidak, aku menantikannya.”

Mahiru tersenyum, menunjukkan bahwa kata-katanya bukan karena kesopanan belaka, tapi juga kesungguhan. Amane merasakan geli di dalam hatinya, tunggu saja, jangan berharap terlalu banyak tentang hal itu, dan menggaruk pipinya.

 

*****

“Bagaimana ?”

“Apa maksudmu, bagaimana … itu sangat cocok untuknya.”

Para cowok yang bertugas melayani sudah selesai berganti pakaian, dan semua marah karena Amane baru saja melihat Mahiru yang berseragam maid.

Amane, setelah ditanya, hanya bisa menjawab seperti itu.

Teman-teman sekelasnya jelas merasa kecewa mendengar reaksinya yang membosankan. Ia menatap mereka dengan tercengang.

“Katakan, kurasa bukan itu yang kamu pikirkan saat ini, kan?”

“Apa lagi yang bisa kukatakan ... tidak mungkin itu tidak cocok untuknya.”

“Ya, bagaimanapun juga, itu Shiina-san.”

“Aku ingin layanannya juga.”

“Aku ingin dia tersenyum dan berkata 'goshujin-sama'…”

“Aku tidak pernah membiarkan dia melayani kalian.”

“Pelit… dasar pelit… biarkan kita bermimpi.”

“Lebih baik menghancurkan mimpi yang tidak pernah bisa terjadi.”

“Ouch.”

Selama masa ini, Amane bergaul dengan teman sekelas yang tertawa terbahak-bahak (meskipun sebagian kecil benar-benar putus asa), dan mereka dapat bercanda. Ia mulai berinteraksi dengan murid cowok yang lain; Aku sangat iri . ada beberapa  yang kadang-kadang berkata demikian sambil menepuk punggungnya, dan Ia akan menanggapi dengan baik.

Amane dengan sengaja menjawab tanpa ampun saat berinteraksi dengan santai, mengenakan pakaian yang disiapkan untuknya.

Para cowok mengenakan jaket biru tua yang mendekati hitam, celana panjang, rompi abu-abu tua. Itu adalah desain sederhana dan semampai yang memancarkan keanggunan.

Amane tidak merasa kaku, dan tidak punya masalah untuk bergerak. Ia seharusnya baik-baik saja.

“Luar biasa. Itsuki terlihat seperti butler playboy, tipe komedi yang biasa terlihat di manga.”

“Eh, apa kalian memujiku atau mengejekku, sih?”

Itsuki selesai berganti pakaian, dan diejek oleh cowok-cowok lain.

Amane menoleh ke samping, dan saat mereka berkomentar, butler yang baru berpakaian tampak ceria, untuk membuatnya lebih baik. Sejujurnya, Ia tampak sembrono.

“Ya, kau terlihat sembrono.”

“Kau juga Amane !? Tapi kau… uh oh, itu adalah ekspresi serius yang bisa jadi Shiina-san. ”

“Omong kosong apa yang kau katakan.”

Amane tentu saja akan berpakaian bagus karena Mahiru harus melihatnya. Ia menyisir sebagian rambutnya ke belakang, dan terlihat lebih menyegarkan dari biasanya.

Ia tidak ingin menyisir semua rambutnya ke belakang yang biasa terlihat dalam ilustrasi, tapi Ia akan melakukan ini tanpa ragu-ragu.

“Ia serius… orang ini serius…”

“Ia sangat tidak antusias sebelum ini, dan sekarang justru sangat termotivasi…”

“Aku tidak tahu kenapa Shiina-san sangat menantikannya, tapi aku pasti akan serius jika menjadi dia.”

“Mereka pamer kemesraan… pamer kemesraan…”

“Tidak, kalau pacarmu menantikannya, kalian pasti juga ikut bersemangat, ‘kan?”

“Hentikan, Fujimiya, ini sangat efektif melawan para jomblo-jomblo ini.”

“Ehhh…maaf…”

“Jangan minta maaf, bung. Itu sangat nyelekit di hati…”

Teman sekelasnya berkata begitu sambil dengan acuh tak acuh pada Amane. Ia cuma bisa diam kali ini, dan mengangkat bahu pada Itsuki yang tersenyum.

“Yah, Chitose akan senang melihatmu seperti ini, Itsuki.”

“Ya, dan dia akan cekikikan Ikkun yang begitu sembrono. 

“Ya.”

Amane membayangkan Chitose menjawab begitu, meski tidak dengan maksud jahat, dan diam-diam tertawa. Itsuki menepak sisi Amane, dan yang terakhir menampar punggung sebagai balasannya.

“Ngomong-ngomong, kupikir Kadowaki akan menjadi pusat perhatian lagi.”

“Tidak juga. Gadis-gadis itu bilang kalau tipe pangeran, sembrono, penyendiri dan shota semuanya diminati.”

“Kuju juga sulit karena disebut shota. Dan, kamu jelas orang yang sembrono.”

Kuju terpaksa melayani karena penampilannya. Ia berbadan pendek dibandingkan dengan cowok-cowok lain, dan cocok dengan pola dasar dalam artian tertentu. Ia sering tidak senang karena dipanggil manis.

Amane melirik ke samping pada Kuju, yang terlihat tidak senang saat berganti pakaian. Dalam artian baik atau buruk, Ia bertubuh kecil, memiliki tipe muka baby face, dan mungkin memenuhi kebutuhan tertentu.

Di samping catatan, temannya Hiiragi bertugas di dapur, alasannya ialah karena Ia lebih keras dari yang diharapkan. Ia lebih kuat dari anak cowok lain, dan keputusan tersebut dibuat bahwa Ia harus berkontribusi sebagai tenaga kerja daripada melayani pelanggan.

“… Sialan kau Kazuya… dasar pengkhianat…”

Amane mendengar kutukan dari wajah imutnya, tapi Ia memilih untuk berpura-pura tidak mendengarnya.

 

*****

“Ohhh, itu sangat cocok untukmu Ikkun ~! Tapi sembrono! ”

Para siswa yang bertugas melayani berkumpul di kelas, dan sudah waktunya untuk waktu pengungkapan. Seperti yang diharapkan, Chitose melirik saat dia menilai Itsuki sebagai orang yang sembrono.

Itsuki juga tahu betul bahwa Ia melihat bagian itu, dan tidak menyangkalnya, tapi melihat ke kejauhan, apa sekonyol itu?  Ia bergumam begitu. Itu sudah bisa diduga, karena Ia biasanya seperti ini.

Chitose juga harus melayani pelanggan, dan mengenakan seragam maid.

Mungkin ada dua jenis, karena dia tidak mengenakan baju konservatif yang dikenakan Mahiru. Itu adalah salah satu fokus pada kelucuan dan tujuan dekoratif, karena roknya berada beberapa sentimeter di atas lutut.

Orang bisa melihat embel-embel renda di bawah keliman, dan kaus kaki putih di lututnya yang panjang dan ramping. Ukurannya yang pendek melengkapi celemeknya yang lembut, memberikan kesan maid modern.

“Ngomong-ngomong, bagaimana? Apa itu cocok untukku? "

“Tentu saja, baju apapun akan cocok untukmu Chii.”

“Kamu bilang begitu, tapi kamu berguling-guling di lantai sambil tertawa ketika aku mengenakan pakaian Mahirun dan menunjukkannya padamu.”

“Ah, itu ukuran…”

“Ikkun.”

“Maaf.”

Itsuki yang sembrono juga akan patuh di hadapan pacarnya. Itu adalah kesalahannya karena mengungkit hal tabu, jadi Amane tidak membalas.

Selain Chitose, ada beberapa gadis lain dengan pakaian maid. Amane terkekeh takjub bagaimana mereka akan melaksanakan acara ini.

Kido, yang bertanggung jawab sebagai perancang acara, mengenakan seragam yang sama dengan Mahiru, dan mendekatinya sambil tersenyum.

“Ahh, kamu terlihat tampan saat berusaha berdandan, Fujimiya-kun.”

“Mahiru sangat menantikannya.”

“Fufu, pacar yang baik. Shiina-san, pacarmu berpakaian seperti butler tampan sekarang.”

Kido membawa Mahiru dengan senyum hangat dan melambai, dan Mahiru tidak melakukannya karena suatu alasan. Amane pikir dia tidak mau, tetapi tampaknya tidak demikian karena dia tersipu dan gelisah.

Dia sangat gugup karena sangat menantikannya, kurasa dia berlebihan membayangkannya, Kido terkikik, dan kembali ke tempat Mahiru.

“Baiklah Shiina-san, sangat disayangkan jika kamu tidak melihat dari dekat. Kalian berdua akan melakukan giliran kerja bersama-sama, jadi kalian harus terbiasa.”

Itsuki dan yang lainnya telah mengatur agar Amane dan Mahiru berada di shift yang sama. Itu sebagian untuk menangkal pelecehan apa pun, dan juga untuk memungkinkan mereka berkeliling sekolah bersama selama masa istirahat mereka.

Kido menyenggol punggung Mahiru, dan dia mendekatinya dengan ragu-ragu.

“Apa ini tidak cocok untukku?”

“Ti-Tidak sama sekali! Ini luar biasa, jadi tidak sepertimu, Amane-kun… ”

“Apa sekonyol itu? Bagaimana penampilanku?"

“… Lebih memikat dari biasanya.”

“Aku memakai lebih dari biasanya. Aku biasanya tidak memakai baju sebanyak ini, apalagi di rumah. ”

“Terkadang lebih baik memakai lebih banyak!”

Mahiru menekankan untuk beberapa alasan, membuat Amane gelisah, tapi gadis-gadis lain mengangguk dengan tatapan pengertian, dan atmosfir tersebut tidak bisa membiarkan Amane untuk menyangkalnya.

Seperti biasa, Mahiru mendongak dengan pipi yang memerah, gelisah saat dia membunuh pacara cowok jones dengan kelucuannya. Tidak ada yang bisa menghentikannya.

“… Mahiru, jangan tunjukkan tatapan seperti itu pada orang lain. Itu akan membunuh. ”

“Hal yang sama juga berlaku denganmu, Amane-kun.”

“Tentu saja.”

“I-itu biasa saja ...”

Mahiru terlihat tidak senang, tapi wajah Amane sangat berbeda dengan kecantikan Mahiru, dan tidak mungkin Ia bisa memesona baik laki-laki maupun perempuan.

Kau tidak perlu khawatir tentang itu, Amane menepisnya dengan niat seperti itu, dan Mahiru dengan lembut menyenggol lengan atasnya dengan tatapan tidak percaya.


Sebelumnya | Selanjutnya

close

6 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

  1. Sifat amane yg blak blakan tidak hanya menyakiti perasaan para cowok di kelas,tapi juga para pembaca

    BalasHapus
  2. Awkwkwkw matilah para cowo keparat kata amene

    BalasHapus
  3. Ah yes maid outfit, salah satu yg gua suka

    BalasHapus
  4. Wkwk temen sekelas amane mewakili para pembaca

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama