The Result when I Time Leaped Chapter 157 Bahasa Indonesia

 

Diam-diam di Kelas

 

 

Aku sekali lagi melompati waktu dan kembali ke masa 10 tahun silam. Adapun tanggal dan waktunya, hanya 2 jam setelah Sana dan aku membeli game dan berpisah satu sama lain.

Untuk membeli hadiah natal, aku singgah di department store, sebelum beranjak ke sekolah tempat Hiiragi-chan bekerja.

Biaya untuk hadiah ini diambil dari tabunganku yang berharga 3000 yen yang aku tarik dari ATM. Aku akhirnya mencapai titik terendah. Aku tidak punya keyakinan bahwa dia akan senang dengan itu, tapi aku pikir akan menyenangkan jika dia senang dengan itu.

Setelah sampai di stasiun terdekat, aku menuju sekolah dengan sepeda dan tiba sekitar 15 menit kemudian.

“Gerbang depan ditutup…?”

Aku pikir gerbanya tetap terbuka untuk siswa yang memiliki kegiatan klub, tapi sepertinya bukan itu masalahnya. Kurasa tidak ada kegiatan klub di sekolah hari ini?

Karena lewat depan tidak bisa, aku berkeliling ke tempat parkir guru dan menemukan mobil Hiiragi-chan.

Aku bisa melihat ruang guru dari sana. Aku mengintip melalui jendela dan menemukan bahwa di dalamnya kosong.

“Hah?”

Kemana perginya Hiiragi-chan? Mobilnya ada di sini, jadi artinya dia masih berada di sini di sekolah.

Gerbang belakang terbuka, jadi aku memasukinya. Di meja Hiiragi-chan, ada laptop terbuka dengan cahaya pucat yang bersinar. Layar menunjukkan dokumen sedang dibuat.

Aku pikir dia mungkin meninggalkan kursinya untuk pergi ke kamar mandi, tapi sepertinya dia belum kembali dalam waktu dekat.

“?”

Aku ingin tahu kemana dia pergi? Aku mulai berjalan-jalan di sekitar halaman sekolah setelah tiba-tiba berpikir bahwa dia mungkin ada di kelas.

Aku mendengar sesuatu, jadi aku mencoba membuka pintu dan menemukan Hiiragi-chan di sana.

Apa yang dia lakukan… di kursiku?

“Seiji-kun… Ia meninggalkan banyak catatan dan buku pelajarannya dan pulang… kurasa Ia tidak berencana untuk belajar selama masa liburan.”

Hiiragi-chan sedang mengintip ke dalam laci sambil bergumam pada dirinya sendiri dengan cengengesan. Tepat saat aku akan masuk.

Dia rebahan ke atas meja.

“Fufu. Meja Seiji-kun…”

“Loker, loker… Ah, Ia tidak membawa pulang kaos olahraganya!”

“Apa boleh buat. Aku akan membawanya pulang untuk mencucinya ♪ ”

… Kurasa tidak apa-apa?

“… Baunya seperti deterjen Seiji-kun… Fufu, Ia benar-benar tidak sering memakainya, atau karena memang tidak banyak berkeringat di musim dingin.”

Apa ini yang itu? Saat di mana kau diam-diam menjilat recorder orang yang kau sukai sepulang sekolah?

Saat aku mengamati untuk melihat bagaimana keadaannya, Hiiragi-chan tiba-tiba berbalik, seolah-olah merasakan kehadiranku.

“Eh… tunggu, tidak. Tidaaaaaaaaak !? ”

“Akulah yang ingin berteriak di sini!”

Hiiragi-chan secara refleks mendekap kaos olahragaku.

“Kenapa!? kenapa!? Bukannya kamu sedang bersenang-senang dengan Sana-chan hari ini? Kenapa kamu bisa ada di sini!? Se-Sejak kapan? ”

“Kami pulang lebih cepat hari ini. Aku cuma berpikir ingin mampir untuk melihat bagaimana pekerjaanmu ... dan kemudian aku melihat kamu rebahan di meja siswa ... bahkan mengendus-endus bajuu. ”

“Ti-Tidak kok! Aku tidak melakukannya!”

Dia kemudian menyadari kalau dia sedang memeluk kaos olahragaku.

“Ak-Aku berpikir akan melipat ini untukmu!”

Dan alasan-alasan lainnya.

“Ya ampun… Untunglah aku yang menemukanmu. Sensei, tindakanmu tadi pasti akan membuatmu ditangkap.”

“U-uuuu… Maksudku, guru yang lain mengatakan kalau mereka tidak akan datang hari ini, dan juga seharusnya tidak ada kegiatan klub di sekolah.”

Tapi bukan berarti itu bisa dijadikan alasan untuk melakukan itu, tahu?

“Sebaliknya, saat ini panggil Haruka-san, bukan Sensei, ‘kan?”

Kalimat yang akrab itu tidak terlalu meyakinkan hari ini. Sambil menghela nafas, aku berjalan ke kursi Fujimoto.

“Apa kamu merasa j-jijik?”

“Tidak masalah. Meski cuma sedikit saja.”

“Berarti jijik dong!”

Dia cukup terkejut.

“Aku juga datang untuk mendukungmu dalam pekerjaanmu.”

“Ma-Maaf.”

Aku menyerahkan hadiah yang aku beli.

“… Meski tidak seberapa, tapi tolong terimalah ini.”

Hadiahnya adalah satu mawar yang aku beli dari toko bunga yang dibungkus dengan kertas kado.

“Eh? Ini untukku?”

Ada kartu pesan yang aku tulis saat di kereta. Apa yang tertulis di dalamnya adalah rahasia.

“Tentu saja.”

“Ma-Makasih! Ini membuatku sangat bahagia! Aku akan menghargainya dan menaruhnya di vas!”

Mata Hiiragi-chan berbinar.

“Di mana aku harus meletakkan vas bunga? Ah, tapi tidak terlalu lucu, mungkin aku harus membeli yang lain saat pulang nanti…? ”

Hiiragi-chan terus bergumam pada dirinya sendiri, tapi entah bagaimana dia terlihat menikmati dirinya sendiri. Sungguh melegakan dia merasa senang dengan itu.

“Kalau seperti ini membuat kita terlihat seperti teman sekelas. Hiiragi-san dan Sanada-kun memiliki tempat duduk bersebelahan… Hari ini, dengan tidak adanya seorang pun di kelas, Sanada-kun memanggil Hiiragi-san untuk menyerahkan bunga sebagai hadiah, dan menyatakan cintanya. ”

Eheheh, romantis sekali. Hiiragi-chan membiarkan imajinasinya menjadi liar.

“Sudah cukup melarikan diri dari kenyataannya. Ayo kembali ke ruang guru agar kau bisa terus bekerja. ”

“Tidak mau! Kau terlalu praktis! Jangan mengisi kamar imajinasiku dengan realitas!”

Dia bertingkah seperti orang yang sedang melakukan mogok kerja sambil memegang plakat penolakan. Darimana dia mendapatkan itu?

“Tidak ada jaminan kalau tidak ada orang lain di sini. Ayo cepat pergi. ”

Aku membuang plakatnya dan dengan paksa menarik tangannya keluar dari kelas.

“Seiji-kun yang serius ini seketat ogre…”

“Lakukan pekerjaanmu dengan benar. Kau ini sudah dewasa, ‘kan? ”

“Ya…”

Begitu kami kembali ke ruang guru, dia membuat dua cangkir kopi.

Aku menerimanya setelah berterima kasih padanya.

Aku kemudian mengobrol santai dengan Hiiragi-chan, yang sedang mengerjakan kerjaan di laptopnya. Saat jeda percakapan, aku mengemukakan topik utama.

“Haruka-san. Sana mungkin telah menyadari hubungan kita.”

“… Eh? Kok bisa?”

“Kau meninggalkan data foto di dalam kamera digital, kan?”

“Ah.”

Hiiragi-chan akhirnya menyadarinya.

“Maaf! Aku biasanya langsung memindahkannya ke laptop, tapi aku lupa— ”

“Tidak, tidak masalah, aku juga tidak menyadarinya.”

Data foto yang ada di dalamnya terdiri dari foto-foto dari 3-4 kencan terakhir kami, katanya.

“Bukan berarti dia melihat semuanya, tapi Sana sepertinya yakin dengan kesimpulannya sendiri.”

Jika kamera pribadi Hiiragi-chan memiliki foto-foto intimku dengan Hiiragi-chan, siapa pun pasti bisa menyimpulkannya.

“Karena itulah, aku ingin memberi tahu Sana tentang hubungan kita.”

“… Apa kau tidak keberatan dengan itu, Seiji-kun?”

“Ya.”

Dia menyuruhku untuk percaya padanya. Bahwa dia akan melakukan sesuatu tentang itu. Jadi, aku akan mempercayai adik perempuanku.

Setelah itu, kami berdua membicarakan tentang bagaimana kami akan mengungkapkannya.

… Dengan ini, aku seharusnya bisa menghindari situasi  putus, ‘kan? Jika aku mengungkapkannya pada Sana, dia akan menjadi sekutu seperti Natsumi-chan, dan kemudian aku akan bisa menghindari akhir yang buruk, bukan?



<<=Sebelumnya   |   Selanjutnya=>>

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama