Memori 7
– Iku-chan dan Kancut serta Diriku
Sudut Pandang Ikunohara Mamika
“Iku-chan,
bagaimana kalau kita keluar jalan-jalan besok?”
Sesaat setelah aku mendapat
pesan itu, aku sudah menebak sebagian besar. Nano selalu bermain-main seperti
itu. Tapi, biasanya, Ia akan bermain-main dengan cara yang membuatnya lebih
mudah bagiku untuk mengerti, jadi ini sama sekali tidak seperti dirinya. Itu
sebabnya aku cuma membalas 'Oke-oke aja'.
“Ahh,
yay! Kalau begitu, kita ketemuan di Ikebukuro seperti biasa! Jam 2 siang, oke?”
Dengan pesan tersebut, aku tersadar.
Rasanya da yang salah. Yah, bahkan jika aku tahu tentang itu, mana mungkin aku
bisa mempersiapkannya. Aku tidak bermaksud untuk pamer, tapi aku benar-benar
tidak punya teman, jadi berurusan dengan orang lain dengan benar? Tidak terlalu
bagus.
Semua orang di sekolah takut
padaku karena suatu alasan, dan hari itu akan berakhir tanpa ada yang bicara
padaku. Bahkan aku merasa kesepian dan sedih karenanya, sial. Sudah seperti ini
sejak SMP, dan berusaha berteman dengan orang lain melalui upayaku sendiri
sangat mustahil.
Nano mungkin menyadari hal itu.
Semuanya berkat waktu yang kami habiskan bersama. Dan kali ini, Nano datang
untuk meminta saran, pasti. Dia pasti punya alasan untuk tidak membicarakannya
secara terbuka, itulah sebabnya dia baru saja mengajakku keluar untuk bermain,
— pasti begitu.
Sejujurnya, aku merasa senang
dia sangat mempercayaiku. Itu sebabnya aku akan mencoba yang terbaik untuk
mengawalnya dengan baik, dan membantu dengan apa pun yang dia butuhkan. Itulah
yang aku putuskan, tapi—
“Hei, Iku-chan!”
“…Terlambat. Katakan padaku
sebelumnya jika kamu mau meluangkan waktu. ”
“Eh. Itu ... Ahh, memang! Maaf,
Samurai!”
“Persetan dengan itu ...”
“Ehhh? Kamu tidak tahu,
Iku-chan? Permintaan maaf Samurai yang populer itu sudah menjadi topik di
jalanan. ”
“Aku yakin tidak ... Bagaimana
aku diberitahu tentang hal seperti ini.”
“Itu masuk akal ... Kamu tidak
lebih dari seorang gadis yang gila musik ...”
"Bisakah kamu mengancing
mulutmu yang cerewet itu?”
“Iya, iya~ Kamu pasti sibuk
membaca manga Shoujo di smartphone-mu belakangan ini iya, ‘kan ~”
“... ?! Ba-Bagaimana kamu tahu
tentang itu ?! ”
“Bukannya kamu sendiri yang
bilang ~? Aku bahkan meminta rekomendasimu, seperti judul 'Kimi no Kokoro— ”
“Uueh ...”
“Yah, aku terlanjur sudah
membacanya. Ehe he he he ... ternyata kamu gadis feminim juga, Iku-chan? ”
“Berisik!!”
Sial ... sial ...! Nano masih
sama seperti biasanya! Aku pikir dia akan lebih gugup ... !!
“... Lagian, apa aku benar-benar
memberitahumu ...? Aku tidak ingat sama sekali ...”
“Aku pikir kamu belum memberitahuku
judulnya? Aku cuma menebak kalau judulnya itu, setelah berbicara denganmu. Aku
baru saja memastikan, tehe ~ ”
“Na-Nano, kamu ini...!”
"Ahahahaha, daripada itu, Iku-chan,
bagaimana mengambil sedikit nutrisi dulu, sebelum menuju ke tempat karaoke yang
biasa, nona cantik?”
“Hah? …Aku sih tidak
keberatan…”
Tumben sekali. Biasanya dia
makan di tempat karaoke.
“Yay ~! Aku ingin makan di Cold Gem, jadi bagaimana dengan Moonlight?”
“...Cold Gem bukanlah tempat makan siang, ‘kan?”
“Kalau kamu tidak tahu,
Iku-chan, makan es krim adalah makanan yang bisa diterima untuk makan siang
seperti JK macam kita berdua. Es adalah kehidupan, oke? ”
“Logika macam apa itu ... Ayo pergi
ke Moonlight kalau begitu.”
“Yayy ~”
Ketika kami berjalan ke tujuan
kami, Nano masih bertingkah sama seperti biasanya. Berbicara tentang band yang
kami sukai, membeli tiket untuk pertunjukan langsung berikutnya, atau berbicara
tentang konser live sebelumnya yang kami kunjungi ... Mengabaikan upaya rayuan
yang menjengkelkan dari cowok yang ditemui di jalan, Moonlight Street pada hari libur sama padatnya seperti yang kami
harapkan — dan Nano masih sama seperti biasanya.
Tapi, kalau dipikir lagi, dia
bertingkah aneh sejak awal. Lagipula, dia tidak pernah sedikitpun menyinggung
cowok itu. Meski itu tidak terpikirkan olehnya, aku tidak menyadarinya sama
sekali. Setelah kami tiba di Arita 3….
“Tidak banyak cowok yang mencoba
merayu kita kali ini, ya ...”
“………”
“Nano?”
“... Eh? Ah! Apa apa?”
“Justru akulah yang harus
bertana. Kenapa kamu melirikku seperti itu ...? ”
Tapi, dia tidak mendengarkanku
sama sekali.
“A-Ahh ... Aku cuma berpikir
kalau bajumu selalu terlihat sangat keren!”
“…Hah? Kenapa kamu mengungkit
itu?”
“Maksudku, ada begitu banyak
toko di sekitar sini, jadi aku bertanya-tanya dari mana kamu membelinya ...?”
“...? Bukannya kita beli
sama-sama beberapa waktu yang lalu?”
Aku masih mengingat betul. Mana
mungkin Nano akan melupakan hal seperti itu. Nano terlihat seperti dia
kesulitan mengatakan sesuatu. Ingin mengatakan, 'Bukan itu' atau sejenisnya.
“Bukan itu ...!”
Ah, dia mengatakannya.
“Maksudku ... aku bertanya
tentang pakaian ... ta-tapi, aku tidak pernah benar-benar bertanya tentang ...
Celana dalam dan semacamnya ...”
“Hah?”
Celana dalam? Seperti kancut dan
bra?
“-! Lu-Lupakan saja, lupakan
kalau aku mengatakan itu! ”
“Mana mungkin aku bisa
melupakan itu ... Kamu ingin mencari pakaian dalam, Nano?” Aku menunjuk ke toko
pakaian dalam yang baru saja kami lewati, dan Nano memberikan anggukan kaku.
“... Ya ... Jika bisa, aku ingin
kamu memberiku nasihat ...”
Serius ... Nasihat tentang
pakaian dalam ... Aku yakin tidak mengharapkan itu.
“K-Kamu tahu? Aku sering
membicarakan hal semacam ini dengan teman-teman, tapi rasanya masih sedikit
memalukan ... dengan pakaian dalam ... jadi aku berharap aku bisa memilih
kancutku sendiri ...? ”
“……”
"... Iku-chan?"
"Ah maaf. Aku hanya
mendengar bagian pertamanya saja.”
“Ehhhh?! Iku-chan !!”
... Itu bohong, sih. Serius,
apa-apaan dengan dia. Terlalu imut.
“Aku tidak terlalu memedulikan
hal yang beginian. Kita berdua sama-sama cewek, jadi tidak apa-apa, kan? ”
Maksudku, selain pergi
berbelanja pakaian dalam dengan seorang teman, aku bahkan tidak pernah
membicarakannya. Nano menggembungkan pipinya, merasa sedikit tidak puas.
“Hmpf ... Itu benar, tapi ...
aku tidak bisa menjelaskan kenapa aku merasa malu, tahu ...”
“Kenapa kamu meminta nasihat padaku segala? Kamu ingin memilih
sendiri, ‘kan?”
Sepertinya aku mendaratkan
serangan kritis dengan ucapan itu. Nano harus mengambil napas dalam-dalam,
wajahnya merah padam, saat dia berbicara dengan suara kecil.
“Je-Jenis pakaian dalam yang
mungkin dilihat ... oleh seseorang ...”
Ah. Ahhh! Ah!! oke oke oke oke
paham paham!
“Jadi itu sebabnya ... aku
ingin pendapat dari yang lain ... kamu tahu, ‘kan?”
Sekarang semuanya jadi masuk
akal.
“Pada dasarnya, kamu meminta
bantuanku buat memilih pakaian dalam yang bisa kamu tunjukkan pada Watase,
kan?”
“—!”
Wow. Jadi kepala seseorang bisa
semerah ini? Itu seperti, super lucu.
“A-Akankah ... bisa berakhir
seperti itu ... aku ingin tahu ...?”
“Ngga kedenagaran! Dan ya, akan
aneh rasanya jika tidak berakhir melakukan itu.”
“Uuuu ... Iku-chan ... Iku-sama
... Aku mohon padamu ... Dari pandangan yang kulihat sebelumnya, kamu selalu
mengenakan kancut yang erotis dan imut ... Tolong ... pinjamkan aku kekuatanmu
...!”
“Hah? Melihat…? D-Di mana kamu
melihatnya ?!”
Apa itu sebabnya dia memandangku
seperti itu sebelumnya ?!
“Kau salah ... Begitulah
akhirnya setiap kali aku ingin membeli pakaian dalam yang lucu untuk diriku
sendiri ..."
“Siapa juga yang peduli !!”
“Kamu tampak seperti gadis muda
dengan banyak pengetahuan dangkal tentang seks, jadi ...”
“... Kamu ngajak berantem
dengan aku? Baiklah aku terima, siapa takut. ”
“Ahhh, maaf, maafkan aku! Hanya
saja ... dalam beberapa hari, kesempatan seperti itu mungkin terbuka ... jadi
aku sedikit panik!”
“Dalam beberapa hari…”
Ah, tidak bagus. Aku benar-benar
bisa membayangkannya. Terutama mengenal si cowok itu. Ayo berhenti
membayangkannya ... Bukan berarti jawabanku akan berubah.
“Okelah, apa boleh buat ...”
“Iku-chan ...?”
“Aku akan membantumu.” Aku
menghela nafas. “Beberapa pakaian dalam yang akan membuat cowok itu jadi tergila-gila
padamu!”
“Y-Yay!! Makasih,
Mimika-senpai!”
“Baiklah, bersiap-siaplah, aku
harus menonjokmu sekali untuk itu.”
*****
Dari awal, Nano sudah punya
niatan buat ke toko pakaian dalam, itulah sebabnya dia memilih Moonlight Street,
karena sangat dekat dengan toko itu. Seriusan deh, dia bisa saja mengatakannya
sejak awal, tapi dia sendiri pasti merasa sangat malu, jadi aku akan membiarkan
itu untuk saat ini.
Aku tidak punya opini khusus
terhadap pakaian dalam, dan meski aku tidak pernah memilih pakaian dalam untuk
orang lain, setiap kali aku pergi berbelanja untuk membeli beberapa, aku selalu
membayangkan bagaimana itu akan terlihat saat aku memakainya, atau apa itu akan
populer dengan anak cowok, masalah-masalah semacam itu. Itu sebabnya aku
menganggap ini akan menjadi saran yang mudah — aku pikir begitu, tapi ...
“Kenapa aku harus memakai bra
sendiri ...?”
“Pegawai itu benar-benar
memaksa ... Meski kita sudah bilang kalau kita cuma lihat-lihat doang, dia
bahkan menawarkan untuk membantu pemasangan dan semacamnya ... Ahaha, itu
hebat.”
“Jika kamu tidak bilang kalau
aku berencana ikut mencoba juga, dia pasti akan memasuki ruang ganti bersamamu
...”
Ya, memeriksa ukuran pakaian
dalam adalah bagian yang paling penting, jadi adanya pegawai yang penuh
perhatian memang ada bagusnya sih ... Tapi, pada saat-saat seperti ini, aku berharap
mereka bisa sedikit peka.
“Ditambah pula, kita berdua
mencoba pakaian dalam pada saat yang sama ... tentu saja sangat jarang, ‘kan.”
“…Yup.”
Maksudku, ketimbang jarang, ini
baru pertama bagi kita berdua ... tapi, hanya bersama dengan seorang teman
membuat ini sangat menyenangkan.
“Ahh, Iku-chan, yang itu sangat
imut dan penuh gaya ~”
“Jika kamu merasa begitu, lalu
pakailah yang sama ... Jika mereka punya ukuran yang pas ...”
“Ehh, biarkan aku meminjam itu
— Ah.”
“Apa — Hei!”
Nano melompat ke arahku,
mendorongku. Hampir saja…! Kami hampir jatuh melalui tirai ...!
"-Pelanggan yang
terhormat? Apa ada sesuatu yang terjadi? ”
“Tidak, kami hanya tersandung sebentar,
tapi kami baik-baik saja sekarang! ... Maaf, Iku-chan. “
“Serius ... Apa ada yang
terluka?”
“……”
“…Apa?”
“... Yah, aku hanya berpikir
bahwa payudaramu memiliki bentuk yang begitu indah ...”
“H-Hah ?! Bisakah kamu tidak menatapku
seperti itu ?! ”
Padahal dia sangat malu-malu
sebelumnya ...!
“Kalau begitu, tunjukkan padaku
mpunyamu juga. Aku akan menilainya!”
“Eh? Nggak mau~. Emangnya kamu
ini cabul ya?”
“Kamu sendiri yang
memulainya!!”
... Sungguh, apa dia pikir diizinkan
segalanya hanya karena dia imut ... Yah, aku akan memaafkannya sekali ini saja.
“Ohhh! Lihat lah ini! Rasanya
sempurna! Bukankah ini luar biasa?”
“... Bagaimana dengan
desainnya?”
“Ah, aku lupa.”
“Hei…”
“Tapi…”
“Kamu sangat malu sebelumnya,
karena kamu berani menunjukkan padaku pakaian dalammu, jadi seharusnya
baik-baik saja, kan?”
“…Benar, sih.” Jawab Nano, lalu
kemudian melihat payudaraku. “Mungkin karena payudaramu terbuka sekarang?”
“Kamu ini…”
"Ahahaha, bercanda doing
kok. Mungkin karena itu Iku-chan. ” Nano menyeringai, memaksaku untuk membuang
muka.
“……Gitu ya.”
... Sial, gadis ini terlalu imut
... Dengan wajah imutnya, aku sangat meragukan kalau dia membutuhkan pakaian
dalam seksi ...
Bagaimanapun, sebagai hasil
dari banyak pengujian dan percobaan—
“Bagaimana ... yang ini bagaimana?”
Meski Nano mengenakan bra yang
agak normal, bra itu punya tali di sekelilingnya, memberinya pesona dan daya
tarik seks yang jauh lebih besar. Dan, bahkan lebih dari itu ... kancutnya
terlalu erotis dan cabul! Jika kamu bermasalah, gunakan saja benar, aku kira
...
“—Ini pasti dijamin menang.”
“... Kamu pikir itu akan
membuat Ia terangsang?”
“Jangankan terangsang ... Aku
cukup yakin Ia akan melahapmu!”
“Me-Melahapku ...”
“Kenapa kamu baru merasa malu
sekarang?”
Kamu sendiri yang mengangkat topic
ini, bukan. Setidaknya tuntaskan sampai akhir.
“Yah, tidak apa-apa ... tidak ada lagi yang
bisa aku ajarkan padamu. Pergi dan buat Ia terangsang, Sis!”
“…… Um ... kalau terlalu
langsung rasanya sedikit...”
“Astaga, ke mana perginya semua
semangatmu?”
“Ka-Kamu benar! Se-Semangat…!
Energi…! Ya, aku akan membeli ini! ”
Nano dengan cepat memakai
kembali pakaian normalnya, meninggalkan ruang ganti kecil saat aku
mengawasinya.
“... Dia benar-benar tidak
menyadari betapa lucunya dia.”
Aku bersumpah setidaknya
setengah dari umat manusia akan langsung jatuh cinta pada keimutanya,
dipasangkan dengan sosok erotis itu. Yah, itu akan buruk jadinya jika dia mengungkapkan
dirinya kepada mereka semua. Dalam kasusku, aku tidak akan pernah menunjukkan
diriku di depan orang lain seperti itu, selain mungkin Papa atau kakek.
Terkadang menghadiri sekolah khusus perempuan lebih merupakan kutukan daripada
apa pun! Tapi, aku merasa senang dia mengandalkanku.
“Iku-chan, aku sudah membelinya
~”
“... Ahh, aku datang!”
Untuk saat ini, aku hanya harus
mengawasinya sampai akhir.
*****
Setelah kami selesai membeli
pakaian dalam, kami pergi makan es krim sesuai rencana, dan mengikuti keegoisan
Nano ingin memiliki sesuatu yang hangat, kami memasuki sebuah kafe di dekatnya.
Dengan jahe tapioka di satu tangan yang sering aku beli, aku duduk di sofa
terdekat.
“Fuu ... Aku merasa tidak mood
untuk berkaraoke lagi.”
“Uu ... maafkan aku ...”
“Tidak apa-apa. Melakukan ini
sesekali ada asyiknya juga. ”
“Kamu benar-benar menyelamatkanku.
Aku takkan melupakan hutang budi ini sampai hari kematianku. ”
“Baiklah, aku menghargainya.”
“Dimengerti, Mimika-sama.”
“... Yo, kamu pasti
melakukannya dengan sengaja, iya ‘kan? Hah?”
"Ahahaha, maaf, itu baru saja
terjadi ~”
Serius ... dia segera mencoba
mengejek namaku ... Sejujurnya, aku tidak keberatan lagi jika dia memanggilku
seperti itu, tapi kurasa tidak perlu baginya untuk tahu ~
“Tetap saja, aku merasa senang
bisa bertanya padamu, Iku-chan.”
“Kita menemukan beberapa
pakaian dalam yang bagus, sangat bagus untukmu. Kamu hanya perlu membalasnya
lain kali ~ ”
“Tentu saja, nona cantik.
Silakan pilih minuman apa pun yang kamu suka.”
“Aku hanya bercanda.”
“Tidak, tidak, tidak, tolong
biarkan aku mentraktirmu. Bagaimanapun juga, kamu akan banyak membantuku kali
ini. ”
“Aku benar-benar tidak ... Hm?
Akan?”
Bukan 'sudah'?
“Ehehehe…”
“Jangan bilang, kalau masih ada
yang lain?”
“Iku-sama memang hebat bagimu,
pintar sekali!”
“………”
“Ahhh, a-aku bahkan akan menyiapkan
makanan penutup untukmu ?! Parfait jumbo itu!”
“Siapa juga yang bisa
menghabiskan semua itu, tolol.”
“Eh, itu seharusnya mudah,
bukan?”
“... Nano, itu sebabnya payudaramu
terus tumbuh, tahu?”
“Uuu ... Punyaku tidak sebesar
itu ...”
“Kamu mau ngajak berantem?”
“Eh? Kenapa?”
Jadi dia sendiri bahkan tidak
menyadarinya ... Sial, aku dengan senang hati punya payudara yang lebih besar
...
“Hah…? A-Apa kebetulan aku
merusak suasana hatimu? Bagaimana kalau isi ulang minumanmu ...? ”
“Tidak perlu.”
Aku sedang tidak mood atau apa. Sebaliknya, aku senang
dia bersedia meminta bantuan kepadaku seperti ini. Untuk menyembunyikan
seringaiku, aku berdeham.
“Dan? Apa yang membuatmu galau
sekarang? Sesuatu yang berhubungan dengan Watase, kan?”
“... Bagaimana kamu tahu itu
tentang Senpai ...?”
“Biarkan aku bertanya padamu
juga. Apa pernah kamu atau memikirkan sesuatu selain cowok itu?”
“Te-Tentu saja pernah! Baru
saja, aku berpikir betapa indahnya bentuk payudaramu! ”
“Ampun deh, apa yang sedang kamu
pikirkan ?! Dan berhentilah dengan gerakan tangan yang aneh itu !! ”
“Buhehehe ... Aku ingin pergi
ke spa bersamamu, Iku-chan ... Aku ingin menikmati mereka sepenuhnya ...”
“Tutup mulutmu, pak tua ...”
Yah, mengunjungi spa memang
terdengar bagus. Aku yakin pasti akan menyenangkan bila bersama Nano.
“Jadi ... bagaimana?”
“Um ... sudah cukup lama sejak
Senpai dan aku mulai berpacaran, ‘kan?”
“Apa yang sedang kamu katakan?”
“Aku bicara soal waktu! ...
Yah, kita sudah semakin dekat, lebih dari waktu? ”
“Yah ... aku bisa setuju kalau
kamu cukup dekat dengan pacarmu itu.”
Sangat dekat sampai lengket
kayak lem sehingga aku berharap kalau kamu akan meledak dalam semua kebahagiaan
itu.
“Iya ‘kan? Tapi, untuk itu ... rasanya
kita masih merasa agak jauh, kan?”
“... Mana mungkin aku bisa tahu
itu.”
“Beneran!! Maksudku, kita masih
saling memanggil 'Senpai' dan 'Koori', kan ?! Sudah dua tahun, dan itu masih
belum berubah ?! ”
“... Untuk saat ini, bagaimana
kalau kamu mengecilkan suara indahmu.”
“Ah, maafkan aku ...”
Aww, perubahan antara suasana
energik dan tertekannya sangat imut.
“Kurasa kamu tidak harus memaksa
mengubah cara panggil kalian satu sama lain, deh.”
“Mimika-chan…”
“Kamu cari mati, ya?”
“Lihat, ‘kan! Bahkan kamu
memaksaku untuk mengubah caraku memanggilmu! Itu normal!”
“Kamu salah, oke ?! Kamu cuma seenaknya
melakukannya sendiri !! Kamu ingin mengubahnya sampai segitu! Aku terus
mengatakan kepadamu untuk tidak!”
“Itu benar ... Ehehe ~”
... Jangan beri aku omong
kosong itu. Lengah sedikit saja, dia akan menyerang lagi, dia sangat imut.
“Hmm ... Tapi tetap saja, aku
ingin ... mulai memanggil Senpai dengan namanya ...”
“Kalau begitu, katakan saja pada
orangnya sendiri ...”
Bukan kepadaku, oke.
“Aku berbicara denganmu di sini
karena aku tidak bisa!”
Woah, Nano mengeluarkan air mata
buaya. Dia sangat pandai menggunakan trik kecil ini ...
"Maksudku, Iku-chan
memanggil Senpai dengan namanya, kan?”
“Maksudku ... aku memanggilnya
dengan nama keluarganya ...”
Kebanyakan orang di dunia bisa
melakukan itu.
“…Tidak adil…”
Astaga, nona muda itu langsung
memelototiku.
“Bahkan jika kamu mendadak
cemburu pada sesuatu yang bodoh seperti ini ...”
“A-Aku tidak cemburu, kok! Beneran
sumpah, tapi ... apa kamu bisa memberiku beberapa trik ...?”
“Trik?”
Apa yang begituan ada?
“Maksudku ... Aku cuma
memanggilnya seperti biasa ...”
“Dan aku juga ingin Senpai
memanggilku 'Nano'!”
“Bagaimana dengan trik yang kamu
minta padaku?”
“Yah ... harapanku agar Ia
memanggilku Nano ... sebenarnya lebih kuat ...”
“Siapa juga yang peduli! Katakan
itu pada Watase langsung!”
“Iku-chaaaann ...”
Ugh ... Aku benar-benar lemah
terhadapnya jika seperti ini ...
“Ahhh, baiklah, baiklah! Tapi,
satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan adalah langsung memberitahunya, tahu?”
“Hmpf ... aku tahu ... Tapi,
supaya bisa mengagkat topik itu ...”
“Jika kamu tidak bisa
mengatakannya di muka, bagaimana kalau kamu berlatih? Anggap saja aku sebagai
Watase. ”
“Aku tidak tahu apakah aku bisa
melihatmu sebagai Senpai, Iku-chan ...”
“Terus kenapa kamu datang
meminta bantuan padaku ?!”
Jika ini bukan meja, aku akan
membanting tanganku ke sana ... Untuk menangis dengan keras ... Tapi, jika dia
malu tentang hal itu, dia hanya harus terbiasa mengatakannya. Maksudku, itu bukan
ide yang buruk, ‘kan?
“Senpai.”
Uuu ... Itu sedikit
mengejutkanku ...
“Senpai…?”
Ah? Apa dia menungguku untuk
meladeni aktingnya atau sesuatu? Apa aku benar-benar harus bertingkah seperti
Watase?
“A-Ada apa, Na — Tidak, Koori.”
Gaaah, memanggilnya Koori
terasa sangat aneh! Tapi, aku sudah sejauh ini, jadi ... aku harus menjadi
Watase.
“Apa kamu mendengarkanku? Aku
berbicara tentang Midousuji-senpai. Ia sepertinya sangat dekat denganmu di masa
lalu, Senpai ~ ”
Bagaimana mugnkin aku tahu?
Lagian siapa si Midousuji ini? Watase mungkin mengenalnya, tapi aku sendiri tidak
mengenalnya.
Dia benar-benar serius ...
Tidak, tunggu, aku hanya tidak cukup untuk ini. Aku ... Watase Kairi ...! Baik!
“…Kamu pikir begitu? Tapi aku tidak
merasa seperti itu.”
“Tidak, tidak, tidak,
Midousuji-senpai bahkan memanggilmu dengan namamu, dan kamu melakukan hal yang
sama, memanggilnya Kakeru!”
Midousuji Kakeru ... Kamu
membocorkan informasi pribadi di sini, Nano. Nah, kesampingkan itu.
“Itu ... bukan niatku.”
“Karena Ia takkan menyerah
kalau tidak diladeni?”
“…Betul. Tidak ada arti yang
lebih dalam dari itu.”
“Hmm ... Jadi itu benar-benar ~
Yah, aku sedikit senang tentang itu.”
“Senang?”
“Yah ... lihat, memanggil satu
sama lain dengan nama asli ... memiliki arti khusus, iya ‘kan?”
“…Kamu pikir begitu?”
“Pastinya! Ah, aku tahu,
bagaimana kalau kita mencobanya di sini?”
Nano mengistirahatkan wajahnya
di kedua lengannya, terkikik padaku. Sialan ... dia membuat jantungku berdegup
kencang.
“Mencoba…?”
“Senpai akan memanggilku Nano,
dan aku akan memanggilmu Kairi ... Bagaimana?”
“……”
Apa-apaan ini ... Nano ... dia sangat
imut ... Tunggu, tidak. Mempesona ... bukan itu juga. Dia tampak sangat ...
erotis tadi ...
“Senpai, aku ingin kamu
memanggilku Nano.”
“...... Na—”
“Cuma bercanda ~ tahu kalau itu
Iku-chan membuat ini terlalu mudah.”
“……!”
Ga-Gadis ini ...!
“Hm? Kenapa wajahmu terlihat
menyeramkan begitu, Iku-chan? ”
“……Bukan apa-apa! Aku cuma
berpikir kamu melakukannya dengan cukup baik tadi. ”
Mana ada cowok yang tidak akan
memanggil namamu jika kamu bertingkah seperti itu!
“Benarkah? Apa aku melakukannya
dengan baik? … Ehehe ~”
Nano yang erotis dari tadi
menghilang di tempat lain, digantikan oleh Nano yang bahagia. Serius, keimutannya
tidak menunjukkan batas, semakin buruk untuk hatiku ... Kemudian lagi, rasanya
aneh bisa puas mengetahui bahwa Watase belum melihat Nano seperti ini. Tapi
bukan itu yang penting.
“Yah, kamu bisa melakukannya
karena ini aku, kurasa.”
“Hmm ... Ah, tunggu, aku
kepikiran sesuatu yang bagus!”
“Ohh? Ayo beritahu aku.”
“Aku hanya harus membayangkan
kalau aku sedang berbicara dengan Iku-chan ketika aku membicarakan ini dengan
Senpai! Dengan begitu aku seharusnya bisa mengatakannya dengan normal! ”
“…Kamu pikir bisa berhasil?”
“………Mungkin tidak.”
“Jadi itu tidak akan berhasil,
ya.”
“Itu tidak akan berhasil
juga...”
Nano sekali lagi meletakkan
tubuh bagian atasnya di atas meja.
“Lagian, jika kamu tidak bisa
memanggilnya dengan nama depannya, bagaimana kamu akan bertanya padanya apa
pendapatnya tentang pakaian dalammu?"
“Itu cuma sebagai persiapan ...
Begitu saatnya tiba ... jika kesempatan datang ...”
“…Begitu ya.”
Aku benar-benar tidak tahu
apakah Nano itu idiot, atau jenius.
“Terus, aku tidak berpikir
Senpai bisa memanggil namaku ... Rasanya
seperti kita berada di tahap 'mungkin' ...”
“…Masa? Kemudian lagi, Watase
adalah anak SMA, jadi Ia mungkin sudah melakukan itu? ”
“Senpai tidak akan pernah
melakukan itu!”
“... Hah?”
Serius, apa yang sebenarnya
kamu mau, sih?
“Maksudku, kalau saja Ia
menjadi lebih tegas ... seperti saat itu ...”
“Hm ...? Apa ada sesuatu
terjadi? ”
“—! Tidak, ti-tidak ada sama
sekali ... ?! ”
... Jadi memang ada sesuatu yang
terjadi. Sambil menggaruk pipiku dengan canggung, aku meminum tapioka-ku.
“Ceritakan semua yang terjadi.
Apa yang terjadi di antara kalian berdua ... dan seberapa jauh perkembanganmu?”
“Eh?”
“’Eh’, dengkulmu. Kamu datang
ke sini untuk membeli pakaian dalam erotis demi pacarmu, apa yang bisa lebih
memalukan dari ini?”
“Kalau dipikir-pikir lagi, benar
juga ...”
Wajah itu seolah dia baru
menyadarinya, benar-benar idiot. Cih, aku bertaruh inilah yang disukai anak
cowok, ya ... Yah, emang imut sih! Brengsek!
Tapi, Nano masih kesulitan
berbicara. Setelah keheningan singkat dan menghirup napas dalam-dalam, dia
akhirnya mulai.
... Dan, aku sadar kalau
sebenarnya aku lebih baik tidak bertanya.
“—Yang benar saja?! Di dahi ?!
Maksudku, suasana canggung semacam itu juga ~~~ ?! Iku-chan, apa kamu
mendengarkanku ?! ”
“…Ya. Ya aku dengar, kok. “
Pada awalnya, aku masih bisa
mengikuti ceritanya, tapi semuanya menjadi mengerikan menjelang bagian akhir.
“Baiklah, baiklah, aku mengerti
... Pada dasarnya, kamu pergi ke rumah Watase, dan tidak ada yang terjadi.”
“Maksudku, dia mencium dahiku.”
“Itu sama saja dengan tidak ada
yang terjadi.”
“I ... Itu mungkin benar, tapi
... Senpai juga ...”
Dia jadi gelisah lagi, jadi aku
mengabaikannya.
“Dan, apa yang ingin kamu
lakukan?”
“Apa maksudmu?”
“Pakaian dalam cuma pasif, memanggilnya
dengan nama takkan berhasil pula. Mungkin sesuatu yang bisa kamu lakukan ...
sesuatu yang bisa kamu katakan dengan mudah. Lakukan itu pada kencan berikutnya
... “
Urk ... mengatakan 'kencan'
seperti itu entah bagaimana terasa memalukan, terutama karena aku tidak
berkepentingan.
“Kamu bisa menjadikan ini sebagai
tujuan saat kamu berkencan nanti.”
“Ohhh! Iku-chan, kamu tiba-tiba
terlihat seperti Onee-san yang bisa dikaulkan ...! ”
“Itu karena aku lebih tua
darimu!”
Tapi, kurasa aku sedikit senang
...
“Ahh, kamu jadi tersipu ~
Imutnya!”
"…Hah? Aku tidak ingin
mendengar itu darimu.”
Seperti, serius.
“Dan, apa yang akan kamu
lakukan?”
Bertanya lagi padanya, Nano
sedikit memalingkan mukanya dan memainkan tangannya di atas meja dengan gelisah.
“Um ... seperti, berpegangan
tangan ... atau semcamnya?”
“…Ohh?”
“A-Apa-apaan dengan reaksimu
itu? Apa itu ... aneh?”
“Maksudku, itu kedengarannya
bagus buatku?”
Meski terdengar aneh, itu sih
masih mudah, setelah kami berbicara tentang pakaian dalam erotis atau saling
memanggil nama masing-masing. Dari apa yang aku ketahui dan dengar, Watase
sepertinya bukan orang yang terlalu tegas ... Lagipula, Nano kelihatannya
sedikit cabul ...
“Nano ... kamu sebenarnya
sangat cabul, ya ...”
“Eh ?! Apa maksudmu?!”
“Ah maaf. Tadi cuma nyeletuk.”
Tentu saja secara tidak sengaja.
Tapi, aku merasa tidak salah juga. Padahal, aku kira kebanyakan orang seperti
itu. Bahkan aku, jika itu Nano—
“Tidak, tidak, tidak, tidak,
itu tidak terjadi!”
Fiuh ... hampir saja. Aku
hampir memikirkan sesuatu yang tidak berguna. Lagian, setelah mendengarkan
semua ini—
“Rasanya sekarang aku ingin
bernyanyi. Ayo pergi ke tempat karaoke. ”
“Eh ... tunggu, bagaimana
dengan aku yang cabul ?!”
“Aku akan memberitahumu saat
kita tiba di sana.”
“Itu pasti bohong! Kamu akan terus-terusan
bernyanyi!”
“Tentu sajalah. Untuk itulah
tempat karaoke ada.”
“Emang benar sih, tapi ...
bukan itu yang kumaksud!”
“Karena kita mendapat topik
nasihat cinta hari ini, jadi itu pasti terkait dengan lagu-lagu cinta.”
“Itu sangat banyak! Itu sama
sekali tidak membatasi segalanya! ”
“Hah? Tidak, aku mengatakan tidak
ada lagu cinta hari ini.”
“Jadi kamu membatasi seperti
itu ?! ... Tunggu, terus apa lagi yang bisa dinyanyikan? ”
“Ada KaraKou dan Utashiba di
dekat sini ... Mungkin Utashiba ...”
Setelah meninggalkan kafe
sebelum Nano, aku berbalik menunggu. Pada akhirnya, aku tidak tahu apakah aku
benar-benar membantunya atau tidak. Terutama menjelang akhir tadi. Tapi ...
begitu Nano keluar dari kafe, aku meraih tangannya.
“Eh ... apa yang terjadi,
Iku-chan?”
“Ini adalah latihan berpegangan
tangan dengan Watase.” Aku menyeringai.
Setelah terlihat agak bingung,
Nano mengembalikan cengkeramannya.
“Tangan Senpai kecil sekali ~”
“Berisih ah. Setidaknya tahan
dengan itu.”
Kami berbicara seperti ini,
saling menertawakan, dan bercanda. Terkadang berubah serius, dan akhirnya pergi
untuk karaoke. Jika itu cukup untuk membuat Nano tersenyum, aku sudah
merasa senang dengan itu.