Chapter 16 — Gadis-gadis SMA dan Telor Ceplok
Yuri sering datang berkunjung untuk
memeriksa kami, tapi selain dari itu, keseharian kami terus berjalan seperti
sebelumnya.
Beberapa hari berlalu tanpa
hambatan, kemudian—
Pada suatu pagi di hari libur
dan pancaran sinar matahari mulai terasa agak intens.
Ada roti panggang, telur ceplok,
sup bawang, dan yoghurt di atas meja.
Supaya bisa seimbang, aku ingin
ada sayuran, tapi aku mendengar dari Kanon langsung alasannya.
“Harga sayuran jauh lebih mahal
dari yang Kazu-nii kira, jadi ini hanya untuk makan malam.”
Aku tidak minta banyak jika
kita bisa makan sayuran di pagi hari juga.
Faktanya, aku sangat puas
karena ada dua hal lagi yang ditambahkan ke menu sarapan untuk pertama kalinya.
Rasanya terlalu merepotkan untuk
menambah satu lauk saat kau tinggal sendiri ……
Seperti biasa, aku menambahkan
kecap ke telur ceploku daripada–
“Kazu-nii, tolong kecap untukku
juga.”
“Eh—?”
Kanon meraih botol kecap yang
aku pegang.
Dia seharusnya menjadi bagian
dari faksi saos tomat - bahkan penganut yang radikal.
“Apa apaan?. Apa yang terjadi
denganmu …… .. ”
“Yah… .. Kupikir itu tidak ada
salahnya untuk mencoba kecap sesekali ~ Aku ingin tahu rasa yang disukai
Kazu-nii… ..”
Bagian terakhir yang dia
ucapkan sedikir bergumam jadi aku tidak bisa mendengarnya dengan baik.
Tanpa ragu, Himari dengan penuh
semangat mengangkat tangannya.
“A-Aku ingin mencoba kecap
juga….!”
Himari juga?
Aku terperangah.
Setelah perdebatan memanas dan
buruk tentang saus tomat dan garam ………
“Ah begitu. Kalian akhirnya
terpikat dengan kemegahan kecap pada telur ceplok. Kalian membuat pria tua ini
bangga.”
“Tidak juga. Saus tomat masih
yang terbaik. ”
“Garam juga masih lebih enak.”
“……….”
Kalian tahu, kalau apa yang
kalian katakan dan lakukan itu sangat kontradiksi, bukan…?
Eh, oh baiklah.
Dan dengan begitu,
masing-masing dari kami membumbui telor ceplok dengan kecap di atasnya hari
ini.
Siang hari di hari yang sama.
Aku dan Kanon sedang duduk di
sofa ruang tamu sambil menonton TV.
Meski aku mengatakan itu, Kanon
sibuk bermain ponselnya jadi dia mungkin tidak terlalu memperhatikannya.
Himari ada di kamarku seperti
biasa sedang menggambar di komputer.
“Nee, Kazu-nii”
Sambil memainkan ponselnya,
Kanon angkat bicara.
“Ya?”
“Apa aku imut?”
“---haa?”
Pertanyaan yang terlalu
mendadak yang entah darimana datangnya sehingga pikiran dan tubuhku mengalami
rigor mortis.
Menurutku dia memang manis…
..Kenapa Kanon tiba-tiba menanyakan itu padaku?
Jalan pemikiranku terhenti di
bagian itu jadi aku tidak bisa memberikan tanggapan segera.
“Ya ampun. Kenapa malah jadi
bengong sih?”
“Bahkan jika kau mengatakan
itu… ..”
“Maaf, aku tidak bermaksud
sesuatu yang aneh dengan itu. Aku hanya ingin tahu apakah ibuku menganggapku
manis. ”
“……………… ..”
Karena dia mengatakannya dengan
sikap acuh tak acuh, itu membuatnya semakin mencurigakan.
Aku tidak mengerti. Aku tidak
pernah menjadi orang tua, dan bahkan jika aku menjadi orang tua, aku tidak akan
tahu apakah menurutku anakku sendiri itu imut ... Aku tidak dapat mengatakan
dengan pasti pada saat ini.
“Maksudku, dia lebih
mengutamakan pria tua itu ketimbang diriku. Untuk berpikir bahwa keberadaanku
tidak lebih penting daripada pria itu cukup mengejutkanku.”
“Kanon….”
Sejujurnya, kurasa ibunya hanya
bermain-main dengan Murakumo dan memanfaatnya untuk tujuan yang tidak
diketahui—- Tapi itu hanya opiniku.
Tentu, kami tidak tahu apa
alasan sebenarnya. .
Ada kemungkinan firasatku
benar-benar salah.
Suasana mendadak hening.
Suara pembawa acara variety
show menjadi gumaman yang tidak berarti karena terus melewati telingaku.
“Komamura-san… .Kanon… ..”
Segera setelah itu, Himari
tiba-tiba muncul di belakangku dan Kanon seperti hantu.
…… Itu sedikit– tidak, itu
membuatku takut.
“Uwa, kau mengejutkanku! Ada
apa, Himari? "
“Sudah—”
“Sudah?”
“Sudah selesai… ..Aku akhirnya
menyelesaikan ilustrasinya. Aku sudah mengirimkannya ke kontes beberapa saat
yang lalu! ”
Himari, dengan pipi memerah,
mengepalkan kedua tangannya dengan penuh semangat.
Dia memiliki kantung di bawah
matanya, tapi dengan senyum lebar, dia tidak merasakan kelelahan sama sekali.
Wajahnya mencerminkan bahwa dia
benar-benar melakukannya.
“Uwo !?”
“Sungguh? Kamu sudah
menyelesaikannya! Itu hebat!”
Kanon langsung memeluk Himari.
Fakta bahwa jenis skinship ini
datang dengan begitu mudahnya adalah bukti nyata akan keistimewaan menjadi
gadis SMA… ..
“Ehehe. Terima kasih Kanon. Itu
semua berkat kamu ayng memasak makanan lezat setiap hari.”
“Mana ada, itu semua berkat
upayamu sendiri!”
Kanon mengacak-acak rambut
Himari saat dia membelai itu. Himari dengan malu-malu tersenyum dan kemudian
menatapku.
“Terima kasih banyak
Komamura-san! Aku akhirnya bisa mengambil satu langkah menuju impianku!”
“Ya……”
Sekarang aku tidak tahu harus
berkata apa.
Mengatakan "Kerja
bagus" terdengar sombong, tapi terlalu dini untuk mengatakan “Selamat”.
Tapi itu fakta yang tak
terbantahkan kalau aku juga ikut gembira.
Dan di sana, aku akhirnya bisa
menyadari mengapa aku ingin mendukung Himari.
Mengapa aku menanggung risiko
seperti itu dengan membantu Himari mencapai mimpinya.
–Itu karena aku berharap Himari
bisa menjadi "Orang Istimewa" yang tidak pernah bisa aku gapai.
Mempercayakan Himari dengan
mimpi yang tidak dapat aku penuhi.
Mau tak mau aku tertawa ..
Sungguh keinginan yang egois.
Ini benar-benar terlalu egois.
Tapi tidak apa-apa—- itulah
yang aku pikirkan sekarang.
Orang dewasa memang banyak yang
egois, hati mereka tetap tidak berubah sejak masa SMA mereka– namun terlepas
dari semua itu, pandangan mereka sempit.
Tanpa mengucapkan kata-kata
itu, aku diam-diam tersenyum.
“Hei, Kazu-nii. Bagaimana kita
pergi keluar untuk makan malam malam ini? ”
“Ide bagus. Ini kesempatan
sempurna untuk makan di luar hari ini. Ini adalah perayaan untuk Himari.”
Aku menerima saran Kanon.
Aku pikir anggaran di dompet
tak terlalu menjerit jika hanya untuk hari ini.
“Naisu!”
“Kenapa malah kau yang bersemangat?
Ini untuk Himari, tahu? ”
“Aku tahu! Bagaimana dengan
Himari. Apa yang ingin kamu makan? ”
“Hmm… .Aku tidak tahu ……”
Himari merenungkannya saat dia
melihat langit-langit.
Dengan pandangan matanya yang
berbinar-binar, Kanon menunggu keputusan Himari.
Ah ~ Perasaan ini terasa
seperti kita bertiga adalah keluarga-
Melihat mereka berdua,
tiba-tiba aku memikirkan hal seperti itu.
Itu adalah bom waktu yang tak
menentu dan berdetak dari sebuah keluarga yang takkan aneh rasanya bahwa
keadaan ini bisa runtuh kapan saja.
…… .Aku akan mengaku.
Meski aku sedikit sadar bahwa
mereka mulai mengembangkan perasaan yang lebih dari sekadar rasa percaya padaku–
Tapi aku akan berpura-pura
tidak menyadarinya, dan akan terus bersikap begitu mulai sekarang. Karena ini
adalah hubungan antara anak SMA dan orang dewasa.
<<=Sebelumnya | Selanjutnya=>>
Jejak
BalasHapus