1LDK, Soshite 2JK Vol.1 Chapter 12 Bahasa Indonesia

Chapter 12 — Teman Masa Kecil dan Aku

 

Ada beberapa kedai kopi yang buka di pagi hari dan sangat dekat dari kantorku.

Aku sedang berada di salah satunya.

Aku mampir ke depan kedai kopi dengan eksterior berwarna coklat muda dan suasana yang chique.

Karena ada waktu luang, aku mampir setelah sekian lama tidak berkunjung.

Kalau dipikir-pikir lagi, aku belum pernah berkunjung lagi sejak aku mulai tinggal bersama Himari dan Kanon.

Aku biasa mampir ke sini 2 hingga 3 kali dalam seminggu untuk makan pagi sebelum berangkat kerja.

Orang itu mungkin juga mengkhawatirkanku.

Dengan pemikiran itu, aku lalu membuka pintu.

Bel yang dipasang di atas pintu masuk mengeluarkan suara gemerincing.

Sudah lama aku tidak mendengar suara ini.

“Ah. Selamat datang.”

Setelah melangkah masuk, manajer toko, yang sedang menuangkan kopi ke dalam cangkir, segera menyapaku.

Manajer yang tampak tenang dengan janggut putih dan rambutnya sangat keras sampai-sampai tidak akan terasa aneh jika Ia adalah seorang aktor.

Meski sesama pria, aku bisa bilang kalau Ia orang yang tampan.

Mataku bertemu dengan karyawan wanita di sebelah manajer.

Usai melihatku, dia langsung tersenyum.

Gadis itu– Yuri, bisa dibilang, adalah apa yang biasa disebut sebagai "teman masa kecil".

Perusahaan tempat dulu dia bekerja, sampai setengah tahun yang lalu, mengalami pailit dan sekarang sedang mencari pekerjaan lain sembari bekerja sambilan di sini.

Aku tidak menyangka bisa bertemu kembali dengannya di kafe dekat kantorku, jadi aku terkejut saat pertama kali melihatnya.

Terlepas dari itu, pasti rasanya sulit saat perusahaan tempat kau bekerja tiba-tiba bangkrut…

Kalau begitu ... di mana aku harus duduk hari ini?

Ada beberapa meja kursi yang sebelumnya sudah ditempati oleh pekerja kantoran seperti diriku, jadi aku duduk di sisi konter.

“Sudah lama, bukan?”

Ujar Yuri, sambil memberiku handuk tangan dan air putih.

“Yeah.”

“Apa yang akan kamu makan hari ini?”

“Aku cuma mau minum kopi panas, terima kasih.”

“Hm? Apa kamu baik-baik saja tanpa perlu sarapan? ”

Seperti yang diharapkan, Yuri bereaksi terhadap pesananku. Demikian juga, aku sudah menyiapkan jawabannya.

“Ya. Aku sudah makan di rumah. Aku sedang menghemat setiap sen sebisa mungkin.”

“Hmmm ~~….”

Aku tidak berbohong. Hanya saja, jumlah orang yang ditempatku meningkat karena ada dua gadis SMA, jadi aku memang sedang berusaha berhemat.

… Mana mungkin aku bisa memberitahunya kalau ada gadis SMA yang memasakkan sarapan untukku.

"Jadi Kazuki sedang menabung ya ~ Yah, kamu sering datang ke sini sekitar tiga kali seminggu."

“Itu merupakan pukulan berat bagi penjualan kami ~.”

Manajer ikut menyela saat Ia menuangkan air panas untuk kopi yang menetes dari tangan.

Aroma kopi yang harum tercium lubang hidungku.

“Maaf tentang itu, bos. Meskipun tidak banyak, setidaknya aku akan membeli secangkir kopi. ”

“Tentu saja aku hanya bercanda. Mana mungkin kita membuat khawatir pelanggan karena penjualan yang menurun. ”

Itu mungkin benar, tetapi ini masih mengkhawatirkan karena aku sudah menjadi pelanggan tetap.

Dan selain itu, aku menyukai paket sarapan di kedai ini karena rasanya enak saat disajikan– Ham yang sedikit gosong dan roti panggang, sarat dengan mentega.

Ini adalah hidangan sederhana, tetapi sangat cocok untuk sarapan. Menunya juga dilengkapi dengan salad.

Tapi ... Hidup dulu yang lebih diutamakan, jadi aku harus melihat ke arah lain untuk saat ini.

“Mudah untuk menutupikekurangan  penjualan untuk satu orang, jadi kamu tidak perlu khawatir tentang itu, Nak. Kami memiliki gadis poster imut di sini.”

“Bos…. Aku bukan lagi pada usia di mana aku bisa disebut imut… .. ”

Yuri menjawab dengan seikit cemberut.

Memang benar kalau Yuri sebaya denganku, dia memiliki aura yang dewasa di sekelilingnya.

Tapi bukan berarti dia terlihat tua.

Dia, bagaimana aku mengatakan ini? Seksi. Yup, Jika aku berani memberi label padanya, maka itu dia lebih terlihat seksi.

Tahi lalat di bawah bibirnya dan tulang selangka mungkin ada hubungannya dengan itu.

Hanya saja masa lalu memiliki jejak yang kuat pada diri aku jadi ketika aku mendengar orang melihat Yuri sebagai "dewasa” atau "cantik ", itu tidak benar-benar sesuai dengan kesanku padanya.

“Bagiku, semua wanita muda itu “imut”. Meskipun, terkadang hal itu berlaku untuk wanita yang lebih tua dariku.”

Setelah tertawa, manajer menyajikan kopi di konter.

 

*****

Pekerjaan selesai sesuai jadwal hari ini juga.

Meninggalkan kantor menjadi hal yang biasa terjadi setiap hari.

Meskipun hal itu tidak mungkin dilakukan pada hari penutupan buku, masih diperlukan waktu yang cukup lama sebelum kita menjadi sibuk.

Saat itulah aku keluar dari pintu masuk kantor, menuju stasiun ketika itu terjadi….

“—–Hm?”

Ada sosok akrab berdiri di dekat tanaman dekat bagian depan kantor.

Bukannya itu Yuri? Kenapa dia disini?

“Ah, Kazuki. Kerja bagus.”

Yuri menyadari keberadaanku dan menyapaku dengan senyuman.

“Ada apa?”

“Ahaha. Sejujurnya, aku sedang menunggumu.”

“Menungguku …… Jam kerjamu tidak sampai malam, ‘kan?”

“Yup, hari ini cuma sampai jam 3. Itu sebabnya aku menghabiskan waktu di toko terdekat .“

“Apa kau membutuhkan sesuatu dariku?”

Dia sudah menunggu hampir 2 jam. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Apa dia ingin mendiskusikan sesuatu?

Aku pikir itu masalahnya, jadi aku menanyakannya dengan sungguh-sungguh namun—

Yuri menjawab dengan sesuatu yang tidak pernah kuduga.

“Kamu lagi berhemat, kan? Kalau begitu aku akan pergi dan membuatkanmu makan.”

“……… Eh?”

Butuh waktu hampir 10 detik sampai aku memahami perkataannya.

Yuri akan datang untuk memasak.

Di apartemenku.

Tempat dimana Himari dan Kanon berada—

Ti-tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak!

Ini gawat! Sangat gawat!

Jika keberadaan Himari diketahui, itu mungkin akan menjadi akhir dari segalanya!

“Tidak, eh, Meski aku menghargai niatmu, tapi semuanya baik-baik saja. Kau tidak perlu sampai segitunya.”

“Tapi, bukannya kamu pernah bilang kalau kamu tidak terlalu pandai memasak?”

Ah——

Itu adalah fakta yang tak terbantahkan.

Aku bahkan sudah sarapan di sini selama hampir setengah minggu setiap kali.

Sialan. Perkataanku sendiri di masa lalu kembali menghantuiku.

“Y-ya, tapi, aku tidak bisa membiarkanmu memanjakanku. Aku harus membuatnya sendiri untuk berkembang …… Dan selain itu, aku tidak mau merepotkanmu. ”

“Aku tidak keberatan, tahu? Tidak ada salahnya untuk istirahat sesekali, ‘kan?”

Kenapa? - Kenapa dia begitu gigih hari ini?

Apa badanku sangat kurus sampai-sampai terlihat begitu menyedihkan?

“Uhmm, ini bukannya aku tidak ingin kamu datang ke rumahku tapi… ..”

Jawaban apa yang tepat supaya aku bisa keluar dari situasi ini? Bagaimana caranya supaya dia menyerah?

Pikiranku terus berputa-putar.

Bagaimanapun juga, jika Yuri datang ke tempatku, masalah yang ada justru akan semakin runyam.

“Kazuki… .. Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?”

Yuri menatapku dengan tatapan penasaran.

Astaga. Aku benar-benar sejelas itu ya.

Apa yang aku lakukan? Apa yang bisa kukatakan? Menolak lebih lama lagi akan menambah kecurigaannya.

Untuk mencegah Yuri berkunjung —–

Aku mengambil keputusan.

“Tidak …..masalah. Aku akan jujur. Aku sebenarnya sedang menjaga keponakanku…. ”

“Keponakan?”

Yuri memiringkan kepalanya. Dia tidak tahu tentang Kanon.

“Ya. Dia memiliki keadaannya tersendiri—- ”

Aku hanya berbicara jujur tentang masalah Kanon.

Ketika aku selesai menjelaskan, dia berdiri diam untuk beberapa saat dengan ekspresi yang tegas.

“Jadi begitulah…. Ya, dia akan sangat bermasalah jika aku tiba-tiba menerobos masuk… .. ”

“Uhm, Maaf …… Dia gadis yang agak rewel jadi….”

Hati nuraniku terluka memperlakukan Kanon sebagai "gadis rewel" untuk kenyamananku, tetapi berkat itu aku berhasil keluar dari situasi sulit. Aku berharap dia akan memaafkanku.

“Jangan khawatir. Jika itu alasannya maka aku harus mundur untuk hari ini. Aku jadi paham kenapa kamu perlu menabung sekarang juga.”

“Maaf. Aku tidak bisa mampir ke kedai karena masalah itu juga.”

“Aku mengerti. Aku akan memberi tahu Boss juga. Juga, beritahu aku jika ada sesuatu yang bisa aku bantu.”

“Terima kasih. Aku akan memintamu jika waktunya tiba.”

Yuri kemudian melambaikan tangan sebelum pergi.

Aku menunggu sampai aku tidak bisa melihatnya lagi, lalu menghembuskan napas dalam-dalam.

Aku berhasil melewati masalah ini, tapi itu hampir saja….

Melihat dirinya dengan niat baik, aku jadi merasa bersalah tetapi dengan hal-hal seperti itu, aku tidak dapat menerimanya.

Di apartemenku, ada seorang gadis yang setara dengan bom– Himari.

Kemudian, sebuah pemikiran terlintas di benakku.

Sampai berapa lama aku bisa merahasiakan Himari?

Dan, Mengapa aku melakukan begitu banyak hal untuk Himari?

Itu karena Kanon memintaku untuk melakukannya—

Memang ada alasan itu, tapi meski begitu, aku akan dicap sebagai penjahat jika tersiar ke publik. Aku tidak dapat menjelaskan dengan tepat mengapa aku melakukan ini. Hanya itulah gambaran yang muncul di benak Himari menggambar hari demi hari, menempatkan semuanya ke dalamnya.

Usahanya bahkan mungkin tidak membuahkan hasil sama sekali.

Pada akhirnya, dia hanya gadis SMA.

Sebagai orang dewasa, aku selalu berpikir bahwa mimpinya tidak akan terwujud begitu saja.

Namun meski begitu, meski itu benar, meski aku memahaminya dengan baik, aku ingin melihatnya–

Aku menyadari di sana, bahwa pikiran seperti itu mengalir dari dalam diriku.

 

*****

Hari berikutnya–

Setelah kerjaan selesai, aku meninggalkan kantor dan melihat seseorang di dekat gedung kantor.

Ternyata itu Yuri yang berdiri di depan gedung, memegang kantong kertas besar.

Pada saat yang sama, kemampuan terhebat dari "Naluri Hewan" yang pernah aku miliki sepanjang hidupku bergerak di dalam diriku.

Untuk menamainya, Deteksi Bahaya.

Itu dapat mendeteksi bahwa aku akan berada dalam krisis terbesar dari semuanya.

Sayangnya, kali ini tidak ada jalan keluar.

Memang tidak ada jalan keluar. Tidak ada rute pulang.

Aku mengacau.

Aku tidak bisa lepas dari takdirku….

Hanya ada satu jalan keluar sehingga tidak ada pintu belakang yang bisa aku jalani.

Aku tidak pernah mengutuk tanaman yang mengelilingi bangunan seperti pagar seperti yang aku lakukan sekarang.

Aku benci harus memikirkan teman masa kecilku seperti ini. Tetapi keadaanku saat ini dan kegigihannya tidak cocok sekarang.

Yuri sudah bersikap murah hati dan baik sejak kami masih kecil dan kehadirannya telah banyak membantuku juga.

Aku memutuskan untuk mempersiapkan diri untuk yang terburuk.

Dia sama sekali bukan orang jahat.

Aku entah bagaimana akan menemukan jalan keluarnya.

Begitu Yuri melihatku, dia mendatangiku dengan senyum ramah.

“Kerja bagus Kazuki.”

“Ah, uhh… ya, kau juga sama.”

Terlepas dari senyumku yang kaku, dia dengan lembut mengangkat kantong kertas yang dia pegang.

“Lihat, lihat, aku memikirkan tentang keponakanmu yang kita bicarakan kemarin, jadi aku membawa banyak barang.”

“Aku menghargai niatmu itu tapi… Apa itu? Jika ini tentang makanan, Kamu tidak perlu repot-repot, oke?”

Masalah "Membuat Makanan di Rumah" diselesaikan dengan adanya Kanon.

Aku telah memutuskan untuk mencoba dan menolaknya dengan semua yang aku bisa tetapi——

“Bukan seperti itu. Ini adalah hal yang disukai seorang gadis SMA. Barang-barang seperti kosmetik murah, produk perawatan rambut, dan berbagai barang lainnya. Kamu sepertinya tidak terlalu paham tentang hal ini Kazuki.”

“Ack——”

Karena tebakan Yuri sangat tepat, aku jadi tidak bisa membantahnya.

Dia benar, aku terlalu fokus menjalani kehidupan sehari-hari yang normal. Aku benar-benar mengabaikan kemewahan seorang gadis.

Tidak. Aku bahkan tidak sadar bahwa itu diperlukan ..

Baik Kanon maupun Himari tidak mengungkitnya, tapi sekarang aku memikirkannya– Mereka mungkin juga mempertimbangkan diriku.

Barang semacam itu bukan sesuatu yang aku butuhkan. Paling-paling, yang aku beli hanyalah pencuci muka.

Tapi jika itu adalah gadis SMA biasa, mereka mungkin akan tertarik pada hal-hal seperti riasan….

Terlebih lagi, Yuri punya adik perempuan yang masih SMA, sehingga pilihannya haruslah sempurna.

Yuri memiliki kakak laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya dan adik perempuan yang delapan tahun lebih muda.

Dulu ketika aku masih SD, aku ingat melihat dia sangat senang memiliki saudara perempuan dengan perbedaan usia yang jauh.

“Aku mengerti, aku akan dengan senang hati menerima tawaranmu. Aku akan menyerahkannya untukmu.”

“Selain ini, bukankah menurutmu aku harus pergi ke rumahmu, Kazuki?”

“………….Mengapa?”

Aku bertanya padanya dengan lugas. Aku benar-benar tidak tahu alasannya.

“Eh? Itu karena aku ingin bertanya kosmetik mana yang lebih baik untuknya. Meskipun aku membawa berbagai barang, aku pikir itu tidak cukup. Akan lebih cepat jika aku bertanya langsung padanya daripada menjadikanmu sebagai perantara. Ah, Jangan khawatir tentang uang, Semuanya murah, kok. ”

“……… ..”

Pernyataannya sangat masuk akal. Aku merasa bahkan Kanon akan memintanya tanpa berpikir dua kali.

Hanya saja aku tidak pernah menyangka bantuan Yuri akan datang dalam bentuk ini….

Aku memutar otakku sekuat tenaga, memikirkan langkahku selanjutnya.

Tapi …… itu tidak berguna.

Aku harus membawa Yuri kembali ke tempatku.

Jika aku tidak mau menolak, dia kemungkinan akan lebih curiga terhadap aku.

“Uh, maksudku…. Apa kau yakin tentang ini?"

“Yup, kamu tidak perlu sungkan. Jika ini adalah hal yang akan membuat hari-hari sepupu mu menjadi sedikit lebih cerah, maka semakin banyak alasan untuk melakukannya.”

Dengan senyum lembut dan berseri-seri, hati nuraniku berdenyut kesakitan.

Sebelum pulang, kami mampir ke supermarket.

Aku berpura-pura berbelanja untuk beberapa hal yang aku butuhkan untuk menyembunyikan tujuan sebenarnya dari menelepon di Kanon.

"Aku akan pergi toilet dulu sebentar.”

“Ah, ya. Oke”

Aku meminta Yuri untuk memegang keranjang belanjaan yang kosong dan bergegas ke toilet di ujung toko lalu masuk ke dalam bilik dan segera menelepon Kanon.

“Ya, ya, ini Kanon, Jarang sekali Kazu-nii memanggilku bukan? Apa masalahnya?”

“Kanon, karena waktunya mepet jadi aku akan singkat. Aku akan membawa pulang seseorang yang kukenal bersamaku sekarang.”

“Eh—”

Kanon tidak bisa berkata-kata tetapi aku tidak punya waktu luang untuk menjelaskan secara detail.

Aku segera menindaklanjutinya–

“Jadi pertanyaanku adalah– apa Himari ada di sana sekarang?”

“Himari sedang bekerja . Dia bilang dia akan pulang lebih lambat dari biasanya hari ini.”

“Begitu ya…. Lega rasanya mendengar itu... “

Ini su=ituasi yang menguntungkan. Dengan itu, skenario terburuk Yuri dan Himari yang bertemu langsung satu sama lain sepertinya bisa dihindari.

Himari tidak memiliki ponsel jadi tidak ada cara untuk menghubunginya secara langsung….

“Dia mungkin tidak akan tinggal lama tapi untuk memastikan, apa kau bisa menyembunyikan barang-barang Himari di tempat yang tidak mencolok? Kami berada di supermarket depan stasiun. Aku pikir kita akan sampai di sana dalam waktu 30 menit.”

“Y-Ya, aku akan segera melakukannya.”

Usai mengatakan itu, Kanon menutup telepon dengan panik.

Setidaknya aman untuk saat ini—

Melihat ke langit-langit, aku menghela nafas dalam-dalam.

Aku membeli tisu, roti, daging babi di tempat barang murah dan bir sebagai pelengkap, sebelum pulang bersama Yuri.

“Se-selamat datang kembali.”

Kanon menyapa kami dengan sedikit gugup, tapi aku memohon padamu - bertindaklah seperti biasanya.

Tanpa mengetahui keinginan aku, Kanon yang tegang memandang ke arah Yuri yang ada di sebelahku.

“Orang ini?”

“Dia Yuri Michiro, kami sudah berkenalan sejak SD. Dia bekerja di dekat kantorku. Saat aku memberitahunya tentangmu, dia akhirnya membawakanmu berbagai hal …… ”

“Senang bertemu dengan mu. Namaku Michihiro.”

Setelah perkenalan, Yuri mengikutinya dengan senyuman dan membungkuk.

“Ah, ya. Senang bertemu denganmu……. Aku tidak tahu "kenalan"-mu adalah wanita.”

“Hm–?”

Yuri memiringkan kepalanya oleh kata-kata Kanon.

Gadis ini. Jangan mengatakan itu dengan keras.

Ya, memang benar bahwa ini adalah kesalahanku karena hanya mengatakan "Kenalan" melalui telepon, tetapi akan terungkap bahwa aku meneleponmu sebelumnya jika aku melakukan itu!

“Po-Pokoknya. Yuri memberiku banyak barang untukmu. Ini, lihat.”

Saat Kanon melihat isi kantong kertas, matanya berbinar.

“Wah– Ini Majoka * Lipstik dan perona pipi! Dan manikur ringan untuk boot! Ada genap dan pensil mata untuk alis. Eh? tunggu sebentar, tunggu sebentar. Mungkin ada lusinan warna lain! ” (Referensi Majolica Majorca, merek kosmetik.)

Kanon melihat ke dalam tas dengan ekspresi gembira yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Pipinya diwarnai dengan warna merah tua yang ceria, persis seperti yang kau harapkan dari seorang gadis.

Aku tidak tahu kalau Kanon bisa berekspresi seperti itu ……

Orang yang dengan mudah mengeluarkan ekspresi tersebut adalah Yuri. Ada hal-hal yang hanya bisa dipahami sesama perempuan….

Sejujurnya, meski aku terkesan, aku agak jengkel pada diri sendiri karena tidak tahu.

“Aku tidak tahu warna apa yang sesuai dengan keinginanmu jadi aku mencoba membawa yang klasik untuk saat ini jadi …… .. Jika kamu memiliki sesuatu yang kamu suka, beritahu aku agar aku bisa membawanya lain kali.”

 “Eh? Apa itu benar-benar oke? ”

Dia menunjukkan kegembiraan di wajahnya tetapi Kanon sedikit bingung harus berbuat apa.

Dia sepertinya tipe orang yang menahan banyak hal.

Ini bukan jenis hal di mana kamu harus dilindungi— Tapi mungkin karena dia merasakan apa yang ada dalam pikiranku tapi Yuri menyuarakan apa yang kupikirkan.

“Ya. Tidak perlu malu-malu. Kamu tahu, adik perempuanku sudah kelas 3 SMA juga. Dia membeli banyak aksesoris fesyen murah dan barang-barang toko 100 yen dan sejenisnya. Terlalu banyak sehingga kita bisa menggunakannya. Jika kamu mau, aku dapat memberimu lain kali. Beberapa di antaranya hanya digunakan beberapa kali.”

“Uhmm, terima kasih banyak…. Aku sangat senang. Aku menjadi bersemangat ketika aku melihat hal-hal seperti ini. “

Sepertinya aku tidak akan bisa memulai percakapan untuk beberapa waktu ……

Akan buruk bagiku untuk mengganggu mereka jadi aku meninggalkan keduanya yang sedang bersenang-senang.

Barang-barang yang dibawa Yuri tidak hanya kosmetik, tapi juga barang-barang seperti cermin untuk riasan, gunting kuku, sapu tangan dan sejenisnya.

Khususnya pada cermin, itu adalah sesuatu yang aku abaikan.

Ada cermin di kamar mandi jadi itu cukup untukku, tapi cermin portabel diperlukan untuk gadis SMA….

Dalam waktu sesingkat itu, aku dihadapkan pada perbedaan antara pria berusia 20-an tahun ke atas dan gaya hidup gadis SMA.

“Terima kasih banyak sudah membantu.”

Kami berdiri di depan pintu masuk menghadap Yuri.

“Uhmm, yah …… .terima kasih, atas hadiahnya.”

Kanon membungkuk untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.

Dalam rentang waktu itu, sepertinya Kanon dan Yuri telah menjadi sangat dekat.

“Kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Aku akan memberikan apa yang kamu minta lain kali.”

“Iya.”

“Sampai jumpa nanti juga, Kazuki.”

“Selamat tinggal kalau begitu ~”

Yuri pergi dengan senyum lembutnya.

Angin sepoi-sepoi dari luar membuat pengharum ruangan di atas rak sepatu meninggalkan keharuman yang lembut.

Selama beberapa detik kami hanya berdiri di depan pintu, tidak bergerak, dan tidak sepatah kata pun.

“……… Jadi kamu punya teman masa kecil, ya.”

Ucap Kanon tanpa ekspresi.

Saat dia berkata demikian, ketidaknyamanan merayap hatiku.

“Ahh, uhh, ya. Aku tidak berpikir itu adalah sesuatu yang perlu dikatakan jadi aku tidak sempat tapi ...... maafkan aku ”

“Untung Himari tidak ada di sini, tapi apa yang akan kamu lakukan jika Himari tidak memiliki pekerjaan jika dia datang lagi?”

“Itu…. Aku akan merasa kasihan pada Himari tapi aku tidak punya pilihan selain memintanya pergi sebentar…. Kupikir….”

Kanon memelototiku seolah-olah tidak puas.

Tidak, ini bukannya aku tidak merasa kasihan pada Himari …….

Tapi memikirkan rencana masa depan saja sudah membuat perutku sakit. Sudah diputuskan kalau Yuri akan kembali lagi.

Tapi karena sudah begini, mana tega aku mengatakan “Jangan datang ke rumah aku lagi.”

“Yuri-san orang yang cantik. Dia terlihat seperti orang dewasa. Ah, aku rasa dia memang sudah dewasa.”

“Benarkah? Kau mungkin benar…"

Terlepas dari penampilan, Yuri memiliki kekurangan dalam beberapa hal. Misalnya saja, dia gampang kepleset.

Yuri dari masa sekolah dasar memiliki kesan yang kuat padaku jadi aku cenderung ragu-ragu untuk mengangkat kepalaku ke atas dan ke bawah untuk setuju ketika seseorang mengatakan dia dewasa.

Tapi itu memang benar, dia terlihat lebih dewasa dibandingkan saat itu.

“Oppai-nya juga besar.”

“…………………”

Aku akan menahan komentarku dari yang satu itu.

Aku tidak ingin menggali kuburanku sendiri dengan mengatakan hal yang tidak perlu. Aku tidak pernah bisa mengatakan bahwa aku memang memikirkannya sedikit.

“Oppai-nya juga besar.”

“Mengapa kau mengatakannya sampai dua kali?”

“Maksudku, bukankah itu tidak adil? Kami berdua sama-sama perempuan, namun ada perbedaan yang luar biasa.”

Himari mungkin akan kesal jika  mendengar itu ……… Dia cemburu pada ukuran dada Kanon saat mereka mandi bersama. Meskipun Kanon tidak sebagus Yuri, dari sudut pandangku, sepertinya begitu.

Dalam kasus Himari dia baik-baik saja hmm… .. yah..dia langsing.

“Ahhh ~~ Saat aku terlahir kembali, aku ingin menjadi karakter Onee-san berdada besar, imut, agak seksi yang dimanjakan oleh semua orang.”

“Kau masih remaja, jangan bicara tentang keinginanmu untuk kehidupan selanjutnya, kau akan membuatku merasa mati di dalam hati, tahu.”

Aku ingin menjadi berotot, lebih tinggi, memiliki suara yang keren, dan menjadi tampan seperti seorang aktor, aku ingin mencoba menjalani hidup dengan skill cheat.

…… Ya, aku harus berhenti memikirkan tentang itu.

Menjadi produktif dalam segala hal adalah yang terkecil jika aku lakukan, itu hanya akan membuat lubang di hatiku.

 

*****

[Sudut Pandang Orang Ketiga]

Himari berjalan melewati kawasan pemukiman berlatar sinar matahari terbenam.

Dia pulang lebih lambat dari biasanya, tetapi tidak lelah.

Alasannya karena hanya ada sedikit pelanggan hari ini dan waktunya dihabiskan lebih banyak untuk membagikan brosur.

Tak lama kemudian, dia tiba di depan gedung apartemen Kazuki.

Himari biasanya pulang menjelang malam.

Ini adalah pertama kalinya dia melihat apartemen berjemur dalam kegelapan sejak hari pertama dia di sini, jadi ini pengalaman baru.

Dengan koridor yang diterangi oleh lampu yang terang benderang, bagian atas pintu tiap kamar bisa terlihat dengan jelas.

Dia dengan cepat melirik ke tempat ruangan Kazuki berada.

Ketika dia memulai pekerjaan sambilannya, sensasi yang telah lama hilang dari keinginan untuk kembali ke rumah telah kembali. Terakhir kali baginya mungkin saat SD ketika dia membesarkan untuk kembali untuk menonton tayangan ulang anime.

Kembali ke sana berarti makanan Kanon yang disiapkan dengan lezat akan menunggu, dan sambutan Kazuki.

Apakah tidak apa-apa untuk merasakan kebahagiaan ini meskipun dia kabur?

Tapi Himari tidak bisa menahan seringai di wajahnya.

Tapi saat berikutnya menyebabkan wajah yang sama membeku seperti patung es.

Seseorang keluar dari ruangan Kazuki.

Seorang wanita —

“Eh …….”

Himari melihat ulang, bertanya-tanya apakah dia melihat kamar yang salah.

Tapi itu masih pintu ruangan apartemen Kazuki.

Wanita itu menghilang lebih jauh ke koridor.

Himari buru-buru bergerak, merunduk di belakang mobil tempat parkir.

Beberapa saat kemudian, wanita itu keluar dari pintu masuk.

Himari mengintip dari balik penutup.

Bahkan dari kejauhan, Himari memiliki firasat bahwa dia cantik, dan dari dekat membuktikan bahwa dia secantik yang dia bayangkan.

Dia memiliki rambut panjang berkilau, dan tanda kecantikan di dekat mulutnya.

Terlebih lagi, dia memiliki payudara dan badan bahenol yang membuat pernyataan bahwa dia pasti orang Dewasa ..

Dia memiliki postur yang baik, dan cara dia berjalan juga sama dan—

“Fuweh !?”

Wanita itu mendadak tersandung.

“………”

Himari merasa sedikit frustrasi karena dia memiliki sedikit kecenderungan seperti dirinya.

Wanita itu dengan malu-malu memperbaiki dirinya sendiri, dan mulai berjalan lagi dengan postur yang baik.

Kemudian tanpa pernah memperhatikan Himari, dia berjalan ke seberang jalan.

Himari membeku di tempatnya beberapa saat.

Siapa orang cantik tadi?

Apa pacar Kazuki ……

Sampai saat ini, tidak ada jejak kalau Kazuki punya pacar. Jadi dia mengira kalau Kazuki masih single.

Tapi mudah ditebak tanpa memikirkannya. Kazuki sudah dewasa.

Itu sama sekali tidak aneh.

Memikirkan hal seperti itu adalah masalah yang sama sekali berbeda dari meyakinkan hati.

Himari bahkan tidak dianggap sebagai wanita oleh Kazuki—

Fakta kejam itu tanpa ampun telah disodorkan padanya. Kabut besar terbentuk di hati Himari.

Setelah tida di apartemen Kazuki, Himari mengatakan yang sebenarnya bahwa dia melihat seorang wanita meninggalkan ruangan.

Kazuki dan Kanon menjelaskan tentang Yuri.

Dia telah membawa berbagai hal untuk Kanon dan akan datang untuk membawa lebih banyak lagi.

Hanya saja mereka tidak bisa memberi tahu Yuri tentang Himari sehingga mereka meminta maaf karena tidak memiliki apa-apa untuk Himari.

Meski demikian, Kanon mendapat sedikit tambahan barang untuk Himari yang menyamarkannya sebagai dirinya sendiri.

Hanya saja Himari tidak terlalu peduli.

Dia tidak tertarik dengan riasan dan Kazuki sudah membeli apa yang dia butuhkan untuk saat ini.

Himari merasa puas dengan itu saja.

Dan mengetahui bahwa Yuri bukanlah pacar Kazuki, Himari merasa lega.

Itu adalah prioritas yang lebih tinggi dalam pikirannya daripada objeknya.

Tapi hatinya masih gelisah.

Teman Masa Kecil Kazuki-–

Dengan kata lain, dia sudah mengenal Kazuki sejak mereka masih kecil.

Dia tahu banyak tentang sisi Kazuki yang tidak Himari ketahui.

Himari membenci dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa tentang rasa irinya.

Malam itu, setelah lampu di ruang tamu dimatikan, dia melihat ke arah Kanon yang berada di kasur yang diletakkan di sebelahnya.

Dia berbaring di atasnya, mengutak-atik ponselnya untuk mengatur alarm.

“Uhm, .Kanon… ..”

“Hm? Ayaya !? ”

Smartphone-nya terlepas dari tangan dan langsung mengenai wajahnya.

Bahkan saat seseorang menonton dari samping, itu terlihat menyakitkan.

Dia mengelus-ngelus wajahnya, diam-diam berteriak kesakitan.

“Ap-Apa kamu baik-baik saja?”

“Aku mungkin —— tidak baik-baik saja ……”

Itu bukan hal yang baik tapi Himari merasa sedikit lega bahwa bahkan orang seperti Kanon akan membuat kesalahan seperti itu.

Bagi Himari, Kanon adalah gadis SMA luar biasa yang bisa melakukan semua pekerjaan rumah.

Fakta bahwa dia bisa melihat gadis seperti itu, membuatnya merasa semakin dekat dengannya.

Kanon mengelus wajahnya untuk beberapa saat, tapi sepertinya rasa sakitnya sudah sedikit mereda.

Dia mengalihkan pandangannya ke arah Himari.

“Jadi, apa yang ingin kamu tanyakan?”

“Uhmm, Ini tentang Yuri-san…. Tapi…."

Himari mengatakannya dengan suara berbisik sehingga Kazuki di kamar sebelah tidak bisa mendengarnya.

Saat dia menyebut nama Yuri, ekspresi Kanon berubah.

Dia kemudian membungkuk ke arah Himari.

“Ah, uhmm…. Apa pendapatmu tentang dia, Kanon?”

Setelah merenungkannya, Himari akhirnya menanyakan pertanyaan langsung.

Kanon memikirkannya sejenak, dia menjawab dengan suara berbisik seperti Himari.

“Dia cukup kuat.”

Kata-kata tersebut tidaklah cukup, tetapi jawab singkat itu mengandung makna apa yang ingin dikatakan Kanon.

Himari juga yakin akan hal itu—

Kanon memendam perasaan yang sama pada Kazuki sama seperti dirinya.

Kanon tampaknya telah menebak apa yang dipikirkan Himari juga.

Keduanya terkikik malu-malu pada saat bersamaan.

“Bukannya tidak adil punya teman masa kecil yang seperti itu~~”

“Kamu bisa mengatakan itu lagi ~” Himari berpikir bahwa perasaan cemburu dan kesuraman yang lebih tidak sedap dipandang akan lahir, tapi justru perasaan bahagia yang muncul kali ini.



<<=Sebelumnya   |   Selanjutnya=>>

close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

  1. Waduhhh, Mantap Tuh Oneesan.
    Tapi Sayang Apakah Osananajimi Bakal Lose

    BalasHapus
  2. Tetap kawal himari
    #teamhimari

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama