Memori 8 –
Shinjuku dan Memegang Tangan serta Diriku ...
*Sudut
Pandang Nano Koori*
—Macarosso '.
Di toko utama Macarosso, mereka
selalu menawarkan menu populer yang gila, tetapi kamu bahkan tidak bisa memesan
tempat, jadi itu sebagian besar merupakan untung-untungan. Senpai dan aku sudah
berencana pergi ke sana sebelumnya, tetapi karena aku tertidur di kereta, kami
memutuskan untuk mencobanya lagi sebagai pembalasan—
Dan saat ini adalah hari itu.
“Yay ~! Kita berhasil!”
'Macarosso' yang
gembar-gemborkan ada di depan kami.
“Woah, bahkan bagian luarnya
sangat lucu ~! Gawat! Bagaimana mungkin aku tidak bersemangat tentang ini!”
Ketika aku sedang ribut sendiri
untuk apa yang akan terjadi, Senpai berjalan keluar dari toko.
“Sepertinya kita bisa masuk ke
dalam segera.”
“Eh? ... Ah, toko itu? Tunggu,
kamu pergi untuk bertanya ke dalam ?! ”
Rupanya, ketika aku sedang
sibuk mengambil foto, Senpai memeriksa situasi di dalam toko! Sejujurnya, aku
benar-benar berterima kasih, dan hebatnya Ia bisa melakukan itu ... Pada saat
yang sama, aku merasa sangat buruk karena membuat Senpai mengurus semuanya.
“Maafkan aku! Meski aku sangat
ingin datang ke sini! ”
“Tidak apa-apa. Aku tak sabar
untuk datang ke sini ……..bersamamu ...”
“…”
Bergumam pelan di akhir rasanya
tidak adil !! Aku ingin berhenti mengambil foto Macarosso, dan mengambil foto
senyum ramah Senpai untuk selamanya. Tujuan pertama hari itu diselesaikan
seperti ini, karena kami berhasil duduk dengan aman, dapat memesan. Dengan kata
lain, memakan macaron di 'Macarosso' bersama Senpai. Tujuan kedua hari itu
adalah berjalan-jalan di berbagai lokasi Shinjuku, menikmati kencanku bersama
Senpai, dan membuatnya juga menikmati dirinya sendiri. Aku memberitahu Senpai
tentang kedua hal ini, dan aku cukup yakin kita pasti bisa mencapai tujuan ini.
Tapi, sebenarnya ada tujuan
ketiga untuk semua ini. Itulah yang aku bicarakan dengan Iku-chan sebelumnya —
Secara rinci, untuk berpegangan tangan dengan Senpai. Untuk itu, aku merawat
kuku dengan baik, memakai krim tangan supaya tidak keringatan, dan menjaga
lengan bajuku agar Ia bisa melihatnya dengan benar ...! Meski aku samar-samar
ingat Iku-chan mengeluh bahwa aku salah fokus ...?
Ngomong-ngomong, begitu ada
kesempatan, aku akan mencoba yang terbaik untuk berpegangan tangan dengan
Senpai hari ini!
“Koori, kau daritadi melihat
tanganmu terus ... apa ada yang salah dengan tanganmu?”
“Eh? Ah! Eh ?! Ma-Masa?! ”
Senpai sangat peka! Apa aku
benar-benar fokus pada tanganku ?! Urk ... Apa aku gadis semurah itu?! Tapi,
bukankah ini kesempatan - Tunggu, kami masih duduk dan menunggu macarons pesanan kami ... Tidak ada
alasan untuk berpegangan tangan di sini, ‘kan.
“Terima kasih sudah menunggu!”
Atau begitulah pikirku, ketika
seorang pelayan membawakan macarons dan minuman kami.
“Woaaah… mereka terlihat
menggemaskan! Dan ukurannya benar-benar berbeda dari yang bisa kamu bawa! ”
Aku pernah melihatnya di foto
sebelumnya, dan aku makan beberapa dengan Senpai dalam perjalanan pulang, tapi aku
tidak berpikir yang asli akan sebesar ini.
“Aku mulai bersemangat bahkan
sebelum menyicipinya ... Mmm ~~! Apa-apaan dengan rasa ini ?! ”
Haaa ... aku sangat senang ...
“Ingin mencoba punyaku juga?”
“Ah, lalu ambil sebagian
punyaku — Mm.”
Tunggu dulu, tidak. Senpai
mengidap trauma karena memakan makanan orang lain, jadi—
“... Kalau begitu aku akan
mencobanya.”
“Eh ?! Apa Senpai yakin ?!”
Perilaku Shemi-chan membuatnya
tetap tidak bisa makan makanan orang lain yang ditawarkan kepadanya. Bahkan
hanya menawarkan Ia roti di atap adalah rintangan yang sulit untuk diatasi, dan
tidak bekerja sama sekali ... Namun, Senpai memberiku setengah macaron, dan aku
melakukan hal yang sama.
“…Enak.”
Ia memakannya sdengan normal
... Melihat betapa terkejutnya aku, Senpai menjadi tersipu, dan mengalihkan pandangannya.
“Um ... berkat kau, aku
mengatasinya ...”
“O-Ohhh~”
Eh, bukannya ini luar biasa?
Ditambah lagi, tahu kalau aku dapat membantu Senpai dengan cara apa pun ...
membuatku benar-benar bahagia.
“Itu ... membuatku senang ...
Ehehe ~” aku tertawa, dan menyadari.
Dengan ini ... mungkin saja
...?
“Itu berarti ... K-Kita bisa
... saling memberi makan ...?”
“…”
Ah, Senpai membeku. Kurasa
tidak!
“A-Aku cuma berpikir bahwa ...
tidak perlu ... memaksakan dirimu ...”
“... Ha... Haruskah kita coba
...?”
“—Serius?”
Seriusan? Yah, tidak masalah
jika aku melakukannya ?! Aku menelan ludah, dan menusuk macaron dengan garpuku—
“Lalu ... um ... Buka dengan —
Eh?”
Ketika aku melihat di depanku,
Senpai melakukan hal yang sama pula, menunjuk garpu dengan macaron padanya.
“Pffft, Se-Senpai, kamu juga
akan melakukannya ?!”
“…Maaf.”
“Ahahahaha! Maksudku, caraku
mengutarakannya, kamu tidak bisa mengatakan siapa yang akan melakukannya
terlebih dahulu ~ ”
Ini terlalu lucu ... Ketika
semuanya berjalan lancar untuk sementara, itu justru menjadi kacau lagi.
“... Haaa, itu hebat. Lalu,
haruskah kita saling memberi makan satu sama lain? ”
“…Ya.”
"Ahahaha, lalu, di sini.
Buka yang lebar ~ ”
“……”
“Mm ... Mmm ~~~ Pfft, hahaha!”
Aku menduga jantungku berdetak
atau apa, tapi aku lebih fokus menahan tawa. Senpai tampaknya merasakan hal
yang sama, ketika Ia menunjukkan senyum lembut.
Tapi, sayangnya — itu adalah
akhir di mana segalanya berjalan dengan baik.
TTTTT
#Sudut Pandang Kairi Watase #
Aku menyadarinya di 'Macarosso'.
Koori terlalu focus pada tangannya sendiri. Lebih dari biasanya. Karena itu
menarik perhatianku, aku bertanya kepadanya tanpa berpikir.
“Eh? Ah! Eh ?! Ma-Masa?! ”
Menyaksikan respons ini,
dipasangkan dengan reaksinya, aku menilai bahwa dia melakukannya tanpa sadar.
Dan, itu menarik perhatianku. Mimpi adalah sesuatu yang kau lihat tanpa
disadari juga. Meski dia bilang dia tidak mengalami mimpi buruk lagi sejak itu,
aku belum bisa santai dulu. Aku harus lebih memperhatikan tindakan Koori mulai
sekarang. Itulah yang harus aku lakukan dan yang harus aku prioritaskan.
ghghghgh
*Sudut
Pandang Nano Koori*
Tapi — aku tidak bisa memegang
tangannya sama sekali! Kapan aku harus melakukannya ?! Aku sangat fokus
menunggu kesempatan sehingga aku tidak bisa memikirkan hal lain!!
Setelah meninggalkan
'Macarosso', kami naik bus, berjalan menuju pendirian VR baru ini, dan taman
bermain teka-teki yang aku cari beberapa waktu yang lalu, tapi ... Banyak kesempatan
yang hampir terjadi berkali-kali ...
“Mungkin
sekarang? Ahh, tidak, mungkin menunggu sedikit lebih lama ... ' atau ' Dengan sedikit momentum ... Tidak, itu
akan membuatnya merasa terpaksa ...’ atau ‘Wah, Senpai berbalik ke arahku 'dan seterusnya, dan tanpa aku
menyadarinya, hari sudah menjelang malam!
Tentu saja, bukan berarti aku
tidak bersenang-senang. Justru sebaliknya, itu hebat. Melihat beberapa barang,
berbicara tentang furnitur dan peralatan dari isekai, menertawakan Senpai yang
akan menggunakan sihir di perusahaan VR seperti yang aku harapkan, melihat
Senpai menyelesaikan semua teka-teki di taman bermain, menyadari betapa
kerennya Ia ... Hanya mengingat semua hal ini saja sudah membuatku
senyam-senyum sendiri.
“Tapi itu bukan tujuan utama
hari ini ...”
Sejujurnya, aku berpikir kita
akan bisa berpegangan tangan segera. Bahkan anak kecil selalu melakukannya,
jadi kenapa aku tidak bisa melakukannya sebagai anak SMA ... benar-benar aneh.
Tapi, saat aku masih kecil, aku tidak punya perasaan seperti itu. Sekarang saat
aku ingin melakukannya ... aku tidak bisa ...
“... Matahari sudah mulai
terbenam sekarang. Koori, bagaimana kalau kita— ”
“……”
“Koori?”
“—Ah, iya…!”
Aku mengacaukan balasanku! Ini
yang terburuk!
“M-Maaf, Senpai. Aku tadi
melamun sebentar ...”
“……”
Ah, gawat. Ia pasti khawatir
sekarang! Maksudku, itu masuk akal, melihat betapa tertekannya aku harus memandangnya
...
“Tidak, um! Aku tidak lelah
atau apa, hanya saja— ”
“... Koori, maaf.”
Atau begitulah pikirku, ketika
Senpai tiba-tiba mendekatiku sambil meminta maaf.
“... Fueh ?!” Aku tidak pernah
membuat suara seaneh itu sebelumnya.
... Maksudku, siapa juga yang
bisa menyalahkanku ... Tentu saja aku akan bersuara aneg begitu ... Karena—
Senpai tiba-tiba meraih
tanganku.
Eh. Apa ini kenyataan? Atau ini
cuma VR?
“U-Um…Senpai…?”
“Ma-Maaf ... kalau aku salah,
tapi ...” Senpai berbicara dengan tergesa-gesa. “Sepanjang hari, kau
terus-terusan melirik ke tanganmu sendiri ... Pada awalnya, aku pikir itu hanya
karena kebetulan, tapi aku mulai berpikir bahwa ini mungkin bukan alasannya.
Karena kau tidak sara memusatkan perhatianmu pada tanganmu sendiri ... Dan,
setelah memikirkan alasan untuk itu, aku mengira bahwa mungkin—”
“... Aku ingin berpegangan
tangan dengan Senpai ...?”
Senpai tidak mengatakan apa-apa
dan hanya mengangguk. Melihat ekspresi Senpai, aku tidak bisa mengatakan
apa-apa. Bagaimana mungkin aku ... Karena, ini—
“Ah………”
“...?! Koori?! ”
... Apa kamu bercanda ... Kenapa
aku mulai menangis sekarang ...
“Tidak ... Hiks ... Ini ...”
“Ma-Maaf, aku salah—”
“Tidak ... jangan ... lepaskan
...”
Karena Senpai hendak menarik tangannya, aku mendekatinya, dan memegangnya erat-erat. Tangan Senpai ... Aku selalu ingin memegangnya seperti ini, tapi aku tidak bisa. Aku merasa sangat bahagia, sekaligus juga sedih. Tangannya besar, namun ramping, sedikit berotot, dengan kuku yang polos, tetapi rupawan, bahkan mungkin lebih indah jika melakukan manikur ... Hanya bisa memegangnya seperti ini, aku merasa senang, aku merasa bahagia, perasaan kebahagiaan ini melaju penuh ...
“Senpai, aku harus mengakui
sesuatu.”
Mengabaikan fakta bahwa wajahku
harus terlihat jelek karena tangisku, mataku masih memerah, tapi aku tetap menatap
lurus ke arah Senpai.
“Sepanjang hari ini, aku
mencoba untuk berpegangan tangan dengan Senpai.”
“……”
Senpai tidak mengatakan sepatah
kata pun, dan hanya mendengarkan ... Ia benar-benar baik ... Aku merasa ingin
menangis lagi.
“Sejujurnya, aku bahkan tidak
tahu kenapa, mungkin karena akan terasa seperti kita benar-benar pacaran kalau
kita berpegangan tangan ...? Ya, aku masih belum sepenuhnya mengerti… ”
Aku sendiri tidak tahu ... Tapi
sekarang, itu tidak masalah.
“Pada akhirnya, aku putus asa
untuk setidaknya berpegangan tangan sekali denganmu hari ini.”
Begitulah yang kurasakan. Tapi,
itu tidak dikabulkan.
“Bisa berpegangan tangan
denganmu sekarang, aku jadi senang. Sangat duper senang. Mega senang ... tapi
pada saat yang sama, aku merasa sedih, dan frustrasi ... bahwa aku tidak bisa
berpegangan tangan denganmu karena inisiatifku sendiri ...”
Melihat Senpai membuka matanya
lebar-lebar, aku segera menggelengkan kepala.
“Kamu salah! Kaumu tidak salah,
Senpai ... akulah yang salah ... karena aku selalu membuat Senpai melakukan
segalanya ...!”
Ditembak oleh Senpai, dicium
oleh Senpai, bahkan sekarang, setelah Ia memegang tanganku.
“Meski aku sendiri ingin melakukan
semua hal ini, pada akhirnya, Senpai adalah orang yang harus melakukannya
terlebih dahulu ...”
Rasanya tidak adil untuknya,
hanya aku saja yang pengecut ... dan tipe pacar terburuk. Tapi jika aku
mengatakannya kepada Senpai, Ia pasti akan berbohong bahwa aku tidak perlu
merasa bersalah ... Ah, tidak ... air mataku ... mereka tidak akan berhenti ~!
Meskipun aku tidak ingin terlihat lebih menyedihkan dari ini di depannya ...
“Koori ... aku juga harus
mengakui sesuatu. Aku berbohong padamu. Aku sebenarnya tidak berpikir ... bahwa
kau ingin berpegangan tangan. ”
“ ... tidak?”
Eh?
“Sebenarnya ... aku sedang
memikirkan sesuatu yang lain. Bahwa itu mungkin pengaruh dari mimpi buruk. ”
“……Mimpi buruk?”
Aku berpikir 'Apa yang Ia bicarakan?', Tapi kemudian
aku teringat.
“Apa kamu berbicara tentang
Luris-chan?”
Sekarang Senpai mengungkitnya,
itu memang terjadi.
“Eh ... apa ini, ada
hubungannya dengan itu?”
“... Kupikir begitu.”
Serius ...? Tapi kenapa…?
“Tapi, ketika aku terus
menyadari tanganmu, Koori ... Aku mulai memiliki pemikiran jahat, yang memenuhi
otakku ... dan aku mencoba untuk menutupi itu dengan membuat diriku berpikir
bahwa mungkin kamu ingin berpegangan tangan.”
“... Maaf, aku agak tidak paham
di sini.”
Ia mencoba menutupi pikiran
jahat dengan sesuatu ...? Wajah Senpai merah padam, mencapai tingkat di mana Ia
harus menggigit bibirnya untuk menahan rasa malu.
“Pada dasarnya ... um ...
Tangan Koori terlihat sangat ... kecil dan imut ... dan lembut ..! Dan, hasrat-hasrat
ini, keinginan ini, nafsu ingin memegang tanganmu, aku mencoba untuk menutupi itu
semuanya di dalam kepalaku dengan berulang kali memberitahu kalau kau ingin
berpegangan tangan ...! ”
“Na-Nafsu ...?”
“-! ... M-Maaf ... "
Senpai menundukkan kepalanya
seperti orang gila ke arahku, membuatku tertawa terbahak-bahak.
“……… Pfft.”
Jadi ingin berpegangan tangan
... terlihat mesum di matanya? Eh, tunggu sebentar. Bukannya itu akan membuatku
seperti pelacur? Ah, apa itu yang dibicarakan Iku-chan? Tapi, ini bukan
waktunya untuk itu ... Maksudku ... Nafsu setelah berpegangan tangan ...!
“Pfft ... Fu ... Hahahaha ...”
“... Koori?”
Aku tidak bisa lagi menahannya.
“Aha, ahahahahaha! Kamu terlalu
polos, Senpai !! ”
“…?!”
—Ah, aku benar-benar membuatnya
takut di sana, kan. Tenang ... tenang ...
“Maksudku ... yah ... maafkan
aku, aku senang kamu ... menginginkanku seperti ini.”
“... ?! Ap-Apa maksudmu ?!”
“Pffft!”
Ia benar-benar tersipu malu! Gawat,
aku tidak bisa ... Ambil napas dalam-dalam dulu ...
“De-Dengar ... Yah ... Kalau
disuruh jujur, aku sedang memikirkan hal-hal mesum ... lebih dari yang mungkin
Senpai pikirkan, oke? Setidaknya sepuluh kali lipat jumlahnya!”
“……”
Hm ... Mungkin sepuluh kali
terlalu berlebihan ...? Tapi, iSenpai dianggap sebagai standar, jadi ...
Terserahlah.
“Maksudku, jika pacarku tidak
tertarik padaku dengan cara itu ... itu berarti kamu tidak terlalu peduli
padaku, ‘kan? Itu akan ... menjadi agak sedih ... Dan begitu ... baru saja ...
aku berpikir bahwa tanganmu cukup besar ... dan aku membayangkan tanganmu
menyentuh ... segala macam ... tempat lain ... dan itu membuatku bersemangat
... sebagai contoh ... “
Ah, itu mungkin sudah
keterlaluan, ‘kan ...? Tidak, itu pasti terlalu jauh, ‘kan ?! Rasanya super
memalukan sekarang karena aku baru menyadarinya!
“A-Ah, ngomong-ngomong, semua
hal yang kamu pikirkan dan sebut jahat ... Aku mungkin juga punya pemikiran
yang sama! Jadi ... jika kamu tidak memikirkan hal-hal semacam ini ... itu akan
merepotkan, bukan ...? ”
Ah. Oh tidak. Aku merasa
seperti ada yang salah, tapi aku tidak bisa menahan diri!
“Itu sebabnya ... Um ... Aku
menjadi sedikit sedih karena aku tidak bisa bersikap lebih tegas seperti yang
aku inginkan ... tapi, aku benar-benar tidak keberatan dengan apa pun yang kamu
lakukan ... karena itu Senpai ... Um, apa aku berhasil menyampaikannya ... ? ”
Mungkin saja aku panik
sendirian ...
“Koori ... apa aku sebenarnya
... orang yang terlambat berkembang ...?”
“Pffft ...”
Per-Pertanyaan itu ... tidak
adil ... aku tidak bisa ...
“... Bisa jadi ~? Tapi, jika
kamu terus seperti itu ... Kamu mungkin akan ketinggalan?” Aku ingin sedikit
menggoda Senpai.
Tentu saja itu tidak akan
pernah terjadi. Tapi, sepertinya itu berhasil padanya.
“Aku pasti akan melakukannya
...!”
... Ia sedikit meningkatkan
cengkeramannya di tanganku. Itu ... sudah cukup memuaskan bagiku ... Namun, aku
belum bisa berhenti dulu.
“Senpai, aku sebenarnya punya
permintaan.”
Katakan, ayo katakan, diriku
...! Ayolah…!
“Ka-Kamu tahu ... Aku ingin
kita saling memanggil ... dengan nama kita !!”
Aku mengatakannya !! Aku berhasil
mengatakannya langsung ke Senpai !!
“…… Memanggil nama kita?”
Woaaaaaah, reaksi Senpai! Ia
terlihat sangat bingung! Aku ingin menarik kembali perkataanku, tapi ... !! Aku
takkan melarikan diri lagi!
“Um ... sudah lama sejak kita
mulai berpacaran, kan?”
“………”
Ia justru berpikir sebaliknya!
Wajah itu mengatakan itu semua! Karena Ia orang baik, Ia tidak akan
mengatakannya, tetapi ekspresinya sudah lebih dari cukup!
“U-Um ... mungkin bukan dalam
artian waktu, tapi kita sudah semakin dekat! Da-Dan, a-aku benar-benar menyukai
Senpai! ”
Ah…Ahhhhh…
“... Aku juga menyukaimu, Koori
...”
"—Ah, ya ...
terima…..kasih ...!”
Tidak, bukan itu ...! Ini malah
melebar kemana-mana ...!
“Itu sebabnya, um ... beberapa
waktu yang lalu, ketika kita pergi untuk menemui Iku-chan, kamu memanggilnya
dengan namanya, kan ...”
“Ahhh, hal seperti itu memang
terjadi, yeah.”
“Dulu ... aku sebenarnya ...
benar-benar jeli ...”
“Jelly?”
“Cemburu! Aku merasa cemburu! ”
“... Ah …… Makasih.”
Gaaaaah, Senpai yang berterima
kasih padaku seperti itu sangat imut! Aku sangat mencintainya!! Sejujurnya,
sebagian dari diriku berpikir bahwa akan baik-baik saja untuk berhenti di sini
hari ini, aku sudah puas... Tapi, belum.
“Itu sebabnya ... aku ingin
memanggil Senpai dengan 'Kairi'!”
“...Be-Begitukah.”
Tidak berhasil !! Gaah ...
“Karena memanggil satu sama lain
dengan nama asli ... akan menunjukkan tingkat keintiman?”
“Iya!!”
Itu berhasil! Haleluya!
“Aku tidak berpikir kalau itu
begitu penting ...”
Atau tidak! Cepat bunuh aku!
“Uuu ... Untuk saat ini,
bisakah aku mencobanya ...?”
“Aku tidak keberatan, tapi ...
apa aku harus memanggilmu dengan namamu juga, Koori?”
“Iya! Silakan saja!”
Meskipun ini tidak persis
seperti yang aku bayangkan, tapi kita sudah sejauh ini, jadi aku harus
mengakhiri ini. Tenang, tenanglah ... Ahhh ... tetap tenang seperti ini, aku
tidak bisa tidak menyadari tangan Senpai ... Aku akhirnya berhasil berpegangan
tangan dengannya ... Aku sangat senang ...! Baiklah, ayo lakukan ini! Aku
menghadap Senpai, perlahan membuka mulutku—
“Ka — Kairi-kun.”
Hah?! Kenapa aku menambah
akhiran -'kun' ?! Akan terasa aneh
jika aku melakukannya tanpa ... Ah, Senpai terlihat bingung sendiri ... Aku
mengacau, biar aku coba agai—
“Nano.”
“—!!!”
Aku merasa seperti kejutan yang
menerpa tubuhku, mulai dari kepalaku, mencapai sampai ke jari-jari kakiku.
“... Apa ini baik-baik saja?”
“Sekali lagi.” Gumamku. “Tolong
panggil namaku sekali lagi.”
“…Nano?”
Sekali lagi, kejutan lain.
“…lagi.”
“Nano.”
Yang lainnya.
“Sekali lagi…!”
“…Nano.”
... Ahhh ... ahahaha ... Ini
buruk ... Seriusan ... Sangat buruk ... Walau sudah jadi gadis SMA, aku tidak
punya pengetahuan untuk menggambarkan seberapa buruk ini ...!
“…Kau baik-baik saja? Kau
bertingkah aneh ... “
“Tidak ... aku mungkin tidak
baik-baik saja ...”
... Aku tidak bisa lagi. Aku
selalu menginginkan ini, namun sekarang aku hampir mati. Dipanggil 'Nano' oleh
Senpai ... rasanya ... terlalu membahagiakan ... !! Sangat hebat, aku tidak
bisa lagi ... Aku tidak bisa menahan ini ... Ini masih terlalu dini untukku ...
“... Maaf ... aku masih belum
mengerti. Memanggilmu Koori terasa lebih alami bagiku ... ”
“……Iya. Dipanggil 'Nano' oleh
Senpai rasanya sangat hebat, tetapi juga sangat berbahaya. ”
“……… Hm? Bisakah kau mengatakan
itu lagi?”
“Ah, yah ... buat lebih mudah
bagi kita memang lebih baik, aku pikir ...”
Padahal itu benar-benar
disayangkan.
“Betul. Aku lebih suka seperti
ini.”
Melihat ekspresi lega Senpai,
aku merasa perlu untuk meminta maaf.
“Maaf, memaksamu untuk menerima
permintaan anehku ...”
“Tidak itu tidak benar. Daripada
itu ... aku justru merasa senang ... “
“Eh?”
Senang?
“Mengetahui kalau kamu merasa cemburu
... sangat berharga bagiku ...”
“—”
Jangan mendorong perilaku
seperti itu, Senpai ...
“Dan, saran barusan terjadi
karena kamu ingin menjadi sedikit lebih aktif, kan?”
“…itu…betul…”
Meski sedikit berlebihan.
“Kalau begitu, tidak peduli apa
itu, aku pikir itu bagus untuk bisa melakukan itu, dan aku sangat menghormatimu
karena benar-benar melakukannya segera."
“……”
Senpai ... benar-benar luar
biasa, bisa mengatakan sesuatu seperti ini langsung kepada orang lain ...
Sebenarnya, aku jadi lebih menghormati Senpai —
“—!”
“Wah.”
Senpai tiba-tiba bergerak
mendekatiku, hampir seolah-olah ingin melindungiku. Eh apa? Apa yang sedang
terjadi? Melihat bahwa suasana di sekitar Senpai berubah dalam hitungan detik,
aku tak bisa berkata apa-apa. “Apa
terjadi sesuatu?” pikirku, lalu melihat Senpai menatap telapak tangannya,
dilanjuti dengan menatap langit.
“Hujan.”
TTTTT
Pada awalnya, cuma
rintik-rintik, tapi segera berubah menjadi hujan lebat, bahkan tidak memberi
kami waktu untuk mencari tempat berlindung, atau membeli payung di toko
terdekat. Pada akhirnya, kami datang ke stasiun kereta, tapi ...
“Woah, ini buruk ...”
Aku benar-benar basah kuyup ...
dari pakaian dalam sampai kaus kaki ... Apa yang dilakukan wartawan laporan
cuaca sih ... —Eh, ada tanda bakal hujan lebat hari ini ?! Kok bisa ... padahal
aku sudah memeriksa kemarin dan pagi ini, dan tidak melihat apa-apa ... sejak kapan
itu berubah? Yah, bukan berarti itu akan jadi masalah sekarang ..
“Kita benar-benar terjebak
sekarang, Senpai.”
Tunggu, Senpai bahkan tidak
menatapku.
“…Ya.”
“Tetap saja, Senpai yang dulu
pasti akan menggunakan sihir — Senpai?”
Hah? Apa yang Ia lihat?
“Apa ada sesuatu di sana?”
“……!!”
Dengan kecepatan gila, Senpai segera
menjauh dariku. Untuk sesaat, tatapan mata kami bertemu, namun Ia cepat-cepat menghindarinya.
“Maksudku ... apa kamu tidak
kebasahan?”
“A-Ah ... ya …”
Mm? Apa Ia sebenarnya tidak
melihat sesuatu, tapi berusaha untuk tidak menatapku? Maksudku, pakaianku
seharusnya tidak transparan, ‘kan? Yah, aku basah kuyup sampai ke dalam, tetapi
pakaian dalam itu harus tetap aman ... Jadi, kenapa?
“Um, Senpai? Kenapa kamu tidak
melihatku?”
“……”
“Senpai~?”
Terus memanggil Senpai,
akhirnya aku mendapat jawaban.
“Sudah terlambat…”
“Sudah terlambat?”
Senpai lalu perlahan-lahan berbalik
menghadapku, gerakannya sekaku robot, lalu dengan cepat memalingkan muka lagi.
“... Koori yang basah kuyup ...
terlalu merangsang libido-ku.”
“Libido?”
“~~~! Me-Melihatmu, pemandangan
itu terlalu merangsang secara seksual, membuatku dalam keadaan terangsang ...!
”
“Merangsang…?”
Eh? Ehhh? Bagaimana…?! Tidak
banyak yang bisa membuatnya terangsang, ‘kan ?! Atau begitulah yang aku
pikirkan, tapi bertanya kepadanya lagi akan aneh, jadi aku hanya mengangguk.
“Be ... Begitukah ...”
“Y-Ya ...”
“………”
“……”
Ca-Canggung banget... Mungkin
aku harus bertanya padanya—
“U-Um—”
‘Pemberitahuan kepada semua calon penumpang. Ada beberapa masalah telah
terjadi, menjadikan semua jadwal kereta saat ini—‘
TTTTT
“Tidak bagus ... Semua kereta
telah berhenti, dan tidak akan bergerak untuk sementara waktu.”
“Begitu ya…”
“Senpai, apa kamu sudah
menelepon rumahmu?”
“Untuk apa?”
“Maksudku ... untuk memberi
tahu mereka bahwa kau tidak akan pulang untuk sementara waktu ... Bagaimanapun
juga ini sudah larut.”
Sekarang sudah jam 9 malam ...
“Ayah dan ibuku tidak ada di
rumah hari ini, jadi seharusnya tidak apa-apa ...” kata Senpai, masih tidak
menatapku.
Hmm ... apa yang harus kita
lakukan. Sepertinya butuh beberapa waktu sampai kereta beroperasi kembali. Tapi,
pasti akan ada banyak orang yang mencoba naik ... Dan hujan takkan berhenti
dalam waktu dekat ... Aku sebenarnya mulai kedinginan sedikit ... Tidak, tidak
hanya sedikit ...
“Koori, mari kita kumpulkan
kehangatan di suatu tempat yang dekat.”
“Pfft, mengumpulkan kehangatan
... Tapi, kurasa itu masuk akal, aku juga sedikit lapar.”
“Tempat yang dekat ...”
“Mungkin tempat karaoke, atau
... Achoo!”
“…!”
Senpai melepas jaketnya, tapi
dengan cepat menyadari kalau jaketnya basah kuyup juga dan memakainya lagi ...Ia
benar-benar baik ... Tetap saja, aku mulai kedinginan di sini ...
“Ayo kita bergerak sekarang.
Tidak ada untungnya jika kita tetap di sini. ”
“... Benar ~”
Senpai telah mengambil
keputusan, akhirnya menatapku. Payung ... Tidak, sudah terlambat untuk itu.
Sebagai permulaan, kami memutuskan untuk pergi ke tempat karaoke terdekat, dan
berlari secepat mungkin. Senpai menggunakan jaketnya sebagai pelindung hujan,
membuat ini sebenarnya sedikit menyenangkan, tapi—
“... Tidak ada yang kosong, ya.
Semuanya sudah dipesan ... “
Kami terlambat, ya ... Kami
memeriksa kafe internet terdekat, tetapi sudah penuh semua.
“Koori ... tubuhmu ...!”
“Eh ... Ah ...”
Tanpa aku sadari, tubuhku mulai
menggigil kedinginan. Urk ... meski aku tidak ingin Ia mengkhawatirkanku ...
Aku seharusnya memakai sesuatu yang lain pagi ini! Dingin sekali... dan wajah Senpai
yang mengkhawatirkanku, sangat buruk untuk hatiku ...! Apa tidak ada tempat
lain? Tempat yang belum aku cari sebelumnya—
“Ah.”
Meski datang ke sini, hal itu
tidak pernah terlintas dalam pikiranku, tapi ...
“Um ... ada tempat di mana kita
bisa beristirahat ... dan berteduh dari hujan ...”
“Benarkah! Kalau begitu ayo
segera ke sana! ”
“Ya-Yah ... masalahnya ...”
Katakan. Ayo cepat katakan,
diriku ...!
“…Apa ada yang salah? Ayo cep—”
“Itu adalah tempat di mana kita
mungkin berakhir ... melakukan hal-hal cabul ...”
Langkah Senpai berhenti. Begitu
juga aku.
“…Apa Senpai tidak keberatan?” Aku
bertanya.
Detak jantungku mulai berdetak
sangat keras dan mengganggu. Setelah mendengar perkataanku, Senpai memiliki ekspresi
khawatir di wajahnya, dipenuhi dengan keraguan, lalu kemudian menatapku — dan
berbicara.
“……Ayo pergi.”
gas :v
BalasHapusNyiksa mental njirr....
BalasHapusKenapa harus berhenti dibagian yang paling ditunggu para perjaka....
Gk ada pilihan lain, lanjutannya kuserahkan pada imajinasiku